Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

P DENGAN
TINDAKAN DEBRIDEMENT dan EVAKUASI ABSES PADA
SOFT TISSUE TUMOR FEMUR DEKSTRA dan SPONDILITIS
TB di RS ORTOPEDI Dr. SOEHARSO SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

HANA ROSIANA ULFAH


J 230 113 008

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
PENGESAHAN
NASKAH PUBLIKASI
Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur Dekstra 1
Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
(Hana Rosiana Ulfah)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN SPONDILITIS


TUBERCULOSIS dan SOFT TISSUE TUMOR FEMUR DEKSTRA
DI RS ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

Hana Rosiana Ulfah S.Kep *


Bd. Sulastri, S.Kp., M.Kes **
Yunus, S.Kep., Ns ***

Abstrak

Spondilitis tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis yang mengenai tulang belakang. Indonesia berada pada
urutan ketiga setelah India dan China, terdapat 262.000 orang dengan kasus TB menular
dan angka kematian 140.000 orang pertahun.1,3 Kejadian TB ekstrapulmonal sekitar
4000 kasus setiap tahun di Amerika, tempat yang paling sering terkena adalah tulang
belakang. Soft Tissue Tumor adalah suatu kelompok tumor yang biasanya berasal dari
jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggota gerak, badan, atau retroperitoneum,
mayoritas tumor tulang terletak di daerah kaki dan ujung telapak kaki. Tujuan umum dari
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Penulis dapat memahami asuhan keperawatan
pada pasien pre, intra dan post op operasi tindakan debridement dan evakuasi abses
pada kasus Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur dekstra di RS
Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu metode ilmiah
yang bersifat mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan data.
Teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik dan studi dokumentasi. Kesimpulan dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah masalah
keperawatan yang timbul saat pre operasi yaitu cemas dan nyeri akut. Masalah yang
timbul saat intra operasi adalah resiko kekurangan volume cairan. Dan masalah yang
timbul saat post operasi adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko injury dan resiko
infeksi.

Kata kunci : Spondilitis Tuberculosis, Soft Tissue Tumor, debridement, evakuasi abses
Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur Dekstra 2
Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
(Hana Rosiana Ulfah)

NURSING TREATMENT TO Mr. P BY TUBERCULOSIS SPONDYLITIS And


SOFT TISSUE TUMOR RIGHT FEMUR IN ORTHOPAEDIC PROF. DR. R.
SOEHARSO SURAKARTA HOSPITAL

Hana Rosiana Ulfah S.Kep *


Bd. Sulastri, S.Kp., M.Kes **
Yunus, S.Kep., Ns ***

Abstract

Spondylitis, tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacteria


Mycobacterium tuberculosis that affects the spine. Indonesia ranks third after India and
China, there are 262,000 people with infectious TB cases and 140,000 deaths in a
year.1, 3 extrapulmonary TB incidence around 4000 cases each year in the United
States, the most commonly affected are the spine. Soft Tissue Tumors is a group of
tumors that usually originate from the connective tissue, and is characterized as a mass
in the limbs, body, or retroperitoneum, the majority of bone tumors located in the leg and
foot ends. The general aim of this paper is the Scientific Writing Writers can understand
nursing care for patients pre, intra and post op action debridement and evacuation
operations in case of abscess Tuberculosis spondylitis and Soft Tissue Tumors right
femur in Orthopaedic DR. R. Soeharso Surakarta Hospital. Preparation of Scientific
Writing by using descriptive method case study approach is the scientific method is to
collect data, analyze data and draw conclusions the data. Data collection techniques
used were interviews, observation, physical examination and study documentation.
Conclusion of Scientific Writing is nursing issues that arise when operating pre namely
anxiety and acute pain. Problems arise when intra surgery is the risk of deficient fluid
volume. And the problems that arise when post surgery is ineffective airway clearance,
risk of injury and the risk of infection.

Keywords : Tuberculosis spondylitis, Soft Tissue Tumor, debridement, abces


evacuation
.
Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur Dekstra
Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta 3
(Hana Rosiana Ulfah)

PENDAHULUAN (Toy et al. 2011). Kinoshita, G,. et al


Spondilitis tuberculosis (TB) (2002) dalam jurnal “Bone and Soft
adalah penyakit infeksi yang Tissue Tumor of the Foot : review of
disebabkan oleh kuman 83 cases” menyatakan bahwa salah
Mycobacterium tuberculosis yang satu hasil dari penelitiannya adalah
mengenai tulang belakang, penyakit mayoritas tumor tulang terletak di
ini dikenal juga dengan Pott’s daerah kaki dan ujung telapak kaki.
disease. Pada tahun 1779 Berdasarkan data sekunder
Spondilitis TB telah ditemukan pada yang diperoleh penulis dari ruang
mumi dari Spanyol dan Peru Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit
(Paramarta, dkk. 2008). Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso
Berdasarkan data dari World Surakarta, terdapat 4 kasus atau
Health Organization (WHO), kasus sama dengan 1,05 % Spondilitis
baru Tuberculosis lebih dari 8 juta Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor
per tahun yang ada di seluruh dunia. pada bulan Juli dari 382 kasus lain
Dari seluruh penduduk dunia, 20- pada bulan tersebut.
33% diperkirakan telah terinfeksi Dengan fenomena tersebut
oleh Mycobacterium tuberculosis. diatas, penulis tertarik untuk
Indonesia berada pada urutan ketiga mengangkat judul Karya Tulis Ilmiah
setelah India dan China dengan “Asuhan Keperawatan pada Tn. P
penemuan 583.000 kasus baru dengan Spondilitis Tuberculosis dan
pertahun, terdapat 262.000 orang Soft Tissue Tumor Femur dekstra di
dengan kasus TB menular dan RS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso
angka kematian 140.000 orang Surakarta”.
pertahun.1,3 Kejadian TB
ekstrapulmonal sekitar 4000 kasus LANDASAN TEORI
setiap tahun di Amerika, tempat Spondilitis Tuberculosis
yang paling sering terkena adalah Spondilitis tuberculosis (TB)
tulang belakang. Angka ini mencapai adalah penyakit infeksi yang
hampir setengah dari kejadian TB disebabkan oleh kuman
ekstrapulmonal yang mengenai Mycobacterium tuberculosis yang
tulang dan sendi (Paramarta dkk, mengenai tulang belakang
2008). (Paramarta, dkk. 2008).
Penanganan yang dilakukan Penyebab dari penyakit ini
pada Spondilitis Tuberculosis adalah kuman Mycobacterium
berupa terapi dasar tuberkulosis tuberculosis yang merupakan
dengan obat anti tuberkulosis (OAI) anggota ordo Actinomicetales dan
dan medikamentosa lain, konservatif famili Mycobacteriase. Paru
dengan penggunaan ortosis, dan merupakan port d’entree lebih dari
operatif dengan tindakan 98% kasus infeksi TB, karena
debridement, evakuasi pus, serta ukuran bakteri sangat kecil 1-5 μ,
stabilisasi segmen tulang belakang kuman TB yang terhirup mencapai
bila didapatkan ketidakstabilan alveolus dan segera diatasi oleh
tulang belakang (Rahim dkk. 2011). mekanisme imunologis nonspesifik.
Soft Tissue Tumor atau Soft (Paramarta dkk, 2008).
Tissue Sarkoma adalah suatu Tanda dan gejala dari
kelompok tumor yang biasanya Spondilitis TB diantaranya adalah
berasal dari jaringan ikat, dan kurvatura tulang belakang
ditandai sebagai massa di anggota mengalami deformitas (kifosis),
gerak, badan, atau retroperitoneum terlihat adanya abses pada daerah
Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur Dekstra
Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta 4
(Hana Rosiana Ulfah)

paravertebral, abdominal, inguinal, tuberculosis yaitu tes untuk


dekubitus pada bokong, adanya mendeteksi mikobakterium
nyeri tekan pada daerah spondilitis, tuberkulosa. Sedangkan tes
kelemahan anggota gerak radiologik meliputi sinar rontgen,
(paraplegia) dan gangguan pada mielografi, CT Scan, dan MRI
tulang belakang (Muttaqin. 2012). (Moesbar. 2006).
Patofisiologi dari Spondilitis Pembacaan foto rontgen
Tuberculosis berawal dari bagian pada fase awal, akan tampak lesi
sentral, bagian depan, atau daerah osteolitik pada bagian anterior
epifisial korpus vertebra. Kemudian korpus vertebra dan osteoporosis
terjadi hyperemia dan eksudasi yang regional. Penyempitan ruang diskus
menyebabkan osteoporosis dan intervertebralis, menunjukkan
pelunakan korpus. Selanjutnya terjadinya kerusakan diskus.
terjadi kerusakan pada korteks Pembengkakan jaringan lunak
epifisis, diskus intervertebra, dan disekitar vertebra menimbulkan
vertebra sekitarnya. Kerusakan pada bayangan fusiform (Moesbar. 2006).
bagian depan akan mengakibatkan Penatalaksanaan pada
kifosis. Kemudian, eksudat (yang spondilitis tuberculosis berprinsip
terdiri dari serum, leukosit, tulang pada kuman tuberkulosa yang pada
yang fibrosis, dan basil tuberkulosa) umumnya dapat dibunuh atau
menyebar kedepan, dibawah dihambat dengan pemberian obat-
ligament longitudinal anterior. obat anti tuberkulosa, misalnya
Eksudat ini dapat menembus kombinasi INH, ethambutol,
ligament dan berekspansi ke pyrazinamid dan rifampicin. Namun
berbagai arah di sepanjang garis karena vertebra yang terinfeksi
ligament yang lemah. Abses pada mengalami destruksi dengan
vertebra biasanya tetap ada di pembentukan sekuester dan
daerah toraks setempat, menempati perkijuan, maka tindakan bedah
daerah paravertebral, berbentuk menjadi penting untuk dapat
massa yang mononjol dan fusiform. mengevakuasi sumber infeksi dan
Pada kondisi lanjut, kerusakan jaringan nekrotik, terutama
kolumna vertebra menjadi lebih jelas sekeuster. Destruksi korpus vertebra
dengan dekstruksi yang massif, dapat menyebabkan kompresi
kolaps vertebra, dan terbentuk terhadap medulla spinalis dan
massa kaseosa serta pus. menyebabkan defisit neurologik,
Selanjutnya dapat terbentuk sehingga memerlukan tindakan
sekuestrum dan kerusakan diskus bedah. Dasar penatalaksanaan
intervertebra (Muttaqin. 2012). spondilitis tuberkulosa adalah
Pemeriksaan penunjang mengistirahatkan vertebra yang
berupa tes laboratorium dan tes sakit, obat-obat anti tuberkulosa dan
radiologik. Tes laboratorium meliputi pengeluaran abses (Moesbar. 2006).
tes darah, tes tuberculin yang Pemeriksaan fisik pada
dilakukan dengan cara mantoux. pasien dengan spondilitis TB yaitu
Untuk pemeriksaan bakteriologik pada kondisi kifosis masif, klien
dan histopatologik diperlukan mengalami batuk, peningkatan
pengambilan bahan melalui biopsi produksi sputum, sesak nafas,
atau operasi. Pemeriksaan penggunaan otot bantu nafas, dan
selanjutnya adalah pemeriksaan peningkatan frekuensi pernafasan.
kultur Pemeriksaan terakhir dengan Pada spondilitis lumbal tidak
ICT (immunocromatografi) didapatkan masalah pernafasan.
Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur Dekstra
Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta 5
(Hana Rosiana Ulfah)

Klien terlihat tidak mampu ultrasonografi, CT-Scan, dan MRI.


mengontrol eliminasi urine dan alvi, (Sjamsuhidajat. 2010).
sering didapatkan adanya dekubitus Penatalaksanaan pada tumor
pada bokong, terutama pada klien meliputi operasi, radioterapi, dan
yang mengalami paraplegia yang kemoterapi. Operasi untuk
lama dirawat di rumah sendiri menghancurkan atau mengangkat
(Muttaqin. 2012). tumor. Radioterapi merupakan suatu
cara untuk eradikasi tumor ganas
Soft Tissue Tumor yang radiosensitive dan juga
Soft tissue tumor atau Soft sebagai penatalaksanaan awal
Tissue Sarkoma adalah suatu sebelum tindakan operasi dilakukan.
kelompok tumor yang biasanya Kemoterapi merupakan
berasal dari jaringan ikat, dan penatalaksanaan tambahan pada
ditandai sebagai massa di anggota tumor ganas tulang dan jaringan
gerak, badan, atau retroperitoneum lunak, obat-obatan yang
(Toy et al. 2011). dipergunakan adalah metotreksat,
Terdapat beberapa faktor adriamisin, siklofosfamid, vinkristin,
yang dapat menyebabkan sisplatinum. Pemberian kemoterapi
keganasan tulang yaitu genetik, biasanya dilakukan pada pra/pasca
radiasi, bahan kimia, trauma, operasi (Muttaqin. 2008).
limfedema kronis, dan infeksi. Faktor Pemeriksaan fisik yang
genetik dapat menyebabkan soft dilakukan pada klien dengan soft
tissue tumor berdasarkan dari data tissue tumor yaitu adanya keluhan
penelitian, diduga mutasi genetik nyeri yang menunjukkan tanda
pada sel induk mesenkim dapat ekspansi tumor yang cepat dan
menimbulkan sarkoma. Selanjutnya penekanan ke jaringan sekitarnya.
radiasi, risiko terjadinya sarkoma Pemeriksaan lokasi tumor, besar,
pada klien Hodgkin yang diradiasi bentuk, batas dan sifat tumor.
adalah 0,9%. Jarak waktu antara Adanya gangguan pergerakan sendi
radiasi dan terjadinya sarkoma akibat adanya tumor, spasme otot
diperkirakan sekitar 11 tahun. Bahan dan kekakuan tulang belakang jika
kimia seperti Dioxin dan tumor terdapat pada tulang
Phenoxyherbicide diduga dapat belakang. Pemeriksaan neurologis
menimbulkan sarkoma. Trauma untuk menentukan adanya
dapat menjadi penyebab dilihat dari penekanan tumor pada saraf-saraf
sekitar 30% kasus keganasan pada tertentu (Muttaqin. 2008).
jaringan lunak mempunyai riwayat
trauma. Penyebab selanjutnya DEBRIDEMENT
adalah limfedema kronis, limfedema Debridement adalah
kronis akibat operasi atau radiasi pengeluaran jaringan yang terlepas
dapat menimbulkan atau nekrotik dari luka yang dapat
limfangiosarkoma. Penyebab dilakukan melalui pembedahan
terakhir adalah infeksi. Keganasan (Brooker, Chris. 2008).
pada jaringan lunak dan tulang Penatalaksanaan bedah
dapat juga disebabkan oleh infeksi pada tulang atau sendi yang
parasit, yaitu filariasis (Muttaqin. terinfeksi umumnya meliputi
2008). pengeluaran materi terinfeksi dan
Adapun pemeriksaan nekrotik yang diikuti dengan
penunjang tumor jaringan lunak peningkatan penyembuhan normal
diantaranya dengan foto rontgen, jaringan lunak dan tulang,
Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur Dekstra
Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta 6
(Hana Rosiana Ulfah)

pembedahan tersebut diantaranya studi dokumentasi dari jurnal


adalah debridement ekstensif untuk maupun buku.
mengendalikan infeksi. Pengulangan
debridement diperlukan jika infeksi Analisis Data
luas (Kneale dan Davis. 2011). Dalam pembahasan, penulis
melakukan analisa dengan
Pendekatan menggunakan mekanisme “compare
Karya tulis ilmiah ini penulis and contrast” untuk diagnosa yang
susun menggunakan metode muncul pada saat pemberian
deskriptif dengan pendekatan studi asuhan keperawatan dengan
kasus yaitu metode ilmiah yang diagnosa yang muncul pada teori. Di
bersifat mengumpulkan data, dukung dengan hasil jurnal-jurnal
menganalisis data dan menarik yang mempunyai tema yang
kesimpulan data. berkaitan dengan pemberian asuhan
keperawatan yang dilakukan penulis.
Tempat dan Waktu
Penyusunan karya tulis Keabsahan Data
ilmiah ini mengambil kasus di Untuk menghindari
Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit kesalahan atau kekeliruan data yang
Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso telah terkumpul, perlu dilakukan
Surakarta pada tanggal 17 Juli 2012. pengecekan keabasahan data.
Pengecekan keabsahan data
Langkah-langkah didasarkan pada kriteria derajat
Langkah-langkahpenyusunan kepercayaan (credibility) dengan
karya tulis ilmiah ini dimulai dari teknik trianggulasi, ketekunan
penulis mengajukan judul, kemudian pengamatan, pengecekan teman
menyusun latar belakang yang sejawat (Moleong, 2004).
mendukung pengambilan judul. Ketekunan pengamatan dilakukan
Dalam memulai asuhan dengan teknik melakukan
keperawatan, penulis melakukan pengamatan yang diteliti, rinci dan
asuhan keperawatan dari pengkajian terus menerus selama proses
sampai evaluasi. Setelah diperoleh pengkajian berlangsung yang diikuti
hasil, penulis melakukan dengan kegiatan wawancara secara
pembahasan tentang pengkajian intensif terhadap subjek agar data
sampai evaluasi. Dengan dukungan yang dihasilkan terhindar dari hal-hal
dari jurnal-jurnal yang berkaitan yang tidak diinginkan.
dengan Spondilitis tuberculosis dan
Soft tissue tumor, penulis melakukan Etika
pembahasan. Simpulan dan saran Dalam proses asuhan
diperoleh dari pembahasan yang keperawatan penulis tidak
telah penulis lakukan. Sehingga melupakan masalah etika, yang
nantinya karya tulis ilmiah ini bisa meliputi:
digunakan sebagaimana mestinya. 1. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti
Teknik Pengambilan Data hanya mencantumkan inisial pada
Dalam memperoleh data biodata diri.
penulis menggunakan beberapa 2. Confidentiality
cara diantaranya sebagai berikut : Kerahasiaan informasi responden
rekam medik, wawancara, dijamin penulis. Hanya data tertentu
observasi, pemeriksaan fisik, dan
Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur Dekstra
Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta 7
(Hana Rosiana Ulfah)

yang akan dilaporkan sebagai Hematokrit 37 %, Trombosit 261.400


laporan (Nursalam, 2003). mm³, PT 13,5 detik, APTT 30,4
detik, INR 1,10 detik, HbsAg negatif,
Pengkajian dan kreatinin 0,9 mg/dl. Hasil
Pengkajian dilakukan pada pemeriksaan radiologi pada tanggal
tanggal 17 Juli 2012 jam 09.00 18 Mei 2012 diperoleh kesan femur
diperoleh data : Identitas pasien: dekstra: massa kistik femur.
Nama/inisial klien : Tn. P ; Umur : 32 Pemeriksaan Patologi Anatomi pada
tahun; Jenis kelamin : laki-laki; tanggal 12 Juli 2012, asal jaringan
Alamat : Jl. Letjend Suprapto 37 A, vertebra dan femur dekstra :
Sidoharjo, Pacitan; Diagnosa Medis kesimpulan : proses tuberculosa.
: Spondilitis TB dan Soft Tissue Terapi yang diberikan pada
Tumor Femur Dekstra ; No. RM : tanggal 17 Juli 2012; pre operasi:
21.47.10; Pendidikan : S1; Sumber Infus RL 20 tpm, injeksi midazolam 5
informasi : klien, catatan mg IV, infus venofundin 500 ml; intra
keperawatan; Tanggal masuk : 16 operasi general anestesi; Infus RL
Juli 2012 pukul 11.00 WIB; Tanggal 30 tpm; Fentanyl 100 mcg; Tramus
pengkajian : 17 Juli 2012 pukul 30 mg; Propofol 100 mg; Granon 1
09.00 WIB. mg; Isoflurane dial 1; O2 100 % 2
Riwayat kesehatan pasien. lt/mnt; N2O 2 lt/mnt. post operasi:
Keluhan utama : Nyeri dan bengkak SA 0,25 mg, prostigmin 0,5 mg,
pada paha kanan dan punggung; Ketorolac 30 mg/8jam, Diit TKTP
Riwayat penyakit dahulu : Klien (Tinggi kalori tinggi protein), Infus RL
memiliki riwayat pada tahun 2007 20 tpm.
saat lari sprint klien merasa paha
depannya robek dan berbunyi “krek”, Pre Operasi
lalu bengkak dan nyeri, pada tahun Diagnosa Keperawatan:
2009 terulang lagi, bengkak tidak Cemas berhubungan dengan
hilang-hilang. Klien tidak memiliki prosedur pembedahan, Nyeri akut
riwayat DM, hipertensi, asma dan berhubungan dengan agen injury
penyakit menular; Riwayat penyakit biologi.
sekarang : ± 3 bulan yang lalu saat Intervensi Keperawatan:
fitness klien berlatih dengan alat tujuan yang diharapkan yaitu klien
butterfly, tiba-tiba pinggangnya nyeri mampu mengontrol cemas dan
dan ada suara “krek” kemudian mempunyai mekanisme koping yang
bengkak sampai sekarang, lalu pada positif setelah dilakukan tindakan
tanggal 12 Juni 2012 klien operasi keperawatan selama 1x30 menit
incisi abses vertebra dan femur dengan kriteria hasil, klien
dekstra, tanggal 16 Juli 2012 klien mengidentifikasi, mengungkapkan
datang untuk kontrol post operasi ke dan menunjukkan tehnik untuk
poliklinik RS Ortopedi Prof. DR. R. mengontrol cemas, klien
Soeharso Surakarta dengan keluhan mengatakan lebih tenang, ekspresi
kaki kanan serta punggung nyeri dan klien tenang dan rileks, vital sign
bengkak, pada luka bekas operasi dalam batas normal TD: 110-120/70-
keluar pus. 80mmHg, N: 60-100 x/menit, RR:
Pemeriksaan Penunjang: 16-22x/menit, S:36-37,5 0C.
hasil pemeriksaan laboratorium pada Rencana tindakan keperawatan
tanggal 12 Juni 2012 diperoleh hasil: yang akan dilakukan adalah kaji
nilai Hemoglobin 13,2 gr/dl, Leukosit penyebab dan tingkat kecemasan
12.000 mm³, Eritrosit 4,76 106/mm³, klien, berikan support system dan
Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur Dekstra
Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta 8
(Hana Rosiana Ulfah)

motivasi klien, berikan lingkungan dengan keluhan kaki kanan serta


yang nyaman, ukur TTV, jelaskan punggung nyeri dan bengkak, pada
prosedur dan tindakan dengan luka bekas operasi keluar pus dan
singkat dan jelas, dan ajarkan teknik klien disarankan untuk operasi lagi.
relaksasi nafas dalam. Klien kooperatif, klien mampu
Tujuan yang diharapkan bercerita dan ekspresi mulai rileks.
adalah setelah diberikan asuhan Pada jam 09.20 WIB, mengkaji
keperawatan selama 1x30 menit, lokasi, intensitas, frekuensi dan tipe
nyeri berkurang dengan kriteria hasil nyeri (diagnosa 2). Respon klien,
klien mengatakan nyeri berkurang, klien mengatakan kaki kanan terasa
skala nyeri menurun menjadi nyeri jika digerakkan (P: saat
rentang 3-5, klien lebih tenang, bergerak, Q: seperti ditusuk-tusuk,
ekspresi klien lebih rileks, tanda- R: kaki kanan, S: 6, T: intermitten).
tanda vital dalam rentang normal: Pada jam 09.25 WIB, mengajarkan
TD: 110-120/70-80 mmHg, RR: 16- relaksasi nafas dalam (diagnosa 1
22 x/menit, N: 60-100 x/menit, S: 36- dan 2). Respon klien, klien
0
37,5 C. Rencana tindakan kooperatif mempraktekkan relaksasi
keperawatan yang akan dilakukan nafas dalam. Pada jam 09.30 WIB,
adalah lakukan pendekatan pada berkolaboratif dalam pemberian
klien dan ajak bercakap-cakap, kaji midazolam 5 mg (diagnosa 2).
lokasi, intensitas, frekuensi dan tipe Respon, midazolam 5 mg masuk per
nyeri, observasi tanda-tanda vital, IV, RL 20 tpm.
immobilisasi bagian yang sakit, Evaluasi Keperawatan:
ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, Evaluasi dilakukan pada hari itu juga
dan kolaboratif pemberian analgetik. jam 09.30 WIB dengan diperoleh
Implementasi Keperawatan data subyektif diagnosa 1: Klien
Implementasi keperawatan mengatakan sudah lebih tenang.
dilakukan jam 09.00 WIB, Data obyektif diagnosa 1: klien
memberikan tindakan mengkaji kooperatif mempraktekan relaksasi
penyebab kecemasan klien nafas dalam, ruangan tenang tidak
(diagnosa 1). Respon klien, klien ada kegaduhan, ekspresi klien lebih
mengatakan takut operasinya gagal. tenang dan rileks. Untuk perawat,
Klien terlihat tegang dan gelisah. berdasarkan hasil evaluasi yang
Pada jam 09.05 WIB, menjaga diperoleh di atas, implementasi
ketenangan ruangan (diagnosa 1). terhadap diagnosa 1 yang telah
Respon, ruangan tenang tidak ada dilakukan sudah memberikan
kegaduhan. Pada jam 09.10 WIB, pengaruh terhadap kecemasan
menjelaskan prosedur dan tindakan klien. Masalah teratasi, dan
dengan singkat dan jelas dan intervensi dihentikan.
mengajak klien bercakap–cakap Hasil evaluasi pada diagnosa
tentang kota asal klien, awal sakit, 2 diperoleh data subyektif: klien
dan menganjurkan klien untuk mengatakan kaki kanannya terasa
berdo’a serta memotivasi klien nyeri kalau digerakkan. Saat ini nyeri
(diagnosa 1, 2). Respon klien, klien berkurang kalau tidak digerakkan (P:
mengatakan klien berasal dari saat bergerak, Q: seperti ditusuk-
Pacitan, klien mengatakan ± 1,5 tusuk, R: kaki kanan, S: 5, T:
bulan yang lalu klien sudah operasi intermitten), klien mengatakan klien
pada kaki kanan dan punggungnya, berasal dari Pacitan, klien
lalu kemarin klien datang untuk mengatakan ± 1,5 bulan yang lalu
kontrol post operasi ke poliklinik klien sudah operasi pada kaki
Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur Dekstra
Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta 9
(Hana Rosiana Ulfah)

kanannya, lalu kemarin klien datang 09.40 tourniquet dipasang oleh


untuk kontrol post operasi ke asisten bedah 2 pada pangkal paha
poliklinik dengan keluhan kaki kanan kanan, mengobservasi tanda-tanda
serta punggung nyeri dan bengkak, vital : jam 09.40 WIB: tekanan darah
pada luka bekas operasi keluar pus 99/69 mmHg, nadi 100 x/menit dan
dan klien disarankan untuk operasi saturasi O2 99%; jam 10.00 WIB:
lagi. Sedangkan untuk data obyektif: tekanan darah 107/73 mmHg,
klien mampu bercerita, ekspresi nadi: 105 x/menit dan saturasi 99%;
klien lebih rileks dan tenang, jam 10.15 WIB: 103/72 mmHg, nadi:
midazolam 5 mg IV (bolus), RL 96 x/menit dan saturasi: 99%. Jam
20 tpm, klien kooperatif untuk 09.50 mengkaji perifer, data obyektif:
immobilisasi bagian yang sakit, klien kemerahan, akral hangat. Jam 10.00
kooperatif mempraktekan relaksasi mengkolaborasi pemberian infus RL
nafas dalam, tanda-tanda vital: TD: 30 tpm, jam 10.15 memonitor
130/80 mmHg, RR: 24 x/menit, N: 96 pengeluaran darah pada mesin
x/menit, S: 36,5 0C. Untuk perawat, suction, data obyektif: jumlah
berdasarkan hasil evaluasi yang perdarahan ± 200 cc. jam10.20
diperoleh di atas, implementasi torniquet dilepas oleh asisten bedah
terhadap diagnosa 2 yang telah 2, data obyektif : tourniquet lepas,
dilakukan sudah memberikan jam 10.30 mengkaji konjungtiva,
pengaruh terhadap nyeri klien. data obyektif : konjungtiva tidak
Masalah teratasi sebagian, dan anemis.
intervensi dilanjutkan dengan Evaluasi Keperawatan: Hasil
memberikan intervensi: observasi evaluasi diperoleh data: jam 09.40
TTV selama operasi. WIB: tekanan darah 99/69 mmHg,
nadi 100 x/menit dan saturasi O2
Intra Operasi 99%; jam 10.00 WIB: tekanan darah
Diagnosa Keperawatan: 107/73 mmHg, nadi: 105 x/menit dan
Resiko kekurangan volume cairan saturasi 99%; jam 10.15 WIB:
berhubungan dengan kehilangan 103/72 mmHg, nadi: 96 x/menit dan
volume cairan secara aktif. saturasi: 99%. Nadi perifer :
Intervensi Keperawatan: kemerahan, akral hangat. Infus RL
Tujuan yang diharapkan adalah 30 tpm, Jumlah perdarahan ± 200
selama 1x15 menit, perdarahan cc. Konjungtiva tidak anemis,
dapat diminimalkan dengan kriteria tourniquet pada ujung pangkal paha
hasil: tanda-tanda vital dalam kanan dilepas.
rentang normal: TD: 110-120/70-80 Untuk perawat, berdasarkan
mmHg, RR: 16-22 x/menit, hasil evaluasi yang diperoleh di atas,
N: 60-100 x/menit, dan S : 36-37,5 implementasi yang telah dilakukan
0
C, turgor kulit baik, perfusi perifer sudah memberikan pengaruh
baik akral hangat, kering dan merah. terhadap resiko kekurangan volume
Rencana tindakan pada klien adalah cairan klien. Masalah teratasi
pantau tanda-tanda vital, monitor sebagian, dan intervensi dilanjutkan
pengeluaran perdarahan pada mesin dengan memberikan intervensi: ukur
suction, kaji konjungtiva klien, TTV per 15 menit, kolaborasi
kolaborasi dalam pemberian cairan dalam pemberian cairan infus
infus maupun tranfusi, kolaborasi maupun tranfusi.
dalam pemasangan torniquet.
Implementasi Keperawatan: Post Operasi
Implementasi sebagai berikut : jam
Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur Dekstra
Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta 10
(Hana Rosiana Ulfah)

Diagnosa Keperawatan: dengan data obyektif : keluaran


Bersihan jalan nafas tidak efektif secret kental dan bening ± 5 cc,
berhubungan dengan disfungsi klien batuk dan tidak ada sumbatan
neuromuscular, Resiko injury jalan nafas, memonitor respirasi dan
berhubungan dengan pengaruh saturasi O2 dengan data obyektif :
anestesi, Resiko infeksi RR: 24x/menit, klien terpasang O2 2
berhubungan dengan tindakan ltr/menit. Jam 10.35 WIB
invasif/pembedahan. menyediakan lingkungan yang aman
Intervensi Keperawatan: dengan data obyektif : lingkungan
Tujuan yang diharapkan dari aman, klien berada di recovery
diagnosa 1 adalah selama 1x50 room, memasang side rail tempat
menit, jalan nafas klien paten, klien tidur dengan data obyektif : side rail
dapat mendemonstrasikan batuk terpasang, mengidentifikasi
efektif dan suara nafas yang bersih. kebutuhan sesuai dengan kondisi
Rencana tindakan keperawatan, klien dengan data obyektif : bed side
posisikan klien untuk monitor terpasang. Jam 10.45 WIB,
memaksimalkan ventilasi, keluarkan memantau tanda-tanda vital dengan
secret dengan suction, monitor respon TD: 103/72
respirasi dan saturasi O2. Tujuan mmHg, RR: 24 x/menit, N: 84
yang diharapkan dari diagnosa 2 x/menit dan S: 36,2 0C. Jam 10.45
adalah selama 1x15 menit, klien WIB, mempertahankan teknik
tidak mengalami injury dengan aseptic. Jam 10.55 WIB, mengkaji
kriteria hasil klien bebas dari injury. kulit dari tanda-tanda infeksi dengan
Rencana tindakan keperawatan, respon : tidak ada kemerahan, luka
sediakan lingkungan yang aman, bekas incisi dibalut, balutan kering.
pasang side rail tempat tidur, Evaluasi keperawatan:
identifikasi kebutuhan sesuai dengan Evaluasi jam 11.20 WIB dengan
kondisi klien, dan pindahkan barang menyimpulkan data obyektif. Dari
yang dapat membahayakan klien. hasil implementasi diperoleh
Tujuan yang diharapkan dari kesimpulan dengan data obyektif
diagnosa 3 adalah selama 2x60 dari diagnosa 1: klien terposisikan
menit, klien tidak mengalami infeksi supine/ekstensi kepala, keluaran
dengan kriteria hasil klien bebas dari secret kental dan bening ± 5 cc,
tanda dan gejala infeksi. Rencana klien batuk dan tidak ada sumbatan
tindakan keperawatan, pertahankan jalan nafas, RR: 24x/menit, klien
tindakan aseptic, cuci tangan terpasang O2 2 ltr/menit. Pada
sebelum dan sesudah tindakan, diagnosa 2 : lingkungan aman, bed
monitor tanda dan gejala infeksi, side monitor dan side rail terpasang.
berikan antibiotic sesuai advis Evaluasi diagnosa 3 : bekas insisi
dokter, inspeksi kulit dan membran bedah tidak mengalami infeksi
mukosa terhadap adanya seperti kemerahan, balutan kering,
kemerahan, panas. tanda-tanda vital: TD: 103/72mmHg,
Implementasi Keperawatan: RR: 24 x/menit, N: 84 x/menit, S :
Implementasi keperawatan 36,2 0C.
dilakukan mulai jam 10.25 WIB yaitu Untuk perawat, berdasarkan
memposisikan klien supine/ekstensi hasil evaluasi yang diperoleh di atas,
kepala untuk memaksimalkan implementasi yang telah dilakukan
ventilasi dengan data obyektif: klien sudah memberikan pengaruh
terposisikan supine/ekstensi kepala, terhadap bersihan jalan nafas tidak
mengeluarkan secret dengan suction efektif, resiko injury dan resiko
Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur Dekstra
Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta 11
(Hana Rosiana Ulfah)

infeksi. Masalah teratasi sebagian, (Muttaqin. 2012). Pada Tn. P tidak


dan intervensi dilanjutkan di ruangan ditemui adanya kifosis, klien
dengan memberikan intervensi : mengalami spondilitis pada
monitor respirasi dan saturasi O2, torakolumbal sehingga klien tidak
bantu kebutuhan ADL klien, ukur mengalami gangguan pernafasan
TTV per 15 menit, berikan cairan seperti batuk, sesak nafas maupun
secara adekuat dan pertahankan peningkatan produksi sputum. Saat
teknik aseptik. operasi klien terpasang Dower
Cateter (DC) no 16, dan klien tidak
PEMBAHASAN mengalami dekubitus.
Kasus pada karya tulis yang Pemeriksaan fisik yang
berjudul Asuhan Keperawatan pada dilakukan pada klien dengan soft
Tn. P dengan Spondilitis tissue tumor yaitu adanya keluhan
Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor nyeri yang menunjukkan tanda
Femur Dekstra di RS Ortopedi Prof. ekspansi tumor yang cepat dan
DR. R. Soeharso Surakarta penekanan ke jaringan sekitarnya.
dilakukan tindakan debridement dan Pemeriksaan lokasi tumor, besar,
evakuasi abses dengan General bentuk, batas dan sifat tumor.
Anestesi. Tindakan ini dilakukan Adanya gangguan pergerakan sendi
karena debridement adalah akibat adanya tumor, spasme otot
pengeluaran jaringan yang terlepas dan kekakuan tulang belakang jika
atau nekrotik dari luka yang dapat tumor terdapat pada tulang
dilakukan melalui pembedahan belakang. Pemeriksaan neurologis
(Brooker, Chris. 2008). Penanganan untuk menentukan adanya
operatif yang dilakukan pada penekanan tumor pada saraf-saraf
Spondilitis Tuberculosis dengan tertentu (Muttaqin. 2008). Pada Tn.
tindakan debridement, evakuasi pus, P ditemukan adanya nyeri serta
serta stabilisasi segmen tulang bengkak pada femur dekstra, nyeri
belakang bila didapatkan pada tulang belakang dikarenakan
ketidakstabilan tulang belakang klien juga mengalami spondilitis TB
(Rahim dkk. 2011). pada torakolumbal.
Pemeriksaan fisik yang Pada pemeriksaan diagnostik
dilakukan pada pasien dengan yaitu pemeriksaan kultur pada
spondilitis TB yaitu pada kondisi jaringan femur dekstra dan vertebra
kifosis massif, kifosis atau bongkok didapatkan hasil adanya proses
dikarenakan kurang luasnya dada tuberculosa. Pemeriksaan rontgen
sering disebabkan oleh penyakit didapatkan hasil adanya massa
dada (Pearce, 2006) , klien kistik femur. Dari kedua
mengalami batuk, peningkatan pemeriksaan tersebut sudah dapat
produksi sputum, sesak nafas, dilihat adanya proses tuberculosa
penggunaan otot bantu nafas, dan dan massa kistik pada femur
peningkatan frekuensi pernafasan. sehingga pemeriksaan diagnostik
Pada spondilitis lumbal tidak yang lain tidak dilakukan.
didapatkan masalah pernafasan. Teori mengenai masalah
Klien terlihat tidak mampu keperawatan yang timbul pada klien
mengontrol eliminasi urine dan alvi, dengan Spondilitis TB dan soft
sering didapatkan adanya dekubitus tissue tumor dengan tindakan
pada bokong, terutama pada klien debridement dan evakuasi abses
yang mengalami paraplegia yang baik pre operasi, intra operasi serta
lama dirawat di rumah sendiri post operasi tidak jauh berbeda
Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur Dekstra
Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta 12
(Hana Rosiana Ulfah)

dengan masalah keperawatan yang tanda ekspansi tumor yang cepat


terjadi di lapangan. Berdasarkan dan penekanan ke jaringan
teori, masalah bersihan jalan nafas sekitarnya (Muttaqin, 2008). Adapun
tidak efektif, nyeri akut, ansietas implementasi yang dapat dilakukan
atau kecemasan, resiko kekurangan adalah mengkaji nyeri klien,
volume cairan, resiko cedera dan mengajarkan teknik relaksasi nafas
resiko infeksi muncul sebagai dalam, menganjurkan klien untuk
masalah yang dialami Tn.P berhati-hati dalam bergerak,
(Carpenito. 2006, Doengoes. 2010). mengajak klien bercakap-cakap
Pada pre op penulis tentang nyeri yang pernah dialami
menegakkan diagnosa keperawatan (NANDA, 2007). Teknik relaksasi
cemas atau ansietas dilihat dari data nafas dalam dapat meningkatkan
subyektif klien yaitu klien asupan O2 sehingga akan
mengatakan takut operasinya gagal, menurunkan nyeri sekunder akibat
di tunjang dengan data obyektif kien iskemia spina (Doengoes. 2010).
terlihat tegang dan gelisah, Tekanan Diagnosa keperawatan yang
Darah:130/90 mmHg, Respiratory penulis angkat pada saat intra
Rate: 24 x/menit, Nadi: 96 x/menit, operatif adalah resiko kekurangan
dan Suhu : 36,5 0C. Suatu penelitian volume cairan. Penulis menegakkan
menyebutkan bahwa 80% dari diagnosa tersebut karena dari data
pasien yang akan menjalani obyektif yang didapat yaitu pada
pembedahan mengalami kecemasan klien dilakukan insisi. Klien dilakukan
(Ferlina, 2002). Implementasi yang tindakan debridement dan evakuasi
dilakukan yaitu mengkaji penyebab abses. Terdapat perdarahan ± 200
kecemasan klien, mengajak klien cc dan pus ± 500 cc. Klien terpasang
bercakap-cakap, dan menciptakan infus RL 30 tpm. Tanda-tanda vital
lingkungan yang tenang (NANDA, selama operasi berlangsung: jam
2007). Pasien mengalami ansietas 09.40 WIB: tekanan darah 99/69
dan ketidakberdayaan karena mmHg, nadi 100 x/menit dan
viabilitas ekstremitas mereka yang saturasi O2 99%; jam 10.00 WIB:
tidak pasti dan kondisi mereka yang tekanan darah 107/73 mmHg, nadi:
bersifat jangka panjang, dengan 105 x/menit dan saturasi 99%; jam
menciptakan kondisi yang 10.15 WIB: 103/72 mmHg, nadi: 96
mendukung, memotivasi pasien x/menit dan saturasi: 99%.
untuk berpartisipasi dalam Penatalaksanaan bedah pada tulang
pengambilan keputusan tentang atau sendi yang terinfeksi umumnya
asuhan keperawatan mereka, meliputi pengeluaran materi
dengan dukungan dan informasi terinfeksi dan nekrotik yang diikuti
yang tepat pasien dapat memahami dengan peningkatan penyembuhan
proses penyakit, pilihan, dan tujuan normal jaringan lunak dan tulang,
pengobatan sehingga kepatuhan pembedahan tersebut diantaranya
terhadap asuhan mereka meningkat adalah debridement ekstensif untuk
(Kneale dan Davis. 2011). mengendalikan infeksi. Pengulangan
Selanjutnya diagnosa debridement diperlukan jika infeksi
keperawatan nyeri akut dikarenakan luas (Kneale dan Davis. 2011).
klien mengeluh nyeri pada kaki Menurut penulis, tindakan
kanan jika digerakkan, nyeri seperti debridement tetaplah akan
ditusuk-tusuk, nyeri pada kaki menimbulkan perdarahan walau
kanan, Skala 6, dan intermitten. minimal, karena pada proses
Adanya keluhan nyeri menunjukkan menghilangkan jaringan nekrotik
Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur Dekstra
Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta 13
(Hana Rosiana Ulfah)

akan menimbulkan jaringan baru aman, memasang side rail,


dengan vaskularisasi yang lebih mengidentifikasi kebutuhan klien
baik, sehingga besar kemungkinan (NANDA, 2007). Pemasangan side
akan menimbulkan perdarahan pada rail atau pagar tempat tidur
jaringan baru tersebut. bertujuan untuk mencegah klien
Diagnosa keperawatan post jatuh (Doengoes. 2010).
operasi yaitu bersihan jalan nafas Diagnosa keperawatan ketiga
tidak efektif. Diagnosa yaitu resiko infeksi. Penegakan
keperawatan tersebut ditegakkan diagnosa resiko infeksi dari data
dari data obyektif klien tidak sadar, obyektif yang didapat yaitu klien
keadaan umum lemah, masih post op debridement dan evakuasi
dalam pengaruh anestesi, nilai abces, terdapat luka incisi pada
aldrette scor :7, nilai pernafasan femur dekstra dan vertebra, femur
pada aldrette scor :1 : pernafasan dekstra dan vertebra toracolumbal
dangkal dan agak sesak, klien dibalut. Tanda-tanda vital yang
belum bisa batuk dan nafas dalam. didapat yaitu tekanan darah:
Bersihan jalan nafas tidak efektif 103/72mmHg, Respiratory rate: 23
yaitu ketidakmampuan untuk x/menit, Nadi: 96 x/menit, Suhu:
membersihkan sekresi atau 36,2 0C, SpO2 : 99 %. Semua
obstruksi dan saluran pernafasan prosedur infasiv memungkinkan
untuk mempertahankan kebersihan terjadinya pemajanan
jalan nafas (NANDA, 2007). mikroorganisme dan resiko infeksi
Implementasi yang dilakukan (Kneale dan Davis. 2011).
adalah memposisikan klien untuk Implementasi yang penulis lakukan
memaksimalkan ventilasi, adalah mengobservasi tanda-tanda
mengeluarkan secret dengan vital, mempertahankan teknik
suction, memonitor respirasi dan aseptik, memberikan antibiotik
status O2 (NANDA, 2007). sesuai advis, dan mengkaji kulit
Memposisikan klien semi fowler dari tanda-tanda infeksi (NANDA,
karena perubahan posisi dapat 2007). Pencegahan infeksi dapat
mengeluarkan secret dari saluran dilakukan dengan beberapa cara
pernafasan (Doengoes. 2010). diantaranya mencuci tangan,
Diagnosa keperawatan membersihkan lingkungan,
kedua yaitu resiko injury. Penulis menggunakan desinfeksi,
menegakkan diagnosa tersebut sterilisasi, pembuangan sampah
dengan data obyektif klien tidak yang benar dan aman, serta
sadar, keadaan umum lemah, prosedur isolasi (Kneale dan Davis.
masih dalam pengaruh anestesi 2011).
dan nilai aldrette scor: 7. Pada
kasus pembedahan didapatkan KESIMPULAN DAN SARAN
peralatan-peralatan yang banyak Kesimpulan
jenisnya, klien juga diberikan obat
anestesi. Dimana obat anestesi 1. Spondilitis tuberculosis (TB)
berfungsi melemahkan fungsi saraf adalah penyakit infeksi yang
sensorik. Melemahnya fungsi saraf disebabkan oleh kuman
sensorik menyebabkan tidak Mycobacterium tuberculosis yang
terkontrolnya gerakan klien (Latief, mengenai tulang belakang,
Kartini dan Ruswan, 2009). penyakit ini dikenal juga dengan
Implementasi yang dilakukan yaitu Pott’s disease (Paramarta, dkk.
menyediakan lingkungan yang 2008).
Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur Dekstra
Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta 14
(Hana Rosiana Ulfah)

2. Soft Tissue Tumor atau Soft control secara teratur sesuai


Tissue Sarkoma adalah suatu jadwal.
kelompok tumor yang biasanya 3. Bagi Peneliti Lain
berasal dari jaringan ikat, dan Diharapkan hasil karya ilmiah
ditandai sebagai massa di anggota ini dapat menjadi bahan referensi
gerak, badan, atau retroperitoneum serta acuan untuk dikembangkan
(Toy et al. 2011). dalam memberikan asuhan
3. Masalah keperawatan yang keperawatan pada klien dengan
timbul saat pre operasi yaitu cemas Spondilitis Tuberculosis dan Soft
dan nyeri akut. Masalah yang Tissue Tumor Femur dekstra.
timbul saat intra operasi adalah
resiko kekurangan volume cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Dan masalah yang timbul saat post
operasi adalah bersihan jalan Agur, Anne M.R.; Dalley, Arthur F.
nafas tidak efektif, resiko injury dan 2009. Grant's Atlas of
resiko infeksi. Anatomy, 12th Edition.
4. Asuhan keperawatan yang Philadelphia. Lippincott
dapat dilakukan pada kasus Williams & Wilkins.
Spondilitis Tuberculosis dan Soft
Tissue Tumor Femur dekstra Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedi
diantaranya managemen nyeri, Keperawatan. Jakarta. EGC.
managemen volume cairan, kontrol
infeksi, kontrol cemas, managemen Carpenito, L.J. 2006. Buku Saku
saluran pernafasan, dan control Diagnosis Keperawatan edisi
resiko injury. ke-6. Jakarta. EGC

SARAN Danchaivijitr, N; Temram, S;


Berdasarkan hasil Thepmongkhol, K; Chiewvit,
pembahasan dan kesimpulan, P. 2007. Diagnostic
maka penulis memberikan saran – Accuracy of MR Imaging in
saran sebagai berikut : Tuberculous Spondylitis.
1. Bagi Rumah Sakit Diakses tgl 15 Oktober
Diharapkan agar lebih 2012. http://www.mat.or.th.
meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan pada klien Spondilitis Doengoes, M.E. 2010. Rencana
Tuberculosis dan Soft Tissue Asuhan dan Dokumentasi
Tumor Femur dekstra dan Keperawatan edisi ke-3.
memperbaharui ilmu tentang Jakarta. EGC
asuhan keperawatan pada klien
Spondilitis Tuberculosis dan Soft Ferlina, I.S. 2002. Hubungan
Tissue Tumor Femur dekstra. Pengetahuan dengan
2. Bagi Klien dan Keluarga Kecemasan pada Pasien
Diharapkan klien dan Preoperasi. Skripsi tidak
keluarga dapat menambah diterbitkan. Malang. Program
pengetahuan tentang perawatan Studi Ilmu Keperawatan
gangguan muskuluskeletal UMM.
(Spondilitis Tuberculosis dan Soft
Tissue Tumor Femur dekstra) dan Kinoshita, G; Matsumoto, M;
menganjurkan klien untuk Maruoka, T; Shiraki, T;
melakukan pemeriksaan atau Tsunemi, K; Futani, H;
Asuhan Keperawatan Pada Tn. P Dengan Spondilitis Tuberculosis dan Soft Tissue Tumor Femur Dekstra
Di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta 15
(Hana Rosiana Ulfah)

Maruo, S. 2002. Bone and Keperawatan. Surabaya.


Soft Tissue Tumor of the Universitas Airlangga.
Foot : review of 83 cases. Paramarta, I Gede Epi; Purniti, PS;
Diakses tgl 15 Oktober 2012. Subanada, IB; Astawa, P.
http://www.josonline.org 2008. Spondilitis
Tuberkulosis. Denpasar.
Kneale, Julia D dan Davis, Peter. Majalah Sari Pediatri Vol 10,
2011. Keperawatan No 3. Diakses tgl 15 Oktober
Ortopedik dan Trauma Edisi 2012.http://www.idai.or.id.
2. Jakarta. EGC.
Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi
Latief, Said A; Kartini A; Suryadi dan dan Fisiologi Untuk
M. Ruswan Dahlan. 2009. Paramedis. Jakarta.
Petunjuk Praktis Gramedia Pustaka Utama.
Anestesiologi. Jakarta.
Bagian Anestesiologi dan Rahim, Agus H. 2011. Tata Laksana
Terapi Intensif FK-UI. Spondilitis Tuberkulosis
Menggunakan Instrumentasi
Moesbar, N. 2006. Infeksi Lokal. Diakses pada tanggal
Tuberkulosa pada Tulang 19 Oktober 2012.
Belakang. Medan. Suplemen: indonesia.digitaljournals.org
Majalah Kedokteran
Nusantara Volume 39 No. 3. Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar
Diakses pada tgl 17-10-2012. Ilmu Bedah. Jakarta. EGC.
http://repository.usu.ac.id.
Toy, Eugene C; Liu,Terrence H dan
Moleong, J.L.2004. Metodologi Campbell, Andre R. 2011.
Penelitian Kualitatif. Case Files : Ilmu Bedah Edisi
Bandung. PT Remaja Ketiga. Tangerang. Karisma
Rosdakarya. Publishing Group.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan


Keperawatan Klien *Hana Rosiana Ulfah, S.Kep :
Gangguan Sistem Mahasiswa Profesi Ners FIK UMS.
Muskuloskeletal. Jakarta. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura
EGC.
** Bd. Sulastri, S.Kp. MKes : Dosen
Muttaqin, A. 2012. Buku Saku Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Gangguan Muskuloskeletal Tromol Post 1 Kartasura.
Aplikasi pada Praktik Klinik
*** Yunus, S.Kep. Ns: Pembimbing
Keperawatan. Jakarta. EGC.
Klinik RS Ortopedi DR. R. Soeharso
NANDA (Nursing Diagnosis and Surakarta. Jln A Yani Pabelan
Clasification). 2007. Surakarta.
Diagnosa Nanda NIC & NOC
Disertai Discharge Planning.
Philadelpia.

Nursalam. 2003. Pedoman Praktis


Penyusunan Riset

Anda mungkin juga menyukai