Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan dan melahirkan merupakan keadaan yang dapat menimbulkan
resiko kesehatan bagi setiap perempuan. Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan
diseluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung aman, namun
sekitar 15 % menderita komplikasi berat yag mengancam jiwa ibu (Kemenkes,
2014 dalam Maharathi, 2017). Sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi
terkait kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap hari (WHO, 2018).
Penelitian dari Alkema, dkk (2014) secara global 73% kematian ibu karena
penyebab obstetrik langsung, dan 27 % karena penyebab tidak langsung. Dari
semua angka kematian ibu, disebabkan perdarahan 27%, infeksi dan sepsis 10%,
hipertensi dalam kehamilan 14%, abortus 7%, distosia 8% embolisme 3% dan
sebab yang lain 9%. Angka Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu 289.000 jiwa.
Beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub Sahara 179.000
jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa.
Tingginya angka kematian ibu di beberapa wilayah di dunia
mencerminkan ketidakadilan dalam akses pelayanan kesehatan, dan menyoroti
kesenjangan antara kaya dan miskin. Hampir semua kematian ibu (99%) terjadi
di negara berkembang. Angka kematian ibu di negara berkembang pada tahun
2015 adalah 239 per 100.000 kelahiran hidup dibandingkan 12 per 100.000
kelahiran hidup di negara maju. Ada perbedaan besar antar negara, dan juga di
dalam negara, serta antara perempuan dengan pendapatan tinggi dan rendah dan
perempuan yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan (WHO, 2018).
Wanita di negara berkembang memiliki rata-rata lebih banyak kehamilan
daripada wanita di negara maju, dan risiko kematian seumur hidup mereka
karena angka kehamilan lebih tinggi. Wanita meninggal akibat komplikasi
selama dan setelah kehamilan serta persalinan. Sebagian besar komplikasi ini
berkembang selama kehamilan dan sebagian besar dapat dicegah atau diobati.
Komplikasi lain mungkin ada sebelum kehamilan tetapi memburuk selama

1
1
2

kehamilan, terutama jika tidak dikelola sebagai bagian dari perawatan wanita.
Komplikasi utama yang menyebabkan hampir 75% dari semua kematian ibu
yaitu pendarahan hebat (kebanyakan berdarah setelah persalinan), infeksi
(biasanya setelah persalinan), tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-
eklamsia dan eklampsia), komplikasi dari persalinan yaitu aborsi yang tidak
aman, sisanya disebabkan terkait dengan penyakit seperti malaria, dan AIDS
selama kehamilan (WHO, 2018).
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia
menurun dari 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi
228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, sedangkan target yang
diharapkan berdasarkan Milenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015
yaitu 102/100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti AKI di Indonesia jauh lebih
besar dari target WHO dan kira-kira 15 % dari seluruh wanita hamil mengalami
komplikasi dalam persalinan. Hal ini membutuhkan penanganan khusus selama
persalinan. Sectio caesarea (SC) adalah jalan keluar untuk penanganan
persalinan dengan komplikasi (Afriani, 2013 dalam Maharathi, 2017).
Secara umum di Indonesia sectio caesarea dilakukan bila ada indikasi
medis tertentu, sebagai tindakan mengakhiri kehamilan dengan komplikasi.
Selain itu sectio caesarea juga menjadi alternatif persalinan tanpa indikasi medis
karena dianggap lebih mudah dan nyaman. Sectio caesarea sebanyak 25 % dari
jumlah kelahiran yang ada dilakukan pada ibu-ibu yang tidak memiliki resiko
tinggi untuk melahirkan secara normal maupun komplikasi persalinan lain
(Depkes, 2012 dalam Maharathi, 2017). Angka kejadian sectio caesarea di
Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2000 jumlah ibu bersalin dengan
sectio caesarea 47,22 %, tahun 2001 sebesar 45,19 %, tahun 2002 sebesar 47,13
%, tahun 2003 sebesar 46,87 %, tahun 2004 sebesar 53,2 %, tahun 2005 sebesar
51,59 %, dan tahun 2006 sebesar 53,68 % dan tahun 2007 belum terdapat data
yang signifikan, tahun 2009 sebesar 22,8 % (Karundeng, 2016 dalam Maharathi
2017). Data rekam medik RS Suaka Insan Banjarmasin pada tahun 2017 ada 236
ibu bersalin dengan sectio caesarea, dan terhitung dari awal tahun 2018 hingga
3

Juni 2018 ada 118 ibu bersalin dengan sectio caesarea (Medical record RS
Suaka Insan, 2018).
Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan
terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dibagi menjadi
3 yaitu kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan kelainan
jalan lahir (passage). 30% ibu dengan persalinan berkepanjangan mengalami
disproporsi sefalopelvik, sedangkan kelainan ini didiagnosis pada 45% ibu yang
mengalami gangguan kemacetan persalinan (Todingbua P, 2011 dalam Balisa,
2013).
Sectio caesarea atas indikasi Cephalopelvic disproportion adalah
persalinan atau lahirnya janin dan plasenta melalui sayatan dinding abdomen dan
uterus, karena disebabkan antara ukuran kepala dan panggul atau ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami (Reeder, 2015). Menurut
data rekam medik RS Suaka Insan Banjarmasin pada tahun 2017 ada 16 ibu
bersalin dengan sectio caesarea atas indikasi CPD, dan terhitung dari awal tahun
2018 hingga Juni 2018 ada 14 ibu bersalin dengan sectio caesarea atas indikasi
CPD (Medical record RS Suaka Insan, 2018).
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan cephalopelvic
disproportion diantaranya yaitu faktor dari ibu dan janin. Pengetahuan yang baik
tentang CPD ini sepatutnya dimiliki oleh tenaga medis, tidak terkecuali oleh
setiap perawat sebagai bekal dalam praktek keperawatan maternitas agar dapat
mengambil keputusan dan penatalaksanaan yang tepat. Penatalaksanaan yang
tepat terhadap CPD dapat mengurangi angka mortalitas pada ibu maupun janin,
juga mempercepat proses penyembuhan ibu pasca operasi.
Berdasarkan latar belakang atau uraian diatas, maka penulis tertarik
mengambil studi kasus “Asuhan Keperawatan Maternitas dengan Post Operasi
Sectio Caesarea atas indikasi Cephalopelvic Disproportion (CPD)”.
4

B. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Agar pasien dan keluarga mendapat perawatan yang berkualitas
sesuai standar asuhan keperawatan dan ilmu keperawatan maternitas. Bagi
keluarga selain mendapatkan bantuan dalam perawatan pasien, keluarga
juga dapat memperoleh pengetahuan serta melihat secara langsung
bagaimana perawatan yang tepat bagi pasien dengan sectio caesarea.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mempelajari secara rinci tentang penyakit serta
melakukan penatalaksanaan pasien dengan masa nifas post sectio
caesarea, baik dari segi keperawatan maupun medis, dengan menerapkan
teori yang dipelajari terhadap fakta yang ada dilapangan, sehingga
mahasiswa dapat mempelajari teori secara langsung dan
mengaplikasikannya.
3. Bagi Perawat
Bagi perawat profesional yang bekerja di rumah sakit dapat mengerti
dan mengetahui dengan jelas asuhan keperawatan pada pasien dengan
masa nifas post sectio caesarea, sehingga dapat dengan mudah
berkolaborasi dengan dokter yang merawat, perawat juga dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif baik dari segi bio-
psiko-sosio-spiritual dan mengerti bahwa manusia adalah makhluk sosial
yang merupakan individu yang unik, sehingga dapat memberikan
perawatan yang tepat bagi pasien dnegan masa nifas post sectio caesarea.
4. Bagi Profesi-profesi terkait
a. Dokter
Dokter sebagai tim medis dapat berkolaborasi dengan perawat dalam
perawatan pasien. Kolaborasi dapat dilakukan dalam hal seperti
pemberian terapi medikasi yang tepat dan sesuai dengan keluhan serta
keadaan pasien.
5

b. Laboratory Technician
Kolaborasi pemeriksaaan laboratorium untuk membantu pemberian
terapi yang lebih akurat
c. Nutrisionist
Kolaborasi pemberian diet yang tepat untuk pasien, sehingga
membantu dalam proses penyembuhan dan pemulihan pasca operasi
sectio caesarea.
d. Physiotherapist
Sesuai dengan pedoman fisioterapi untuk melatih pergerakan.
e. Pharmacist
Membantu dalam menyediakan obat sesuai indikasi dan dosis yang
tepat untuk pasien masa nifas post sectio caesarea.

C. BATASAN MASALAH
Laporan Penulisan Stase Keperawatan Komprehensif ini dibatasi hanya
pada lingkup Asuhan Keperawatan Maternitas pada klien Ny. S dengan Post
Operasi Sectio Caesarea atas indikasi Cephalopelvic Disproportion (CPD) di
Bangsal Clement Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin pada tanggal
perawatan 27 sampai 29 Juni tahun 2018.

D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum laporan studi kasus ini adalah untuk terwujudnya asuhan
keperawatan yang berkualitas kepada pasien dengan masa nifas post sectio
caesarea melalui proses keperawatan yang komprehensif.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan laporan studi kasus ini adalah untuk
a. Melakukan pengkajian pada pasien Ny.S post sectio caesarea atas
indikasi Cephalopelvic disproportion.
b. Menganalisa data yang diperoleh dari pengkajian Ny.S post sectio
caesarea atas indikasi Cephalopelvic disproportion.
6

c. Merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan data-data pengkajian


pasien Ny.S post sectio caesarea atas indikasi Cephalopelvic
disproportion.
d. Memprioritaskan diagnosa keperawatan sesuai kondisi kesehatan
pasien berdasarkan dengan diagnosa yang muncul pada pasien Ny.S
post sectio caesarea atas indikasi Cephalopelvic disproportion.
e. Merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien Ny.S post sectio caesarea atas
indikasi Cephalopelvic disproportion.
f. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada pasien
Ny.S post sectio caesarea atas indikasi Cephalopelvic disproportion.
g. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan Ny.S post sectio caesarea
atas indikasi Cephalopelvic disproportion.
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien Ny.S post
sectio caesarea atas indikasi Cephalopelvic disproportion.
i. Menganalisis kesenjangan antara teori dan praktek dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien Ny.S post sectio caesarea atas
indikasi Cephalopelvic disproportion.

E. METODE
1. Wawancara
Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data dengan
mengidentifikasi masalah kesehatan pasien secara langsung melalui tanya
jawab kepada pasien dan keluarga tetang keluhan pasien saat ini, riwayat
penyakit pasien dan keluarga, riwayat kelahiran anak sebelumnya, riwayat
operasi SC, serta hal-hal yang berkaitan dengan kondisi pasien saat ini.
2. Observasi
Pengumpulan data dengan melihat langsung keadaan pasien secara
umum, sikap dan respon pasien terhadap penyakit, tanda kelemahan fisik,
tanda-tanda vital, tingkat kesadaran pasien, kemampuan berbicara, posisi
tubuh pasien, keadaan payudara, kondisi luka insisi dan lochea.
7

3. Pemeriksaan fisik
Teknik yang digunakan yaitu :
a. Inspeksi : Observasi menggunakan mata, yang diinspeksi adalah
tingkat kesadaran, respon sensoriok, motorik, dan
verbal, keadaan payudara, serta kondisi luka.
b. Auskultasi : Metode dengan cara mendengarkan dengan
menggunakan stetoskop. Auskultasi di area thorak
untuk mengidentifikasi abnormalitas bunyi jantung
dan paru. Area abdomen untuk mendengarkan
peristaltik usus.
c. Perkusi : Metode dengan cara mengetuk area yang biasanya
diperiksa adalah area dada (jantung dan paru) dan area
abdomen.
d. Palpasi : Metode yang digunakan dengan sentuhan atau rabaan
untuk mendeterminasi ciri-ciri organ atau jaringan
untuk pasien seperti tinggi fundus uteri, meraba
kontraksi dan payudara.

4. Tinjauan Tes Diagnostik


Pengumpulan data yang diperoleh dari status pasien yang berisi
program pemeriksaan, meliputi pemeriksaan laboratorium (darah
lengkap).
5. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yang digunakan dalam penyusunan laporan studi
kasus ini dengan mengumpulkan bahan melalui beberapa literature yang
ada diperpustakaan, penelitian dan bahan dari jurnal elektrik, artikel-
artikel mengenai materi-materi yang berhubungan dengan masa nifas post
operasi sectio caesarea atas indikasi cephalopelvic disproportion sebagai
bahan referensi dan catatan Medical Record dari RS Suaka Insan
Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai