Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berdasarkan konsep / kerangka UNICEP, dalam mengatasi permasalahan


gizi terdapat Dua solusi yang dapat di lakukan yaitu dengan melakukan dapat
intervensi spesifik dan. Intervensi spesifik diarahkan untuk mengatasi penyebab
langsung dan tidak langsung masalah gizi, sedangkan intervensi sensitif diarahkan
untuk mengatasi akar masalahnya. sedangkan intervensi sensitif sifatnya jangka
panjang.

Kegiatan intervensi spesifik yang disebutkan UNICEP meliputi peningkatan


ketahanan pangan, sistem kesehatan dan jaminan sosial, air bersih dan sanitasi,
gender dan pembangunan, pendidikan remaja putri, dan perubahan lingkungan.
Intervensi spesifik sifatnya jangka pendek, oleh karena itu hasilnya dapat dicatat
dalam waktu relatif pendek. Intervensi sensitif merupakan berbagai kegiatan
pembangunan di luar sektor kesehatan, sasarannya adalah masyarakat umum. Contoh
kegiatan intervensi sensitif yang disebutkan dalam kerangka UNICEP diantaranya
adalah program pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi, kepemerintahan
dan keteladanan, perdagangan dan peran dunia usaha, penanganan konflik, serta
pelestarian lingkungan hidup. Dalam prakteknya intervensi spesifik dan sensitif
sebaiknya dipadukan dengan tujuan untuk keberlanjutan (sustainable).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud penanganan balita gizi buruk
2. Apa saja suplemaentasi mikronutrien & fortifikasi
3. Apa yang dimaksud kebersihan diri
4. Apa saja ketahanan pangan
5. Apakah yang dimaksud sistem kesehatan

1. 3 Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui penanganan balita gizi buruk
2. Dapat mengaetahui suplemaentasi mikronutrien & fortifikasi
3. dapat mengetahui kebersihan diri
4. dapat mengetahui ketahanan pangan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Intervensi Gizi Spesifik

Menurut Dr Rita Ramayulis, DCN, MKes dari Persatuan Ahli Gizi


Indonesia (Persagi), stunting disebabkan oleh berbagai faktor sehingga
dalam penanganannya memerlukan kolaborasi nutrisionis, dietisien dengan
profesi medis, bidan, perawat, sanitarian, dan tenaga kesehatan lainnya.
Penanganan yang dilakukan oleh tenaga medis bersifat jangka pendek.

Untuk mengatasi permasalahan gizi ini, pada tahun 2010 PBB telah
meluncurkan program Scalling Up Nutrition (SUN) yaitu sebuah upaya
bersama dari pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan visi bebas
rawan pangan dan kurang gizi (zero hunger and malnutrition), melalui
penguatan kesadaran dan komitmen untuk menjamin akses masyarakat
terhadap makanan yang bergizi. Di Indonesia, Gerakan scaling up nutrition
dikenal dengan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam rangka
Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK) dengan landasan
berupa Peraturan Presiden (Perpres) nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
gulangan masalah gizi. Dalam gerakan 1000 HPK telah dijelaskan
bahwa untuk menanggulangi masalah kurang gizi diperlukan intervensi
yang spesifik Intervensi spesifik dilakukan oleh sektor kesehatan seperti
penyediaan vitamin, makanan tambahan, dan lainnya sedangkan intervensi
sensitif dilakukan oleh sektor non–kesehatan seperti penyediaan sarana air
bersih, ketahanan pangan, jaminan kesehatan, pengentasan kemiskinan dan
sebagainya.
B. Suplemaentasi Mikronutrien & Fortifikasi

Ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang


mengandung zat besi dan asam folat. Zat besi berguna untuk mengurangi
risiko anemia saat proses persalinan. Sementara asam folat berperan
penting dalam perkembangan otak dan sumsum tulang belakang bayi serta
mempersempit risiko stunting. Saat masa kehamilan, seorang ibu juga
perlu mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet.

Fortifikasi merupakan salah satu bentuk interverensi gizi mikro


.dampak dari kekurangan gizi mikro adalah ialah ketidak mampuan
belajar secara baik ,penurunan produktifitas kerja, kesakitan, dan bahkan
kematian. Kekurangan zat gizi mikro esensial mengakibatkan ketidak
mampuan belajar dengan baik, keterlambatan mental, kesehatan yang
buruk, kapasitas kerja yang rendah, kebutaan, dan kematian yang
premature. Hal ini mengakibatkan kehilangan potensi social ekonomi dari
masyarakat (word bank,1994 )

Fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi


(nutrien) kepangan. Tujuan utamaadalah untuk meningkatkan tingkat
konsumsi dari zat gizi yang ditambahkan untuk meningkatkanstatus gizi
populasi. harus diperhatikan bahwa peran pokok dari fortifikasi pangan
adalahpencegahan detisiensi: dengan demikian menghindari terjadinya
gangguan yang membawa kepadapenderitaan manusia dan kerugian sosio
ekonomis. Namun demikian, fortitkasi pangan jugadigunakan untuk
menghapus dan mengendalikan defisiensi zat gizi dan gangguan
yangdiakibatkannya.

C. Kebersihan Diri

Kebersihan diri adalah hal paling utama dalam hidup,maksud


kebersihan diri di tulisan ini adalah yang ada pada tubuh kita seperti
keberian badan,muka,tangan dan kaki terasa indah apa bila kebersihan
dalam diri kita sudah dilakukan seperti : mandi dengan menggosok badan
hingga bersih ,menggosok badan hingga bersih,mencuci buka hingga
bersih dengan harapan setelah mencuci muka akan terasa segar. Dengan
melakukan aktifitas selajutnya membersihakan tangan agar terbebas dari
kuman karena banyak benda yang kita pegang meneandung kuman yang
tidak balik untuk kesehatan. Untuk pada tahap yang terakhir adalah
kebersihan pada jari-jari kaki serta di sekitar mata kaki karena kita berjalan
sangat jauh dan tanpa mengetahui apa saja dan tanpa mengetahui apa saja
yang telah kita injak yang akhirnya begitu banyak kuman yang terdapat
pada kaki kita.
Sebenarnya kegiatan membersikan diri adalah kegiatan yang kita
lakukan sejak kecil dan kegiatan tersebut harus terus dilakukan sampai
sekarang agar dampak pengaruh kebersian diri dapat terhubung dengan
dampak kesehatan dan Pentingnya diri merupakan langkah awal
mewujudkan kesehatn diri. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan
resiko seseorang terhadap kemungkinan terjadinya suatu penyakit,terutama
penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk.

Pasien atau klien adalah individu yang tidak terlepas dari adanya
masalah kesehatan. Bagi pasien yang mengalami masalah kesehatan, maka
dimungkinkan kebutuhan dasarnya menjadi terganggu salah satunya
adalah masalah dalam hal kebersihan diri
atau Personal Hygiene. Kebutuhan dasar manusia merupakan focus dalam
asuhan keperawatan, dalam hal ini perawat harus mempunyai pengetahuan
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien melalui proses
keperawatan, Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang
sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok
dan masyarakat yang memfokuskan pada identifikasi dan pemecahan
masalah dari respons pasien terhadap penyakitnya. (Tarwoto, Watonah,
2006 : 2).

D. Ketahanan Pangan
Masalah pangan dan gizi merupakan masalah pokok yang
mendasari seluruh kehidupan dan pembangunan bangsa. Ketahanan
pangan dan gizi bukan hanya mengenai jumlah bahan makanan yang
tersedia, tapi juga kandungan gizi di dalamnya. Memperhatikan ketahanan
pangan artinya mengubah pola pikir dalam melihat definisi hidup yang
sehat dan seimbang. Hal ini senada dengan pendapat banyak ahli bahwa
nutrisi perlu diposisikan dalam sisi demand, dan ketahanan pangan dalam
sisi supply, agar kekurangan gizi dapat diatasi secara komprehensif.
Masalah gizi di Indonesia dipengaruhi banyak faktor, diantaranya
kemiskinan, kesehatan, pangan, pendidikan, air bersih, keluarga
berencana, sanitasi dan faktor lainnya. Oleh karena itu permasalahan
perbaikan gizi masyarakat merupakan upaya dari berbagai sektor yang
membutuhkan sinergi dan harus terkoordinasi. Rencana Aksi Pangan dan
Gizi Kabupaten Simeulue Tahun 2016- 2022 disusun dengan
mengedepankan partisipasi multisektor dan diharapkan integrasi yang baik
antar program, keleluasaan dalam penganggaran, dan kapasitas
kelembagaan yang kuat dapat menjawab tantangan dalam upaya
pencapaian ketahanan pangan dan nutrisi.

E. Sistem Kesehatan
Sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan
kesehatan (supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan
tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang
melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam
bentuk material. Untuk mengenal alur dan berbagai pilihan kebijakan yang
mempengaruhi peningkatan status kesehatan merupakan tantangan
tersendiri bagi pembuat dan pelaksana kebijakan. Setelah World Health
Organization (WHO) pada 2000 lalu mengembangkan konsep sistem
kesehatan, negara-negara berkembang dan terbelakang mencoba
memperbaiki sistem kesehatan yang ada.

Manfaat pengintegrasian program intervensi spesifik ke dalam


sistem kesehatan untuk meningkatan capaian dampak program
diperdebatkan secara luas. Perdebatan ini dipicu oleh pemikiran biner yang
sempit tentang program yang terintegrasi (horisontal) dipertentangkan
dengan program tidak terintegrasi (vertikal) dan dikuatkan oleh polarisasi
pandangan protagonis pro dan kontra yang mempersoalkan manfaat relatif
dari masing-masing pendekatan. Keberadaan program yang terintegrasi
dan tidak terintergrasi di banyak negara memberikan manfaat bagi kedua
pendekatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masalah gizi pada balita dan perempuan hamil masih menjadi fokus
utama yang perlu diperhatikan oleh negara berkembang seperti Indonesia.
Salah satu kasus yang marak terjadi adalah stunting. Menurut WHO
(World Health Organization), stunting merupakan gangguan tumbuh
kembang yang dapat disebabkan karena anak mengalami kekurangan
asupan gizi, terjangkit infeksi, dan kurang mendapatkan stimulasi.

Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Doddy


Izwardy memaparkan beberapa faktor penyebab stunting. Salah satu faktor
yang menjadi masalah di Indonesia yaitu pola asuh anak yang kurang baik.
Sebagian besar orang tua belum memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai kesehatan gizi dan pentingnya memberikan ASI eksklusif 0-6
bulan. Faktor lain yaitu masih terbatasnya layanan kesehatan yang
berkualitas di Indonesia.

Stunting mulai terlihat saat anak menginjak usia 2 tahun dengan ciri
postur tubuh lebih pendek daripada anak lain yang sebaya. Menurut ahli
gizi dari Universitas Indonesia (UI) Dr Tirta Prawitasari MSc, SpGK,
stunting biasanya juga diikuti dengan kemampuan kognitif anak yang
lemah. Dalam jangka panjang masalah stunting akan mempengaruhi
kondisi kesehatan (kinerja otak, jantung, penyakit kronis) dan prestasi
akademik anak.

Berdasarkan data olahan World Bank tahun 2017, sekitar 8,8 juta
atau 1 dari 3 anak di Indonesia mengalami hambatan pertumbuhan tinggi
badan karena stunting. Kasus stunting di Indonesia bahkan memiliki
persentase yang cukup menghawatirkan, mencapai 36%. Angka tersebut
melebihi kasus di negara Filipina (30%) dan Cina (9%). Stunting juga
menyumbang angka kematian balita yang cukup tinggi di dunia, yakni 1
juta jiwa per tahun (UNICEF).

B. Saran
Penulis mengharapkan agar pembaca dapat membaca makalah ini agar
lebih memahami materi tentang Intervensi spesifik. Intervensi spesifik
merupakan komponen tubuh yang sangat penting, untuk itu kami
menyarankan agar pembaca dapat mengembangkan pengetahuannya
tentang Intervensi spesifik.
DAFTAR PUSTAKA

 Latifah Kusuma,2018,apakan intervensi gizi sensitive lebih akurat dari


pada intervensi gizi spesifik salang penangan stunting.
 Tarwoto, Watonah, 2006 : 2).

Anda mungkin juga menyukai