Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Bronchitis


Sasaran : Pengunjung dan pasien di Poliklinik Anak
Waktu : 09.00 – 09.30 WIB
Hari/Tanggal : Selasa, 15 Januari 2019
Tempat : Poliklinik Anak RSUD Sleman

A. LATAR BELAKANG
Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang menyerang
bronkus. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang lingkungannya banyak
polutan, misalnya orang tua yang merokok dirumah, asap kendaraan bermotor, asap
hasil pembakaran pada saat masak yang menggunakan bahan bakar kayu. Di Indonesia
masih banyak keluarga yang setiap hari menghirup polutan ini, kondisi ini
menyebabkan angka kejadian penyakit bronkhitis sangat tinggi (Rusdiantoro, 2017).
Bronkitis merupakan salah satu bagian dari penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) yang terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan dari keduanya
(PDPI, 2013).
Pada tahun 2007 di Negara berkembang seperti Indonesia infeksi saluran
pernafasan bawah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting.
Resiko penularan setiap tahun di Indonesia di anggap cukup tinggi. Di Indonesia yang
terinfeksi bronkhitis sekitar 1.6 juta orang. Bronkhitis adalah suatu peradangan pada
bronkus, bronkhiali, dan trakhea (saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya
bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang
memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan
usia lanjut, bronkhitis bisa menjadi masalah serius (Arif, 2008).
Untuk Bronkitis, jumlah anak yang terdiagnosa Bronkitis pada tahun 2007 di
Amerika Serikat adalah 7,6 juta orang. Dampak yang timbul akibat menderita penyakit
bronkitis adalah infeksi saluran napas yang berat dan sering, penyempitan dan
penyumbatan bronchus, sulit bernapas, hingga kematian (Puspitasari, 2009)
Menurut American Academy of Family Physian lebih dari 90% pasien bronkitis
memiliki riwayat pernah menjadi perokok. Tetapi terdapat faktor lain yang sedikit
kontribusinya menyebabkan bronkitis yaitu infeksi virus atau bakteri, polusi udara
(ozon dan nitrogen dioksida/NO2), terpapar iritan di tempat kerja, dan lain-lain. Iritan-
iritan yang dapat menyebabkan penyakit ini diantaranya uap logam (fume) dari bahan-
bahan kimia seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S), bromin (Br), amonia
(NH3), asam kuat, beberapa organic solvent, dan klorin (Cl). Debu juga dapat
menyebabkan bronkitis, seperti debu batu bara (Puspitasari, 2009)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD Sleman tahun 2018
ditemukan jumlah kasus bronkitis pada anak sebanyak 143 kasus. (Rekam medik RSUD
Sleman, 2018).

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan di Poliklinik Anak , pasien dan pengunjung
diharapkan peserta lebih memahami dan lebih mengerti tentang penyakit
Bronchitis.

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah dilakukan tindakan edukasi kesehatan tentang bronchitis selama 1 x
30 menit, pasien dan pengunjung Poliklinik Anak mengetahui tentang :
1. Pengertian Bronchitis
2. Etiologi Bronchitis
3. Patofisiologis Bronchitis
4. Tanda dan Gejala Bronchitis
5. Pengobatan Bronchitis
6. Pencegahan Bronchitis
7. Nutrisi untuk penderita Bronchitis

C. SASARAN
Sasaran pendidikan kesehatan ini adalah seluruh pasien dan pengunjung yang ada
pada Poliklinik Anak saat dilakukannya kegiatan.

D. STRATEGI PELAKSANAAN
1. METODE
Metode yang digunakan dalam penyajian materi pendidikan kesehatan ini
yaitu ceramah dan diskusi.
2. WAKTU DAN TEMPAT
Acara penyuluhan tentang bronchitis akan diselenggarakan pada hari
Selasa tanggal 15 Januari 2019 pukul 09.00 s.d 09.30 WIB di Poliklinik Anak.

3. SETTING TEMPAT
a. Posisi pemateri penyuluhan berhadapan dengan peserta.
b. Pemandu diskusi dan pembawa acara berada di samping pemateri.
c. Power Point hygiene sanitasi makanan di depan peserta.

1. Media (Layar LCD)


2. Pemateri Penyuluhan
3. Pemandu diskusi /
sekretaris.

4. Peserta Penyuluhan

Denah Penyuluhan di Poliklinik Anak

4. MEDIA
a. Power Point tentang bronchitis
b. Leaflet tentang bronchitis
5. KEGIATAN YANG AKAN DILAKUKAN
Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pendahuluan 1. Memberikan leaflet Menerima leaflet 5 menit
2. Memberikan salam, Memperhatikan dan
memperkenalkan diri, menjawab salam
dan membuka
penyuluhan
3. Menjelaskan materi Memperhatikan
secara umum
4. Menjelaskan tentang Memperhatikan
Tujuan Instruksional
Umum (TIU) dan
Tujuan Instruksional
Khusus (TIK)
Penyajian 1. Menyajikan materi Memperhatikan 20 menit
tentang:
a. Pengertian
Bronchitis
b. Etiologi Bronchitis
c. Patofisiologis
Bronchitis
d. Tanda dan Gejala
Bronchitis
e. Pengobatan
Bronchitis
f. Pencegahan
Bronchitis
g. Nutrisi untuk
penderita
Bronchitis
2. Menanyakan kepada Menjawab
peserta mengenai pertanyaan
materi yang telah
disampaikan.
3. Mendiskusikan Memperhatikan dan
bersama jawaban yang memberi komentar
diberikan
Penutup 1. Mendiskusikan Memberi komentar 5 menit
bersama jawaban dari dan menjawab
pertanyaan yang telah pertanyaan bersama
diberikan
2. Menutup pertemuan Memperhatikan
dengan memberi
kesimpulan dari materi
yang disampaikan.
3. Menutup pertemuan Memperhatikan dan
dan memberikan membalas salam
salam.

6. KRITERIA EVALUASI
1. Persiapan (Struktur)
1) Telah melakukan konsultasi kepada Pembimbing mengenai materi
pendidikan kesehatan yaitu bronchitis
2) Perlengkapan yang diperlukan untuk pendidikan kesehatan telah
tersedia dan siap digunakan maksimal sehari sebelum pelaksanaan.
2. Proses
Kegiatan penyuluhan berjalan lancar, pengunjung dan pasien
yang mengikuti penyuluhan mampu secara aktif terlibat dalam kegiatan
tanya jawab.
3. Hasil
Pengunjung dan pasien di Poliklinik Anak mampu menjelaskan
kembali tentang:
a. Pengertian Bronchitis
b. Etiologi Bronchitis
c. Patofisiologis Bronchitis
d. Tanda dan Gejala Bronchitis
e. Pengobatan Bronchitis
f. Pencegahan Bronchitis
g. Nutrisi untuk penderita Bronchitis

7. SUSUNAN ACARA

No. Jam Acara Penanggung Jawab


1. 08.45-09.00WIB Persiapan Wita Eldalia
2. 09.00-09.05 WIB Pembukaan Monica Esabilita
3. 09.05-09.20 WIB Penyajian materi Muvidatul Khairiyah
penyuluhan dan Wita Eldalia
4. 09.20-09.25 WIB Tanya Jawab Peserta Muvidatul Khairiyah
dan Wita Eldalia
4. 09.25-09.30 WIB Penutupan Wita Eldalia

MATERI BRONCHITIS

A. Bronchitis
1. Pengertian Bronchitis
Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang
menyerang bronkus. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang lingkungannya
banyak polutan, misalnya orang tua yang merokok dirumah, asap kendaraan
bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak yang menggunakan bahan bakar
kayu. Di Indonesia masih banyak keluarga yang setiap hari menghirup polutan ini,
kondisiini menyebabkan angka kejadian penyakit bronkhitis sangat tinggi
(Rusdiantoro, 2017)
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang menyebabkan
inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang bermanifestasi
sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam 2 minggu. Bronkitis
umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus influenza, virus
parainfluenza, Adenovirus, virus rubeola, dan Paramixovirus dan bronkitis karena
bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia, Bordetella pertussis,
atau Corynebacterium diphtheria (Rahajoe, 2012).
Bronkitis dibagi menjadi dua:
1. Bronkitis akut
Merupakan infeksi saluran pernapasan akut bawah. Ditandai dengan awitan
gejala yang mendadak dan berlangsung lebih singkat. Pada bronkitis jenis ini,
inflamasi (peradangan bronkus biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri, dan kondisinya diperparah oleh pemaparan terhadap iritan, seperti asap
rokok, udara kotor, debu, asap kimiawi, dll. Menurut Arif (2008) menyatakan
bahwa bronkitis akut biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu 2 hingga 3
minggu saja, kebanyakan penderita bronkitis akut akan sembuh total tanpa
masalah lain.
2. Bronkitis kronis
Ditandai dengan gejala yang berlangsung lama (3 bulan dalam setahun selama 2
tahun berturut-turut). Pada bronkitis kronik peradangan bronkus tetap berlanjut
selama beberapa waktu dan terjadi obstruksi/hambatan pada aliran udara yang
normal didalam bronkus. Menurut Arif (2008) menyatakan bahwa bronkitis
kronis biasanya datang secara berulang-ulang dalam waktu yang lama, terutama
pada perokok, bronkitis kronis ini juga berarti menderita batuk yang dengan
disertai dahak dan diderita selama berbulan-bulan hingga tahunan.
Berikut ini perbedaan antara bronkhus normal dengan bronkhus yang meradang
(Gambar 2.1).

Gambar 2. 1
Perbedaan dari normal bronki versus bronkitis(Widiyanti,2011).

2. Tanda dan Gejala Klinis


Menurut Price (1995), tanda dan gejala klinis yang timbul pada pasien
bronkhitis tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya dan ada
tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada penyakit ini adalah adanya batuk disertai
produksi sputum, adanya haemaptoe dan pneumonia berulang.
Tanda dan gejala klinis dapat demikian hebat pada penyakit berat dan dapat
tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan. Tanda dan gejala tersebut
yaitu :
a. Batuk produktif
Pada bronkhitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung
lama, jumlah sputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada
pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak
ada infeksi sekunder sputumnya mukoid, sedangkan apabila terjadi infeksi
sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap.
b. Haemaptoe
Terjadi pada 50% kasus bronkhitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis
atau destruksi mukosa bronkhus mengenai pembuluh darah sehingga pembuluh
darah pecah dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai
dari yang paling ringan sampai perdarahan cukup banyak atau massif. Pada
bronkhitis kering, haemaptoe justru tanda satu-satunya karena bronkhitis jenis
ini letaknya di lobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah
menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk, pasien tanpa batuk atau
batuknya minimal. Pada tuberkolosis paru dan bronkhitis ini merupakan
penyebab utama komplikasi haemaptoe.
c. Sesak napas atau dyspnea
Pada 50% kasus ditemukan sesak napas. Hal tersebut timbul dan beratnya
tergantung pada seberapa luas bronkhitis yang terjadi dan seberapa jauh
timbulnya kolap paru dan desturksi jaringan paru yang terjadi akibat infeksi
berulang (ISPA), biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema. Kadang
juga ditemukan suara mengi (wheezing), akibat adanya obstruksi bronkhus.
Mengi dapat lokal atau tersebar tergantung pada distribusi kelainnya.
d. Demam berulang
Bronkhitis merupakan penyakit yang berjalan kronis, sering mengalami
infeksi berulang pada bronkhus maupun paru, sehingga sering timbul deman.
3. Etiologi
Menurut Dorland (2002), etiologi adalah penyebab terjadinya suatu penyakit.
Bronkhitis terjadi paling sering pada saat musim pancaroba, musim dingin, biasanya
disertai dengan infeksi pernapasan atas, dapat disebabkan oleh berbagai hal (Iskandar,
2010) antara lain :
e. Bronkhitis infeksiosa, disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri atau organisme
lain yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamyidia).
Serangan bronkhitis berulang bisa terjadi pada perokok, penderita penyakit paru-
paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa terjadi akibat
sinusitus kronis, bronkhiektasis, alergi, pembesaran amandel dan adenoid pada
anak-anak.
f. Bronkhitis iritatif, karena disebabkan oleh zat atau benda yang bersifat iritatif
seperti debu, asap (dari asam kuat, amonia, sejumlah pelarut organik, klorin,
hidrogen, sulfida, sulfur dioksida dan bromin), polusi udara menyebabkan iritasi
ozon dan nitrogen dioksida serta tembakau dan rokok.
4. Patofisiologi
Menurut Kowalak (2011) Bronchitis terjadi karena Respiratory Syncytial
Virus (RSV),Virus Influenza, Virus Para Influenza, Asap Rokok, Polusi Udara yang
terhirup selama masa inkubasi virus kurang lebih 5 sampai 8 hari. Unsur-unsur iritan
ini menimbulkan inflamasi pada precabangan trakeobronkial, yang menyebabkan
peningkatan produksi sekret dan penyempitan atau penyumbatan jalan napas. Seiring
berlanjutnya proses inflamasi perubahan pada sel-sel yang membentuk dinding traktus
respiratorius akan mengakibatkan resistensi jalan napas yang kecil dan ketidak
seimbangan ventilasi-perfusi yang berat sehingga menimbulkan penurunan oksigenasi
daerah arteri.
Efek tambahan lainnya meliputi inflamasi yang menyebar luas, penyempitan
jalan napas dan penumpukan mucus di dalam jalan napas. Dinding bronkus
mengalami inflamasi dan penebalan akibat edema serta penumpukan sel-sel inflamasi.
Selanjutnya efek bronkospasme otot polos akan mempersempit lumen bronkus. Pada
awalnya hanya bronkus besar yang terlibat inflamasi ini, tetapi kemudian semua
saluran napas turut terkena. Jalan napas menjadi tersumbat dan terjadi penutupan,
khususnya pada saat ekspirasi. Dengan demikian, udara napas akan terperangkap di
bagian distal paru. Pada keadaan ini akan terjadi hipoventilasi yang menyebabkan
ketidakcocokan dan akibatnya timpul hipoksemia. Hipoksemia dan hiperkapnia
terjadi sekunder karena hipoventilasi. Resistensi vaskuler paru meningkat ketika
vasokonstriksi yang terjadikarena inflamasi dan konpensasi pada daerah- daerah yang
mengalami hipoventilasi membuat arteri pulmonalis menyempit. Inflamasi alveolus
menyebabkan sesak napas.
5. Komplikasi
Menurut Bahar (2001),komplikasi bronkhitis pada anak terutama pada anak
dengan malnutrisi atau dengan kondisi kesehatan yang jelek antara lain :
a. Otitis media akut
Otitis media akut yaitu keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah
dengan tanda dan gejala infeksi dan dapat disebabkan berbagai patogen termasuk
Sterptokokus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Mikroorganisme patogen
penyebab bronkhtis menyebar dan masuk ke dalam saluran telinga tengah dan
menimbulkan peradangan sehingga terjadi infeksi.
b. Sinusitis maksilaris
Sinusitis maksilaris yaitu radang sinus yang ada di sekitar hidung yang
disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas dibantu oleh
adanya faktor predisposisi. Infeksi pada sinus dapat menyebabkan
bronkhospasme, oedema dan hipersekresi sehingga mengakibatkan bronkhitis.
c. Pneumonia
Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Jika bronkhitis tidak
ditangani dengan baik secara tuntas atau jika daya tahan tubuh anak jelek, maka
proses peradangan akan terus berlanjut sebut bronkhopneumonia. Gejala yang
muncul umumnya berupa napas yang memburu atau cepat dan sesak napas karena
paru-paru mengalami peradangan. Pada bayi usia 2 bulan sampai 6 tahun
pneumonia berat ditandai adanya batuk atau kesukaran bernapas, sesak napas
ataupun penarik dinding dada sebelah bawah ke dalam
d. Bronkhitis kronis
e. Pleuritis.
f. Efusi pleura atau empisema
6. Penatalaksanaan
Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada obat
kausal. Anti biotik tidak berguna. Obat yang diberikan berikan biasanya untuk
penurun demam, banyak minum terutama sari buah-buahan, obat penekan batuk tidak
diberikan pada batuk yang banyak lender, lebih baik diberi banyak minum.
Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu
dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh diberikan, asal sudah
disingkirkan adanya asma atau pertussis. Pemberian antibiotic yang serasi untuk M.
pneumonia dan H. influenza sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya
Amoksisilin, Kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotic diberikan 7-10 hari
dan bila tidak berhasil maka perlu dilakukan foto toraks untuk menyingkirkan
kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda asing dalam saluran napas,
dan tuberkulosis.
Klien dengan bronchitis tidak dirawat di rumah sakit kecuali ada komplikasi
yang menurut dokter perlu perawatan di rumah sakit, oleh karenanya perawatan lebih
di tujukan sebagai petunjuk pada orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan adalah
akibat batuk yang lama dan resiko terjadi komplikasi.
a. Akibat batuk yang lama
Pada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering terjadi siang dan
malam terutama pagi-pagi sekali yang menyebabkan klien kurang istirahatatau
tidur, klien akan terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah
terjadinya daya tahan tubuh klien menurun, anoreksia, sehingga berat badannya
sukar naik. Pada anak yang lebih besar batuk-batuk yang terus-menerus akan
mengganggu kesenangannya bermain, dan bagi anak yang sudah sekolah batuk
mengganggu konsentrasi belajar bagi dirinya sendiri, saudara, maupun teman-
temannya.
Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak
bertambah banyak dengan memberikan obat secara bernar dan membatasi
aktivitas anak untuk mencegah keluar banyak keringat, karena jika baju basah
juga akan mengakibatkan batuk-batuk (karena dingin). Untuk mengurangi batuk
pada malam hari berikan obat terakhir sebelum tidur. Anak yang batuk apalagi
yang bronchitis lebih baik tidak tidur di kamar yang ber-AC atau memakai kipas
angina. Jika suhu udaranya dingin dipakaikan baju yang hangat, lebih baik ada
tertutup lehernya. Obat gosok membuat anak terasa hangat dan dapat tidur
tenang. Bila batuk tidak segera berhenti berikan minum hangat tidak manis
Pada anak yang sudah agak besar jika ada dahak di dalam tenggorokannya
beritahu di buang karena adanya dahak tersebut juga merangsang batuk.
Usahakan mengurangi batuk dengan menghindari makanan yang merangsang
seperti goreng-gorengan, permen, atau minum es. Jangan memeandikan anak
terlalu pagi atau terlalu sore, dan memandikan dengan air hangat.
b. Terjadi komplikasi
Bronchitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi
bronchitis kronik, sedangkan bronchitis kronik memungkinkan anak mudah
mendapat infeksi. Gangguan pernafasan secara langsung sebagai akibat
bronchitis kronik ialah bila lender tetap tinggal didalam paru akan menyebabkan
terjadinya atelectasis atau bronkiektasis; kelainan ini akan menambah penderitaan
klien lebih lama.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi ini pasiean brokitis harus
mendapatkan pengobatan dan perawatan yang benar sehingga lendir tidak selalu
tertinggal dalam paru. Berikan banyak minum untuk membantu mngencerkan
lendir; berikan buah dan makanan yang bergizi untuk mempertinggi daya tahan
tubuh.
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya jika ia
sedang batuk dan apa yang harus dilakukan. Pada bayi batuk- batuk yang keras
sering di akhiri dengan muntah, biasanya tercampur dengan lendir. Setelah
muntah bayi menjadi agak tenang. Tetapi bila muntah berkelanjutan, maka
dengan keluarnya makanan dapat menyebabkan bayi menjadi kurus serta
menurunkan daya tahan tubuh. Untuk mengurangi kemungkinan tersebut setelah
bayi muntah dan tenang perlu diberikan minum susu dan makanan lain.
7. Pathway

faktor penyebab virus, polusi, bakteri

penetrasi pathogen pada mukosa saluran pernafasan

infeksi saluran pernafasan atas

reaksi antibody

peradangan bronkus

hipertropi kelenjar Ilfiltrasi sel radang metaplasia sel


mukosa bronkus dan goblet
peningkatan jumlah sel Kerusakan sel
Goblet penyimpitan lumen
aktivitas dan pelepasan
aktivitas silia dan pirogen endogen sesak nafas
fagositosis lambat
perangsangan pusat
peningkatan sekresi termoregulasi dihipotalamus Pola nafas
bronkus tidak efektif

penumpukan mukus Hipertermi Ketidakseimbangan


perfusi ventilasi
Bersihan jalan nafas
tidak efektif penurunan O2
di jaringan

Hipoksia

peningkatan kecepatan
pernafasan

kurang informasi

Kurang Pengetahuan
Cemas

(Ngastiyah: 1997)

8. Penatalaksanaan gizi pada penyakit sistem respirasi


Beberapa penyakit respirasi yang perlu memperhatikan aspek gizi antara
lain bronkitis, pneumonia, bronkopneumonia, tuberkulosis, tuberkulosis dengan HIV,
dan penyakit paru obstruksi kronis.
Penatalaksanaan gizi pada penyakit respirasi memerlukan penilaian status gizi
secara individu berkaitan dengan riwayat makan, gejala klinis yang mempengaruhi
asupan makan, pola makan, status gastrointestinal, obat-obatan yang dikonsumsi.
Untuk menilai status pulmonal, para klinisi menggunakan berbagai hasil
diagnostik dan monitoring (prosedur radiologi, analisa gas darah, kultur sputum dan
biopsi). Pemeriksaan yang penting juga termasuk tes fungsi pulmonal yang digunakan
untuk menilai kemampuan sistem respirasi untuk menukar oksien dan karbondioksida.
Penilaian sistem kardiovaskuler, ginjal, neurologi dan hematologi juga penting
karena penyakit sistem-sistem tersebut menyebabkan komplikasi yang berkaitan
dengan anatomi, fisiologi dan kimiawi paru.
Gejala-gejala yang berkaitan dengan nutrisi termasuk, batuk, rasa cepat
kenyang, anoreksia, penurunan berat badan, dispnea dan fatigue. Seiring dengan
perkembangan penyakitnya, kondisi lain yang terkait juga bisa mengganggu asupan
makan atau status gizi, terutama produksi sputum yang berlebihan, muntah, takipnea,
hemoptisis, nyeri dada, polip nasal, anemia, depresi dan gangguan pengecapan akibat
pengobatan.
Prinsip dukungan nutrisi pada pasien dengan penyakit respirasi antara lain
melakukan penilaian status gizi, menghitung kebutuhan energi yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pasien (tidak overfeed ataupun underfeed), pemberian protein
yang adekuat, kebutuhan cairan yang sesuai, kebutuhan akan fosfat terpenuhi,
pemberian formula tinggi lemak, rendah karbohidrat pada hiperkapnia persisten.
a. Makronutrien
Pemberian makronutrien memperhatikan keadaan hiperkapnia pada pasien.
Pemberian energi yang berlebihan pada pasien dengan penyakit pernapasan dapat
meningkatkan metabolik rate sehingga meningkatkan pula konsumsi oksigen dan
karbondioksida. Sintesis lemak dari asupan karbohidrat yang berlebihan juga
dikaitkan dengan produksi karbondioksida yang berlebih. Pada pasien dengan
cadangan paru yang terbatas, hal ini akan mempercepat kegagalan respirasi akibat
retensi karbondioksida. Oksidasi dari karbohidrat, lemak dan protein untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan menghasilkan karbondioksida dan air ada
dalam proporsi yang unik untuk masing-masing substrat. Rasio antara
karbondioksida yang dihasilkan dan oksigen oksigen yang digunakan yaitu
Respiratory Quotient (RQ).
RQ berguna karena volume karbondioksida yang diproduksi dan oksigen
yang dikonsumsi tergantung pada sumber energi yang dimetabolisme (lemak,
karbohidrat atau protein. Hal ini penting dalam penentuan regimen nutrisi pada
pasien sesak karena penyakit paru kronik atau pasien yang membutuhkan
ventilator. Pola asupan makronutrien dapat secara langsung mempengaruhi
pertukaran gas secara adekuat akibat produksi CO2. Setiap molekul karbohidrat
yang dimakan akan memproduksi satu molekul CO2,sehingga respiratory quotient
untuk karbohidrat adalah 1. Respiratory quotient untuk protein adalah 0,8 dan
untuk lemak adalah 0,7. Pada pasien dengan hiperkapnia diberikan komposisi
karbohidrat 25-30% dan lemak 50-55%, sedangkan pada pasien tanpa hiperkapnia
diberikan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30%, dan protein 15-20%.
Pemberian mikronutrien yang terkait dengan fungsi otot pernapasan seperti
fosfor harus diperhatikan karena akan mengakibatkan gangguan kontraktilitas otot
diafragma.
Pada penyakit paru obstruksi kronis pemberian manajemen gizi harus
memperhatikan usia pasien, kemampuan menyiapkan makanan, status gizi, dan
keadaan hiperkapnia. Pemberian small feeding dan high dense oral nutritional
supplement perlu diperhatikan.
Penyakit tuberkulosis baik dengan komplikasi maupun tanpa komplikasi
memerlukan perhatian khusus pada pemberian energi yang ditingkatkan untuk
melawan infeksi dan menaikkan status gizi. Pemberian polifarmaka pada pasien
dengan tuberkulosis juga mempengaruhi interaksi obat-makanan. Beberapa obat
tuberkulosis menurunkan absorpsi vitamin sehingga diperlukan pemberian
suplementasi.
NOTULEN
KEGIATAN PENYULUHAN RUMAH SAKIT

Hari / Tanggal : Selasa, 15 Januari 2019


Pukul : 09.00 – 09.30 WIB
Tempat : Poliklinik Anak
Judul Materi : Bronchitis
Jumlah Peserta : … Peserta
Tanggapan dari pesrta :
Pertanyaan 1
Jawaban :

Pertanyaan 2
Jawaban :

Pertanyaan 3
Jawaban :

Kesimpulan :
Saran :
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai