Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di Indonesia kian hari kian meningkat. Jumlah penduduk
Indonesia telah meningkat hamper dua kali lipat selama 25 tahun terakhir. Jika tingkat
pertumbuhan penduduk ini tidak mengalami perubahan positif yang darstis maka setimasi
jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 262,4 juta jiwa dengan
asumsi rasio pertumbuhan penduduk 0,9% per tahun. Akibatnya dari semakin
bertambahnya penduduk, tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas penduduk akan
meningkat dan bertambahnya pula sampah yang ditimbulkan.
Sampah (solid waste) secara umum dapat diartika sebagai semua buangan yang
dihasilkan dari aktivitas manusia atau hewan yang tidak diinginkan lagi, baik berbentuk
padat maupun semipadat. (Tohobanoglous, 1993). Setiap aktivitas yang dilakukan oleh
manusia selalu menghasilkan sampah dan hampir setiap hari manusia menghasilkan
sampah. Jika sampah tersebut tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan
berbagai masalah seperti masalah estetika karena bau yang ditimbulkannya, menjadi
sarang vector penyakit dan dapat mengganggu kualitas tanah serta air tanah di sekitarnya.
Sampah yang dihasilkan manusia umumya berupa sampah organic dan anorganik. Pada
pembuatan makalah ini lebih ditekankan pada metode dan pennggunaan teknologi dalam
pengurangan sampah organic berupa dedaunan.
Untuk mengatasi semakin meningkatnya timbulan sampah dikarenakan pertumbuhan
penduduk, maka diperlukan proses pengelolaan yang baik dari setiap aspek pengelolaan
sampah. Permasalahan sampah bukan lagi sekedar masalah kebersihan dan lingkungan
saja, tetapi sudah menjadi masalah sosial yang berpotensi memicu konflik. Lebih parah
lagi, hamper semua kota di Indonesia baik kota besar maupun kota kecil, belum memiliki
system pengelolaan sampah yang baik. (Damanhuri, 2005). Umumnya kota di Indonesia
memiliki manajemen sampah yang sama yaitu metode kumpul-angkut-buang. Sebuah
metode manajemen persampahan klasik yang akhirnya berubah menjadi praktik
pembuangan sampah secara sembarangan tanpa mengikuti ketentuan teknis di lokasi dan
pada regulasi yang berlaku. Buruknya penatalakasanaan pengelolaan sampah ini, tidak
hanya menyangkut pelaksanaan teknis operasional yang masih belum terlaksana secara
optimal, akan tetapi pada aspek peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Untuk menekan timbulan sampah dan meminimalisir kesalahan dan kekurangan yang
terjadi pada proses pengelolaan sampah. Maka dari itu, penulis membuat sebuah
teknologi tepat guna yang dinamakan prototype incinerator sederhana skala rumah tangga
yang berfungsi untuk membakar sampah organic berupa daun kering.

1.2.Tujuan penulisan
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah :
 Untuk menekan timbulan sampah dan meminimalisir kesalahan dan kekurangan
yang terjadi pada proses pengelolaan sampah
 memberikan wawasan dan informasi kepada masyarakat tentang penanganan dan
pengurangan sampah tingkat rumah tangga
 meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah

1.3.Rumusan masalah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. DASAR TEORI

2.1.1. Insenerasi

Definisi

Insinerasi atau pembakaran sampah adalah teknologi pengolahan sampah yang


melibatkan pembakaran bahan organik. Insinerasi material sampah mengubah sampah
menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang dihasilkan harus
dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer

Tahapan Proses Insenerasi


1. Pengeringan
Merupakan penguapan air yang terkandung di dalam sampah, terutama pada sampah
organik yang mengandung kadar air > 70%. Penguapan air mulai terjadi pada
temperatur 100o C. Pada tahap ini dibutuhkan energi (panas) untuk menjaga
temperatur tetap berada pada > 100o C.
2. Pembakaran 'volatile matters'
Yaitu reaksi oksigen dengan unsur unsur kimia yang terkandung di dalam sampah
terutama unsur N, S, P, Alkali dan lainnya sehingga tersisa unsur C16 (Karbon) yang
kita kenal sebagai arang. Secara kumulatif reaksi oksidasi ini akan menghasilkan
kalor (panas). Untuk mencapai temperatur reaksi oksidasinya maka dibutuhkan panas,
meskipun pada akhir reaksinya akan dihasilkan panas.
3. Pembakaran Sempurna (Karbon)
Yaitu reaksi oksigen dengan Karbon (arang) pada temperature 400 – 600oC dengan
tahapan reaksi sbb:
𝐶 + 𝑂2 → 𝐶𝑂
𝐶 + 𝐶𝑂2 → 2 𝐶𝑂
2 𝐶𝑂2 + 𝑂2 → 𝐶𝑂2

Secara kumulatif reaksi ini menghasilkan panas (eksotermik). Reaksi inilah yang
menjelaskan mengapa selalu terbentuk gas CO (karbon monoksida) pada pembakaran arang.
4. Gas Hasil Pembakaran
Sebagaimana diketahui bahwa pembakaran adalah proses oksidasi dimana oksigen
diberikan dengan mengikuti rasio udara berlebih terhadap massa bahan bakar agar
diperoleh reaksi pembakaran yang komplit. Reaksi utama dari proses pembakaran
antara karbon dengan oksigen akan membentuk karbon monoksida (CO) dan karbon
dioksida (CO). Karbon dioksida merupakan produk pembakaran yang memiliki
temperatur rendah. Oksidasi karbon monoksida ke karbon dioksida hanya dapat
terbentuk jika memiliki sejumlah oksigen yang
seimbang. Kandungan CO yang tinggi mengindikasikan proses pembakaran tidak komplit
dan ini harus seminimal mungkin dihindari, karena:
a. CO2 adalah gas yang dapat dibakar. Kandungan CO yang tinggi akan menghasilkan
efisiensi pembakaran yang rendah.
b. Dapat menyebabkan gangguan bau (odour).

Dalam suatu pembakaran, diharapkan terjadi pembakaran sempurna. Untuk suatu


bahan bakar hidrokarbon, produk yang akan dihasilkan adalah CO2, H2O, N2, sementara O2
juga akan terbentuk jika terjadi kelebihan suplai udara. Jika bahan bakar telah ditentukan dan
pembakaran terjadi secara sempurna, jumlah dari masing-masing produk dapat ditentukan
dengan menerapkan prinsip konservasi massa pada persamaan kimia. Di dalam semua jenis
alat pembakaran derajat pencampuran antara bahan bakar dan udara merupakan suatu faktor
penentu dalam reaksi yang terjadi setelah terjadi pencampuran bahan bakar dan udara. Bila
konsentrasi gas CO sangat tinggi mempunyai resiko yang tinggi bagi makhuk hidup dan
lingkungan sekitarnya. Pada pembakaran sempurna, reaktan akan terbakar dengan oksigen,
menghasilkan sejumlah produk yang terbatas. Ketika hidrokarbon terbakar dengan oksigen,
maka hanya akan dihasilkan gas karbon dioksida dan uap air. Namun terkadang akan
dihasilkan senyawa nitrogen dioksida yang merupakan hasil teroksidasinya senyawa nitrogen
di dalam udara

2.1.2. Proses Pembakaran Sampah

1. Jenis Pembakaran

Reaksi pembakaran secara umum terjadi melalui 2 cara, yaitu pembakaran sempurna dan
pembakaran habis. Pembakaran sempurna adalah prosespembakaran yang terjadi jika semua
karbon bereksi dengan oksigen menghasilkan CO, sedangkan pembakaran tidak sempurna
adalah proses pembakaran yangterjadi jika bahan bakar tidak terbakar habis dimana proses
pembakaran yangtidak semuanya menjadi CO2 (Abdullah et, al., 1998 dalam Arif Budiman,
2001) Menurut Culp (1991 dalam Arif Budiman, 2001) proses pembakaran actual
dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu :

- Pencampuran udara dan bahan dengan baik

- Kebutuhan udara untuk proses pembakaran

- Suhu pembakaran

- Lamanya waktu pembakaran yang berhubungan dengan laju pembakaran

- Berat jenis bahan yang akan dibakar

Pencampuran udara dan bahan bakar yang baik dalam pembakaran actual biasanya
tidak dapat dicapai tetapi didekati melalui penambahan excess udara.Penambahan excess
udara harus baik dengan nilai minimum kare apabila terlalu banyak dapat meningkatkan
kehilangan energy dalam pembakaran dan meningkatnya emisi NO.

2. Proses Pembakaran Sampah

Proses pembakaran sampah pada rumah tangga berlangsung secara bertahap. Tahap awal
terjadi penguapan kandungan air sampah yang belumterbakar menggunakan panas dari bahan
terbakar yang berada di sekelilingnya atau menggunakan energi panas yang ditambahkan dari
luar. Pada saat pemanasan sampah terjadi pelepasan karbon atau bahan volatile yang
terkonversi menjadi gas yang mudah terbakar, proses ini disebut gasifikasi. Gas ini
selanjutnya bercampur dengan oksigen yang dapat mengalami reaksi oksidasi. Kondisi ini
apabila menghasilkan temperature cukup tinggi dan berlangsung lama dapat terkonversi

secara sempurna (complete combustion) menghasilkan uap air dan CO yang dilepaskan ke
udara. Kondisi sebaliknya dapat terjadi yaitu apabila temperature pembakaran rendah dan
waktu tinggal pada ruang bakar cepat terjadi pembakaran yang tidak sempurna (incomplete
combustion) yang dapat menghasilkan asap (Lee & Lin, 2007 dalam subagiyo ddk 2013).
Dampak lain dari pembakaran tidak sempurna adalah terbentuknya polutan lain yang semula
tidak terdapat dalam sampah karena terjadi reaksisintesa yang disebut denovo menghasilkan
dioksindan furan.
2.1.3. Jenis-jenis Bahan Penyaring Udara

1. Karbon Aktif

Karbon Aktif atau Arang Aktif merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu
tinggi. Daya serap karbon aktif ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini
dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan bahan-
bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi.

Dalam setiap satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan 500-1500 m2,
sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0.01-
0.0000001 mm.

Karbon aktif dipakai dalam proses pemurnian udara, gas dan larutan atau cairan, dalam
proses recovery suatu logam dari biji logamnya, dan juga dipakai sebagai support katalis.
Dipakai juga dalam pemurnian gas dan udara, safety mask dan respirator, seragam militer,
adsorbent foams, industri nuklir, electroplating solutions; deklorinasi, penyerap rasa dan bau
dari air, aquarium, cigarette filter, dan juga penghilang senyawa-senyawa organik dalam air.
Sesuai dengan salah satu fungsi di atas, maka karbon aktif juga dipakai di Unit CO2 Removal
pada Pabrik Ammonia.

Kapas

Pada proses penyaringan air, kapas biasanya digunakan untuk menyaring partikel-partikel
halus dan mikroorganisme yang ada pada air. Hal ini pun tergantung pada kerapatan partikel
kapas yang digunakan. Sama halnya pada proses penyaringan air, kapas basah pun berfungsi
sebagai penyaring untuk partikel-partikel padatan halus (aerosol halus) dari asap pembakaran.

Ijuk

Ijuk biasanya digunakan sebagai media penyaringan partikel-partikel besar pada air pada
proses penyaringan udara, ijuk basah digunakan untuk menangkap partikel padat berukuran
besar dari hasil pembakaran.
2.2. Komponen Utama Prototipe Incenerator

2.3. Prinsip & Cara Kerja

2.4. Alat & Bahan

2.5. Prosedur Pembuatan Prototipe Incenerator

2.6.Prosedur Uji coba dan hasil percobaan

Anda mungkin juga menyukai