KELOMPOK 6
BAB II
KONTEKS SEJARAH PART 2
(HISTORICAL CONTEX)
Disusun Oleh:
Kelompok 6
1
COLONIALISM AND SOCIAL WELFARE IN THE THIRD WORLD
Kolonialisme telah lama diperhatikan karena adanya eksploitasi sumber daya alam
dan pertanian dari para koloni. Oleh karena itu, pemerintah kolonial yang bersangkutan
menjamin bahwa perusahaan swasta (dalam bentuk perkebunan atau peternakan pemukim)
mampu berfungsi menguntungkan. Administrator kolonial bertanggung jawab atas hukum
dan ketertiban, dan untuk menjaga penduduk pribumi yang ditundukkan secara pasif.
Pemerintah kolonial juga bertanggung jawab untuk mendorong penduduk pribumi untuk
menyediakan tenaga kerja bagi perusahaan kolonial. Ketika ini tidak mungkin, tenaga kerja
didatangkan dari tempat lain dalam bentuk perbudakan atau pekerja diwajibkan bekerja
paksa. Pemerintah kolonial juga dikenakan dan mengumpulkan pajak untuk menutupi biaya
administrasi mereka, dan untuk membangun infrastruktur yang dibutuhkan oleh ekonomi
kolonial.
Dalam iklimnya hal ini didominasi oleh terjadinya pembangunan ekonomi, sehingga
kesejahteraan kolonial ditantang untuk berkontribusi pada proses pembangunan. Para ekonom
berpendapat bahwa pelayanan sosial terpengaruh dari adanya pembangunan dan bahwa
pengeluaran sosial harus dibatasi untuk menyediakan sumber daya untuk investasi produktif
sebagai gantinya. Di sisi lain, banyak pemimpin politik pribumi terkesan dengan adanya
pertumbuhan negara kesejahteraan di negara-negara industri dan percaya bahwa pengenalan
layanan sosial pemerintah adalah kompatibel dengan upaya untuk memodernisasi masyarakat
mereka. Namun, banyak pula yang berpendapat bahwa pelayanan kesehatan dan pendidikan
harus juga diperluas karena layanan ini telah tersedia hanya secara terbatas sebelum
kemerdekaan. Banyak yang mendukung perluasan pelayanan sosial yang nasionalis yang
ingin mempromosikan kepentingan negara mereka.
2
Awalnya, pelayanan sosial yang tidak disediakan oleh pemerintah kolonial tetapi
dengan organisasi misionaris atau amal yang dibuat oleh berbagai pemukiman warga atau
terdapatnya layanan pendidikan di masyarakat setempat mengakibatkan kegiatan tersebut
berjalan berdampingan dengan berdurinya lembaga-lembaga kesejahteraan tradisional kuno.
Seiring berjalannya waktu aksi-aksi mensejahterakan masyarakat membutuhkan layanan
pekerja sosial dalam koloninya. Oleh karena itu Midley (1981) menyebutkan bahwa pekerja
sosial pada saat itu diimpor dari Inggris untuk mengelola departemen-departemen tersebut
dan melatih pekerja pribumi yang berpotensi untuk menjadi staf lembaga dan menyediakan
layanan ‘casework’.
3
Identifikasi indikator pembangunan sosial kni memunculkan perdebatan teoritis dari kalangan
sosial dan ekonomi mengenai hubungan sosial dan pembamgunan ekonomi. Hasil dari
kontribusi ini memumculkan ide atau slogan "seimbang" atau "bersatu" pembanhunan sosial
ekonomi yang artinya integrasi dari komponem sosial dan ekonomi dalam pembangunan.
Hasil dari pertemuan para ahli dipublikasikan dalam dokumen kebijakan utama mengenai
perencanaan sosial. Rekomemdasi praktik utama adalah satuan perencaan sosial ditetapkan
dalam kementrian perencanaan utama untuk memformulasikan rencana-rencana sektoral
sosial, melihat dampak sosial terhadap ekonomi, dan perencaan fisik.
4
pembangunan sosial. Pendekatan ini juga diasumsikan bahwa pemerintah akan meningkatkan
pembangunan sosial secara efisien dan adil. Namun, beberapa pendukung social development
tidak berbagi asumsi dari pendekatan statis, dan diyakini sebagai gantinya, bahwa
pembangunan sosial terbaik bisa dipupuk melalui upaya dari orang biasa. Kritik ini
mengakibatkan formulasi dari pendekatan 'populer' 'community participation'.
Menarik pekerja sosial adalah upaya dari badan-badan PBB seperti ESCAP (PBB
Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik) untuk mempromosikan kebijakan
kesejahteraan sosial yang berfokus lebih spesifik pada kebutuhan untuk pengembangan.
Untuk 'community trust' di kesejahteraan sosial dan jasa pekerja sosial dimulai dengan
pertemuan internasional, menteri yang bertanggung jawab untuk kesejahteraan sosial yang
diadakan di New York pada tahun 1968 (United Nations, 1969). Pada pertemuan ini, kritik
fokus sosial yang berlebihan bekerja pada pekerjaan sosial, dan untuk pengenalan intervensi
yang akan meningkatkan relevansi program kesejahteraan sosial untuk pengembangan.
5
pemerintah mampu merespon konferensi menteri dengan menerapkan pendekatan
pembangunan.
Seperti yang telah sudah ditunjukkan, konsep pembangunan sosial muncul di wilayah
kolonial Inggris di dekade pertengahan abad ini. Meskipun pembangunan sosial telah secara
signifikan dipengaruhi oleh ide-ide Barat (seperti utopianisme dan teori-teori perubahan
sosial), dan dengan perencanaan dan munculnya negara kesejahteraan, perspektif
pembangunan sosial telah dirumuskan sebagian besar dalam konteks Dunia Ketiga,. istilah ini
telah digunakan oleh badan-badan internasional dan oleh para ahli akademik terutama untuk
merujuk inisiatif sosial dalam konteks pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang.
6
kesejahteraan sering dianggap sebagai penguras perekonomian. Beberapa pemerintah dari
negara industri menganggap pelayanan sosial sebagai mitra sejajar dengan ekonomi atau
melihat ekonomi dan pelayanan sosial seperti saling mendukung dan memperkuat.
7
memprivatisasi pelayanan sosial dalam bentuk penyedian layanan komersial dan menciptakan
keuntungan dalam pelayanan sosial yang ada.
REFERENSI