Anda di halaman 1dari 9

Toksikologi Forensik

Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2008; 1(1):47-55 Asosiasi Forensik Indonesia
Diterbitkan di Jakarta

ANALISIS TOKSIKOLOGI FORENSIK DAN INTERPRETASI


TEMUAN ANALISIS*
* Made Agus Gelgel Wirasuta1,2
*
Jurusan Farmasi, FMIPA-Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali
**
Lembaga Forensik Sains dan Kriminologi Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali

ABSTRAC
Forensic toxicology is aplication of analytical chemistry to detects, identifies and determines of foreign
chemicals and its metabolites in the body as legal evidances, and then make interpretaion or a testimony in
establishing the caouse of intoxication/death-cases. Step of analitical forensic (clinic) toxicoligy are: 1)
sample preparation, 2) screening and determination test, 3) writing the interpretation of analitical finding into
a testimony. The result of screening test can be used as guindance that a person has been used an drugs, and
the result the determination test is a valid evidance for the interpretation and writing a testimony.
Kata Kunci: Analytical toxicology forensic

Pendahuluan adalah melakukan analisis kualitatif maupun


kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan
Toksikologi forensik adalah salah satu dari menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam
cabang ilmu forensik. Menurut Saferstein yang ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang
dimaksud dengan Forensic Science adalah ”the terlibat dalam tindak kriminal, yang dituduhkan,
application of science to low”, maka secara umum sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di
ilmu forensik (forensik sain) dapat dimengerti pengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan
sebagai aplikasi atau pemanfaatan ilmu pengetahuan analisisnya ini akan dimuat ke dalam suatu laporan
tertentu untuk penegakan hukum dan peradilan. yang sesuai dengan hukum dan perundangan-
Guna lebih memahami pengertian dan ruang lingkup undangan. Menurut Hukum Acara Pidana (KUHAP),
kerja toksikologi forensik, maka akan lebih baik laporan ini dapat disebut dengan Surat Keterangan
sebelumnya jika lebih mengenal apa itu bidang ilmu Ahli atau Surat Keterangan. Jadi toksikologi forensik
toksikologi. Ilmu toksikologi adalah ilmu yang dapat dimengerti sebagai pemanfaatan ilmu
menelaah tentang kerja dan efek berbahaya zat kimia tosikologi untuk keperluan penegakan hukum dan
atau racun terhadap mekanisme biologis suatu peradilan. Toksikologi forensik merupakan ilmu
organisme. Racun adalah senyawa yang berpotensi terapan yang dalam praktisnya sangat didukung oleh
memberikan efek yang berbahaya terhadap berbagai bidang ilmu dasar lainnya, seperti kimia
organisme. Sifat racun dari suatu senyawa ditentukan analisis, biokimia, kimia instrumentasi, farmakologi-
oleh: dosis, konsentrasi racun di reseptor, sifat fisiko toksikologi, farmakokinetik, biotransformasi.
kimis toksikan tersebut, kondisi bioorganisme atau * Makalah disampaikan pada ”Workshop Analisis
sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme Toksikologi Forensik, BPOM-Jakarta, 7-8 Desember
dan bentuk efek yang ditimbulkan. Tosikologi 2005
forensik menekunkan diri pada aplikasi atau
pemanfaatan ilmu toksikologi untuk kepentingan Secara umum tugas toksikolog forensik adalah
peradilan. Kerja utama dari toksikologi forensik membantu penegak hukum khususnya dalam

Alamat Korespondensi : Jurusan Farmasi, FMIPA-Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali
Made Agus Gelgel Wirasuta

melakukan analisis racun baik kualitatif maupun 2. Langkah-langkah analisis toksikologi forensik
kuantitatif dan kemudian menerjemahkan hasil
Secara umum tugas analisis toksikolog
analisis ke dalam suatu laporan (surat, surat
forensik (klinik) dalam melakukan analisis dapat
keterangan ahli atau saksi ahli), sebagai bukti dalam
dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu: 1)
tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Lebih
penyiapan sampel “sample preparation”, 2) analisis
jelasnya toksikologi forensik mencangkup terapan
meliputi uji penapisan “screening test” atau dikenal
ilmu alam dalam analisis racun sebagi bukti dalam
juga dengan “general unknown test” dan uji
tindak kriminal, dengan tujuan mendeteksi dan
konfirmasi yang meliputi uji identifikasi dan
mengidentifikasi konsentrasi dari zat racun dan
kuantifikasi, 3) langkah terakhir adalah interpretasi
metabolitnya dari cairan biologis dan akhirnya
temuan analisis dan penulisan laporan analisis.
menginterpretasikan temuan analisis dalam suatu
Berbeda dengan kimia analisis lainnya
argumentasi tentang penyebab keracunan dari suatu
(seperti: analisis senyawa obat dan makanan, analisis
kasus. Menurut masyarakat toksikologi forensik
kimia klinis) pada analisis toksikologi forensik pada
amerika “society of forensic toxicologist, inc. SOFT”
umumnya analit (racun) yang menjadi target analisis,
bidang kerja toksikologi forensik meliputi:
tidak diketahui dengan pasti sebelum dilakukan
analisis. Tidak sering hal ini menjadi hambatan
- analisis dan mengevaluasi racun penyebab
dalam penyelenggaraan analisis toksikologi forensik,
kematian,
karena seperti diketahui saat ini terdapat ribuan atau
- analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarang di
bahkan jutaan senyawa kimia yang mungkin menjadi
dalam cairan tubuh atau napas, yang dapat
target analisis. Untuk mempersempit peluang dari
mengakibatkan perubahan prilaku (menurunnya
target analisis, biasanya target dapat digali dari
kemampuan mengendarai kendaraan bermotor di
informasi penyebab kasus forensik (keracunan,
jalan raya, tindak kekerasan dan kejahatan,
kematian tidak wajar akibat keracunan, tindak
penggunaan dooping),
kekerasan dibawah pengaruh obat-obatan), yang
- analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus
dapat diperoleh dari laporan pemeriksaan di tempat
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan obat
kejadian perkara (TKP), atau dari berita acara
terlarang lainnya.
penyidikan oleh polisi penyidik.
Tujuan lain dari analisis toksikologi
Sangat sering dalam analisis toksikologi forensik
forensik adalah membuat suatu rekaan rekostruksi
tidak diketemukan senyawa induk, melainkan
suatu peristiwa yang terjadi, sampai sejauh mana
metabolitnya. Sehingga dalam melakukan analisis
obat atau racun tersebut dapat mengakibatkan
toksikologi forensik, senyawa matabolit juga
perubahan prilaku (menurunnya kemampuan
merupakan target analisis.
mengendarai, yang dapat mengakibatkan kecelakaan
Sampel dari toksikologi forensik pada umumnya
yang fatal, atau tindak kekerasan dan kejahatan).
adalah spesimen biologi seperti: cairan biologis
Berikut ini adalah gambaran kasus-kasus yang
(darah, urin, air ludah), jaringan biologis atau organ
umumnya di negara maju memerlukan pemeriksaan
tubuh. Preparasi sampel adalah salah satu faktor
toksikologi forensik, meliputi tiga kelompok besar
penentu keberhasilan analisis toksikologi forensik
yaitu:
disamping kehadalan penguasaan metode analisis
a) kematian akibat keracunan, yang meliputi:
instrumentasi. Berbeda dengan analisis kimia lainnya,
kematian mendadak, kematian di penjara,
hasil indentifikasi dan kuantifikasi dari analit bukan
kematian pada kebakaran, dan kematian medis
merupakan tujuan akhir dari analisis toksikologi
yang disebabkan oleh efek samping obat atau
forensik. Seorang toksikolog forensik dituntut harus
kesalahan penanganan medis,
mampu menerjemahkan apakah analit (toksikan)
b) kecelakaan fatal maupun tidak fatal, yang dapat
yang diketemukan dengan kadar tertentu dapat
mengancam keselamatan nyawa sendiri ataupun
dikatakan sebagai penyebab keracunan (pada kasus
orang lain, yang umumnya diakibatkan oleh
kematian).
pengaruh obat-obatan, alkohol, atau pun
narkoba, 2.1. Penyiapan Sampel
c) penyalahgunaan narkoba dan kasus-kasus
Spesimen untuk analisis toksikologi
keracunan yang terkait dengan akibat pemakaian
forensik biasanya diterok oleh dokter, misalnya pada
obat, makanan, kosmetika, alat kesehatan, dan
kasus kematian tidak wajar spesimen dikumpulkan
bahan berbahaya kimia lainnya, yang tidak
oleh dokter forensik pada saat melakukan otopsi.
memenuhi standar kesehatan (kasus-kasus
Spesimen dapat berupa cairan biologis, jaringan,
forensik farmasi).

48
Toksikologi Forensik

organ tubuh. Dalam pengumpulan spesimen dokter Gang” untuk melalukan pemisahan analit
forensik memberikan label pada masing-masing berdasarkan sifat asam-basanya.
bungkus/wadah dan menyegelnya. Label seharusnya Metode ekstraksi dapat berupa ekstraksi
dilengkapi dengan informasi: nomer indentitas, nama cair-cair, menggunakan dua pelarut yang terpisah,
korban, tanggal/waktu otopsi, nama spesimen beserta atau ekstraksi cair-padat. Prinsip dasar dari
jumlahnya. Pengiriman dan penyerahan spesimen pemisahan ekstraksi cair-cair berdasarkan koefisien
harus dilengkapi dengan surat berita acara menyeran partisi dari analit pada kedua pelarut atau
spesimen, yang ditandatangani oleh dokter forensik. berdasarkan kelarutan analit pada kedua pelarut
Toksikolog forensik yang menerima spesimen tersebut. Pada ekstraksi cair-padat analit dilewatkan
kemudian memberikan dokter forensik surat tanda pada kolom yang berisi adsorben fase padat (SPE,
terima, kemudian menyimpan sampel/spesimen Si-Gel C-18, Extrelut®, Bund Elut Certify®, dll),
dalam lemari pendingin “freezer” dan menguncinya kemudian dielusi dengan pelarut tertentu, biasanya
sampai analisis dilakukan. Prosedur ini dilakukan diikuti dengan modifikasi pH pelarut.
bertujuan untuk memberikan rantai Penyiapan sampel yang baik sangat
perlindungan/pengamanan spesimen (chain of diperlukan pada uji pemastian “identifikasi dan
custody). kuantifikasi”, terutama pada teknik kromatografi.
Beberapa hal yang perlu diperhitungkan Karena pada umumnya materi biologik merupakan
dalam tahapan penyiapan sampel adalah: jenis dan materik yang komplek, yang terdiri dari berbagai
sifat biologis spesimen, fisikokimia dari spesimen, campuran baik senyawa endogen maupun senyawa
serta tujuan analisis. Dengan demikian akan dapat eksogen “xenobiotika”. Penyiapan sampel umumnya
merancang atau memilih metode penanganan sampel, meliputi hidrolisis, ekstraski, dan pemurnian analit.
jumlah sampel yang akan digunakan, serta memilih Prosedur ini haruslah mempunyai efesiensi dan
metode analisis yang tepat. Penanganan sampel perlu selektifitas yang tinggi. Perolehan kembali yang
mendapat perhatian khusus, karena sebagian besar tinggi pada ekstraksi adalah sangat penting untuk
sampel adalah materi biologis, sehingga sedapat menyari semua analit, sedangkan selektifitas yang
mungkin mencegah terjadinya penguraian dari analit. tinggi diperlukan untuk menjamin pengotor atau
Pemilihan metode ekstraksi ditentukan juga senyawa penggangu terpisahkan dari analit.
oleh analisis yang akan dilakukan, misal pada uji Pada analisis menggunakan GC/MS,
penapisan sering dilakukan ekstraksi satu tahap, penyiapan sampel termasuk derivatisasi analit secara
dimana pada tahap ini diharapkan semua analit dapat kimia, seperi salilisasi, metilisasi, dll. Derivatisasi ini
terekstraksi. Bahkan pada uji penapisan pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan
menggunakan teknik “immunoassay” sampel tidak volatilitas analit atau meningkatkan kepekaan
perlu diekstraksi dengan pelarut tertentu. analisis.
Sampel urin pada umumnya dapat langsung
2.2. Uji Penapisan “Screening test”
dilakukan uji penapisan dengan menggunakan teknik
immunoassay. Namun tidak jarang harus Uji penapisan untuk menapis dan mengenali
mendapatkan perlakuan awal, seperti pengaturan pH golongan senyawa (analit) dalam sampel. Disini
dan sentrifuga, guna menghilangkan kekeruhan. analit digolongkan berdasarkan baik sifat fisikokimia,
Pemisahan sel darah dan serum sangat diperlukan sifat kimia maupun efek farmakologi yang
pada persiapan sebelum dilakukan uji penapisan ditimbulkan. Obat narkotika dan psikotropika secara
pada darah. Serum pada umumnya dapat langsung umum dalam uji penapisan dikelompokkan menjadi
dilakukan uji penapisan menggunakan teknik golongan opiat, kokain, kannabinoid, turunan
immunoassay. Tidak jarang sampel darah, yang amfetamin, turunan benzodiazepin, golongan
diterima sudah mengalami hemolisis atau menggupal, senyawa anti dipresan tri-siklik, turunan asam
dalam hal ini darah dilarutkan dengan metanol, dan barbiturat, turunan metadon. Pengelompokan ini
kemudian disentrifuga, sepernatannya dapat berdasarkan struktur inti molekulnya. Sebagai contoh,
langsung dilakukan uji penapisan menggunakan disini diambil senyawa golongan opiat, dimana
teknik immunoassay. senyawa ini memiliki struktur dasar morfin,
Ekstraksi satu tahap sangat diperlukan beberapa senyawa yang memiliki struktur dasar
apabila uji penapisan tidak menggunakan teknik morfin seperti, heroin, mono-asetil morfin, morfin,
immunoassay, misal menggunakan kromatografi morfin-3-glukuronida, morfin-6-glukuronida,
lapis tipis dengan reaksi penampak bercak tertentu. asetilkodein, kodein, kodein-6-glukuronida,
Atau juga ekstraksi bertingkat “metode Stas-Otto- dihidrokodein serta metabolitnya, serta senyawa
turunan opiat lainnya yang mempunyai inti morfin.

49
Made Agus Gelgel Wirasuta

Uji penapisan seharusnya dapat


mengidentifikasi golongan analit dengan derajat b) kromatografi lapis tipis (KLT)
reabilitas dan sensitifitas yang tinggi, relatif murah KLT adalah metode analitik yang relatif murah dan
dan pelaksanaannya relatif cepat. Terdapat teknik uji mudah pengerjaannya, namun KLT kurang sensitif
penapisan yaitu: a) kromatografi lapis tipis (KLT) jika dibandungkan dengan teknik immunoassay.
yang dikombinasikan dengan reaksi warna, b) teknik Untuk meningkatkan sensitifitas KLT sangat
immunoassay. Teknik immunoassay umumnya disarankan dalam analisis toksikologi forensik, uji
memiliki sifat reabilitas dan sensitifitas yang tinggi, penapisan dengan KLT dilakukan paling sedikit
serta dalam pengerjaannya memerlukan waktu yang lebih dari satu sistem pengembang dengan penampak
relatif singkat, namun alat dan bahan dari teknik ini noda yang berbeda. Dengan menggunakan
semuanya harus diimpor, sehingga teknik ini spektrofotodensitometri analit yang telah terpisah
menjadi relatif tidak murah. Dibandingkan dengan dengan KLT dapat dideteksi spektrumnya (UV atau
immunoassay, KLT relatif lebih murah, namun fluoresensi). Kombinasi ini tentunya akan
dalam pengerjaannya memerlukan waktu yang relatif meningkatkan derajat sensitifitas dan spesifisitas dari
lebih lama. uji penapisan dengan metode KLT. Secara simultan
kombinasi ini dapat digunakan untuk uji pemastian.
a) teknik immunoassay
Teknik immunoassay adalah teknik yang sangat 2.3. Uji pemastian “confirmatory test”
umum digunakan dalam analisis obat terlarang dalam
Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas analit
materi biologi. Teknik ini menggunakan “anti-drug
dan menetapkan kadarnya. Konfirmatori test paling
antibody” untuk mengidentifikasi obat dan
sedikit sesensitif dengan uji penapisan, namun harus
metabolitnya di dalam sampel (materi biologik). Jika
lebih spesifik. Umumnya uji pemastian
di dalam matrik terdapat obat dan metabolitnya
menggunakan teknik kromatografi yang dikombinasi
(antigen-target) maka dia akan berikatan dengan
dengan teknik detektor lainnya, seperti: kromatografi
“anti-drug antibody”, namun jika tidak ada antigen-
gas - spektrofotometri massa (GC-MS), kromatografi
target maka “anti-drug antibody” akan berikatan
cair kenerja tinggi (HPLC) dengan diode-array
dengan “antigen-penanda”. Terdapat berbagai
detektor, kromatografi cair - spektrofotometri massa
metode / teknik untuk mendeteksi ikatan antigen-
(LC-MS), KLT-Spektrofotodensitometri, dan teknik
antibodi ini, seperti “enzyme linked immunoassay”
lainnya. Meningkatnya derajat spesifisitas pada uji
(ELISA), enzyme multiplied immunoassay technique
ini akan sangat memungkinkan mengenali identitas
(EMIT), fluorescence polarization immunoassay
analit, sehingga dapat menentukan secara spesifik
(FPIA), cloned enzyme-donor immunoassay
toksikan yang ada.
(CEDIA), dan radio immunoassay (RIA).
Pemilihan teknik ini sangat tergantung pada Prinsip dasar uji konfirmasi dengan menggunakan
beban kerja (jumlah sampel per-hari) yang ditangani teknik CG-MS adalah analit dipisahkan
oleh laboratorium toksikologi. Misal dipasaran menggunakan gas kromatografi kemudian
teknik ELISA atau EMIT terdapat dalam bentuk selanjutnya dipastikan identitasnya menggunakan
single test maupun multi test. Untuk laboratorium teknik spektrfotometrimassa. Sebelumnya analit
toksikologi dengan beban kerja yang kecil pemilihan diisolasi dari matrik biologik, kemudian jika perlu
teknik single test immunoassay akan lebih tepat diderivatisasi. Isolat akan dilewatkan ke kolom CG,
ketimbang teknik multi test, namun biaya analisa dengan perbedaan sifat fisikokima toksikan dan
akan menjadi lebih mahal. metabolitnya, maka dengan GC akan terjadi
Hasil dari immunoassay test ini dapat pemisahan toksikan dari senyawa segolongannya
dijadikan sebagai bahan pertimbangan, bukan untuk atau metabolitnya. Pada prisipnya pemisahan
menarik kesimpulan, karena kemungkinan antibodi menggunakan GC, indeks retensi dari analit yang
yang digunakan dapat bereaksi dengan berbagai terpisah adalah sangat spesifik untuk senyawa
senyawa yang memiliki baik bentuk struktur molekul tersebut, namun hal ini belum cukup untuk tujuan
maupun bangun yang hampir sama. Reaksi silang ini analisis toksikologi forensik. Analit yang terpisah
tentunya memberikan hasil positif palsu. Obat batuk akan memasuki spektrofotometri massa (MS), di sini
yang mengandung pseudoefedrin akan memberi bergantung dari metode fragmentasi pada MS, analit
reaksi positif palsu terhadap test immunoassay dari akan terfragmentasi menghasilkan pola spektrum
anti bodi- metamfetamin. Oleh sebab itu hasil reaksi massa yang sangat kharakteristik untuk setiap
immunoassay (screening test) harus dilakukan uji senyawa. Pola fragmentasi (spetrum massa) ini
pemastian (confirmatori test). merupakan sidik jari molekular dari suatu senyawa.

50
Toksikologi Forensik

Dengan memadukan data indeks retensi dan yang dapat menjelaskan atau mampu menjawab
spektrum massanya, maka identitas dari analit dapat pertanyaan yang muncul berkaitan dengan
dikenali dan dipastikan. permasalahan/kasus yang dituduhkan.
Dengan teknik kombinasi HPLC-diode array Berkaitan dengan analisis penyalahgunaan obat-
detektor akan memungkinkan secara simultan obatan terlarang, mengacu pada hukum yang berlaku
mengukur spektrum UV-Vis dari analit yang telah di Indonesia (UU no 5 th 1997 tentang spikotropika
dipisahkan oleh kolom HPLC. Seperti pada metode dan UU no 22 th 1997 tentang Narkotika),
GC-MS, dengan memadukan data indeks retensi dan interpretasi temuan analisis oleh seorang toksikolog
spektrum UV-Vis analit, maka dapat mengenali forensik adalah merupakan suatu keharusan
identitas analit. (Wirasuta, 2005). Heroin menurut UU no 22 tahun
1997 termasuk narkotika golongan I, namun
Disamping melakukan uji indentifikasi potensial
metabolitnya (morfin) masuk ke dalam narkotika
positif analit (hasil uji penapisan), pada uji ini juga
golongan II. Dilain hal kodein (narkotika golongan
dilakukan penetapan kadar dari analit. Data analisis
III) di dalam tubuh akan sebagian termetabolisme
kuantitatif analit akan sangat berguna bagi
menjadi morfin. Namun pada kenyataannya heroin
toksikolog forensik dalam menginterpretasikan hasil
illegal juga mengandung acetilkodein, yang
analisis, dengan kaitannya dalam menjawab
merupakan hasil asetilasi dari kodein, sehingga
pertanyaan-pertanyaan yang muncul baik dari
dalam analisis toksikologi forensik pada pembuktian
penyidik maupun hakim sehubungan dengan kasus
kasus penyalahgunaan heroin ilegal akan mungkin
yang terkait. Misal analisis toksikologi forensik
diketemukan morfin dan kodein. Menurut UU
ditegakkan bertujuan untuk memastikan dugaan
narkotika ini (pasal 84 dan 85), menyatakan bahwa
kasus kematian akibat keracunan atau diracuni,
penyalahgunaan narkotika golongan I, II, dan III
pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul pada
memiliki konsekuensi hukum yang berbeda,
kasus ini adalah:
sehingga interpretasi temuan analisis toksikologi
- senyawa racun apa yang terlibat?
forensik, khususnya dalam kaitan menjawab
- berapa besar dosis yang digunakan?
pertanyaan narkotika apa yang telah dikonsumsi,
- kapan paparan tersebut terjadi (kapan racun
adalah sangat mutlak dalam penegakan hukum.
tersebut mulai kontak dengan korban)?
- melalui jalur apa paparan tersebut terjadi (jalur Terdapat beberapa pertanyaan yang harus dijawab
oral, injeksi, inhalasi)? oleh toksikolog forensik dalam melakukan analisis:
a. Senyawa apa yang terlibat dalam tindak
Dalam praktis analisis menggunakan teknik GC-MS,
kriminal tersebut (senyawa apa yang
LC-MS, atau HPLC-Diode array detektor
menyebabkan keracunan, menurunnya
memerlukan biaya analisis yang relatif mahal
kemampuan mengendarai kendaraan dalam
ketimbang KLT-Spektrofotodensitometri. Sehingga
berlalulintas, atau narkoba apa yang telah
disarankan dalam perencanaan pengadaan/pemilihan
disalah gunakan)?
peralatan suatu laboratorium toksikologi seharusnya
b. Berapa besar dosisnya?
mempertimbangkan biaya operasional penanganan
c. Efek apa yang ditimbulkan?
sampel. Hal ini pada kenyataannya sering menjadi
d. Kapan tubuh korban terpapar oleh senyawa
faktor penghambat dalam penyelenggaraan
tersebut?
laboratorium toksikologi. Karena pada kenyataanya
e. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat terungkap
telah diatur dalam KUHAP, bahwa biaya yang
dari hasil analisis toksikologi dan didukung oleh
ditimbulkan akibat pemeriksaan atau penyidikan
penguasaan ilmu pendukung lainnya seperti
dibebankan pada negara, namun pada kenyataanya
farmakologi dan toksikologi, biotransformasi,
sampai saat negara belum mampu memikul beban
dan farmakokinetik.
tersebut.
Data temuan hasil uji penapisan dapat dijadikan
2.4. Interpretasi temuan analisis petunjuk bukan untuk menarik kesimpulan bahwa
seseorang telah terpapar atau menggunakan obat
Temuan analisis sendiri tidak mempunyai makna terlarang. Sedangkan hasil uji pemastian
yang berarti jika tidak dijelaskan makna dari temuan (confirmatory test) dapat dijadikan dasar untuk
tersebut. Seorang toksikolog forensik berkewajiban memastikan atau menarik kesimpulan apakah
menerjemahkan temuan tersebut berdasarkan sesorang telah menggunakan obat terlarang yang
kepakarannya ke dalam suatu kalimat atau laporan, dituduhkan. Pernyataan ini terdengar sangatlah

51
Made Agus Gelgel Wirasuta

mudah, namun pada praktisnya banyak faktor yang narkotika, merupakan petujuk paparan melalui
mempengaruhi. injeksi.
Untuk lebih jelasnya disini akan diberikan suatu Ditemukannya toksikan dalam konsentrasi yang
perumpamaan kasus, misal dari hasil uji penapisan cukup tinggi baik di saluran pencernaan maupun di
menggunakan teknik immunoassay diperoleh dalam darah, dapat dijadikan cukup bukti untuk
sampel darah dan urin tertuduh memberikan reaksi menyatakan toksikan tersebut sebagai penyebab
positif terhadap golongan opiat. Hasil ini tidak cukup kematian. Seorang toksikolog forensik dituntut juga
untuk membuktikan (menuduh) terdakwa telah dapat menerangkan absorpsi toksikan dan
mengkonsumsi obat terlarang narkotika golongan transportasi/distribusi melalui sirkulasi sistemik
opiat, karena obat batuk dentromertofan mungkin menuju organ-jaringan sampai dapat menimbulkan
memberikan reaksi positif. Dilain hal senyawa efek yang fatal. Interpretasi ini diturunkan dari data
golongan opiat terdistribusi ke dalam golongan konsentrasi toksikan baik di darah maupun di
narkotika I sampai III, dimana menurut UU jaringan-jaringan.
Narkotika, penyalahgunaan golongan tersebut
Hasil analisis urin biasanya kurang berarti dalam
memiliki konsekuen hukum yang berbeda. Metabolit
menentukan efek toksik/psikologi dari suatu toksikan.
glukuronida dari morfin dan kodein tidak
Secara umum hasil analisis urin menyatakan adanya
dimasukkan ke dalam senyawa narkotika. Kenyataan
paparan toksikan sebelum kematian. Dari jumlah
ini akan membuat interpretasi toksikologi forensik,
volume urin dan konstelasi jumlah toksikan dan
yang hanya berdasarkan data hasil analisis uji
metabolitnya di dalam kantung kemih, dengan
penapisan, menjadi lebih komplek.
berdasarkan data laju eksresi toksikan dan
Dilain hal banyak senyawa obat, dimana metabolitnya, maka dimungkinkan untuk
metabolitnya memungkinkan memberi reaksi positif menurunkan informasi lamanya waktu paparan telah
(reaksi silang) terhadap test anti-amfetamin-antibodi. terjadi sebelum kematian (Wirasuta 2004).
Senyawa obat tersebut antara lain: a) golongan obat
Kebanyakan efek farmakologik/psikologi
bebas yang digunakan sebagai dekongestan dan
xenobiotika berhubungan dengan tingkat
anoreksia, seperti: efedrin, pseudoefedrin dan
konsentrasinya di darah dan tempat kerjanya
fenilpropanolamin; b) golongan keras (dengan
(reseptor). Oleh sebab itu tingkat konsentrasi di
resep): benzofetamin, fenfluramine, mefentermin,
darah adalah sebagai indikator penting dalam
fenmeterzine, dan fentermine; c) obat / senyawa obat,
mencari faktor penyebab kematian/keracunan.
dimana amfetamin atau metamfetamin sebagai
Dalam menginterpretasikan tingkat konsentrasi di
metabolitnya, seperti: etilamfetamin, clobenzorex,
dalam darah dan jaringan sebaiknya memperhatikan
mefenorex, dimetilamfetamin, dll (United Nation,
tingkat efek spikologis yang sebenarnya dan semua
1995).
faktor yang berpengaruh dari setiap tingkat
Pada interpretasi hasil analisis pada kasus kematian, konsentrasi yang diperoleh dari spesimen.
seorang toksikolog forensik dituntut mampu Interpretasi tingkat konsentrasi dalam darah dan
menjawab pertanyaan spesifik seperti: rute jaringan dapat dibagi menjadi tiga katagori: normal
pemakaian toksikan, apakah konsentrasi toksikan atau terapeutik, toksik, dan lethal. Tingkat
yang ditetapkan cukup sebagai menyebabkan konsentrasi normal dinyatakan sebagai keadaan,
kematian atau penyebab keracunan. Penetapan rute dimana tidak menimbulkan efek toksik pada
pemakaian biasanya diperoleh dari analisis berbagai organisme. Tingkat konsentrasi toksik berhubungan
spesimen, dimana pada umumnya konsentrasi dengan gejala membahayankan nyawa, seperti: koma,
toksikan yang lebih tinggi ditemukan di daerah rute kejang-kejang, kerusakan hati atau ginjal. Tingkat
pemakaian. Jika ditemukan toksikan dalam jumlah konsentrasi kematian dinyatakan sebagai konsentrasi
besar di saluran pencernaan dan hati, maka dapat yang dapat menyebabkan kematian. Contoh: sianida
ditarik kesimpulan bahwa paparan melalui jalur oral. pada konsentrasi yang tinggi (0,17-2,22 mg/l,
Demikian juga apabila konsentrasi yang tinggi diketemukan pada kematian akibat keracunan
ditemukan di paru-paru atau pada organ viseral sianida), dinyatakan sebagai penyebab keracunan.
lainnya mengindikasikan paparan melalui inhalasi. Sedangkan pada konsentrasi yang sangat kecil (0,004
Bekas suntikan yang baru pada permukaan tubuh mg/l pada orang sehat dan 0,006 mg/l pada perokok),
(seperti telapak tangan, lengan, dll), yang ditemukan sianida berperan dalam pembentukan vitamin B12.
pada kasus kematian akibat penyalahgunaan Dalam jumlah kecil sianida juga diabsorpsi dan
dibangkitkan selama merokok. Oleh sebab itu

52
Toksikologi Forensik

mendeteksi sianida di darah pada tingkat dibawah mengkonsumsi obat terlarang. Lebih lanjut berikut
konsentrasi toksik, masih dapat ditolerir sebagai ini diberikan ilustrasi kasus dan interpretasi dari hasil
tanpa efek toksik. Beberapa logam berat, seperti analisis toksikologi forensik yang lengkap:
arsen, timbal, dan merkuri tidak diperlukan untuk
Contoh: Ilustrasi kasus toksikologi forensik (data
fungsi normal tubuh. Keberadaan logam tersebut
dikutif dari kasus yang masuk ke Institut of Legal
dibawah tingkat konsentrasi toksik mengindikasikan
Medicine of Goerg August University, Göttingen,
bahwa korban telah terpapar logam berat akibat
Germany):
polusi lingkungan.
Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan dari
Faktor-faktor yang mempengaruhi respon individu
penyidik dilaporkan telah diketemukan mayat di
terhadap tingkat konsentrasi toksik (seperti: usia,
kamar mandi sebuah cafe. Dilengan kanannya
jenis kelamin/status hormonal, berat badan, status
masih tertancap jarum suntik. Hasil otopsi
nutrisi, genetik, status immunologi, kelainan
melaporkan terdapat baik bekas suntikan yang
patologik dan penyakit bawaan, kelainan fungsi
masih baru maupun yang sudah menua dilengan
organ, sifat farmakokinetik dari toksikan) seharusnya
kanan dan kiri, telapak tangan, kaki. Terdapat
juga dipertimbangkan dalam menginterpretasikan
udema paru-paru, dan bau aromatis dari organ
hasil analisis, yang bertujuan mencari faktor
tubuh seperti saluran cerna. Dokter spesialis
penyebab keracunan. Faktor lain yang juga harus
Forensik menyimpulkan kematian diduga
mendapat perhatian adalah fenomena farmakologi
diakibatkan oleh keracunan obat-obatan.
seperti toleransi. Toleransi adalah suatu keadaan
menurunnya respon tubuh terhadap toksikan sebagai Hasil analisis toksikologi forensik:
hasil paparan yang berulang sebelumnya, biasanya Uji skrining menggunakan teknin immonoassay
dalam waktu yang lama. Penurunan respon dapat test (EMIT) terdeteksi positif golongan opiat dan
diakibatkan oleh adaptasi selular pada suatu benzodiazepin. Dari penetapan kadar alkohol di
konsentrasi toksikan, yang dapat berakibat pada darah dan urin terdapat alkohol 0,1 promil dan
penekanan efek farmakologis yang diinginkan. Hal 0,1 promil.
ini sering dijumpai pada kasus kematian akibat
menyalahgunaan heroin, dimanakan ditemukan Pada uji konfirmasi dengan menggunakan alat
tumpang tindih rentang konsentrasi morfin di darah GC-MS diperoleh hasil:
- darah sebelum di hidrolisis: - morfin: 0,200
pada kasus “lethal related heroine (0,010 - 2,200
µg/ml, rataan: 0,277 µg/ml)” dan “non-lethal µg/ml, - kodein: 0,026 µg/ml
related heroine (0,010 -0,275 µg/ml, rataan: 0,046 - darah setelah hidrolisis: - morfin: 0,665 µg/ml,
- kodein: 0,044 µg/ml
µg/ml)” (Wirasuta 2004). Konsetrasi morfin yang
tinggi mungkin tidak mengakibatkan efek toksik - urin sebelum hidrolisis: - 6-asetilmorfin: 0,060
pada junkis yang telah berulang memakai heroin, µg/ml, - morfin: 0,170 µg/ml, - kodein: 0,040
µgml
sedangkan pada konsentrasi yang sama mungkin
menimbulkan efek kematian pada orang yang baru - urin setelah hidrolisis : - morfin: 0,800 µg/ml,
menggunkan. Bahaya kematian sering dijumpai pada - kodein: 0,170 µg/ml
Golongan benzodiazepin yang terdeteksi di darah
pemakaian dosis tinggi oleh pencadu, yang memulai
kembali menggunakan heroin setelah lama berhenti adalah:
menggunakannya, dimana dosisnya didasarkan diazepam: 1,400 µg/ml; nordazepam: 0,086
µg/ml; oxazepam: 0,730 µg/ml; temazepam:
pengalaman pribadi saat efek tolerasi masih timbul.
0,460 µg/ml
Melalui pengamatan ulang riwayat kasus,
memperhatikan semua faktor toksokinetik, Dalam menginterpretasikan hasil temuannya
toksodinamik, dan dengan membandingkan hasil seorang toksikolog forensik harus mengulas
analisis dengan laporan kasus yang sama dari kembali efek toksik dan farmakologi yang
ditimbulkan oleh analit, baik efek tunggal dari
beberapa pustaka atau pengalaman sendiri, seorang
ahli toksikologi membuat interpretasi akhir dari opiate dan benzodiazepin maupun efek kombinasi
suatu kasus. yang ditimbulkan dalam pemakaian bersama
antara opiat dan benzodiazepin. Menyacu
Contoh-contoh di atas dengan jelas memaparkan, informasi konsentrasi toksik (“lethal
bahwa hasil reaksi positif dengan teknik concentration”) dapat diduga penyebab kematian
immunoassay belum cukup bukti untuk dari korban.
memastikan/menuduh seseorang telah

53
Made Agus Gelgel Wirasuta

Efek toksik yang ditimbulkan oleh pemakaian validasi dari hasil analisis dapat ditinjau dari tiga
heroin adalah dipresi saluran pernafasan. tingkat faktor utama yang menentukan hasil analisis
Keracunan oleh heroin ditandai dengan adanya (DFG, 1990, 1995), yaitu:
udema paru-paru. Sedangkan pemakaian 1) Tataran teknis analisis yang menghasilkan data
diazepam secara bersamaan akan meningkatkan analisis. Dalam tataran ini kesalahan dapat
efek heroin dalam penekanan sistem pernafasan. diakibatkan oleh faktor metode analisis. Untuk
Hal ini akan mempercepat kematian. mendapatkan data analisis yang valid, perlu
dilakukan validasi prosedur analisis, sesuai
Guna mengetahui obat apa yang telah dikonsumsi
dengan kentuan yang diatur secara international
oleh korban, berdasarkan hasil analisis dan alur
(misal mengikuti ketentuan validasi prosedur
metabolisme dari suatu senyawa obat, seorang
analisis yang dimuat dalam Farmakope
toksikolog forensik akan merunut balik apa yang
International, USP, AOAC, dll).
telah dikonsumsi korban.
2) Tataran biologis, variansi matrik biologis dari
Di darah dan urin terdapat morfin dan kodein sampel memungkinkan ikut memberikan
baik dalam bentuk bebas maupun terikat dengan sumbangan kesalahan terhadap hasil analisis.
glukuronidnya namun di urin terdeteksi juga 6- Terdapat tiga langkah yang dapat dilakukan
asetilmorfin. Heroin di dalam tubuh dalam waktu dalam mengevaluasi data analisis dari sudut
yang sangat singkat akan termetabilisme menjadi pandang tataran biologis, yaitu: kontrol
6-asetilmorfin, dan kemudian membentuk morfin. plausibilitas, evaluasi longitudinal dan
Morfin akan terkonjugasi menjadi morfin- transversal.
glukuronidanya. Dari hasil analisis seorang Kontrol plausibilitas mencangkup:
toksikolog forensik sudah dapat menyimpulkan - Kontrol data ekstrim, data ini dikontrol
bahwa korban telah mengkonsumsi heroin. berdasarkan data medikal misalnya data
analisis tidak sesuai dengan data yang telah
Di dalam tubuh diazepam akan termetabolisme
diperoleh dari populasi manusia atau sangat
melalui N-demitelasi membentuk desmitldiazepam
jauh menyimpang secara statistik.
(nordazepam) dan kemudian akan terhidrolisis
- Kontrol konstelasi yaitu membandingkan dari
membentuk oksazepam, sebagaian kecil akan
berbagai data analisis, yang diperoleh dari
termetabolisme membentuk temazepam. Sehingga
matrik biologis yang berbeda tetapi seri data
dari temuan analisis dapat disimpulkan korban
tersebut masih memiliki parameter yang
juga telah mengkonsumsi diazepam.
saling bergantungan. Misal membandingkan
Berdasarkan data farmakokinetik dari heroin serta data analisis toksikan dan metabolitnya di
metabolitnya dan juga konstelasi dari konsentrasi darah dan di urin, konstelasi data yang
morfin bebas dan terikatnya dapat diambil duga ditimbulkan dikontrol berdasarkan sifat
kematian terjadi lebih kurang dari satu sampai dua farmakokinetik dari toksikan dan
jam setelah pemakaian heroin (perkiraan ini metabolitnya.
didasarkan atas model farmakokinetik dari - Kontrol trend data: data analisis yang
Wirasuta 2004). diperoleh dari satu pasien (korban) dievalusi
terhadap perubahan waktu, hal ini bertujuan
Semua temuan dan hasil interpretasi ini dibuat untuk mengetahui sifat perubahan biologis
dalam suatu laporan (berita acara pemeriksaan) (misal: laju eliminasi) yang terjadi pada
yang akan diserahkan kembali ke polisi penyidik. pasien tersebut.
Berkas berita acara pemeriksaan ini dikenal Tujuan dari krontrol plausibilitas adalah
dengan keterangan ahli. untuk mencari kesalahan analisis, dimana dari
Interpretasi akan menjadi bernar secara tataran teknik analitik tidak teridentifikasi,
ilmiah apabila didasarkan pada data analisis yang sehingga diharapkan diperolehnya data analsis
valid, dan harus didukung oleh pemahaman ilmu yang sahih.
toksikologi-farmakologi, farmakokinetik, Analisis tongitodinal, evaluasi ini didasarkan
biotransformasi yang baik. Untuk mendapatkan data terhadap sifat farmakokinetik (toksokinetik) dan
analisis yang valid/sahih, harus dilakukan validasi reaksi biotransformasi dari toksikan dan
terhadap semua prosedur analisis dan mengevalusai metabolitnya. Data analisis (toksikan dan
sumber-sumber yang mungkin memberikan metabolitnya) dari pasien yang sama, yang
kesalahan analisis. Mengevaluasi/menganalisis diperoleh dari selang waktu pengambilan
sampel (penerokan) yang berbeda dibandingkan

54
Toksikologi Forensik

satu sama lainnya. Dari hasil pembandingan 8. Saferstein R:, 1995, Criminalistics, an
data analisis tersebut, dengan didasarkan sifat Introduction to Forensic Science, 5th Ed., A
farmakokinetik, maka dapat dijadikan dasar Simon & Schuster Co., Englewood Cliffs, New
untuk menduga/mengontrol konsentrasi aktuel Jersey.
(waktu terjadinya keracunan). Lebih lanjut data 9. SOFT (Society of Forensic Toxicologist, Inc.)
ini dapat dijadikan dasar untuk memperkirakan and AAFS (the American Academy of Forensic
waktu terjadinya eksposisi. Sciences, Toxicology Section), (2002), Forensic
Analisis transversal, data analisis yang Toxicology Laboratory Guidelines, SOFT /
diperoleh dari satu pasien dibandingkan dengan AAFS.
kelompok kontrol. Data dari kelompok kontrol
10. United Nations, (1995) Recommended methods
mungkin dapat berupa data konsentrsi
for the detection and assay of heroin,
toksikan/obat, yang diambil dari interval waktu
cannabinoids, cocaine, amphetamine and ring-
tertentu, seperti interval waktu konsentrasi efek
substituted amphetamine derivates in biological
terapeutik, interval konstrasi toksik atau “lethal
specimens manual for use by national
dosis”.
laboratories, United Nation International Drug
3) Tataran nosologi (ilmu pengelompokan
Control Programme, New York
penyakit), kesalahan dapat ditimbulkan akibat
kesalahan dalam mendiagnose keracunan atau 11. Wirasuta I M.A.G. (2004), Untersuchung zur
mungkin muncul akibat kesalahan Metabolisierung und Ausscheidung von Heroin
menginterpretasikan temuan patologis atau im menschlichen Körper. Ein Beitrag zur
psiologis pasient (korban). Kesalahan ini Verbesserung der Opiatbefundinterpretation,
mungkin muncul karena keracunan dapat Cuvillier Verlag, Göttingen.
menampakkan kelainan patoligis. 12. Wirasuta, I M.A.G., (2005), Hambatan dalam
pengegakan Undang-Undang No 22 th 1997
3. Daftar Pustaka tentang Narkotika, khususnya pada
1. DFG (Deutsche Forschungsgemeinschaft), penyalahgunaan narkotika golongan opiat
(1990), Orientierende Angaben zu ditinjau dari sifat farmakokinetiknya, dalam
therapeutischen und toxischen Konzentrationen Wirasuta, I M.A.G., et al. (Ed.) (2005), Peran
von Arzneimitteln und Gifften in Blut, Serum, kedokteran forensik dalam penegakan hukum di
oder Urin, VCH Verlag, Weinheim. Indonesia. Tantangan dan tuntuan di masa depan,
2. DFG (Deutsche Forschungsgemeinschaft), Penerbit Udayana, Denpasar
(1995), Einfache toxikologische Laboratoriums- 13. Wirasuta, I M.A.G., (2005), Peran Toksikologi
untersuchungen bei akuten Vergiftunen, VCH forensik dalam penegakan hukum kesehatan di
Verlag, Weinheim. Indonesia, dalam Wirasuta, I M.A.G., et al. (Ed.)
3. Eckert, W.G., 1980, Introduction to Forensic (2005), Peran kedokteran forensik dalam
sciences, The C.V. Mosby Company, St. Louis, penegakan hukum di Indonesia. Tantangan dan
Missori tuntuan di masa depan, Penerbit Udayana,
4. Kerrigan, S, (2004), Drug Toxicology for Denpasar
Prosecutors Targeting Hardcore Impaired
Drivers, New Mexico Department of Health
Scientific Laboratory Division Toxicology
Bureau, New Mexico.
5. Madea, B. und Brinkmann B., Handbuch
gerichtliche Medizin, Band 2,, Springer-Verlag,
Berlin, Heidelberg, New York
6. Moffat, Ac., Jackson, J.V., Moss, M.S. and
Widdop, B., 1986, Clark’s isolation and
indentification of drugs in pharmaceuticals,
body fluids, and post-mortem material, 2nd Ed.
The Pharmaceutical Press, London
7. Mueller B., 1975, Gerichtliche Medizin,
Springer-Verlag, Berlin

55

Anda mungkin juga menyukai