Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Net Profit Margin (Marjin Laba Bersih) dan Rumusnya – Net Profit Margin (NPM) atau dalam

bahasa Indonesia disebut dengan Marjin Laba Bersih adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur persentase laba bersih pada suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Marjin Laba
Bersih ini menunjukan proporsi penjualan yang tersisa setelah dikurangi semua biaya terkait. Net Profit
Margin ini sering disebut juga dengan Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba).

Bagi Investor, Marjin Laba Bersih atau Net Profit Margin ini biasanya digunakan untuk mengukur
seberapa efisien manajemen mengelola perusahaannya dan juga memperkirakan profitabilitas masa
depan berdasarkan peramalan penjualan yang dibuat oleh manajemennya. Dengan membandingkan
laba bersih dengan total penjualan, investor dapat melihat berapa persentase pendapatan yang
digunakan untuk membayar biaya operasional dan biaya non-operasional serta berapa persentase tersisa
yang dapat membayar dividen ke para pemegang saham ataupun berinvestasi kembali ke
perusahaannya.

Net Profit Margin = Net Profit / Net Sales

Tujuan perhitungan Marjin Laba Bersih adalah untuk mengukur keberhasilan keseluruhan bisnis suatu
perusahaan. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) yang tinggi menunjukan perusahaan menetapkan
harga produknya dengan benar dan berhasil mengendalikan biaya dengan baik. Rasio Net Profit Margin
ini akan sangat berguna apabila membandingkan profitabilitas pesaing di industri yang sama karena
memiliki lingkungan bisnis dan basis pelanggan yang sama serta memiliki struktur biaya yang hampir
sama.

Umumnya, meski tergantung pada jenis industri dan struktur bisnisnya, Marjin Laba Bersih atau Net
Profit Margin (NPM) dengan persentase lebih dari 10% sudah dianggap sangat baik.

Pengertian Gross Profit Margin (Marjin Laba Kotor) dan Rumusnya – Gross Profit Margin atau Marjin
Laba Kotor adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk menghitung persentase kelebihan laba kotor
terhadap pendapatan penjualan. Gross Profit atau Laba Kotor yang dimaksud disini adalah pendapatan
Penjualan yang dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan (HPP). Biaya yang termasuk pada Harga Pokok
Penjualan (HPP) atau Cost of Goods Sold (CGS) ini diantaranya seperti bahan baku dan tenaga kerja
langsung yang terkait dengan pembuatan suatu produk. Dengan kata lain, Rasio Marjin Laba Kotor atau
Gross Profit Margin ini digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan bahan
dan tenaga kerjanya untuk memproduksi dan menjual produk-produknya untuk menghasilkan
keuntungan.

Marjin Laba Kotor atau Gross Profit Margin ini merupakan suatu indikator penting karena dapat
memberikan informasi kepada Manajemen maupun Investor tentang seberapa untungnya kegiatan
bisnis yang dijalankan oleh suatu perusahaan tanpa memperhitungkan biaya tidak langsung. Marjin Laba
Kotor ini juga dapat memberikan wawasan kepada investor tentang tingkat kesehatan perusahaan yang
sebenarnya.

Laba Kotor = Pendapatan Penjualan – Harga Pokok Penjualan


Marjin Laba Kotor = Laba Kotor / Pendapatan Penjualan

Perusahaan yang memiliki Marjin Laba Kotor yang tinggi menunjukan bahwa perusahaan tersebut
mampu untuk menjalankan produksinya secara efisien karena Harga Pokok Penjualannya relatif lebih
rendah jika dibandingkan dengan penjualan, semakin tinggi marjin laba kotornya semakin baik keadaan
operasi perusahaannya. Sebaliknya, Marjin Laba Kotor yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan
yang bersangkutan kurang mampu untuk dapat mengendalikan biaya produksi dan harga pokok
penjualannya, semakin rendah marjin laba kotornya semakin kurang baik keadaan operasi
perusahaannya.

Pengertian ROI (Return on Investment) dan Rumus ROI – Return on Investment yang sering disingkat
dengan ROI adalah rasio profitabilitas yang mengukur efisiensi sebuah investasi dengan membandingkan
laba bersih dengan total biaya atau modal yang diinvestasikan. Dengan kata lain, Return on Investment
atau ROI ini mengukur keuntungan atau kerugian yang dihasilkan dari investasi terhadap jumlah uang
yang diinvestasikan. Dalam bahasa Indonesia, Return on Investment (ROI) ini sering disebut dengan Laba
atas Investasi atau Tingkat Pengembalian Investasi.

Return on Investment atau ROI merupakan salah satu pendekatan yang paling umum digunakan untuk
mengevaluasi konsekuensi keuangan dari suatu keputusan dan tindakan investasi bisnis. ROI ini dapat
digunakan untuk keputusan keuangan pribadi, membandingkan profitabilitas perusahaan ataupun untuk
membandingkan efisiensi investasi. Jika hasil perhitungan Return on Investment atau ROI ini pada suatu
rencana investasi adalah positif dan tidak ada lagi peluang untuk memperoleh hasil ROI yang lebih tinggi
lagi maka investasi tersebut dapat dilakukan.

Membuat keputusan pembelian aset (gedung, komputer, kendaraan dan mesin produksi)

Membuat keputusan pendanaan untuk proyek dan berbagai jenis program (contohnya program
pengrekrutan, program pelatihan dan program pemasaran)

Membuat keputusan investasi saham atau investasi pada modal ventura (venture capital)

ROI = (Pendapatan dari Investasi – Biaya Investasi) / Biaya Investasi

Umumnya, setiap Investasi yang bernilai ROI positif dapat dianggap sebagai investasi yang memberikan
pengembalian yang baik. ROI positif menandakan bahwa total biaya investasi dapat dikembalikan dan
juga dapat memperoleh laba dari sisa biaya investasi tersebut. Sedangkan ROI negatif menunjukan
Pendapatan yang didapatnya tidak dapat menutupi total biaya investasi yang dikeluarkannya. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa tingkat pengembalian atau ROI yang lebih tinggi akan lebih baik dari
tingkat pengembalian atau ROI yang bernilai rendah.

Perhitungan ROI ini sangat fleksibel dan dapat digunakan untuk investasi apapun. Manajemen
perusahaan dapat menggunakan ROI ini untuk mengukur laba atas modal yang diinvestasikan, Investor
dapat menggunakannya untuk mengukur kinerja saham yang mereka investasikan sedangkan Individu
dapat menggunakan Return on Investment ini untuk mengukur laba atas aset mereka.

Anda mungkin juga menyukai