Anda di halaman 1dari 11

JurnalIlmiah Media Engineering Vol.5 No.

1, Juni 2015 (294-304) ISSN: 2087-9334

KAJIAN LALU LINTAS PADA RENCANA PEMBANGUNAN


FLY OVER PERSIMPANGAN MAUMBI
Antonius A.R.T Gerung
PascasarjanaTeknikSipilUniversitas Sam Ratulangi Manado

James A. Timboeleng, Joice E. Waani


Dosen PascasarjanaTeknikSipilUniversitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK
Kinerja pada persimpangan jalan Maumbi telah mencapai kondisi yang buruk sebagai
akibat pertumbuhan arus lalu lintas ruas Manado-Bitung dan ruas Ring Road I. Pembangunan fly
over Maumbi dilakukan dengan harapan meningkatkan kinerja persimpangan tersebut. Tujuan dari
penelitian ini adalah menentukan karakteristik lalu lintas pada persimpangan Maumbi serta mengkaji
kinerja pada rencana outlet fly over Maumbi. Data primer berupa inventarisasi persimpangan dan
pencacahan lalu lintas, dan data sekunder berupa gambar rencana pembangunan fly over Maumbi.
Pengolahan data menggunakan metode pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia untuk menghitung
derajat kejenuhan dan/atau kecepatan rencana serta tundaan.

ABSTRACT

Performance at the intersection Maumbi has achieved poor condition as a result of the
growth of road traffic on Manado-Bitung link and Ring Road I link. The construction of Maumbi Fly
Over expected to improve the performance of intersection. The objective of this study was to
determine the characteristics of the traffic at the Maumbi intersection and assess the traffic
performance of the plan for fly over Maumbi outlet. The data collecting are primary data such as the
inventory of intersection and traffic counts; secondary data such as the drawing of Maumbi fly over.
The processing data using the Indonesian Highway Capacity Manual, which to calculate the degree
of saturation and / or design speed and delay.

Kata kunci : fly over, persimpangan, Maumbi, jalinan

A.PENDAHULUAN pada jalan atau persimpangan maka dapat


dikatakan ruas jalan atau persimpangan sudah
Latar Belakang mencapai tingkat pelayanan yang buruk.
Jalan Manado-Bitung (Maumbi) merupakan jalan
arteri primer dengan volume lalu lintas yang Perumusan Permasalahan
padat karena pada jalan ini merupakan jalan Kondisi persimpangan Maumbi saat ini
lintas utama yang menghubungkan kota Bitung dan rencana pembangunan Fly Over Maumbi,
dan Manado. Dengan demikian persimpangan terdapat beberapa permasalahan, yaitu :
Maumbi dimana jalan Manado-Bitung 1. Tingkat pelayanan persimpangan
berpotongan dengan jalan Manado By Pass 1 Maumbi terutama arah Bitung pada jam
berpotensi memiliki kinerja jalan yang buruk di sibuk (sore hari) secara visual
mana kemungkinan persimpangan telah jenuh dikategorikan buruk dimana sering
sehingga tingkat pelayanan persimpangan buruk. terjadi kemacetan.
Pembangunan fly over Maumbi 2. Fly over Maumbi direncanakan pada
diharapkan dapat meningkatkan kinerja tahun 2008 dan pembangunan fly over
persimpangan. Untuk itu perlu kajian pada dilaksanakan tahun 2015 – 2016 dengan
simpul pertemuan antara fly over, ramp dan jalan memperhitungkan tingkat pertumbuhan
Manado-Bitung sehingga dapat diketahui tingkat kendaraan bermotor saat ini cukup besar,
pelayanan. Apabila jumlah kendaraan yang berpotensi kurangnya kapasitas jalinan
melalui ruas jalan di kaki persimpangan tertentu dibandingkan arus lalu lintas pada outlet
pada satuan waktu tertentu melebihi kapasitas jalinan antara ramp (Ring Road II-

294
JurnalIlmiah Media Engineering Vol.5 No.1, Juni 2015 (294-304) ISSN: 2087-9334

Bitung), fly over Maumbi dan jalan Derajat kejenuhan adalah rasio arus
Manado-Bitung. terhadap kapasitas jalan. Dari nilai derajat
kejenuhan ini, dapat diketahui apakah segmen
Tujuan Penelitian jalan tersebut akan memiliki kapasitas yang
Tujuan dari dilakukannya penelitian cukup atau tidak. Menurut Manual Kapasitas
kajian lalu lintas, yaitu: Jalan Indonesia (MKJI) 1997, persamaan untuk
1. Mengetahui kinerja ruas jalan Manado- mencari besarnya kejenuhan adalah sebagai
Bitung dan Ring Road 1. berikut:
2. Mengevaluasi unjuk kerja desain
kapasitas simpang di Maumbi, dengan
DS = Q/C................................................ (2)
peninjauan dari segi derajat kejenuhan,
Keterangan :
kapasitas dan arus lalu lintas.
3. Mengkaji kinerja pada rencana outlet fly DS = derajat kejenuhan
over Maumbi terhadap jalan Manado- Q = volume kendaraan (smp/jam)
Bitung. C = kapasitas jalan (smp/jam)
Seperti pada analisa kapasitas, derajat
kejenuhan, kecepatan arus bebas pada jalan-jalan
di sekitar persimpangan Maumbi juga ditentukan
oleh karakteristik jalan-jalan tersebut. Kecepatan
B. TINJAUAN PUSTAKA Arus Bebas (FV) diperoleh dengan menggunakan
rumus :
Jalan Perkotaan FF = (FV0 + FVW) x FFVSF x FFVCS .. (3)
Jalan perkotaan adalah jalan yang Keterangan :
terdapat perkembangan secara permanen dan
menerus disepanjang atau hampir seluruh jalan, FV = kecepatan arus bebas
minimum pada satu sisi jalan, baik berupa (km/jam)
perkembangan lahan atau bukan (MKJI, 1997). FV0 = kecepatan arus bebas dasar
(km/jam)
Kapasitas didefinisikan sebagai tingkat FVW = faktor koreksi kecepatan arus
arus maksimum di mana kendaraan melalui suatu bebas dasar akibat lebar jalan
titik di jalan pada periode waktu tertentu (per FFVSF = faktor koreksi kecepatan arus
jam) pada kondisi jalan atau jalur, lalu lintas, bebas akibat hambatan samping
pengendalian lalu lintas, dan cuaca yang FFVCS = faktor koreksi kecepatan arus
berlaku. bebas akibat ukuran kota
Rumus yang digunakan untuk
menghitung kapasitas jalan kota berdasarkan
Manual Kapasitas Jalan Indonesia adalah sebagai Persimpangan
berikut
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS .....(1) Persimpangan jalan merupakan simpul
..........................................................................(1)
Keterangan transportasi yang terbentuk dari beberapa
pendekat dimana arus kendaraan dari beberapa
C = Kapasitas (smp/jam) pendekat tersebut bertemu dan memencar
C0 = Kapasitas dasar (smp/jam) meninggalkan persimpangan (Hobbs, 1995).
FCW = Faktor koreksi kapasitas untuk Perhitungan kinerja persimpangan :
lebar lajur lalu lintas 1) Kondisi geometrik
FCSP = Faktor koreksi kapasitas untuk Kondisi geometrik menggambarkan bentuk
pembagian arah geometrik termasuk informasi mengenai
(tidak berlaku untuk jalan satu kereb, lebar jalur, bahu dan median.
arah) 2) Kondisi lalu lintas
FCSF = Faktor koreksi kapasitas Kondisi lalu lintas meliputi data lalu lintas
akibat gangguan samping (LHR) yang dikonversikan ke arus per jam,
FCCS = Faktor koreksi kapasitas sketsa arus lalu lintas yang menggambarkan
akibat gangguan ukuran kota

296
JurnalIlmiah Media Engineering Vol.5 No.1, Juni 2015 (294-304) ISSN: 2087-9334

gerakan lalu lintas, komposisi lalu lintas dan


arus kendaraan tak bermotor. Keterangan :
3) Kondisi lingkungan WE = lebar masuk rata-rata
Kondisi lingkungan mencakup kelas ukuran WW = lebar jalinan
kota, tipe lingkungan jalan dan kelas LW = panjang jalinan
hambatan samping. FCS = faktor penyesuian lingkungan
4) Kapasitas persimpangan FRSU= faktor penyesuaian lalu lintas
Rumus yang digunakan : pW = rasio jalinan

C = C0 x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x Derajat kejenuhan dihitung dengan rumus :


FRT x FMI............................................. (4)
DS = Q / C.......................................... (7)
Dimana
C = kapasitas persimpangan Dimana :
C0 = kapasitas dasar Q = arus lalu lintas total hasil survei
FW = faktor penyesuaian lebar masuk (smp/jam)
FM = faktor penyesuaian median jalan C = kapasitas (smp/jam)
utama
FCS = faktor penyesuaian ukuran kota Untuk bagian jalinan tunggal, kecepatan
FRSU = faktor penyesuaian tipe lingkungan tempuh (km/jam) sepanjang bagian jalinan
jalan, hambatan samping dan dihitung dengan rumus empiris berikut :
kendaraan tak bermotor
FLT = faktor penyesuian persentase belok V = Vo x 0,5 (1+(1 – DS)0,5).............. (8)
kiri
FRT = faktor penyesuian persentase belok Dimana :
kanan V0 = kecepatan arus lalu lintas bebas
FMI = faktor penyesuian arus jalan minor (km/jam), dihitung sebagai :
V0 = 43 x (1 – pW/3)
5) Derajat kejenuhan DS= derajat kejenuhan
Rumus yang digunakan :
Waktu tempuh (T) untuk bagian jalinan
DS = QTOT / C ................................... (5) tunggal dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Dimana
DS = derajat kejenuhan T = LW x 3,6 / V................................ (9)
QTOT = arus total (smp/jam)
C = kapasitas persimpangan dimana :
LW = panjang bagian jalinan (m)
V = kecepatan tempuh (km/jam)
Jalinan Jalan

Jalinan adalah pergerakan arus lalu lintas Level of Service (LOS)


yang menyatu dan/atau memencar pada satu
bagian tertentu di persimpangan. Peraturan yang Level of service (LOS) atau tingkat atau
berlaku di Indonesia terhadap arus lalu lintas di tingkat pelayanan jalan adalah salah satu metode
bagian jalinan adalah memberi jalan kepada arus yang digunakan untuk menilai kinerja jalan yang
lalu lintas yang datang dari kiri. menjadi indikator dari kemacetan. Suatu jalan
Kapasitas total dari suatu bagian jalinan dikategorikan mengalami kemacetan apabila
adalah hasil perkalian antara kapasitas dasar (Co) hasil perhitungan LOS menghasilkan nilai
untuk kondisi ideal dan faktor koreksi (F), mendekati 1. Level of Service (LOS) dapat
dengan memperhitungkan pengaruh kondisi diketahui dengan melakukan perhitungan
lapangan sesungguhnya terhadap kapasitas. perbandingan antara volume lalu lintas dengan
Rumus Kapasitas : kapasitas jalan (V/C).
C = 135 x WW 1,3 x (1 + WE / WW)1,5 x (1 – pW / Adapun indeks tingkat pelayanan jalan
3)0,5 x (1 + WW / LW) -1,8 x FCS x FRSU .................(6) atau LOS dapat dilihat pada tabel 1.

297
JurnalIlmiah Media Engineering Vol.5 No.1, Juni 2015 (294-304) ISSN: 2087-9334

Tabel 1. Nilai LOS atau Tingkat Pelayanan ini tidak disinggung ada atau tidaknya unsur
kesengajaan. Definisi tabrakan tersebut lebih
Tingkat Rasio Karakteristik mendorong mencari penyebabnya serta
Pelayanan (V/C) mengupayakan langkah-langkah pencegahan dan
penanganannya.
A < 0,60 Arus bebas, volume Penyebab kecelakaan dapat disebabkan oleh
rendah dan kecepatan
tinggi, pengemudi dapat
beberapa faktor yaitu faktor teknis dan non
memilih kecepatan yang teknis. Keselamatan transportasi jalan terkait erat
dikehendaki dengan beberapa bidang sebagai berikut:
1. Bidang Rekayasa Jalan (Highway Engi-
B 0,60 < Arus stabil, kecepatan
V/C < sedikit terbatas oleh lalu
neering).
0,70 lintas, pengemudi masih 2. Bidang Rekayasa Kendaraan dan Material
dapat bebas dalam (Vehicle and Material Engineering).
memilih kecepatannya. 3. Bidang Non Rekayasa Teknik meliputi;
ekonomi, psikologi, kesehatan, hukum,
C 0,70 < Arus stabil, kecepatan
V/C < dapat dikontrol oleh lalu pendidikan, dan bidang sosial lainnya.
0,80 lintas Kecelakaan adalah suatu kejadian yang
multi-faktor. Kecelakaan sangat jarang terjadi
D 0,80 < Arus mulai tidak stabil, disebabkan oleh hanya satu faktor melainkan
V/C < kecepatan rendah dan
0,90 berbeda-beda, volume diakibatkan sejumlah faktor yang bergabung atau
mendekati kapasitas berinteraksi yakni Faktor Pengemudi dan atau
pejalan kaki, Faktor Kendaraan, Faktor Jalan
E 0,90 < Arus tidak stabil, serta Faktor Lingkungan
V/C kecepatan rendah dan
<1 berbeda-beda, volume
mendekati kapasitas Faktor Pengemudi
Menurut analisa data statistik, penyebab
F ≥1 Arus yang terhambat, kecelakaan lalu lintas yang terbesar adalah faktor
kecepatan rendah, volume pengemudi yakni:
diatas kapasitas, sering
terjadi kemacetan pada
1. Pengemudi mabuk yaitu keadaan dimana
waktu yang cukup lama. pengemudi mengalami hilang kesadaran
karena pengaruh alkohol, obat-obatan,
narkotika dan sejenisnya.
Definisi kecelakaan (accident) berdasarkan 2. Pengemudi lelah yaitu keadaan dimana
UU No. 14 Tahun 1992 adalah suatu peristiwa di pengemudi membawa kendaraannya dalam
jalan yang tidak disangka-sangka dan tidak keadaan lelah atau mengantuk akibat kurang
disengaja melibatkan kendaraan dengan atau istirahat sedemikan hingga kurang waspada
tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan serta kurang tangkas bereaksi terhadap
korban manusia atau kerugian harta benda. perubahan-perubahan yang terjadi.
Definisi tersebut ditujukan pada kecelakaan 3. Pengemudi lengah yaitu keadaan dimana
“sejati” (real accident) yaitu suatu kejadian yang pengemudi mengemudikan kendaraannya
tidak ada dalam perkiraan sebelumnya. dalam keadaan terbagi konsentrasinya
Kecelakaan jenis ini terjadi tidak disangka– (perhatiannya) karena melamun, ngobrol,
sangka dan tidak disengaja karenanya tidak bisa menyalakan api rokok, melihat kekanan-
dihindari. Dengan pemahaman yang sempit kekiri dan sebagainya.
terhadap definisi ini maka kecelakaan lalu lintas 4. Pengemudi kurang terampil yaitu keadaan
yang terjadi dan menimpa seseorang lebih dimana pengemudi kurang dapat memper-
diterima atau dianggap sebagai suatu nasib atau kirakan kemampuan kendaraannya, misalnya
takdir sehingga seolah-olah kecelakaan tidak kemampuan untuk melakukan pengereman,
dapat dicegah. Untuk membedakan jenis kemampuan untuk menjaga jarak dengan
kecelakaan yang ”tidak sejati” banyak pihak kendaraan di depannya, dan lain-lain.
lebih menyukai definisi kecelakaan dengan
”crash” atau tabrakan. Faktor Pejalan Kaki
Tabrakan (crash) adalah tubrukan/benturan Penyebab kecelakaan dapat ditimpakan pada
kendaraan bergerak di jalan yang menyebabkan pejalan kaki dalam berbagai kemungkinan,
manusia atau hewan terluka. Di dalam definisi seperti menyeberang jalan pada tempat ataupun

298
JurnalIlmiah Media Engineering Vol.5 No.1, Juni 2015 (294-304) ISSN: 2087-9334

waktu yang tidak tepat (tidak aman), berjalan 2. Menggunakan Peta Google Earth lewat
terlalu ke tengah dan tidak berhati-hati, dan lain- internet untuk melihat dan mengukur akan
lain. geometri horisontal jalan.
3. Mengukur langsung di lokasi penelitian
Faktor Kendaraan seperti lebar jalan dan melakukan
Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab pengamatan kondisi geometrik jalan.
kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan 4. Mengambil data jumlah kendaraan pada jam
sebagaimana mestinya yaitu sebagai akibat tertentu (18.00-19.00) sebagai pembuktian
kondisi teknisnya yang tidak laik jalan ataupun pengambilan Volume Capacity Ratio (VCR)
penggunaannya tidak sesuai dengan ketentuan. sebesar 0.4.
1. Kondisi teknis yang tidak laik jalan Pengumpulan data ini untuk melengkapi akan
misalnya rem blong, mesin tiba-tiba mati, analisis yang akan dilakukan untuk mendapatkan
ban pecah, kemudi tidak berfungsi baik, as hasil yang maksimal dan yang diinginkan.
atau kopel lepas, lampu mati khususnya di Undang-undang Republik Indonesia nomor
malam hari, dan lain-lain sebagainya. 38 tahun 2004 tentang Jalan, telah mensyaratkan
2. Sedangkan penggunaan kendaraan yang penyelenggaraan jalan harus memenuhi aspek
tidak sesuai dengan ketentuan antara lain keselamatan, kenyamanan, keamanan, dan
bila dimuati secara berlebihan (overloaded). kekuatan (mutu) agar diperoleh umur pelayanan
yang mendekati umur perencanaan sehingga
Faktor Jalan akan didapatkan efektivitas dan efisiensi biaya
Jalan dapat merupakan faktor penyebab pembangunan dan pemeliharaannya.
kecelakaan antara lain untuk hal-hal berikut: Salah satu aspek yang perlu untuk diteliti
1. Kerusakan pada permukaan jalan (misalnya lebih detail adalah sejauh mana jaringan jalan
terdapat lubang yang sulit dikenali oleh memberikan perlindungan nyawa pengguna?
pengemudi); artinya apakah jaringan jalan yang sudah
2. Konstruksi jalan yang rusak atau tidak beroperasi selama ini telah memenuhi jalan
sempurna (misalnya bila posisi permukaan berkeselamatan?
bahu jalan terlalu rendah terhadap Perancangan jaringan jalan meliputi detail
permukaan perkerasan jalan); geometrik, struktur perkerasan, dan harmonisasi
3. Geometrik jalan yang kurang sempurna fasilitas perlengkapan jalan. Perancangan ini
misalnya derajat kemiringan (superelavasi) diturunkan dari teori-teori keselamatan, artinya
yang terlalu kecil atau terlalu besar pada jika hasil perancangan tidak diimplementasikan
belokan, terlalu sempitnya pandangan bebas dengan tepat maka akan mengurangi aspek
(clearance) bagi pengemudi dan sebagainya. keselamatan jalan. Oleh karenanya penelitian ini
Faktor Lingkungan mencoba untuk mengamati seberapa jauh
Lingkungan juga dapat menjadi faktor penyimpangan aspek perancangan di lapangan
penyebab kecelakaan, misalnya pada saat kabut, dan dampaknya terhadap terjadinya kecelakaan.
asap tebal atau hujan lebat sedemikian sehingga Dengan demikian ada peluang dari defisiensi
jarak pandang pengemudi sangat berkurang. infrastruktur jalan memberikan kontribusi
terjadinya kecelakaan berkendara.

Penentuan Lokasi Penelitian


C. METODOLOGI PENELITIAN Dalam menentukan lokasi penelitian,
pertama-tama kita harus mempunyai data
Pengumpulan Data. kejadian kecelakaan yang ada di seluruh jalan
Pengumpulan data dilakukan dengan empat cara kota Manado yang sumbernya tentu dari instansi
yaitu: yang menangani setiap adanya kejadian
1. Mengambil data kejadian kecelakaan di kecelakaan yang terjadi di jalan-jalan kota
instansi yang berwenang agar mendapat data Manado. Instansi yang berwenang ini yaitu dari
yang akurat dan terpercaya. Untuk data Dirlantas Polda Sulut.
kejadian kecelakaan diambil di instansi Setelah data didapat, diteliti dan direkap
kepolisian, yakni di Dirlantas Polda Sulut kejadian kecelakaan sesuai dengan kejadian
melalui Polresta kota Manado. angka kecelakaan yang terbanyak. Bertolak dari
rekapitulasi kejadian kecelakaan akan terlihat di
ruas jalan mana yang sering terjadi kecelakaan

299
JurnalIlmiah Media Engineering Vol.5 No.1, Juni 2015 (294-304) ISSN: 2087-9334

dan menimbulkan korban jiwa, baik yang keras untuk mendapatkan suatu persamaan, akan
meninggal, luka parah dan luka ringan. tetapi kita dapat menambahkan beberapa asumsi
Berdasarkan tabulasi data kejadian yang sederhana untuk menggambarkan
kecelakaan yang pernah terjadi, maka didapat persamaan tersebut sehingga dapat mendekati
lokasi yang paling sering terjadi kecelakaan yaitu kejadian aktualnya. Dalam hal ini kita harus
di ruas jalan A. A. Maramis kota Manado dengan dapat mengidentifikasi variabel-variabel penting
jumlah 48 kejadian kecelakaan yang melibatkan serta mencari hubungannya.
kendaraan beroda dua (motor) maupun beroda Asumsi-asumsi serta hubungan-hubungan
empat (mobil). yang kita buat tersebut merupakan suatu dasar
Pada pengamatan data sekunder ini juga untuk membangun sebuah model matematika dan
menggunakan bantuan dari Google Earth untuk pada umumnya mengarahkan kita ke dalam suatu
melihat geometrik horisontal jalan yang akan kita persoalan matematika dan selanjutnya kita dapat
teliti. Teknologi “cutting edge” ini sangat memecahkan permasalahan tersebut secara
membantu peneliti dalam melakukan pengukuran matematika (analitik) atau dengan menggunakan
yang agak sulit dilakukan pada lokasi penelitian, cara numerik (computer-aided numerical
seperti contoh dalam melakukan pengukuran jari- computation).
jari lengkungan jalan (R). Untuk penyelesaian pemodelan, peneliti
Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan menggunakan bantuan program Microsoft Excel
dengan hasil yang baik, maka sebelumnya perlu 2010 untuk mendapatkan rumus matematik
dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat hubungan kejadian kecelakaan dengan parameter
dilaksanakan secara sistematis dan praktis, geometrik jalan yang diteliti.
sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu
dan waktu kerja.
Maksud pendekatan teknis disini diantara- D. HASIL DAN PEMBAHASAN
nya adalah membuat pendekatan rencana
pelaksanaan pekerjaan, analisis kebutuhan Volume Capacity Ratio (VCR)
personil dan jumlah tenaga ahli serta analisis Salah satu parameter yang dipakai untuk
kebutuhan peralatan berikut fasilitas-fasilitas mengetahui kepadatan arus lalu lintas sebesar 0.4
lainnya. Setelah rencna pelaksanaan pekerjaan dari kapasitas jalan. Untuk mengetahui apakah
ini tersusun tahap demi tahap termasuk analisis pada rentang waktu yang sering terjadi
personil serta peralatan dihitung setepat kecelakaan (jam 18.00 – 06.00 wita), peneliti
mungkin, maka kemudian dapat disusun mengambil sampel jumlah kendaraan yang
organisasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan melewati jalan A. A. Maramis.
kaitan-kaitan pekerjaan dan personil yang Jam pengambilan sampel yaitu dari jam
dibutuhkan sesuai tahapan masing-masing 18.00 – 19.00 wita pada hari Jumat. Pemilihan
pekerjaan. hari dan waktu karena banyak kendaraan yang
melewati pada saat tersebut. Meskipun demikian
Metode Analisa. perlu pengambilan data pada hari yang lain untuk
Data-data yang sudah kita dapat dan lebih akurat lagi. Tetapi penulis hanya ingin
kumpulkan kemudian dianalisa dengan mengetahui apakah di jam yang masih sangat
menggunakan metode Analisis Regresi Linear sibuk tersebut, kendaraan yang melewati jalan A.
Berganda untuk mendapatkan suatu model A. Maramis masih dibawah atau melewati nilai
matematik yang mendekati secara model tentang ratio 0.4.
realita jumlah kecelakaan di lapangan dengan Dari hasil pengamatan didapat 1083
pengaruh parameter-parameter kondisi geometrik smp/jam dua lajur satu arah dan untuk tipe jalan
di lokasi penelitian. A. A. Maramis Manado yaitu empat lajur terbagi
Salah satu masalah tersulit yang dihadapi dua arah. Kapasitas dasar 1650 smp/jam per lajur
oleh para ilmuwan dan engineer pada setiap (MKJI).
penelitiannya adalah menginterpretasikan Perhitungan Volume Capacity Ratio:
kejadian alam yang diamati kedalam suatu
persamaan yang dapat menggambarkan kejadian VCR=V/C
tersebut. Pada dasarnya sangat sulit untuk = 1083/3300 (smp/jam)
menggambarkan kejadian tersebut secara =0,3281
keseluruhan dan biasanya dibutuhkan usaha yang

300
JurnalIlmiah Media Engineering Vol.5 No.1, Juni 2015 (294-304) ISSN: 2087-9334

Gambar 1. Tahap-tahap Penyelesaian Pemodelan

Volume Capacity Ratio pada jam 18.00 – Data-data tersebut dijabarkan pada Tabel 1.
19.00 yang aktivitas orang masih tinggi VCR- berikut.
nya masih belum mencapai 0.4 dan semakin Dalam penentuan standar geometrik jalan,
bertambah larut malam aktifitas orang semakin peneliti mengambil dari beberapa referensi
berkurang yang menyebabkan jalan semakin standar geometrik nasional maupun international
lenggang. seperti yang ada di Tabel 2. Standar ini diambil
sebagai acuan pengukuran di lapangan dengan
Analisa Data Survei Primer dan Sekunder penyimpangan yang terjadi dari standar yang
Data survei yang didapat adalah data primer sudah ditentukan.
dan data sekunder. Dari data-data di lapangan, Dari data survey yang terdapat pada Tabel
parameter-parameter yang didapat sesuai dengan 1.dikonversi nilai parameter kedalam bentuk
spot penelitian yaitu: prosentasi. Dalam nilai prosentasi diambil nilai
a. Jarak pandang henti penuh (100%) dari standar geometrik yang
b. Radius tikungan diambil sebagai tolok ukur dari berbagai badan
c. Lebar Jalur lalu lintas standardisasi, seperti AASHTO 2001, Badan
d. Beda elevasi bahu jalan terhadap tepi Standar Nasional Indonesia dan Manual
perkerasan Kapasitas Jalan Indonesia, seperti yang tertera
e. Lebar bahu jalan pada Tabel 2.

Tabel 1. Data Survei Primer dan Sekunder Tentang JumlahKecelakaan dan Parameternya
Banyaknya kecelakaan
Lebar lajur Lalu-lintas
Radius Tikungan (m)

Lebar bahu jalan (m)


Ketersedian JPH (m)

Beda Elevasi bahu

dalam setahun

Lokasi Tikungan
Pada jalan A. A. Maramis
jalan
(m)

Tikungan 1: 48.7 97.5 3.5 0 4


Kantor Tribun Manado 0.37
Tikungan 2 :
46.9 106.85 3.5 0.29 0 3
Depan Kantor Indomarco
Tikungan 3 : 59.3 144.8 3.5 0.43 0 3
Depan MGP
Tikungan 4:
50.7 139.08 3.5 0.35 0 3
Simpang 3 Politeknik
Tikungan 5 :
66.3 134.14 3.5 0.56 0 3
Depan Kantor CTI
Tikungan 6 : 57.3 140.675 3.5 0.48 0 1
Dekat Perum Tamansari

301
JurnalIlmiah Media Engineering Vol.5 No.1, Juni 2015 (294-304) ISSN: 2087-9334

Tabel 2. Karakteristik Standar Geometrik


Beda Elevasi
Jarak Pandang Radius Tikungan Lebar Lajur Lalu Lebar bahu
Bahu Jalan ***
Henti (m)* Rmin **(m) Lintas ***(m) jalan *** (m)
(%)

75 700 3.5 2 3-5

*) Sumber: AASHTO 2001


**) Sumber: Badan Standar Nasional Indonesia
***) Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia

Tabel 3. Data Survei Primer dan Sekunder yang parameternya sudahdikonversi


penyimpangannya kedalam prosentase (%)
Ketersediaan JPH (%)

Radius Tikungan (%)

Lebar bahu jalan (%)

kecelakanna dalam
Beda Elevasi bahu
Lebar lajur Lalu-
Lokasi Tikungan

Banyaknya
lintas (%)

jalan (%)
Pada jalan A. A. Maramis

setahun
X1 X2 X3 X4 X5 Y
Tikungan 1:
35.06 86.07 1 81.5 100 4
Kantor Tribun Manado
Tikungan 2 :
37.46 84.73 1 85.5 100 3
Depan Kantor Indomarco
Tikungan 3 :
20.93 79.31 1 78.5 100 3
Depan MGP
Tikungan 4:
32.4 80.13 1 82.5 100 3
Simpang 3 Politeknik
Tikungan 5 :
11.6 80.83 1 72 100 3
Depan Kantor CTI
Tikungan 6 :
23.6 79.9 1 76 100 1
Dekat Perum Tamansari

Untuk mendapatkan rumus dari regresi karena data yang didapat di lapangan sudah
linear berganda dari parameter-parameter yang sesuai dengan standar dari berbagai badan
ada, penulis menggunakan bantuan software dari standarisasi baik internasional maupun
microsoft office excel. Hasil dari analisis regresi nasional.
linear berganda diberikan pada lampiran. 2. Koefisien parameter regresi X1, X2 dan X4
cukup berpengaruh terhadap angka
kecelakaan dengan nilai berturut yaitu
E. KESIMPULAN sebesar: 0.17956, 0.313166 dan 0.321818.
3. Nilai (-43.5) konstanta regresi yang didapat
Kesimpulan termasuk besar. Hal ini mengindikasikan
Dari hasil analisis regresi linear berganda di bahwa selain parameter yang ditentukan
dapat model matematis sebagai berikut: sejak awal ada hal lain yang mempengaruhi
= -43.5-0.17956X1+0.313166X2+ secara signifikan akan kejadian kecelakaan
0.321818X4 di jalan raya.
Sehingga dapat disimpulkan : 4. Di luar faktor geometrik yang belum
1. Dari model matematik terlihat bahwa dimasukkan, yaitu faktor alam, sikap
parameter lebar jalur lalu lintas (X3) dan disiplin seorang pengemudi dalam mentaati
parameter beda elevasi jalan (X5) yang rambu-rambu lalu lintas, kondisi kendaraan
ditentukan dari awal tidak semuanya dan kemahiran serta kesigapan seorang
berimplikasi pada korelasi angka kecelakaan pengemudi mengendarai kendaraan,juga

302
JurnalIlmiah Media Engineering Vol.5 No.1, Juni 2015 (294-304) ISSN: 2087-9334

termasuk kondisi pengemudi yang fit (tidak Ditjen Bina Marga, 2007b, Modul Pelatihan
dalam keadaan sakit, ngantuk dan Inspeksi Keselamatan Jalan (IKJ) dalam
dipengaruhi minuman beralkohol). Penyelenggaraan Jalan Berkeselamatan,
5. Untuk mendapatkan model matematik yang Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta
lebih akurat atau mendekati realita angka
kejadian kecelakaan di lapangan, harus ada Fuller, R., 2005.Towards a General Theory of
standarisasi akan parameter faktor alam, Driver Behaviour, Accident Analysis and
kendaraan dan manusia. Prevention, 37 (3), 461-472.

Saran Mulyono, A.T., Kushari B., Faisol, Kurniawati


Dari hasil penelitian yang dilakukan ada dan Gunawan, H.E., 2008a, Modul
beberapa hal yang dapat diupayakan untuk Pelatihan Inspeksi Keselamatan Jalan
meminimalkan faktor resiko kecelakaan di jalan (IKJ) dalam Penyelenggaraan Jalan
raya khususnya di jalan A. A. Maramis Kairagi Berkeselamatan, FSTPT (Forum Studi
Manado. Transportasi antar Perguruan Tinggi),
Geometrik jalan perlu diperbaiki atau Semarang.
disesuaikan dengan standarisasi dari badan Mulyono, A. T., Kushari B., Agustin J.,
regulasi jalan baik internasional dan 2008b.Monitoring and evaluating
nasional,antara lain: infrastructure safety deficiencies towards
1. Jarak pandang henti yang minimal jarak integrated road safety improvement in
pandangnya adalah 75 m, sehingga Indonesia, Proceedings. 2008 Australasian
pengemudi dapat bereaksi dengan tepat. Road Safety Research, Policing and
Pengemudi dapat menghentikan kendaraan Education Conference, ISBN 1 876346 56
yang bergerak setelah melihat adanya 6.
rintangan pada lajur jalannya.
2. Radius tikungan yang disyaratkan untuk Mulyono, A. T., 2009.Sistem Keselamatan Jalan
kelas jalan A. A. Maramis yaitu dengan untuk Mengurangi Defisiensi Infrastruktur
radius tikungan minimal berjari-jari 700m, Jalan Menuju Jalan Berkeselamatan,
sehingga diperlukan penyesuaian yang Prosiding Konferensi Nasional Teknik
sesuai standar. Sipil-3 (KoNTekS-3), ISBN 927-979-
3. Lebar Bahu Jalan harus dibuat sesuai 15429-3-7, Jakarta
standar yaitu 2m.
4. Rambu-rambu lalu lintas dipasang yang Mulyono, A.T., Agustin, J., Berlian, K.,
mencolok atau kelihatan dengan baik, agar Tjahyono, T., 2009a, Systemic Approach
pengemudi dapat berhati-hati ditempat yang to Monitoring and Evaluation System of
kondisi geometrik jalannya belum standar, Road Infrastructure Safety Deficiency,
untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Proceeding of the Eastern Asia for
Transportation Studies, Vol.7, 2009.

DAFTAR PUSTAKA Mulyono, A.T., Berlian, K., Gunawan, H.E.,


2009b, Penyusunan Model Audit Defi-
Austroads, 2002.Road Safety Audit, 2nd edition, siensi Keselamatan Infrastruktur Jalan
Austroads Publication. untuk Mengurangi Potensi Terjadinya
Kecelakaan Berkendaraan, Laporan Hibah
Carsten, O., 1989.Urban Accidents: Why do They Kompetitif Penelitian sesuai Prioritas
Happen?, UK: AA Foundation for Road Nasional Batch II, Direktorat Penelitian
Safety Research, Basingstoke. dan Pengabdian kepada Masyarakat
(DP2M), Ditjen Pendidikan Tinggi dan
Ditjen Bina Marga, 2007a.Penyusunan Sistem LPPM UGM, Yogyakarta.
Manajemen dan Pedoman Keselamatan
Jalan dalam Kegiatan Pembangunan Mulyono,A.T., Berlian,K., Gunawan,H.E.,
Jalan, Departemen Pekerjaan Umum, 2009c, Audit Keselamatan Infrastruktur
Jakarta Jalan (Studi Kasus Jalan Nasional KM78-
KM79 Jalur Pantura Jawa, Kabupaten
Batang), Jurnal Teknik Sipil, Vol.6, No.3,

303
JurnalIlmiah Media Engineering Vol.5 No.1, Juni 2015 (294-304) ISSN: 2087-9334

Halaman 163-174, ISSN 0853-2982, SK Sekretariat Negara, 2009, Undang-undang


Terakreditasi No.83/DIKTI/Kep/2009. Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
Mulyono, A.T., Berlian, K., Gunawan, H. E., Jakarta
2010.Penyusunan Model Audit Defisiensi
Keselamatan Infrastruktur Jalan untuk Treat, J.R., Tumbas, N.S., McDonald, S.T.,
MengurangiPotensi Terjadinya Kece- Shinar, D., Hume, R.D., Meyer, R.E.,
lakaan Berkendaraan, Laporan Penelitian 1977, Tri-level study of the causes of
Hibah Strategis Nasional Lanjutan Bidang traffic accidents, Volume I: Casual factor
Infrastruktur, Transportasi, dan Industri tabulations and assessment, Final Report
Pertahanan, Direktorat Penelitian dan No. DOT-HS-034-3-534. Washington:
Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), NTHSA.
Ditjen Pendidikan Tinggi dan LPPM
UGM, Yogyakarta. Weller, G., Schlag, B., Gatti, G., Jorna, R., van
de Leur, M., 2006.Human Factors in Road
Rasmussen, J., 1987, The definition of human Design–State of the Art and Empirical
error and a taxonomy for technical system Evidence, Road Infrastructure Safety
design, dalam New Technology and Protection–Core Research and
Human Error, Chicester: John Wiley & Development for Road Safety in Europe;
Sons. Increasing Safety and Reliability of
Secondary Roads for a Sustainable
Sekretariat Negara, 2004, Undang-undang Surface Transport (RIPCORD-ISEREST).
Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004
tentang Jalan, Jakarta

LAMPIRAN

304
JurnalIlmiah Media Engineering Vol.5 No.1, Juni 2015 (294-304) ISSN: 2087-9334

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics
Multiple R 0.752800091
R Square 0.566707977
Adjusted R Square -1.083230057
Standard Error 1.023289983
Observations 6

ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 5 2.739088556 0.547817711 0.87194155 #NUM!
Residual 2 2.094244777 1.047122388
Total 7 4.833333333

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%
Intercept -43.50386743 32.06313889 -1.356818732 0.30768761 -181.4604195 94.4526846 -181.460419 94.4526846
X Variable 1 -0.179555277 0.175691695 -1.02199069 0.41427812 -0.93549563 0.57638508 -0.93549563 0.57638508
X Variable 2 0.313165848 0.228594233 1.3699639 0.30421932 -0.670395755 1.29672745 -0.67039575 1.29672745
X Variable 3 0 0 65535 #NUM! 0 0 0 0
X Variable 4 0.321818373 0.319942681 1.005862589 0.42039983 -1.054783877 1.69842062 -1.05478388 1.69842062
X Variable 5 0 0 65535 #NUM! 0 0 0 0

RESIDUAL OUTPUT PROBABILITY OUTPUT

Observation Predicted Y Residuals Standard Residuals Percentile Y


1 3.383306494 0.616693506 1.127469168 8.333333333 1
2 3.820005087 -0.820005087 -1.499173325 25 3
3 2.837966309 0.162033691 0.296237903 41.66666667 3
4 2.32253677 0.67746323 1.238571345 58.33333333 3
5 2.897409705 0.102590295 0.187560585 75 3
6 1.738775636 -0.738775636 -1.350665677 91.66666667 4

258

Anda mungkin juga menyukai