Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alquran merupakan kitab suci yang menempati posisi sentral, bukan hanya
dalam perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu ke-islaman namun juga
merupakan inspirator, pemandu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang
sejarah.[1] Kitab suci ini diturunkan Allah kepada nabi Muhammad saw lengkap
dengan lafal dan maknanya, diriwayatkan secara mutawatir, memberi faedah
untuk kepastian dan keyakinan, ditulis dalam kitab suci mulai awal surat al-
fatihah sampai akhir surat an-nas (Mushaf Usmany), diperintahkan untuk
disampaikan kepada umatnya, sebagai pedoman dan tuntunan hidup bagi umat
manusia. Dasar dari ajaran islam yang mengandung serangkaian pengetahuan
tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan perbuatan dapat dijumpai dalam
sumbernya yang asli di dalam ayat-ayat Alquran. Quraish Shihab menyebutkan
bahwa agama Ialam mempunyai satu sendi utama yang esensial, yaitu alquran
yang berfungsi memberikan petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya.
Studi Alquran adalah ilmu yang membahas tentang segala sesuatu yang ada
kaitannya dengan Alquran. Alquran sebagai kitab suci umat islam yang berlaku
sepanjang zaman tidak akan pernah habis dan selesai untuk dibahas. Inilah yang
membuktikan kemukjizatan Alquran sekaligus perbedaan Alquran dengan kitab
suci lainnya. Pengkajian studi ini sangatlah penting bagi umat islam khususnya,
agar dapat mengetahui berbagai hal yang terkandung di dalam kitab suci tersebut.
Untuk memudahkan dalam membahas kajian ini, penulis akan memberikan
batasan-batasan pada makalah ini. Adapun yang menjadi objek pembahasan
makalah ini meliput, definisi Alquran, wahyu dan ilham, kajian Alquran di
kalangan muslim generasi awal, pendekatan dalam studi Alquran, perkembangan
mutakhir, dan kontribusi para ilmuan barat dalam studi Alquran

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Arti Studi qur’an dan keilmuannya?
2. Bagaimana Karakteristik Studi qur’an dan keilmnnya?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti studi al-qur’an menurut episimologi dan terminologi.
2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara wahyu dan al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui manfaat studi al-Qur’an.
4. Untuk mengetahui kronologi belajar/studi al-Qur’a

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Studi Al-Qur’an


Studi al-qur’an biasa diartikan dengan kajian-kajian yang berkaitan dengan
al-Qur’an. Dalam istilah arab, kegiatan demikian itu biasa disebut dengan ulum
al-Qur’an. Kata “ulum al-Qu’an ” adalah bentuk idafi. Ulum Qur’an terdiri dari
dua kata, ulum bentuk jamak dari kata ‘ilm. Ilmu berarti faham dan mengetahui
(menguasai). Ia juga mengandung makna persoalan yang beraneka ragam yang
disusun secara ilmiah.[2] Untuk mengungkap pengertian ulum al-Quran pemakalah
akan terlebih dahulu membahas pengertian dua kata tersebut secara terpisah, baik
dari sisi etimologi dan terminologinya, kemudian dilanjutkan dengan pengertian
ulum Alquran secara utuh.

1. Pengertian ‘Ulum Secara Etimologi


Kata ‘ulum’ dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari kata ُُ‫‘( ِع ْلم‬ilm), ia
merupakan bentuk masdar dari kata [3]( ُ‫ُعل ْوم‬:ُ ‫ُ ُيَ ْعلَم ُ– ُُ ِع ْلمُُجمعه‬-ُ‫ع ِل َم‬
َُ ُ ( Secara
etimologi arti kata ُُ‫( ِع ْلم‬ilmu) adalah semakna dengan kata ُ ‫ُالمعرفة ُو‬
‫(الفهم‬pemahaman dan pengetahuan), dan pada pendapat yang lain kata ilmu juga
diartikan dengan kata ُ‫(ُُُالجزم‬yang pasti), artinya suatu kepastian yang dapat
diterima akal penjelasannya.[4] Di dalam Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa kata
ilmu adalah merupakan lawan kata dari jahl yang berati ketidak tahuan, atau
kebodohan. Kata ilmu juga biasa disepadankan dengan kata bahasa arab lainnya,
yaitu ma’rifah(pengetahuan), fiqh (pemahaman), hikmah (kebijaksanaan),
dan syu’ur (perasaan).Ma’rifah adalah padanan kata yang paling sering
digunakan.[5]
Selanjutnya M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa setiap kosa kata
bahasa Arab yang menggunakan kata yang tersusun dari huruf-huruf ain,
lam, dan mimdalam berbagai bentuknya adalah berarti sesuatu yang sedemikian
jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan.[6]

3
Berdasarkan pengertian ilmu tersebut maka dapat ditarik sebuah
pengertian bahwa arti kata ‘ulum (sebagai jamak dari kata ilmu) secara etimologi
adalah berarti kumpulan dari beberapa ilmu.

2. Pengertian Ilmu Secara Terminologi


Pengertian ilmu secara terminologi cukup beragam sekali, sebab
pengertian tersebut selalu diwarnai oleh pendekatan masing-masing tokoh, yaitu
sebagai berikut:
a. M. Quraishy Shihab selaku ulama tafsir mendefenisikan ilmu
(mengetahui yang sebenarnya).
b. Menurut ُparaُ hukama’ُ ilmu adalah:
“Suatu yang dengannya memberikan gambaran terhadap sesuatu yang dihasilkan
akal atau ketergantungan diri dengan sesuatu berdasarkan ungkapan yang jelas.”
c. Para ُُahli ُُُkalam ُُmemberi ُُُُpengertianُ ُُُilmu ُُُُُdengan:
"Suatu yang dengannya (ilmu) seseorang menjadi memiliki sifat yang jelas dalam
menghadapi suatu perkara.
Ketika ilmu diartikan dengan pengetahuan, maka pengetahuan memiliki
dua jenis, yaitu pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan biasa
diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran,
pengalaman, panca indra, dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa
memperhatikan objek, cara, dan kegunaannya. Dalam bahasa inggris jenis
pengetahuan ini disebut knowledge.Selanjutnya Pengetahuan ilmiah adalah
keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan
memperhatikan objek yang ditelaah, cara yang digunakan, dan kegunaan
pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pengetahuan ilmiah harus memperhatikan
objek ontologis, landasan epistomologis, dan landasan aksiologis dari
pengetahuan itu sendiri. Jenis pengetahuan ini dalam bahasa inggris disebut
science.[9] Maka adapun ilmu yang masuk dalam kategori pengetahuan ini adalah
pengetahuan ilmiah. Berdasarkan beberapa pengertian ilmu tersebut pemakalah
memahami bahwa eksistensi ilmu adalah pengetahuan utuh terhadap suatu objek
yang dapat dibuktikan kebenarannya.

4
Selanjutnya pengertian ilmu juga dapat ditinjau dari penjelasan ayat
Alquran, misalnya sebagaimana penjelasan firman Allah Swt. dalam Surah An-
Naml: 15-16.

“Dan Sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan
keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan Kami dari
kebanyakan hamba-hambanya yang beriman". Dan Sulaiman telah mewarisi
Daud, dan Dia berkata: "Hai manusia, Kami telah diberi pengertian tentang suara
burung dan Kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar
suatu kurnia yang nyata".
Berdasarkan penjelasan ayat di atas, pemakalah memahami bahwa arti
ilmu yang diwariskan Allah kepada nabi Daud dan Sulaiman ada dua bagian.
Yaitu ilmu tentang pengelolaan Alam (sunnatullah) sebagai investasi untuk
menjalankan kenabian dan roda pemerintahan yang dipimpinnya, dan
pengetahuan tentangkalamullah, yaitu pengetahuan tentang kitab Zabur.
Dengan demikian sebuah ilmu dalam Islam harus dapat dibuktikan
kebenarannya melalui standarisasi Islam, sehingga proses melahirkan dan
menerapkan ilmu tersebut sarat dengan nilai-nilai keIslaman. Oleh karena hakikat
ilmu dalam konsep Islam adalah berasal dari Allah Swt. maka proses penelusuran
dan penggunaan ilmu tersebut wajib mematuhi nilai-nilai Islam atau ketetapan
yang telah diatur Allah Swt. Dalam konteks sebagai disiplin ilmu, Abu Syahbah
menjelaskan bahwa suatu ilmu juga berarti sejumlah materi pembahasan yang
dibatasi kesatuan tema atau tujuan. Maksudnya sebuah ilmu itu juga harus
memiliki kesatuan kawasan garapan pembahasan yang jelas dan tujuan tertentu.[10]
Dengan demikian, pemakalah menyimpulkan bahwa pengertian kata ulum
sebagai jamak dari kata ilmu adalah berarti kumpulan dari sejumlah pengetahuan
ilmiah yang membahas sejumlah materi yang dibatasi kesatuan tema atau tujuan.

5
3. Pengertian Kata Al-quran Secara Etimologi
Alquran secara etimologi mengeandung makna yang berbeda-beda di
kalangan para ulama, yaitu sebagai berikut :
a. Al-Lihyani dan kawan-kawan mengatakan Alquran berasal dari kata qara-
a (membaca) adalah merujuk kepada firman Allah Swt. Pada surat al-Qiyamah
(75) ayat 17-18:

“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan


(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya
maka ikutilah bacaannya.
b. Al-Zujaj menjelaskan bahwa kata Alquran merupakan kata sifat yang
berasal dari kata ‫‘( القرأ‬al-qar’) yang artinya menghimpun.ُ Kata sifat ini
kemudian dijadikan nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad Saw. Makna tersebut menunjukkan bahwa kitab Alquran
menghimpun surat, ayat, kisah, perintah, larangan dan intisari kitab-kitab suci
sebelumnya.
c. Al-Asy’ari mengatakan bahwa Alquran diambil dari kata kerja
‘qarana’(menyertakan) karena Alquran menyertakan surat, ayat, dan huruf-huruf.
d. Al-farra’ menjelaskan bahwa kata Alquran diambil dari kata
dasar‘qara’in’ (penguat) karena Alquran terdiri dari ayat-ayat yang saling
menguatkan, dan terdapat kemiripan antara satu ayat dengan ayat-ayat lainnya. [11]
Berdasarkan pendekatan etimologi tersebut pemakalah menyimpulkan
bahwa Alquran memiliki beberapa kriteria yang beragam, seperti kitab yang
menjadi bacaan, kitab yang menghimpun berbagai hal, kitab yang mengandung
berbagai kebaikan, dan kitab yang menguatkan kebenaran. Artinya semua makna
nama-nama di atas adalah memberikan pesan positif terhadap eksistensi dan peran
Alquran di tengah-tengah kehidupan manusia.
Dalam teori yang lain, istilah Alquran dinyatakan sebagai nama khusus
yang ditujukan kepada kumpulan wahyu Allah SWT. yang diturunkan kepada
nabi Muhammad SAW. Istilah Alquran ini bukan berasal dari pecahan kata dalam
bahasa Arab ialah nama kitab-kitab seperti Taurat, Zabur, dan Injil. Semua istilah

6
ini adalah khusus untuk nama kumpulan waahyu Allah SWT yang diturunkan
kepada nabinya masing-masing.[12]

4. Pengertian Kata Al-Quran Secara terminologi


Secara terminologi, para ulama’ memberi rumusan definisi yang beragam,
diantaranya:
a. Menurut as-Subani adalah:
“Al-qur’an adalah kalam Allah swt yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul
terakhir melalui malaikat jibril yang tertulis dalam mushaf dan sampai kepada kita
dengan jalan tawatur (mutawatir), membacanya merupakan ibadah yang diawali
dengan surat al-fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas”.
b. Menurut az-Zarqani adalah :
“Al-Qur’an adalah kalam Allah yang mengandung mu’jizat yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw, tertulis dalam mushaf, dinukil dengan cara
mutawatir, dan membacanya adalah ibadah”.[13]
Dua rumusan defiisi al-Qur’an diatas menunjukkan sifat-sifat dari al-
Qur’an, yaitu :
a) kalam Allah
b) mengandung mukjizat
c) diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
d) melalui malaikat jibril
e) tertulis dalam mushaf
f) disampaikan dengan jalan mutawatir,
g) membacnya bernilai ibadah dan
h) diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.

5. Pengertian Ulum Alquran Secara Etimologi


Sebagaimana dijelaskan di atas ungkapan Ulum Alquran telah menjadi
nama bagi suatu disiplin ilmu dalam kajian Islam. Secara bahasa ungkapan ini
berarti ilmu-ilmu Alquran. Oleh karena itu di Indonesia disiplin ilmu ini kadang-
kadang disebut Ulum Alquran atau ulumul Qur’an dan kadang-kadang disebut
ilmu-ilmu Alquran. Dengan demikian kata ulum yang disandarkan kepada kata

7
Alquran tersebut telah memberikan pengertian bahwa Ulum Alquran adalah
kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Alquran, baik dari segi
keberadaannya sebagai Alquran maupun dari segi pemahamannya terhadap
petunjuk yang terkandung di dalamnya.[14]
Dari sisi gramatikalnya, pengertian ulum al-Quran dapat dipahami melalui
dua pendekatan, yaitu pendekatan idhafi dan maknawi. Pengertian Ulum Alquran
secaraidhafi yakni dalam bentuk idhofi ghoiru mahdhah maka makna lafadh
“Ulum” yang disandarkan kepada lafadzh “Alquran” adalah berarti semua Ilmu
yang berhubungan dengan Alquran karena lafadh “Ulum” adalah jamak yang
berarti banyak, sehingga mencakup semua ilmu yang membahas Alquran dari
berbagai macam segi. Antara lain, ilmu tafsir, ilmu qira’at, ilmu rasm ustmany,
ilmu gharib lafadzh, majaz qur’an, dan lain-lain. Selanjutnya definisi Ulum
Alquran secara maknawi adalah segala sesuatu yang di bahas di dalamnya
berkaitan dengan al-Quran, seperti menurut Abu Bakar al-‘Arabi ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan Alquran mencapai 77.450 bagian.[15] Hitungan ini diperoleh dari
hasil perkalian jumlah kalimat Alquran dengan empat, karena masing-masing
kalimat Alquran mempunyai makna zhahir, batin, hadd, dan mathla’. Jumlah
tersebut akan semakin bertambah jika melihat urutan kalimat di dalam Alquran
serta hubungan urutan itu. Jika sisi itu yang dilihat maka ruang lingkup/kawasan
pembahasan ُ‘Ulum Alquran tidak ُakan ُdapat ُterhitung lagi.

6. Pengertian Ulum Alquran Secara Terminologi


Secara istilah (terminologi), para ulama’ telah merumukan definisi ‘ulum al-
Qur’an dengan redaksi yang berbeda-beda, diantaranya :
1. Az-Zarqani merumuskan definisi ‘ulum al-Qur’an sebagai berikut:beberapa
pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an dari segi turunnya, urut-
urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya,
kemukjizatannya, nasikh dan mansukh, penolakan terhadap hal-hal yang bisa
menimbulkan keraguan terhadapnya, dan sebagainya.[16]
2. Manna al-Qattan mendefinisikannya sebagai berikut: ilmu yang mmbahas
hal-hal yang berhubungan dengan al-Qur’an dari segi pengetahuan tentang sebab-
sebab turunnya, pengumpulan dan urutan-urutannya, pengetahuan tentang makki

8
dan madani, nasikh dan mansukh, muhkam dan mutasyabih dan hal-hal lain yang
ada hubungannya dengan Al-Qur’an.[17]
Kedua definisi di atas pada dasarnya sama, keduanya menunjukkan
bahwa‘ulum Al-Qur’an (studi al-Qur’an) adalah kumpulan sejumlah pembahasan
yang ada hubungannya dengan al-Qur’an baik yang ada di sekitar al-Qur’an
maupun yang ada di sekitar al-Qur’an.

B. Persamaan dan Perbedaan antara Wahyu dan Al-Qur’an


Al-Qur’an dan wahyu adalah sama-sama perkataan Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril secara beransur-ansur.

1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang mengandung mu’jizat yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw, tertulis dalam mushaf, dinukil dengan cara
mutawatir, dan membacanya adalah ibadah. [18] dengan demikian, maka ungkapan
‘ulum al-Qur’an dapat berarti pengetahuan-pengetahuan (segala ilmu) yang
disajiakan secara ilmiah yan berhubungan dengan al-Qur’an. Ia juga bermakna
segala ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan hal-ihwal-al-Qur’an, baik yang
berkaitan dengan segala yang ada dalam al-Qur’an(ma fi al-Qur’an), maupun
segala hal yang berada di seputar al-Qur’an (ma hawla al-Qr’an).[19]
Sifat-sifat al-Qur’an yang tercantum dalam definisi tersebut dimaksud
untuk membedakan antara wahyu Allah (secara umum/wahyu lain yang diberikan
kepada Nabi Muhammad saw) dan wahyu al-Qur’an. Unsur pokok yang dapat
membedakan wahyu al-Qur’an dengan wahyu lain adalah :
a. Kalam Allah : kata kalam merupakan kata yang bermakna umum. Ia dapat
bermakna kalam manusia, kalam malaikat ataupun lainnya, namun dengan
mengidhofakan kata kalam pada kata Allahmemberi pembatasan bahwa kalam itu
bersumber dari Allah. Kalam Allah itu diturunkan kepada para Nabi-Nya,
misalnya Nabi Musa dengan kitabnya Taurot, Nabi Dawud dengan Zaburnya, dan
Nabi Isa dengan Injilnya. Untuk membedakan Al-Qur’an dengan kitabkitab para
Nabi tersebut, maka dibutuhkan unsur lainnya.

9
b. Diturunkan kepada Nabi Muhammad. Unsur kedua ini mengecualikan kitab-
kiatb nabi yang lain, namun kalam allah (wahyu) yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad tidak hanya al-Qur’an, tetapi ada hadith qudsi dan hadith nabawi.
Dengan demikian, masih butuhkan unsur lain untuk membedakan hal tersebut.
c. Dengan melalui pelantara malaikat jibril. Unsur ini memberikan batasan
bahwa al-Qur’an yang diterima Nabi Muhammad saw itu tidak langsung dari
Allah melainkakn malaikat jibril. Hal ini berbeda dengan hadith-hadith nabawi
dan hadith qudsi yang diilhamkan langsung oleh Allah tanpa melalui Jibril. Unsur
ini merupakan pembeda yang prinsip antara al-Qur’an dan hadith.

2. Pengertian Wahyu
Wahyu mengandung makna isyarat yang cepat. Itu terjadi biasanya melalui
pembicaraan yang merupakan simbol, terkadang melalui suara semata, dan
terkadang pula melalui isyarat dengan sebagian anngota badan.[20] Al-Wahyu
adalah kata mashdar (infinitif). Dia menunjuk pada pengertian dasar yaitu,
tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu dikatakan wahyu, karena informasi secara
tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada orang tertentu tanpa
diketahui orang lain. Tetapi terkadang juga bermaksud al-Yuha yaitu pengertian
isin maf’ul, maknanya yang diwahyukan.
Wahyu berasal dari kata wahy, dari kata kerja bahasa arab waha, yang
berarti meletakkan dalam pikiran , kadang-kadang dipahami sebagai “inspirasi”.
Alquran menggunakan istilah ini tidak hanya untuk inspirasi ilahiyah yang
diberikan kepada manusia, tetapi juga untuk komunikasi spiritual di antara
makhluk-makhluk yang lain. Namun, wahyu merujuk secara spesifik kepada
wahy, yakni inpirasi ilahiyah yang diberikan kepada manusia terpilih, yang
dikenal sebagai nabi-nabi, dengan maksud sebagai petunjuk.[21]
Wahyu secara bahasa bermakna:[22]
a. Ilham secara bawaan dasar manusia, seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa,
sebagaimana dalam Q.S al-Qassas ayat 7;
“dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “ susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jauhkanlah Dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir
dan jangalah (pula) bersedih hati, karena sesungguhya kami akan

10
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari pada
rasul.”
b. Ilham yang berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah.
Sebagaimana dalam Q.S an-Nahl: 68

“ Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “ buatlah sarang-sarang dibukit-


bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tmpat yang dibikin manusia”.
c. Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode, seperti isyarat Zakaria yang
tercantum dalam Q.S Maryam: 11:4

“ Maka ia keluar dari dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat
ُ kepada mereka, hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang”.
d. Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah
dalam diri manusia, sebagaimana Q.S al-An’am:121 :

“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut


nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu
adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-
kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka,
Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik”.
e. Apa yang disampaikan Allah kepada para malaikat berupa suatu perintah
untuk dikerjakan, sebagaimana dalam surat al-Anfal: 12 :

ُ
“(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang
telah beriman". kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang

11
kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari
mereka.”
Sebagai mana telah disebutkan bahwa makna sentral wahyu adalah pemberian
informasi secara rahasia. Hal itu berarti bahwa wahyu adalah sebuah komunikasi
antara dua pihak yang mengandung pemberian informasi secara cepat dan rahasia.
Pengertian wahyu secara bahasa tersebut memberikan informasi kepada kita
bahwa ada proses komunikasi antara dua pihak (pengirim dan penerima) baik
sesama manusia, maupun manusia dengan makhluk lain, ataupun makhluk dengan
Tuhannya.
Wahyu secara istilah dapat bermakna komunikasi pesan Ilahi (Kalam Allah)
kepada para Nabi termasuk Muhammad saw, ia kadang berupa perintah, atau
berupa doktrin disampaikan secara cepat dan rahasia.
Muhammad Abduh mendefinisikan wahyu didalam Risalat al-Tauhidnya
adalah pengetahuan yang didapat oleh seseorang dari dalam dirinya dengan
disertai keyakinan bahwa itu dating dari Allah melalui perantara atau tidak. Yang
pertama melalui suara yang menjelma dalam telinganya atau tanpa suara sama
sekali.[24]
Menurut az-Zarqani, wahyu adalah Allah mengajarkan kepada hamba-Nya
yang terpilih segala macam hidayah dan ilmu yang Dia (Allah) kehendaki untuk
memperlihatkan kepada hambaNya dengan jalan rahasia dan samar.
Berkaitan denag pewahyuan al-Qur’an yaitu terjadinya komunikasi pesan
Allah swt kepada Rasulullah Muhammad saw melelui Jibril baik berupa perintah,
maupun doktrin memberi informasi kepada kita bahwa objek utama wahyu
didalam al-Qur’an adalah Muhammad saw sebagaimana tercermin dalam ayat-
ayat berikut: [25] Q.S. ar-Ra’ad: 30, Q.S.al-An’am:50.
ُ Sedang sumber wahyu adalah Allah SWT sebagaimana ayat-ayat berikut :
Q.S. al-An’am: 50

12
“Katakanlah: aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada
padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku
mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. aku tidak mengikuti kecuali
apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta
dengan yang melihat?" Maka Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?".
Lawh mahfuz (Luh yang terpelihara) yang hanya dapat disentuh oleh
hamba-hamba Allah yang disucikan Luh ini juga disebut juga kitab Maknun
(tersembunyi) atau umm al-Kitab (Induk Segala Kitab). Jadi al-Qur’an adalah
benar-benar bacaan yang sempurna dan sangat mulia, ia termaktub dalam kitab
yang terpelihara, sehingga ia tidak akan hilang atau mengalami pergantian dan
perubahan.[26]

C. Manfaat Studi Al-Qur’an


Manfaat Studi Al-Qur’an ialah untuk mencapai hal-hal, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui seala ihwal kitab Al-Qur’an sejak dari turunnya wahyu
yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW, sampai keadaan kitab itu
hingga sekarang. Sebab, dengan Ulumul Qur’an itu akan bisa diketahui
bagaimana wahyu Al-Qur’an itu turun dan diterima oleh Nabi Muhammad
SAW, dan bagaimana beliau menerima dan membacanya, serta bagaimana
beliau mengajarkannya kepada para sahabat serta menerangkan tafsiran
ayat-ayatnya kepada mereka. Dan dengan ilmu itu dapat diketahui pula
perhatian umat islam terhadap kitab sucinya pada tiap-tiap adab serta
usaha-usaha mereka dalam memelihara, menghafalkan, menafsirkan dan
mengistimbatkan hukum-hukum ajaran Al-Qur’an dan sebagainya.
2. . Untuk dijadikan alat bantu dalam membaca lafal ayat-ayatnya,
memahamai isi kandungannya, menghayati dari mengamalkan aturan-
aturan/ hukum ajarannya serta untuk menyelami rahasia dan hikmah
disyariatkannya sesuatu peraturan/ hukum dalam kitab itu. Sebab, hanya
dengan mengetahui dan menguasai pembahasan-pebahasan Ulumul
Qur’an inilah, orang baru akan bisa membaca lafal ayat-ayatnya dengan
baik, sesuai dengan aturan. Dan dengan Ulumul Qur’an itu pula, orang
akan bisa mengerti isi kandungan Al-Qur’an, baik yang berupa segi-segi

13
kemukjizatannya, atau segi hukum-hukum petunjuk ajarannya, sesuai
dengan keterangan-keterangan dari Ilmu I’jazil Qur’an, Ilmu Tafsiril
Qur’an, dan Ilmu Ushulil Fiqh, yang juga berupa bidang-bidang
pembahasan dari Ulumul Qur’an itu.
3. Untuk dijadikan senjata pamungkas guna melawan orang-orang non
muslim yang mengingkari kewahyuan Al-Qur’an dan membantah tuduhan
orang-orang tertentu, yang tiap-tiap ada raja orang yang melamparkan
tuduhan tuduhan kaji terhadap kesucian kitab Al-Qur’an. Kalau umat
Islam berkewajiban membela agamanya, jelaslah kewajiban pertama yang
harus dibelanya ialah membela eksistensi dan fungsi kitab suci ini, dengan
mempertahankan kesucian, kemuliaan dan kegunaannya.[27]

D. Kronologi Belajar/ Studi Al-Qur’an


Tahapan turunnya wahyu Al-Qur’an, berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an
yang diperkuat dengan hadist-hadist Nabi SAW di atas, maka dapat dinyatakan
bahwa turunnya Al-Qur’an dimalam yang penuh berkah pada bulan Ramadhan
adalah turun dari Lauh Mahfush ke Baitul ‘Izzah.
Nabi SAW pertama kali menerima wahyu saat melakukan kesendirian di
Goa Hira’, Dalam kesendiriannya, Nabi SAW memikirkan tingkah laku manusia
yang jauh dari budi pekerti yang luhur. Nabi SAW melakukannya berbulan-bulan.
Nabi SAW terus berdiam di goa itu dan pulang hanya untuk membawa perbekalan
Pengalaman Nabi SAW di Goa Hira’ diatas terjadi pada tanggal 17
Ramadhan (Abu Syahbah, 1992:53).
atau bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 Masehi (Abdul Djalal,
2000:63; Toha Yahya Omar, 1992:169).Jarak antara turunnya Al-Qur’an dari
Lauh Mahfush ke Baitul ‘Izzah dan turunnya Al-Qur’an dari Baitul ‘Izzah ke
Nabi SAW di bumi adalah sangat dekat. Kedua berada dalam Bulan Ramadhan.
Hanya saja, belum ditemukan penjelasan: apakah turunnya al-Qur’an dari Lauh
Mahfush ke Baitul ‘Izzah beberapa jam sebelum turun kepada Nabi SAW,
sehungga tanggal 17 Ramadhan tepat menjad malam kemuliaan, ataukah turun
dengan jarak beberapa hari sebelum tanggal 17 Ramadhan. Sejak tanggal itu, al-
Qur’an mulai turun secara bertahap saat Nabi SAW berusia 41 tahun.[28]

14
Ayat yang pertama turun adalah surat Al-Alaq ayat 1-5, sedangkan surat
Al-Mudatsir ayat 1-5 merupakan ayat dakwah yang pertama turun. Srat Al-Alaq
sebagai tonggak awal kenabian, sedangkan Al-Mudatsir sebagai awal kerosulan.
Surat yang pertama turun adalah surat Al-Fatihah (Manna’ al-Qaththan)[29]
Tidak seperti ayat yang pertama turun, ayat yang terakhir turun justru
mengalami ketidakjelasan. Nabi SAW bisa bercerita tentang awal permulaan
wahyu. Akan tetapi, Nabi SAW tidak bisa bercerita wahyu yang turun paling
akhir, karena turunnya wahyu merupakan Kehendak Allah SWT yang tidak
diketahui Nabi SAW.
Dari beberapa perbedaan pendapat mengenai ayat yang turun paling akhir,
terdapat dua pendapat yang memiliki alasan yang sama kuat.
Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa ayat yang turun paling akhir
ayat 3 dari surat Al-Maidah. Kandungan ayat ini menunjukkan suatu
kesempurnaan agama dan nikmat Allah SWT serta kerelaan Allah SWT atas
agama Islam.Berdasarkan tempat dan waktu, ayat ini turun d Arafah saat Nabi
SAW berada diatas unta dalam rangka menjalankan haji perpisahan (Haji wada’)
tepat pada hari Jumat tanggal 9 Dhulhijjah tahun 10 Hijriah atau 27 Oktober 632
Masehi jara antara turunnya ayat ini dengan wafatnya Nabi SAW adalah 81
hari.Kedua,pendapat yang menyatakan bahwa ayat yang turun paling akhir adalah
surat al-Baqarah ayat 281. Ayat memberikan peringatan tentang kembalinya
segala sesuatu kepada Allah SWT pada Hari Akhir. Selain itu, sebagai mana
pendapat pertama diatas ayat ini juga didukung leh banyak ulama. Jangka waktu
antara turunnya ayat ini dan wafatnya Nabi SAW adalah 9 hari, sehinga ayat ini
turun pada hari Sabtu (Ibnu Katsir, 1997; 1; 367). Sebelum wafat, Nabi SAW
mengalami sakit keras. Karenanya ayat ini turun di Madinah saat Nabi SAW
terbaring sakit. Dibanding yang pertama (Surat Al-Maidah ayat 3), pendapat
kedua ini (Surat Al-Baqarah ayat 281) lebih akhir turunnya. Karenanya Abu
syahbah (1992: 108-109) berpegang pada pendapat kedua ini.[30]

15
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Studi Alquran adalah ilmu yang membahas tentang segala sesuatu yang
ada kaitannya dengan Alquran. Alquran sebagai kitab suci umat islam yang
berlaku sepanjang zaman tidak akan pernah habis dan selesai untuk dibahas.
Persamaan Al-Qur’an dan wahyu adalah sama-sama perkataan Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril secara
beransur-ansur.
Perbedaan Al-qur’an dan wahyu. Wahyu adalah potongan-potongan Al-
Qur’an yang belum disatukan yang sedikit demi sedikit disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril secara berangsur-angsur yang
disampaikannya secara rahasia tanpa diketahui oleh orang lain.
Al-Qur’an adalah kalam Allah dengan lafadz-Nya bukan kalam Jibril
ataupun Muhammad. Al-Qur’an bisa juga disebut dengan potongan-potongan
wahyu Allah yang telah dijadikan satu oleh Nabi Muhammad dan sekertaris Nabi
Muhammad (sahabatNya) yang sebelumnya dituliskan secara terpisah-pisah
dalam berbagai pelepah tamar, daun-daun kering dan tulang-tulang suci.
Manfaat al-Qur’an ialah untuk mengetahui ihwal kitab Al-Qur’an sejak
dari turunnya wahyu yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW, sampai
keadaan kitab itu hingga sekarang.Untuk memahamai isi kandungannya. Untuk
dijadikan senjata pamungkas

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Zarqany, Muhammad Adzhim, Manahilu al-‘Irfan fi ‘Ulum Alquran, Beirut:


Dar-Kutubul ‘Ilmiah, tt
Aziz, Moh.Ali dan Bambang Subandi, Pengeahuan Tentang Al-Qur’an, Surabaya,
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2009
Baharuddin & Buyung Ali. Metode Studi Islam, Bandung: Cita Pustaka, 2005
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya, Dunia ilmu, 2013
Harahap, Hakim Muda, Rahasia Al-Qur’an, Darul Hikam: Cimanggis, 2007
Manna’ al-Qattan, Mabahith fi ‘Ulum al-Qur’an, Ttp.: Manshurat al-‘Asri al-
Hadith, 1973
Rohiminm Metode Ilmu Tafsir ,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007
Rosihon, Anwar, Ulum Alquran, Bandung: CV. Pustaka, 2008
Syadali, Ahmad dan Ahmad Rofi’I, Ulum Alquran I, Bandung: Pustaka
Setia,2000 cet.II
Syahbah Abu, Muhammad bin Muhammad, Al-Madkhal li Dirasat Alquran al-
Karim, Kairo: Maktabah Al-Sunnah, 1992
Syaikh Manna Khlil al-Qattan, Mahabits fi Ulum Al-Qur’an, Terjemah Ainur
Mazni , Rafiq M.. pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2006
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an, Surabaya:
IAIN Sunan Ampel Surabaya Press, 2012
Tim penyusun, Nina M. Armando (ed.), Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2005
Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Mahmud Yunus
Wadzuryah, tt

17
[1] Rohiminm Metode Ilmu Tafsir ,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal.84.
[2] Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an,
(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya Press, 2012), 14
[3]Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus
Wadzuryah, tt),278
[4] Muhammad Adzhim al-Zarqany, Manahilu al-‘Irfan fi ‘Ulum
Alquran, (Beirut: Dar-Kutubul ‘Ilmiah, tt.), 14.
[5] Tim penyusun, Nina M. Armando (ed.), Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), 161.
[6] Ibid
[7]Ibid.
[8] Tim penyusun, Nina M. Armando, 161.
[9] Tim penyusun, Nina M. Arman, 161.
[10] Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Al-Madkhal li Dirasat Alquran
al-Karim, (Kairo: Maktabah Al-Sunnah, 1992), 18.
[11] Rosihon Anwar, Ulum Alquran, (Bandung: CV. Pustaka, 2008),32-34.
[12] Baharuddin & Buyung Ali. Metode Studi Islam, (Bandung: Cita Pustaka,
2005), 41-42.
[13] Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an, 15
[14] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulum Alquran I, (Bandung: Pustaka
Setia, 2000), cet.II, 11.
[15] Ibid

[16] Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an. 15
[17] Manna’ al-Qattan, Mabahith fi ‘Ulum al-Qur’an, 15-16
[18] Manna’ al-Qattan, Mabahith fi ‘Ulum al-Qur’an, (Ttp.: Manshurat al-‘Asri
al-Hadith, 1973), 15
[19] Ibid, 16
[20] Syaikh Manna Khlil al-Qattan, Mahabits fi Ulum Al-Qur’an, Terjemah Ainur
Rafiq M.Mazni. pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2006), 34

18
[21] Hakim Muda Harahap, Rahasia Al-Qur’an, (Darul Hikam: Cimanggis,
2007), 28
[22] Manna’ al-Qattan, Mabahit fi ‘Ulum al-Qur’an, (Ttp,: Manshurat al- ‘Asri al-
Hadits, 1973), 32
[23] Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an, 8
[24] Syaikh Manna Khlil al-Qattan, Mahabits fi Ulum Al-Qur’an, Terjemah Ainur
Rafiq M.Mazni. pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2006), 33
[25] Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an, 9
[26] Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an, 10
[27] H. Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya, Dunia ilmu, 2013), 21
[28]Moh.Ali Aziz dan Bambang Subandi, Pengeahuan Tentang Al-Qur’an, (
Surabaya, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2009), 16
[29]Ibid, .18
[30]Moh.Ali Aziz dan Bambang Subandi, Pengeahuan Tentang Al-Qur’an, .19

19

Anda mungkin juga menyukai