Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PAPER

PALEONTOLOGI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ORGANISME


PENGHASIL FOSIL DI LAUT

Kelompok V (Kelas Selasa 11.00)


Ichram Nur Hidayah (410017065)
Monica Megita Veronika Assa (410017067)
Yohana Bening Pawestri Jayatun (410017068)
Ryan Russel Dayoh (410017071)
Muhammad Abdul Basith (410017072)
Ilham Budi Hartanto (410017073)

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

YOGYAKARTA

2019

1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ORGANISME
PENGHASIL FOSIL DI LAUT

Ilham Budi Hartanto1), Monica Megita2), Yohana Bening3), Ryan Russel4), Muh.
Basith5), Ichram Nur Hidayah6)
1
Jurusan Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta
*Email: monicamegita11@gmail.com

ABSTRAK
Organisme adalah makhluk hidup yang mampu menjalankan segala macam
kehidupan yang dipengaruhi oleh beragam faktor. Adapun lingkungan hidup dari
organisme bermacam-macam umumnya di darat dan laut. organisme laut
diklasifikasikan menurut skema sederhana tergantung pada di mana organisme
tersebut tinggal kemampuan untuk mendorong tubuhnya sendiri. Organisme laut
disebut epifaunal, jika mereka hidup di atas dasar (substratum), dan infaunal, jika
mereka hidup di dalam dasar (substratum).

Kata kunci : organisme, morfologi, populasi, substratum.

ABSTRACT
Organisms are living things which able of carrying out all kinds of life which are
influenced by various factors. The environment of various organisms is generally
on land and sea. marine organisms are classified according to a simple scheme
depending on where the organism lives ability to push its own body. Marine
organisms are called epifaunal, if they live on the basis (substratum), and
infaunal, if they live in the base (substratum).

Keywords: organism, morphology, population, substratum.

2
PENDAHULUAN
Organisme adalah makhluk hidup yang mampu menjalankan segala macam
kehidupan dengan alat – alat organnya atau organelanya dan interaksinya
membentuk suatu sistem organ. Suatu makhluk hidup ini disebut individu.
Kelompok individu yang sejenis merupakan satuan yang disebut populasi. Sejenis
berarti memiliki kesamaan sifat morfologi dan fisiologi dapat mengadakan
perkawinan yang menghasilkan keturunan yang subur.
Beberapa populasi yang bersama sama pada suatu waktu menghuni wilayah
tertentu disebut komunitas komposisi, dimana suatu komunitas dapat berubah-
ubah. Sifat suatu komunitas sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Contoh
ada yang disebut sebagai komunitas daratan, perairan, tanah kering, tanah basah,
dan tanah kapur. Demikian pula komunitas perairan dapat dirinci menjadi
komunitas air tawar seperti danau, sungai, kolam, komunitas air payau, dan
komunitas air laut.
Adanya hubungan timbal balik antara komunitas dengan lingkungan fisik yang
merupakan suatu sistem yang disebut sebagai ekosistem. Di dalam ekosistem ada
dua komponen yaitu komponen non hayati, seperti tanah, air, udara, ahaya,
komponen hayati seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan, termasuj juga manusia.
Dalam sistem ini tumbuhan berperan sebagai penghasil makanan yang disebut
produsen, sedangkan hewan berperan sebagai pemakan tumbuh-tumbuhan yang
disebut konsumen.
EKOSISTEM LAUT
Daerah laut marjinal yang secara bergantian tertutup dan tidak tertutup oleh
pasang surut disebut zona intertidal, atau littoral; permukaan landas kontinental
disebut zona sublittoral atau tingkat bawah dan permukaan dan permukaan lereng
benua membentuk zona bathyal. dasar samudera membentuk dataran abyssal,
yang di beberapa tempat diinterupsi oleh parit dalam, rantai gunung bawah laut
yang menjulang tinggi, dan fitur topografi lainnya yang tidak terlalu mencolok.
zona fotografis adalah bagian yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lain,
tergantung terutama pada kejernihan air, tetapi biasanya lebih atau kurang
bertepatan dengan margin rak kontroversial. hanya bagian atas, yaitu 100 meter
atas, yang memiliki penerangan yang cukup untuk fotosintesis yang substansial.

3
dalam diagram, lengan samudera meluas secara langsung untuk membentuk laut
epikontimental dangkal. Seperti rak kontroversial lebih jauh di lepas pantai, ia
dilantai oleh apa yang disebut sublittoral atau tingkat bawah substratum.
kebanyakan endapan laut yang sekarang kita temui di benua-benua diendapkan di
laut epikontimental dari jenis ini; sedikit yang diendapkan di kedalaman abyssal.
Ekosistem laut saat ini digunakan oleh kebanyakan ahli paleokologi pada model
umum untuk interpretasi sedimen dan fauna laut purba.

PEMBAHASAN
Tujuan utama dalam paleontologi adalah untuk merekonstruksi lingkungan dimana fosil
yang terawetkan itu hidup secara akurat. Sifat fisik, kimia, dan biologis dari sebuah
lingkungan yang membatasi pendistribusian dari spesies manapun biasanya disebut faktor
pembatas. Sebagian besar invertebrata bentonik bereproduksi dengan melepaskan gamet
ke air, dimana proses fertilisasi terjadi. Telur yang telah terfertilisasi berkembang menjadi
larva planktonik, yang membantu pemencaran dari spesies di area yang luas. Thorson
(1950) telah menekankan bahwa tahap planktonik biasanya merupakan tahap yang paling
sensitif pada faktor pembatas. Larva biasanya kurang kuat daripada yang dewasa.
Suplai makanan harus akhirnya menjadi faktor pembatas bagi semua konsumen. Namun
pada masa sekarang, kita sedikit tahu tentang suspension feeder, deposit feeder, dan
grazers. Dengan demikian, Tipe lapisan dasar dan salinitas adalah faktor utama yang telah
di demonstrasikan untuk mengkontrol distribusi dari populasi bentonik tertentu.
Organisme laut diklasifikasikan menurut skema sederhana tergantung pada di
mana mereka tinggal dan apakah mereka mampu mendorong diri sendiri. Mereka
disebut epifaunal, jika mereka hidup di atas dasar (substratum), dan infaunal, jika
mereka hidup di dalam dasar (substratum). Adapun faktor yang mempengaruhi
kehidupan organisme ialah :

1. Substratum type
Substrat batuan keras jarang di temui catatan fosil. Mereka cenderung tersapu
bersih oleh material sedimen dan biasanya merupakan bagian dari hasil erosi
bukan suatu endapan. Substrat halus merupakan media pelestarian untuk sebagian
besar fosil. Mereka sangat penting dalam kaitannya dengan paleoekologi sebab,
terkecuali fosil itu sendiri, karakteristik dan distribusi partikel sedimen adalah
satu-satunya sumber informasi untuk merekonstruksi habitat purba.
Kemas dari batuan sedimen umumnya mencerminkan proses pengendapannya,
dan konfigurasi geometri batuan sedimen umumnya mencerminkan pengaturan

4
pengendapan. Ukuran butir umumnya mencerminkan tingkat gelombang atau
agitasi di lingkungan pengendapan. Ukuran butir halus biasanya terendapkan pada
lingkungan arus yang tenang dengan keseragaman butir yang baik, sedangkan
butrian dengan ukuran yang kasar biasanya berada pada lingkungan dengan
bergelombang dan aktivitas arus yang kuat. Satu yang terpenting antara hubungan
substratum dan distribusi dari organisme benthonik adalah menyangkut
mekanisme pengumpan (feeding). Sanders (1956) telah menunjukkan kelimpahan
relatif dari pengumpan deposit paling besar pada sedimen bermaterial lumpur,
sedangkan kelimpahan relatif untuk pengumpan suspensi terbesar di sedimen
bermaterial pasir.
Hubungan antara tipe sedimen dan mekanisme pengumpan dapat dilihat kembali
di dalam rekaman umur paleozoikum, sebagai contoh kerang nuculoid ditemukan
di banyak batulempung dan serpih. Kerang nuculoid saat ini bergantung terhadap
pemberian umpan yang sebagian besar berada di lingkungan sedimen berlumpur.
Karena, morfologi dasar dari superfamili Nuculacea berkaitan dengan kelompok
pengumpan deposit, dan juga homologi serta posisi pada susunan startigrafi
menunjukkan kerang nuculoid pada masa paleozoikum adalah pengumpan
deposit.
2. Salinitas
Salinitas, adalah mengukur kadar garam terlarut dalam air alami, biasanya
dinyatakan dalam satuan per seribu. Nilai untuk air laut murni adalah sekita
35/1000.
Klasifikasi status salinitas, berdasarkan konsentrasi garam

Salinity Salinity (milligrams of salt per


Description and use
status litre)

Fresh < 500 Drinking and all irrigation

Most irrigation, adverse effects on ecosystems


Marginal 500 –1 000
become apparent

Brackish 1 000 – 2 000 Irrigation certain crops only; useful for most stock

Saline 2 000 – 10 000 Useful for most livestock

Highly Very saline groundwater, limited use for certain


10 000–35 000
saline livestock

5
Brine >35 000 Seawater; some mining and industrial uses exist
Classifications from Mayer, XM, Ruprecht, JK & Bari, MA 2005, Stream salinity status and trends in south-west Western Australia,

Department of Environment, Salinity and land use impacts series, Report No. SLUI 38

Batas salinitas dari fresh hingga hyper – saline, tertera pada tabel di bawah ini :

Salinity (mg/L) Category

up to 1,000 Fresh

1,000 to 3,000 Fresh to brackish

3,000 to 5,000 Brackish

5,000 to 35,000 Saline

35,000 and above Hyper-saline

Efek salinitas bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya. Dengan mengacu
pada kisaran salinitas yang di toleransi. Spesies dengan kisaran salinitas yang
sempit disebut stenohaline, dan yang memiliki kisaran luas disebut euryhaline.
Efek salinitas yang paling mencolok pada ekologi adalah keanekaragaman spesies
lokal. Yang paling besar dalam spesies aquatik adalah bentukan dari marin.

6
Banyak dari jenis ini merupakan stenohaline, sering tinggal di daerah lepas pantai
di mana mereka tidak pernah mengalami perubahan salinitas yang cukup besar.
Euryhaline sering di habitat lingkungan dekat pantai yang tidak stabil dan penuh
tekanan.
3. Suhu dan Morfologi
Suhu adalah parameter lingkungan yang mirip dengan salinitas dalam memiliki efek kecil
untuk sebagian besar pada morfologi rangka . Tetap saja ukuran rata-rata individu yang
termasuk dalam satu spesies cenderung lebih besar di bagian dingin rentang geografis
spesies daripada di bagian hangat . Pelengkap seperti telinga dan ekor mamalia juga
cenderung lebih pendek di bagian yang lebih dingin dari kisaran spesies . Hubungan ini
masing-masing dikenal sebagai aturan Bregmabb dan aturan Allen , belum secara luas di
terapkan pada fosil karena bias pengawetan. Kedua hubungan tersebut tampaknya terkait
dengan peningkatan rasio volume terhadap permukaan dari spesies yang mendiami iklim
dingin . Hampir semua kelompok Moluska berduri dan banyak kelompok dengan
cangkang tebal mendiami daerah tropis dan subtropis . Hubungan ini mungkin
mencerminkan relatif mudah nya sekresi kalsium karbonat dalam air hangat.

KESIMPULAN
Organisme merupakan makhluk hidup yang mampu menjalankan segala
macam kehidupan dengan organelanya dan interaksinya membentuk suatu sistem
organ. Suatu organism disebut individu. Kelompok individu yang sejenis
merupakan satuan yang disebut populasi. Sejenis berarti memiliki kesamaan sifat
morfologi dan fisiologi dapat mengadakan perkawinan yang menghasilkan
keturunan yang subur.
Organisme laut umumnya diklasifikasikan menurut skema sederhana
tergantung pada di mana mereka tinggal dan apakah mereka mampu mendorong
diri sendiri. Mereka disebut epifaunal, jika mereka hidup di atas dasar
(substratum), dan infaunal, jika mereka hidup di dalam dasar (substratum).
Adapun faktor yang mempengaruhi kehidupan organisme ialah :

1. Substratum type, dan Substrat atau tempat berkembangnya fosil tersebut


umumnya terbagi dua yakni substart lempung dan substrat pasir, dimana
dari kedua substrat ini memiliki penciri masing-masing yang bisa

7
menginterpretasikan habitat purba dari organisme yang hidup pada
substrat tersebut. Contohnya substrat lempung umumnya memiliki ukuran
butir sedimen yang halus juga memiliki sortasi yang baik, dari gambaran
di atas habitat purba dari organisme tersebut adalah daerah dengan arus
tenang, karena material lempung hanya akan terendapkan jika arus lateral
= 0.

2. Salinitas yakni kadar garam terlarut dalam suatu air murni juga
mempengaruhi organisme terutama pada ekologi nya. Yang menyebabkan
variasi di antara spesies yang satu dan yang lainnya. Umumnya di kenal 2
jenis organisme berdasarkan kadar salinitas yaitu stenohaline dan
euryhaline. Stenohaline biasanya berada di daerah lepas pantai yang jarang
mengalami perubahan kadar salinitas yang besar sedangkan Euryhaline
habitatnya berada di dekat pantai yang tidak stabil dan banyak tekanan.
3. Suhu dan Morfologi Yang merupakan parameter lingkungan yang mirip dengan
salinitas dalam memiliki efek kecil untuk sebagian besar pada morfologi rangka

8
DAFTAR PUSTAKA
Raup, D., Raup, D. M., & Stanley, S. M. (1971). Principles of paleontology. San
Fransisco : W.H. Freeman & Co.
Sanders, H. L. (1956). Oceanography of Long Island Sound 1952-1954. X. The
biology of marine bottom communities. Bull. Bingham Oceanogr. Coll.,
15, 345-414.

Anda mungkin juga menyukai