Anda di halaman 1dari 5

BUKU SAKU

PENYAKIT TUBERKULOSIS

Disusun Oleh :

1. Diana Mulandari (1141003)


2. Mis Hani ( 1141009)
3. Siti Solekhah (1141013)

KELAS KARYAWAN SEMESTER V

AKADEMI FARMASI NUSAPUTERA 2016/2017


1. Pengertian TBC

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang adalah TBC) TBC adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering
menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan
ditularkan orang ke orang. Penyakit ini ditemukan oleh ilmuan dari jerman yang bernama
Heinrich Hermann Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman.

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil


Mycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang
1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. Struktur kuman ini terjadi atas lipid (lemak) yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam, serta dari gangguan berbagai kimia dan fisik. Kuman ini
juga tahan berada di udara kering dan keadaan dingin (misalnya di dalam lemari es) karena
sifatnya yang dormant, yaitu dapat bangkit kembali dan menjadi lebih aktif. Selain itu, kuman
ini juga bersifat aerob.

Tuberkulosis merupakan infeksi pada saluran pernapasan yang vital. Basil


Mycobacterium masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (dreplet infection)
sampai alveoli dan terjadilah infeksi primer (Gbon). Kemudian, dikelenjar getah bening
terjadilah primer kompleks yang disebut tuberculosis primer. Peradangan terjadi sebelum
tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil Mycobacterium pada usia 1-3 tahun.
Sedangkan, post primer tuberculosis (reinfection) adalah peradangan yang terjadi pada
jaringan paru yang disebabkan oleh penularan ulang.

Selain merusak paru-paru, Mycobacterium tuberculosis dapat mengenai sistem saraf


sentral atau meningitis, sistem lympatic, sistem sirkulasi atau miliary tuberculosis, sistem
genitourinary, tulang dan sendi. Penderia penyakit Tuberculosis akan mengalami malnutrisi
dengan berat badan hanya sekitar 30 sampai 50 kg terutama pada orang dewasa.

Kondisi daya tahan tubuh yang sangat rendah pada penderita Tuberculosis akan
menimbulkan Mycobacterium tuberculosis berkembang biak.
1. Gejala

Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus.
Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara
klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru.

1. Gejala umum (Sistemik)

· Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.

· Penurunan nafsu makan dan berat badan.

· Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

· Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala khusus (Khas)

· Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

· Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.

· Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu
saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan
keluar cairan nanah.

· Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
2. Penularan Penyakit TBC

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-
anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering
masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama
pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening.

Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-
lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat
Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan
tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian
reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di
sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.

Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya


menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk
dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen.

3. Pencegahan Penyakit TBC

Tips berikut berguna untuk mencegah Penularan penyakit TBC :

 Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin


 Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air sabun)
 Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
 Menghindari udara dingin
 Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat
tidur
 Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari
 Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan
tidak boleh digunakan oleh orang lain
 Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein.
4. Pengobatan

 Etambutol
 Isoniasid
 Rifampisin
 Pyrazinamid
 Streptomisin
 Sikloserin

Ø Isoniazid (INH) sebagai bakterisidial terhadap basil yang tumbuh aktif. Obat ini diberikan
selama 18-24 bulan dan dengan dosis 10-20 mg/kg berat badan/hari melalui oral.

Ø Kombinasi antar INH, rifampicin, dan pyrazinamid yang diberikan selama 6 bulan.

Ø Obat tambahan, antara lain Strepmomycin (diberikan intramuskuler)dan Etham burol

Ø Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat anti-TB untuk mengurangi respons
peradangan, misalnya pada meningitis.

5. Efek Samping Obat

Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB


bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya
warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin. Efek samping lainnya
dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual, kesemutan dan rasa terbakar di hati,
gatal dan kemerahan dikulit, gangguan keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika
pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk
memperoleh penanganan lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa
berlangsung hingga delapan bulan.

Anda mungkin juga menyukai