Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN SINUSITIS MAKSILARIS

A. Definisi
Sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal. Sinus sendiri adalah rongga
hidung yang terdapat diarea wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari
rongga sinus adalah untuk menjaga kelembaban hidung dan menjaga pertukaran
udara didaerah hidung.Di sekitar rongga hidung terdapat empat sinus yaitu sinus
maksilaris ( terletak di pipi) , sinus etmoidalis ( kedua mata) , sinus
frontalis (terletak di dahi) dan sinus sfenoidalis ( terletak di belakang dahi),
(wikipedia,2011)
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya
disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab
utamanya ialah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang
selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri (Endang Mangunkusumo, 2010).

B. Etiologi
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus,
bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip
hidung, kelainan anatomi, seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan
kompleks osteo-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik,
diskinesia silia seperti pada sindroma Kartagener, dan di luar negeri adalah
penyakit fibrosis kistik.
Pada anak, hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis
sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk mengangkat sumbatan dan
menyembuhkan rinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat didiagnosis dengan foto
polos leher posisi lateral. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan
berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-
lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.
Menurut berbagai penelitian, bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut
adalah streptococcus Pneumonia (30-50%). Hemophylus Influenzae (20-40%) dan
Moraxella Catarrhalis (4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak ditemukan
(20%). Pada sinusitis kronik, faktor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya
bakteri yang ada lebih condong ke arah bakteri gram negatif dan anaerob.

C. Pathofisiologi
Patofisiologi Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium sinus dan
lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) didalam kompleks osteo-
meatal. Sinus dilapisi oleh sel epitel respiratorius. Lapisan mukosa yang melapisi
sinus dapat dibagi menjadi dua yaitu lapisan viscous superficial dan lapisan serous
profunda. Cairan mukus dilepaskan oleh sel epitel untuk membunuh bakteri maka
bersifat sebagai antimikroba serta 3 mengandungi zat- zat yang berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara
pernafasan. Cairan mukus secara alami menuju ke ostium untuk dikeluarkan jika
jumlahnya berlebihan. 10,11 Faktor yang paling penting yang mempengaruhi
patogenesis terjadinya sinusitis yaitu apakah terjadi obstruksi dari ostium. Jika
terjadi obstruksi ostium sinus akan menyebabkan terjadinya hipooksigenasi yang
menyebabkan fungsi silia berkurang dan epitel sel mensekresikan cairan mukus
dengan kualitas yang kurang baik. Disfungsi silia ini akan menyebabkan retensi
mukus yang kurang baik pada sinus.9,10 Kejadian sinusitis maksila akibat infeksi
gigi rahang atas terjadi karena infeksi bakteri (anaerob) menyebabkan terjadinya
karies profunda sehingga jaringan lunak gigi dan sekitarnya rusak. Pada pulpa
yang terbuka, kuman akan masuk dan mengadakan pembusukan pada pulpa
sehingga membentuk gangren pulpa. Infeksi ini meluas dan mengenai selaput
periodontium menyebabkan periodontitis dan iritasi akan berlangsung lama
sehingga terbentuk pus. Abses periodontal ini kemudian dapat meluas dan
mencapai tulang alveolar menyebabkan abses alveolar. Tulang alveolar
membentuk dasar sinus maksila sehingga memicu inflamasi mukosa sinus.
Disfungsi silia, obstruksi ostium sinus serta abnormalitas sekresi mukus
menyebabkan akumulasi cairan dalam sinus sehingga terjadinya sinusitis maksila.
8,10 Dengan ini dapat disimpulkan bahwa patofisiologi sinusitis ini berhubungan
dengan tiga faktor, yaitu patensi ostium, fungsi silia, dan kualitas sekresi hidung.
Perubahan salah satu dari faktor ini akan merubah sistem fisiologis dan
menyebabkan sinusitis.

D. Manifestasi Klinis
Keluhan utama rinosinusitis akut ialah hidung tersumbat disertai nyeri/rasa
tekanan pada muka dan ingus purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post
nasal drip). Dapat disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu. Keluhan nyeri
atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut,
serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat lain (reffered pain). Nyeri pada
pipi menandakan sinusitis maksila, nyeri di antara atau di belakang kedua bola
mata menandakan sinusitis etmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan
sinusitis frontal. Pada sinusitis sfenoid, nyeri dirasakan di verteks, oksipital,
belakang bola mata, dan daerah mastoid. Pada sinusitis maksila kadang-kadang
ada nyeri alih ke gigi dan telinga.
Selain itu, gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise dan nyeri
kepala yang tak jelas biasanya reda dengan pemberian analgetika biasa seperti
aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala
mendadak, seperti sewaktu naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi
khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri pada palpasi dan perkusi. Sekret
mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk inisiatif
non-produktif seringkali ada. Transluminasi berkurang bila sinus penuh cairan.
E. Pathway

Brunner, Suddart. Buku Ajar


Keperawatan Medical Bedah. 2014.
Jakarta: EGC
F. Komplikasi Sinusitis Makslaris
Komplikasi Sinusitis Maksilaris - Setiap komplikasi sinusitis akut dapat terjadi
pada sinusitis kronis. Istilah sinubronkitis kadang-kadang digunakan untuk
menandai hubungan antara gejala-gejala sinus dan saluran pernafasan bawah.
Bahkan sinus dapat menyebabkan asma.
Komplikasi lainnya dari sinusitis adalah komplikasi orbita yang merupakan
komplikasi sinusitis yang berhubungan dengan lekuk mata. Pembengkakan orbita
dapat merupakan petunjuk adnaya etmoidalis akut (radang pada tulang tapis),
namun sinus frontalis dan sinus maksilais juga terletak di dekat orbita dan dapat
pula menimbulkan infeksi isi orbita.

Komplikasi Sinusitis Maksilaris bisa menyebabkan gangguan pada mata, kelopak


mata. Misalnya pada komplikasi orbita yang dapat dijelaskan dengan tahapan
sebagai berikut :
1. Paparan asap global bisa menyebabkan peradangan atau reaksi edema yang
ringan. Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus etmoidalis di dekatnya.
2. Selulitis/radang pada rongga kecil orbita. Edema bersifat difus dan bakteri telah
secara aktif menginvasi isi orbita namun nanah (pus) belum terbentuk.
3. Nanah terkumpul di antara tepi-tepi orbita (periorbita) dan dinding tulang
orbita.
4. Nanah telah menembus periosteum (selaput tulang) dan bercampur dengan isi
orbita. Tahap ini disertai gekal sisia neuritis optik (radang saraf mata) dan
kebutaan pada salah satu mata yang lebh serius.
5. Terjadi trombosis (pembekuan darah pada pembuluh darah) sinus kavernosus
yang bisa menyebabkan oftalmoplegia (kelumpuhan otot-otot bola mata
ekstrinstik), gangguan penglihatan yang berat, tanda-tanda meningisitis (radang
selaput otak) oleh karena letak sinus kavernous yang berdekatan denggan saraf
cranial, serta berdekatan juga dengan otak.
Komplikasi pada sinusitis maksilaris ini diakibatkan oleh adanya infeksi kronis sinus
parasanal akan memberi kesan gangguan lokal atau menyeluruh yang memudahkan
perisstensi infeksi. Penelitian harus dilakukan pada deformitas hidung, polip aau
adenoid yang terkena infeksi atau hipertrofi yang mungkin menyebabkan obstruksi,
pada gigi yang terinfeksi sebagai sumber sinusitis maksilaris, pada polip atau
mukokel sinus dan pada gangguan umum seperti alergi, kistik fibrosis dan silis
diskinetik. Sinusitis kronis aau berukang juga lazim dijumpai pada penderita yang
tanpa antibodi sekretorik (IgA) dan pada status imunidefisiensi lainnya.
Komplikasi jenis sinusitis apapun pastinya akan menuai masalah baru bagi kesehatan
tubuh dan organ hidung yang sangat bagi kehidupan manusia, terlebih sinus.
Komplikasi khusus dari sinusitis adalah bronkitis, pneumonia, sesak nafas dan asma.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium. Adanya peningkatan LED dan peningkatan
leukosit
2. Pemeriksaan radiologik. Foto polos posisi Waters, PA dan lateral, umumnya
hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus basar seperti sinus maksila dan
frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara cairan (air fluid
level) atau penebalan mukosa.
3. CT scan. CT scan sinus merupakan gold standart diagnosis sinusitis karena
mampu menilai anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan
sinus secara keseluruhan dan perluasannya
4. Pemeriksaan transiluminasi. Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.
Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit,
sehingga tampak lebih suram dibandingkan dengan sisi yang normal.
5. Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil
sekret dari meatus medius atau superior dengan tujuan untuk mendapat
antibiotik yang tepat guna.
H. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Data pasien
Nama : Ny. T
Umur : 66 th
Diagnosa medis : Sinusitis maksilaris dextra
Tindakan : Operasi
Ruang : Ruang Prabu Kresna
No. Register : 419521
Tanggal : 12-3-2018
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Tembalang
2. Pengkajian
Klien tiba di ruang operasi dengan : IV ( Infus )
Alergi : Tidak
Penampilan kulit : Normal
Kondisi emosi : Cemas
Jenis anastesi : Umum
Jenis operasi : Bersih terkontaminasi
Posisi tangan : Telentang
Catheter : Tidak
Disinfeksi : Betadin dan Alkohol
Monitor anastesi : ya
Mesin anastesi : ya
Tourniquet : tidak
Mulai ; 12.00 s/d 12.45 WIB
Cairan : RL
Tampon : 2 kassa setelah operasi
Masuk RR jam : 13. 45 WIB
Tanda vital : TD : 139 /79 mmHg
RR : 19 x/menit
Temp : 36,5 C
Nadi : 66 x/menit
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Apatis
Pernafasan : Tidak teratur
Sirkulasi : Merah muda
Tugor kulit : tidak
Mukosa mulut : Kering
Extrimitas : Hangat
Posisi : Telentang
Cairan draiin : Tidak
Keluhan Utama : Pasien datang ke rumah sakit
dengan keluhan nyeri kepala dan
tenggorokan.
Keadaan Lingkungan : Pasien bertempat tinggal di lingkungan
yang kurang bersih, ventilasi rumah kurang (tidak adekuat).
3. Riwayat kesehatan
a. Data subjektif
1) Pasien mengatakan nyeri pada daerah operasi.
2) Pasien mengatakan susah bernafas melalui hidung.
3) Susah tidur.
b. Data objektif
1) Ekspresi wajah meringis.
2) Jalan nafas tidak efektif.
3) Lemah
4) OS sering terbangun.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tuan A datang ke RS tanggal 12 maret 2018 dengan keluhan nyeri kepala dan
tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai pilek yang
sering kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri dirasakan semakin hebat
jika pasien menelan makanan dan menundukkan kepala. Pasien mengalami
penurunan berat badan sebanyak 1 kg dari berat badan sebelumnya. Pasien
mengaku pernah mempunyai riwayat penyakit THT sebelumnya. Setelah
melakukan pemeriksaan pasien didiagnosa menderita sinusitis.
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat THT.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami atau
menderita penyakit yang sama dengan klien dan tidak mengalami penyakit
keturunan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan
tampon hidung terhadap post operasi paradangan sinus.
2. Nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh
nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 3 (nyeri
sedang).
3. Resiko nyeri berhubungan dengan post op
C. Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan
tampon hidung terhadap post operasi peradangan sinus.
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil : Jalan napas kembali normal terutama hidung dan klien
bernapas tidak lagi melalui mulut.
Intervensi :
a. Kaji penumpukkan sekret yang ada.
Rasional : Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
b. Kaji pasien untuk posisi yang lebih aman, misalnya : Peninggian
kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernapasan dengan menggunakan gravitasi.
c. Pertahankan posisi lingkungan minimum, misalnya debu, asap dan
bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger
episode akut
d. Dorong/bantu latihan nafas.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol pernapasan.
2. Nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh nyeri
dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 ( nyeri sedang).
Tujuan : Rasa nyeri berkurang.
Kriteria hasil : skala nyeri 0, bengkak hilang, keadaan umum membaik,
ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity,
Thine.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
b. Atur posisi yang nyaman.
Rasional : posisi tidur yang menyenangkan akan memberi rasa nyaman
pada pasien.
c. Alihkan perhatian klien terhadap nyeri dengan mengajak klien mengobrol.
Rasional : Untuk mengurangi nyeri.
d. Alihkan perhatian klien terhadap nyeri dengan mengajak klien
mengobrol.
Rasional : Untuk mengurangi nyeri.
e. Kolaborasi analgetik anti piretik.
Rasional : untuk menghilangkan rasa nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Endang Mangunkusumo, Nusjirwan Rifki, dalam Evita, nurbaiti, editor, Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan, Kepala dan Leher, Balai Penerbit FK
UI, Jakarta, 2010,121-125.

Soepardi, EA. 2011. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Jakarta: Gaya Baru

Brunner, Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. 2014. Jakarta: EGC
D. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi pada hari pertama pada tanggal 12 maret 2018 jam 14.00 Wib untuk
diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan
tampon hidung terhadap operasi peradangan sinus dan tindakan yang dilakukan
adalah mengkaji / memantau frekuensi kedalam dan kemudahan bernafas,
mengatur posisi pasien yang lebih aman, misalnya : Peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandarang tempat, kolaborasi untuk penggunaan analgetik.
Evaluasi tanggal 12 maret 2018 jam 14.00 Wib
S : Klien mengatakan sulit bernafas.
O : Sulit bernafas, adanya sekret, dan pernapasan 20 x/menit.
A : masalah belum teratasi
P : tindakan dilanjutkan
Implementasi pada hari pertama pada tanggal 12 maret 2018 jam 14.10 Wib untuk
diagnosa nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh
nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 3 (nyeri sedang).
tindakan yang dilakukan adalah mengukur tingkat nyeri klien dengan Provokatif,
Quality, Region, Severity, Thine, mengatur posisi yang nyaman dan mengalihkan
perhatian klien terhadap nyeri dengan mengajak klien mengobrol, kolaborasi
untuk penggunaan obat anti nyeri ( Injeksi Tramadol 1 ampul/8 jam).
Evaluasi tanggal 12 maret 2018 jam 13.10 WIB
S : Pasien mengatakan nyeri dibagian hidung.
O : Klien mengeluh nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat
skala nyeri 3 (nyeri sedang).
A : Masalah belum teratasi
P : Tindakan dilanjutkan
Implementasi pada hari pertama pada tanggal 12 maret 2018 jam 13.30 Wib untuk
diagnosa nyeri berhubungan dengan operasi ditandai dengan klien mengeluh nyeri
di hidung

Anda mungkin juga menyukai