Anda di halaman 1dari 19

BAB III

PELAKSANAAN PROYEK

3.1 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan
kajian yang bertujuan untuk pertimbangan pengambilan suatu keputusan
tentang penyelenggaraan kegiatan di Indonesia yang berisikan mengenai
dampak besar dan pentingnya suatu kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup. Pembuatan AMDAL dilakukan pada saat perencanaan
suatu proyek yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadapat
lingkungan di sekitarnya. Pada proyek pembangunan gedung Pringgading
24 berkas AMDAL yang telah dibuat dibawa oleh owner. Berkas AMDAL
tidak bisa diberikan oleh owner kepada pihak luar maupun mahasiswa kerja
praktik.

Pada proyek pembangunan gedung Pringgading 24 berada pada


wilayah padat penduduk dan bersebelahan dengan rumah warga sekitar,
demikian batas area lokasi proyek :
a. Batas bagian Utara : rumah warga
b. Batas bagian Timur : rumah warga
c. Batas bagian Selatan : jalan raya Brumbungan
d. Batas bagian Barat : jalan kampung
Batas bagian Utara tepatnya pada bagian belakang area proyek
ditanam soldier pile dan di beri spelling 50 cm, untuk meminimalisir
terjadinya penurunan rumah warga yang bersebelahan dengan lokasi
proyek pada saat penggalian basement. Sedangkan di bagian Barat, Utara
bagian depan, dan juga Timur hanya diberi spelling 1 meter dari rumah
warga maupun jalan kampung. Untuk pondasi gedung dikerjakan oleh PT.
Frankypile dengan menggunakan bored pile, yang bertujuan agar proses
pembuatan pondasi tidak terlalu mengganggu warga sekitar proyek jika
dibandingkan dengan menggunakan pondasi tiang pancang yang
sekiranya mengganggu warga sekitar dan membahayakan bangunan
sekitar proyek yang langsung bersebelahan dengan rumah warga.
Untuk penggunaan crane pihak kontraktor memperhitungkan radius
crane yang akan digunakan dikarenakan lokasi proyek bersebalahan
dengan rumah warga, walaupun saat ini belum menggunakan crane
karena masih mengerjakan basement. Agar dikemudian hari operasional
kerja crane tidak mengganggu dan merugikan warga sekitar proyek.

3.2 Keselamatan, Kesehatan, Keamanan Kerja, dan Lingkungan (K3L)

Untuk menjaga kesehatan dan keselamatan karyawan pada proyek


pembangunan gedung Pringgading 24, pihak kontraktor memberikan
fasilitas asuransi BPJS apabila karyawan mengalami sakit maupun
kecelakaan kerja, untuk biaya asuransi ditanggung dari pihak kantor
kontraktor. Tetapi untuk tukang hanya diobati ke puskesmas atau rumah
sakit apabila mengalami sakit maupun kecelakan kerja pada saat bekerja
diproyek tersebut.

3.3 Standart Operasional Prosedur (SOP)


SOP sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjeraan memiliki
peran pada pelaksanaan suatu proyek dengan tujuan agar dapat berjalan
dengan lancer, efektif, dan meminimalisir terjadinya kecelakaan diarea
proyek.
Pada proyek pembangunan gedung Pringgigading 24, SOP
dikeluarkan oleh pihak yang terkait dalam pelaksanaan pembangunan. SOP
yang dikeluarkan tentang lapangan pekerjaan dan lingkungan, yang meliputi
: lingkungan yang akan dijelaskan pada 3.2.2, sampah yang akan dijelaskan
pada 3.2.3, dan jam kerja yang akan dijelaskan pada 3.2.4.
3.3.1 Lingkungan
Proyek pembangunan gedung Pringgading 24 memiliki SOP
tentang lingkungan yang di dalamnya memuat pemasangan ramabu
– rambu di sekitar proyek. Rambu – rambu ini dipasang dengan
tujuan sebagai tanda untuk pengingat agar masyarakat maupun
pekerja lebih berhati – hati pada saat berada diarea proyek. Pada
lingkungan dibagi menjadi eksternal dan internal di proyek
pembangunan gedung Pringgading 24.

1. Lingkungan eksternal

Lingkungan eksternal meliputi lingkungan yang berada


di luar lokasi area kerja proyek.

Gambar 3.1 : Rambu – rambu tentang tamu


( Sumber: Dokumentasi pribadi, 2017 )

Pada gambar 3.1 rambu – rambu tersebut ditujukun kepada orang –


orang yang tidak berkerja pada proyek tersebut, agar tidak
sembarang orang dapat memasuki area lokasi proyek. Rambu –
rambu tersebut dipasang pada pintu depan gerbang proyek, agar
dapat diketahui oleh tamu atau warga yang berada disekitar proyek.
Gambar 3.2 : Rambu – rambu tentang Alat Pelindung Diri
(APD)
( Sumber: Dokumentasi pribadi, 2017 )

Pada gambar 3.2 merupakan rambu – rambu tentang APD untuk


tamu – tamu yang akan berkunjung ke area proyek. Rambu – rambu
ini mewajibkan setiap orang yang berada didalam area kerja proyek
untuk memakai APD yang sudah ditentukan agar digunakan dengan
baik dan benar, dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya
kecelakaan yang tidak di inginkan pada saat berada didalam area
proyek.

Gambar 3.3 : rambu – rambu diluar proyek


( Sumber : google, 2017 )

Pada gambar 3.3 adalah rambu – rambu yang ditujukan kepada


warga sekitar proyek untuk menginformasikan mengenai adanya
aktifitas pembangunan proyek di sekitar lokasi, agar masyarakat
lebih berhati-hati apabila adanya keluar - masuk kendaraan proyek
dan secara tidak langsung meminta maaf kepada warga sekitar
apabila aktifitas proyek mengganggu warga. Namun pada proyek
pembangunan gedung Pringgading 24 tidak dipasang rambu rambu
seperti itu diluar lokasi proyek untuk memperingatkan adanya
aktifitas proyek.

Gambar 3.4 : pagar seng


( Sumber : dokumentasi pribadi, 2017 )

Pada gambar 3.4 adalah pagar seng yang dipasang mengelilingi area
proyek pembangunan gedung Pringgading 24 dengan tujuan untuk
mengantisipasi adanya gangguan lingkungan dari luar lokasi proyek
agar aktifitas pada proyek tidak terganggu.

Gambar 3.5 : pembersihan akses jalan menuju lokasi proyek


( Sumber : google, 2017 )
Pada gambar 3.5 merupakan gambar para pekerja proyek yang
sedang membersihkan sisa – sisa tanah yang terjatuh dari truk yang
mengakut tanah dari proyek. Pembersihan ini dilakukan paada akses
jalan keluar masuk proyek dengan tujuan agar tidak mengganggu
masyarakat sekitar yang melintas pada area jalan tersebut. Namun
selama penulis melakukan kerja peraktik di proyek pembangunan
gedung Pringgading 24, penulis belum menemukan hal seperti yang
telihat padada gambar tersebut.

Gambar 3.6 : Pengeboran secant piles


( Sumber : Google, 2017 )

Pada gambar 3.6 terlihat para pekerja sedang melakukan proses


pengeboran secant piles di area proyek yang lokasinya bersebelahan
dengan rumah warga seperti pada proyek pembangunan gedung
Pringgading 24. Dikarenakan pada saat penulis melakukan kerja
praktik di proyek pembangunan gedung Pringgading 24 pembuatan
secant piles sudah dilaksanakan dan dikerjakan oleh PT. Frankipile
Indonesia selaku kontraktor sebelum PT. Puri Kencana
Mulyapersada maka penulis tidak mengetahui persis proses
pembuatan secant pile, namun dari info yang penulis dapat dari
kontraktor pada saat proses pengeboran suara yang dihasilkan sangat
berisik sehingga pengeboran dilakukan pada pagi sampai sore hari
agar tidak menggangu masyarakat sekirat proyek yang sendang
istirahat pada saat malam hari.
2. Lingkungan internal

Lingkungan internal meliputi lingkungan yang berada


di dalam lokasi area kerja proyek.

Gambar 3.7 : Rambu – rambu tentang Alat Pelindung Diri


(APD)
( Sumber: Dokumentasi pribadi, 2017 )

Pada gambar 3.7 merupakan rambu – rambu tentang APD pada


proyek pembangunan gedung Pringgading 24, yang ditujukan untuk
para pekerja yang akan melakukan aktifitas pada area proyek.
Diwajibkan untuk pekerja memakai APD yang ditentukan agar
digunakan dengan baik dan benar, dengan tujuan untuk
meminimalisir terjadinya kecelakaan yang tidak di inginkan pada
saat berkerja.
Gambar 3.8 : Rambu – rambu tentang situasi di area proyek
( Sumber: Dokumentasi pribadi, 2017 )
Pada gambar 3.8 merupakan rambu – rambu pada proyek
pembangunan gedung Pringgading 24 yang bertujuan untuk
menghimbau para pekerja dan tamu yang berada pada area kerja
proyek agar berhati – hati dan tidak terlalu dekat dengan obyek yang
telah diberi rambu – rambu untuk menghindari kecelakaan yang
tidak diinginkan.

Gambar 3.9 : Police line


( Sumber: Dokumentasi pribadi, 2017 )

Pada gambar 3.9 memperlihatkan galian yang tergenang air pada


proyek pembangunan gedung Pringgading 24, maka dari itu pihak
kontraktor memasang police line pada area galian yang tergenang
air dengan tujuan agar pekerja ataupun tamu tidak terjebur kedalam
galian yang tergenang air.
Gambar 3.10 : Bak cuci
( Sumber: Dokumentasi pribadi, 2017 )

Pada gambar 3.10 terlihat bak cuci yang berada pada proyek
pembangunan gedung Pringgading 24. Bak cuci disediakan oleh
pihak kontraktor dengan tujuan kendaraan yang akan keluar dari
lokasi proyek untuk dicuci terlebih dahulu sebelum melewati
gerbang proyek.

Gambar 3.11 : Petugas membersihkan truk proyek


( Sumber: Dokumentasi pribadi, 2017 )

Pada gambar 3.11 memperlihatkan pekerja yang sedang


membersihkan truk readymix yang telah selesai melakukan
pengecoran dan hendak keluar dari area lokasi proyek. Pembersihan
truk ini dilakukan bertujuan untuk menjaga kebersihan lingkungan
maupun akses jalan setelah keluar dari area proyek agar menjaga
kenyamanan masyarakat sekitar.
Gambar 3.12 : pekerja saat memasang secant pile
( Sumber : google, 2017 )
Pada gambar 3.12 memperlihatkan pekerja yang sedang memasang
secant piles dengan menggunakan atribut lengkap APD. Pengarahan
diberikan project manager saat melaksanakan pengeboran maupun
pengecoran secant piles, tapi pada proyek pembangunan gedung
Pringgading 24 pekerjaan itu dilaksanakan sebelum penulis
melakukan kerja praktik dan pekerjaan secant pile dilaksanakan oleh
PT. Frankipile Indonesia selaku kontraktor sebelum PT. Puri
Kencana Mulyapersada jadi penulis tidak melihat langsung proses
pengeboran dan pengecoran secant piles.
3.3.2 Sampah
Sampah dapat menjadi permasalahan yang penting dalam
suatu proyek, karena bila tidak tangani sampah di proyek dapat
menghambat dan mengganggu jalannya pelaksanaan pekerjaan, oleh
sebab itu perlunya menjaga kebersihan dengan membuang sampah
pada tempat yang telah disediakan. Pada proyek pembangunan
gedung Pringgading 24 telah disediakan tempat sampah pada tempat
– tempat tertentu dan setiap hari setelah jam kerja sampah yang
terkumpul dibakar.
Gambar 3.13 : Tempat pembuangan sampah
( Sumber : dokumentasi pribadi 2017 )

Pada gambar 3.13 memperlihatkan tempat pembuangan


sampah yang berada di proyek pembangunan gedung Pringgading
24. Tempat sampah disediakan bertujuan agar lingkungan proyek
terjaga kebersihannya dan menimbulkan rasa nyaman dalam
bekerja, hal ini menjadi tanggung jawab bersama semua pekerja.

Gambar 3.14 : Tempat buang air kecil maupun besar


( Sumber : dokumentasi pribadi, 2017 )
Pada gambar 3.14 telihat tempat buang air besar maupun air
kecil atau wc portable yang berada pada proyek pembangunan
gedung Pringgading 24, penyedian wc portable bertujuan agar
pekerja tidak kesulitan apabila ingin buang air besar maupun kecil,
dan tidak mengganggu kinerja pekerja saat bekerja.

3.3.3 Ketentuan operasional kerja


Lokasi proyek pembangunan gedung pringgading 24 yang
berada bersebelahan dengan rumah warga, demi menjaga
kenyamanan warga sekitar pihak kontraktor memberlakukan jam
operasional kerja yaitu mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00
WIB berlaku untuk pekerja mandor maupun tukang dan untuk
operasional kerja alat berat. Dalam operasional kerja tersebut
diharapkan warga sekitar proyek tidak terganggu yang diakibatkan
dengan adanya pekerjaan pembangunan gedung pringgading 24.

Gambar 3.15 : lampu hologen


( Sumber : google, 2017 )

Pada gambar 3.15 merupakan lampu yang digunakan pada


proyek apabila diberlakuan jam operasional kerja lembur melewati
pukul 18.00, dengan dipasangnya lampu hologen bertujuan untuk
membantu penerangan di proyek agar pekerja dapat melihat pada
malam hari.
3.4 Pemasalahan dan solusi
3.4.1 Permasalahan
Dalam pembangunan proyek gedung Pringgading 24 ditemukan
beberapa permasalah dan solusi yang diperlukan sebagai titik tujuan
proyek yang efektif. Permasalahan yang timbul dapat menghambat
jalannya pembangunan proyek, sehingga diperlukan solusi yang tepat dan
cepat dalam penyelesaian permasalah.

a. Genangan air tanah yang tinggi saat penggalian basement MUTU

Gambar 3.16 : sumur dewatering


( Sumber : dokumen pribadi, 2017 )

Lokasi proyek yang berada di dataran rendah menjadi sebab


tingginya muka air tanah, pada saat pihak kontraktor memulai
pekerjaan galian untuk basement menemukan kendala yang bisa
dilihat dari gambar 3.13 yang menunjukkan tingginya air tanah di
daerah Pringgading yang menjadi kendala jalannya proses
pembangunan proyek.
b. Faktor Alam
Faktor alam yang menyebabkan terhambatnya kemajuan
proyek adalah hujan. Dalam pekerjaan pelaksanaan, faktor alam dan
cara mengatasinya antara lain :
Proyek pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang
dikerjakan pada musim hujan sehingga menyebabkan lokasi
proyek banyak tergenang air, terutama pada galian basement
dan pile cap. Selain itu proses pengecoran juga menjadi sangat
terganggu saat hujan turun karena dapat mempengaruhi mutu
beton.

Gambar 3.17 : Pengecoran plat lantai saat hujan


( Sumber: dokumentasi pribadi, 2017 )

c. Terjadinya longsor pada dinding sumur dewatering.

Pada proyek kami terdapat sumur dewatering yang


digunakan untuk membuang genangan air tanah yang terus keluar
saat penggalian basement, namun saat berlangsungnya proses
dewatering terjadi kelongsoran pada dinding sumur dan menutup
bagian sumur yang berakibatkan berhentinya proses pembuangan
genangan air, namun tidak ada korban jiwa maupun korban luka –
luka.
d. Kurangnya rambu – rambu diluar lokasi proyek

Pada proyek pembangunan gedung Pringgading 24 masih


belum ditemukan rambu – rambu diluar lokasi proyek yang
menunjukkan adanya aktifitas proyek. Untuk mengingatkan kepada
masyarakat sekitar agar berhati – hati saat melintas wilayah
Pringgading yang dikarenakan adanya aktifitas proyek seperti
keluar masuk kendaraan proyek.

e. Kurangnya kesadaran untuk pembuangan akhir sampah

Sampah maupun sisa matrial seperti potongan kayu pada


proyek pembangunan gedung Pringgading 24 dibuang pada 1 tampat
di dalam lokasi proyek agar tidak mengganggu kinerja dan
kenyamanan pekerja, namun pembuangan akhir sampah dengan cara
dibakar tidak dengan dibuang sesuai tempatnya.
3.4.2 Solusi
Dari permasalahan yang ada dalam proyek pembangunan gedung
Pringgading 24 terdapat beberapa solusi yang dilakukan oleh pihak
pelaksana adapun permasalahan yang belum didapat solusinya.

a. Genangan air tanah yang tinggi saat penggalian basement


Solusi dari pihak kontraktor mengatasi genangan muka air
tanah yang terus keluar adalah dengan membuat galian yang lebih
dalam dari galian basement kemudian air tersebut disedot dengan
menggonakan pompa air dan di buang melalui saluran air yang
berada didepan lokasi proyek.

b. Faktor Alam
Solusi mengatasi untuk hujan yang turun saat pengecoran,
kita ambil saat pengecoran plat lantai, cara mengatasinya adalah
dengan memasang tenda dari terpal dan kayu di atas lokasi yang akan
di cor.

c. Terjadinya longsor pada dinding sumur dewatering.


Solusi dari pihak kontraktor mengatasinya dengan cepat
dengan cara membuat baru sumur dewatering dan menutup lokasi
bekas sumur yang longsor dengan terpal dan diberi police line.

d. Kurangnya rambu – rambu diluar lokasi proyek


Solusi yang diberikan oleh pihak proyek hingga saya selesai
kerja praktik, tidak ada tindakan yang dilakukan oleh pihak proyek
untuk mengatasinya.

e. Kurangnya kesadaran untuk pembuangan akhir sampah


Solusi yang dilakukan oleh pihak proyek belum ada tindakan
untuk membuang sampah.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman lapangan dalam masa
Praktik Kerja pada proyek pembangunan gedung Pringgading Semarang, dapat
didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat genangan air pada saat penggalian basement gedung yang
diakibatkan dari muka air tanah yang tinggi dan curah hujan yang
sangat tinggi yang mengakibatkan terganggunya pekerjaan proyek
dan terjadi keterlambatan pekerjaan, namun dengan penanganan
yang cepat dan tepat pekerjaan dapat berjalan dan dapat mengejar
keterlambatan pekerjaan.
2. Faktor alam sangat berpengaruh saat pekerjaan pengecoran
dilakukan pada proyek, namun dengan penanganan yang tepat dan
cepat pengecoran pada proyek dapat berlangsung meskipun pada
saat turun hujan.
3. Kurangnya antisipasi akan adanya kecelakaan yang diakibatkan
dari pekerjaan longsor pada sumur dewatering, namun penanganan
yang diberikan oleh pihak kontraktor sangat cepat dan tepat agar
pekerjaan dapat berjalan kembali dan tidak terjadi keterlambatan.
4. Kurangnya rambu – rambu yang menunjukkan adanya aktifitas
proyek di sekitar lokasi pringgading yang dapat berakibat
masyarakat tidak mengetahui adanya proyek di lokasi Pringgading
sehingga masyarakat kurang berhati – hati pada saat melintas di
lokasi Pringgading.
5. Pembakaran sampah dan sisa kayu di lokasi proyek yang dapat
berakibat terjadinya polusi udara dan terganggunya ekosistem alam.
4.2 Saran
Dalam praktik kerja pada proyek pebangunan gedung Pringgading
24, didapat saran atas beberapa hal yang telah diamati selama berada pada
proyek sebagai berikut :
1. Sebaiknya sumur dewatering dibuat lebih dari satu apabila lokasi
proyek berada pada muka air tanah yang tinggi dan begitu juga
wilayah proyek yang luas agar genangan muka air tanah tidak
mengganggu kinerja pekerja.
2. Sebaiknya sebelum pemesanan beton untuk pekerjaan pengecoran
pihak proyek memperhitungkan kondisi cuaca yang akan terjadi
apabila kondisi cuaca yang saat itu mendung sebaiknya pekerjaan
pengecoran diundur atau dapat diberikan antisipasi terlebih dahulu
sebelum dilaksanakannya pekerjaan pengecoran.
3. Diperlukannya kesadaran diri pekerja agar berhati – hati, sebaiknya
sumur dewatering ditentukan pada titik yang sekiranya tidak
mengganggu proses pekerjaan lain dan antisipasi adanya
kecelakaan yang tidak diinginkan contohnya longsornya dinding
sumur dewatering yang sebaiknya dinding sumur diberi penahan
tanah dari kayu maupun bambu agar dinding sumur tidak mudah
longsor.
4. Diperlukannya rambu – rambu yang memberitahukan adanya
aktifitas proyek pada lokasi pringgading agar masyarakat sekitar
berhati – hati dan waspada pada saat melintas lokasi Pringgading
karena adanya aktifitas keluar masuk kendaraan proyek.
5. Sebaiknya sampah dan sisa matrial pekerjaan tidak dibakar,
sebaiknya dari pihak kontraktor sampah dibuang pada tempat yang
seharusnya agar tidak mencemari lingkungan dan tidak
mengganggu ekosistem alam.

Anda mungkin juga menyukai