PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1. 3 Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui penanganan balita gizi buruk
2. Dapat mengaetahui suplemaentasi mikronutrien & fortifikasi
3. dapat mengetahui kebersihan diri
4. dapat mengetahui ketahanan pangan
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk mengatasi permasalahan gizi ini, pada tahun 2010 PBB telah
meluncurkan program Scalling Up Nutrition (SUN) yaitu sebuah upaya
bersama dari pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan visi bebas
rawan pangan dan kurang gizi (zero hunger and malnutrition), melalui
penguatan kesadaran dan komitmen untuk menjamin akses masyarakat
terhadap makanan yang bergizi. Di Indonesia, Gerakan scaling up nutrition
dikenal dengan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam rangka
Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK) dengan landasan
berupa Peraturan Presiden (Perpres) nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
gulangan masalah gizi. Dalam gerakan 1000 HPK telah dijelaskan
bahwa untuk menanggulangi masalah kurang gizi diperlukan intervensi
yang spesifik Intervensi spesifik dilakukan oleh sektor kesehatan seperti
penyediaan vitamin, makanan tambahan, dan lainnya sedangkan intervensi
sensitif dilakukan oleh sektor non–kesehatan seperti penyediaan sarana air
bersih, ketahanan pangan, jaminan kesehatan, pengentasan kemiskinan dan
sebagainya.
B. Suplemaentasi Mikronutrien & Fortifikasi
C. Kebersihan Diri
Pasien atau klien adalah individu yang tidak terlepas dari adanya
masalah kesehatan. Bagi pasien yang mengalami masalah kesehatan, maka
dimungkinkan kebutuhan dasarnya menjadi terganggu salah satunya
adalah masalah dalam hal kebersihan diri
atau Personal Hygiene. Kebutuhan dasar manusia merupakan focus dalam
asuhan keperawatan, dalam hal ini perawat harus mempunyai pengetahuan
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien melalui proses
keperawatan, Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang
sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok
dan masyarakat yang memfokuskan pada identifikasi dan pemecahan
masalah dari respons pasien terhadap penyakitnya. (Tarwoto, Watonah,
2006 : 2).
D. Ketahanan Pangan
Masalah pangan dan gizi merupakan masalah pokok yang
mendasari seluruh kehidupan dan pembangunan bangsa. Ketahanan
pangan dan gizi bukan hanya mengenai jumlah bahan makanan yang
tersedia, tapi juga kandungan gizi di dalamnya. Memperhatikan ketahanan
pangan artinya mengubah pola pikir dalam melihat definisi hidup yang
sehat dan seimbang. Hal ini senada dengan pendapat banyak ahli bahwa
nutrisi perlu diposisikan dalam sisi demand, dan ketahanan pangan dalam
sisi supply, agar kekurangan gizi dapat diatasi secara komprehensif.
Masalah gizi di Indonesia dipengaruhi banyak faktor, diantaranya
kemiskinan, kesehatan, pangan, pendidikan, air bersih, keluarga
berencana, sanitasi dan faktor lainnya. Oleh karena itu permasalahan
perbaikan gizi masyarakat merupakan upaya dari berbagai sektor yang
membutuhkan sinergi dan harus terkoordinasi. Rencana Aksi Pangan dan
Gizi Kabupaten Simeulue Tahun 2016- 2022 disusun dengan
mengedepankan partisipasi multisektor dan diharapkan integrasi yang baik
antar program, keleluasaan dalam penganggaran, dan kapasitas
kelembagaan yang kuat dapat menjawab tantangan dalam upaya
pencapaian ketahanan pangan dan nutrisi.
E. Sistem Kesehatan
Sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan
kesehatan (supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan
tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang
melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam
bentuk material. Untuk mengenal alur dan berbagai pilihan kebijakan yang
mempengaruhi peningkatan status kesehatan merupakan tantangan
tersendiri bagi pembuat dan pelaksana kebijakan. Setelah World Health
Organization (WHO) pada 2000 lalu mengembangkan konsep sistem
kesehatan, negara-negara berkembang dan terbelakang mencoba
memperbaiki sistem kesehatan yang ada.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah gizi pada balita dan perempuan hamil masih menjadi fokus
utama yang perlu diperhatikan oleh negara berkembang seperti Indonesia.
Salah satu kasus yang marak terjadi adalah stunting. Menurut WHO
(World Health Organization), stunting merupakan gangguan tumbuh
kembang yang dapat disebabkan karena anak mengalami kekurangan
asupan gizi, terjangkit infeksi, dan kurang mendapatkan stimulasi.
Stunting mulai terlihat saat anak menginjak usia 2 tahun dengan ciri
postur tubuh lebih pendek daripada anak lain yang sebaya. Menurut ahli
gizi dari Universitas Indonesia (UI) Dr Tirta Prawitasari MSc, SpGK,
stunting biasanya juga diikuti dengan kemampuan kognitif anak yang
lemah. Dalam jangka panjang masalah stunting akan mempengaruhi
kondisi kesehatan (kinerja otak, jantung, penyakit kronis) dan prestasi
akademik anak.
Berdasarkan data olahan World Bank tahun 2017, sekitar 8,8 juta
atau 1 dari 3 anak di Indonesia mengalami hambatan pertumbuhan tinggi
badan karena stunting. Kasus stunting di Indonesia bahkan memiliki
persentase yang cukup menghawatirkan, mencapai 36%. Angka tersebut
melebihi kasus di negara Filipina (30%) dan Cina (9%). Stunting juga
menyumbang angka kematian balita yang cukup tinggi di dunia, yakni 1
juta jiwa per tahun (UNICEF).
B. Saran
Penulis mengharapkan agar pembaca dapat membaca makalah ini agar
lebih memahami materi tentang Intervensi spesifik. Intervensi spesifik
merupakan komponen tubuh yang sangat penting, untuk itu kami
menyarankan agar pembaca dapat mengembangkan pengetahuannya
tentang Intervensi spesifik.
DAFTAR PUSTAKA