Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Urinalisis adalah analisis fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urin.
Urinalisis berguna untuk untuk mendiagnosis penyakit ginjal atau infeksi
saluran kemih dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolik yang tidak
berhubungan dengan ginjal.
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas.
Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada
pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium.
Urinalisasi adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk
tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi
berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti
diabetes mellitus dan tekanan darah tinggi, dan skrining terhadap status
kesehtan umum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan carik celup?
2. Bagaimana cara penggunaan carik celup?
3. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan carik celup?
4. Apa keuntungan dan kelemahan dari pemeriksaan carik celup?
5. Apa saja prinsip kimiawi dari pemeriksaan carik celup?

1
C. Tujuan

1. Kita dapat mengetahui pengertian carik celup.


2. Kita dapat mengetahui cara menggunakan carik celup.
3. Kita dapat mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan
carik celup.
4. Kita dapat mengetahui keuntungan dan kelemahan dari pemeriksaan carik
celup.
5. Kita dapat mengetahui prinsip kimiawi dari pemeriksaan carik celup.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Carik celup


Banyak jenis pemeriksaan penyaring sekarang dengan menggunakan
metode carik celup (dipstik, strip reagen, strip test urin). Sebuah carik celup
atau distrip merupakan alat diagnostik dasar yang digunakan untuk
menentukan perubahan patologis dalam urin pada urinalisis standar. Carik
celup berupa carik plastik tipis tapi kaku yang pada 11 isinya dilekati dengan
1-9 kertas hisap atau bahan penyerap lain (kertas seluloib) yang masing-
masing mengandung reagen-raegen spesifik, skala warna yang menyertai cari
celup memungkinkan penilaian semikuantitatif. Test carik celup dapat terdiri
dari hingga 10 bantal kimia yang berbeda atau reagen yang bereaksi (berubah
warna) ketika drendam, dan kemudian dihapus dari sebuah sampel urin.
Pemerisaan yang memakai carik celup biasanya sangat cepat, mudah, dan
spesifik.
Uji kimia yang tersedia pada reagen strips umumnya adalah : glukosa,
protein, bilirubin, urobilin, pH, Bj, darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase.
Tes ini dapat dibaca antara 60 dan 120 detik setelah pencelupan.

B. Cara penggunaan

3
1. Homogenkan urine yang akan diperiksa
2. Masukkan urine pada tabung reaksi sampai ¾ tabung
3. Keluarkan strips dari botol dan tutup rapat kembali tutup botol
4. Periksa strips tersebut apakah ada perubahan warna pada daerah reagen yang
menandakan kerusakan sehingga strips tidak dapat digunakan lagi
5. Celupkan strips dengan lengkap, dengan cepat selama tidak lebih dari 1 detik
kedalam sampel urine
6. Keluarkan strips sambil meniriskan bagian tepinya, pada mulut tabung reaksi
atau menggunakan tisu sehingga urine yang berlebihan dapat di hilangkan
7. Pegang strips dalam posisi horizontal agar tangan pemeriksa tidak dikotori
oleh tetesan urine
8. Baca hasil pemeriksaan sesuai dengan waktu yang telah diterapkan dengan
cara membandingkan warna yang timbul dengan standar warna yang tersapat
etiket botol
9. Waktu yang tepat untuk pembacaan hasil yaitu; 30-60 detik agar
mendapatkan hasil yang optimal

C. Hal-hal yang harus di perhatikan


1. Sampel urine harus di homogenkan terlebih dahulu
2. Celupkan kertas caarik celup dengan segera kedalam urine dan langsung di
angkat
3. Tidak boleh menyentuh bagian reagen dari kertas carik celup
4. Wadah diyuyup rapat dan tidak boleh terkena sinar matahari langsung

D. Keuntungan
 Mudah, cepat dan murah pemeriksaannya
 Tidak memerlukan peralatan laboatorium dan reagensia

E. Kelemahan
 Harus disimpan dalam botol khusus dan ditutup rapat. Karena rentan terhadap
kelembaban, panas, dan cahaya

4
 Merupakan screaning test (penyaringan) sehingga uji yang positif harus
dipastikan dengan metode yang lain
 Hasil negatif yang tampak mencurigakan atau yang tidak sesuai dengan
kondisi klinis perlu dipastikan dengan metode lain
 Pemeriksa harus bebas bebas dari buta warna

F. Prinsip kimiawi

a) Berat jenis
Menunjukkan konsentrasi ion pada urine. Jika terdapat kation pada
urine maka proton akan di bebaskan oleh complexsing agent dan
menyebabkan perubahan warna pada indikator.
Terjadi perubahan warna biru tua-hijau, hijau kekuning-kuningan
dalam urine dengan konsentrasi yang semakin meningkat.
Berat jenis urine meningkat apabila:

5
1. Urine mengandung banyak protein (100-750 mg/dl)
2. Urine mengandung glukosa
3. pH dibawah 5
b) pH
pH urine di ukur berdasarkan konsentrasi ion H+ dan tidak
dipengaruhi oleh zat lain. Area pemeriksaan mengandung indikator metil red,
phenol phthalein dan bromthimol blue.
Perubahan warna dari jingga, hijau sampai biru tua dengan
peningkatan pH dibandingkan dengan skala warna yang tersedia. Pada
umumnya urine segar mempunyai pH antara 5-6. Nilai rujukan: pH 4,5-8,0.
c) Leukosit / esterase
Esterase terdapat dalam granula azurofil netrofi, eosinofil, basofil,
monosit dan makrofag. Tidak bereaksi dengan limfosit. Sebagai penanda
imflamasi karena dapat mendeteksi sejumlah leukosit. Area pemeriksaan
mengandung indoksil ester dan garam diazo. Adanya granulosit esterase yang
berasal dari netrofil pada urine akan memecahkan indoksil ester menjadi
indoksil yang kemudian bereaksi dengan garam dizo membentuk warna ungu.
Tinggi rendahnya intensitas warna ungu yang terbentuk menunjukkan
banyaknya leukosit pada urine.
Leukosit esterase adalah enzim yang dikeluarkan oleh sel leukosit
netrofil. Dalam keadaan normal tidak ditemukan leukosit esterase. Adanya
leukosit esterase dalam air seni menunjukkan ISK.
Nilai rujukan: negatif.
d) Protein
Area pemeriksaan mengandung buffer sitrat, protein absorban serta
indikator tetra-bromfenolblue. Pada pH 3 indikatornya berwarna kuning
(untuk urin normal) yang akan berubah menjadi kuning hijau sampai biru
dengan peningkatan kadar protein pada urin. Derajat perubahan warna
ditentukan oleh kadar protein dalam urin, sehingga perubahan warna itu
menjadi ukuran semikuantitattif pada proteinuria.
Cara cerik celup sangat peka untuk albumin, tetapi untuk protein
lainkurang peka. Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urin sangat encer atau

6
jika kadar protein non albumin tinggi sedangkan albumin tidak ada. Hasil
porsitif palsu dapat terjadi padaurin alkalis. Jika carik celup terlalu lama
dibiarkan dalam urindapat terjadi perubahan warna bukan oleh karena adanya
albumin.
Nilai rujukan : negatif
e) Nitrit
Prinsip dasarnya adalah Griess’s test yaitu, berdasrakan reaksi antara
nitrit dan p-arsanilich acid membentuk senyawa diazonium, kemudian dengan
suatu senyawa benzoquinolin membentuk warna pink sampai warna merah
bata.
Dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme
protein. Jika terdapat ISK oleh kuman dari spesies enterobacter, citrobacter,
escherichia, proteus dan lepsiesla yang mengandung enzim reduktase, maka
nitrat berubah menjadi nitrit.
Nilai rujukan: negatif
f) Glukosa
Area pemeriksaan mengandung enzim buffer yaitu glukosa oksidase
dan glukosa peroksidase seta zat kromogen o-tolidine atau iodida yang
memberikan perubahan warna jika terdapat glukosa dalam urin. Jika
kromogennya adalah O-tolidine, perubahan warna menjadi biru, sedangkan
zat kromogennya iodida warna menjadi coklat dengan adanya glukosuria.
Berdasarkan reaksi enzimatik: glukosan dnegan katalisator glukosa oksidase
diubah menjadi asam glukonat + H2O2. H2O2 dengan bantuan peroksidase
diuraikan menjadai H2O + On.
On bereaksi dengan kromogen warna (ortho toluidin) menghasilkan
warna biru. Intensitas warna dibandingan dengan warna standar menunjukkan
kadar glukosa urine. Pemeriksaan cara ini tersdia dalam bentuk reagen strips/
distrips (carik celup). Pemeriksaan ini bersifat spesifik untuk glukosa.
Perbandingan warna dilakukan dalam waktu 30 detik. Hasil negatif palsu
terjadi bila urin mengandung zat-zat mereduksi seperti vitamin c, keton, dan
asam homogentisat. Nilai rujukan: negatif
g) Keton

7
Area pemeriksaan mengandung buffer natrium nitroprussida dan
glisin. Natrium nitroprussida pada medium alkali bereaksi dengan aseton dan
asam asetoasetat. Tinggi rendahnya intensitas warna ungu yang terbentuk
menggambarkan kadar ketonuria.
Nilai rujukan : negatif
h) Urobilinogen
Area pemeriksaan mengandung buffer
paradimetilaminobenzenaldehid (reagen Ehrlich) yang memberikan warna
merah muda jika terdapat urobilinogen dalam urin, atau dapat juga garam
diazonium yang memberikan warna merah.
Nilai rujukan : negatif atau < 1 mg/dl.
i) Bilirubin
Senyawa diazo bersama buffer asam pada area pemeriksaan bereaksi
dengan bilirubin dalam urin sehingga memberikan perubahan warna,
tergantung pada jenis senyawa diazo yang dipakai. Jika menggunakan
diazotized 2,4-dichloroaniline perubahan warna dari kuning sampai jingga-
coklat. Nilai rujukan : negatif
j) Darah/ Hemoglobin
Area pemeriksaan mengandung tetrametilbenzidin atau ortho-tolidin.
Zat reagen bersama dengan hemoglobin yang berfungsi sebagai peroksida
organik akan membentuk warna hijau sampai biru tua. Nilai rujukan : negatif
k) Vitamin C
Area pemeriksaan mengandung reagen Tillmann. Adanya vit. C
menyebabkan perubahan warna dari biru-hijau ke orange.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Banyak jenis pemeriksaan penyaring sekarang dengan menggunakan


metode carik celup (dipstik, strip reagen, strip test urin). Sebuah carik celup atau
distrip merupakan alat diagnostik dasar yang digunakan untuk menentukan
perubahan patologis dalam urin pada urinalisis standar.
Uji kimia yang tersedia pada reagen strips umumnya adalah : glukosa,
protein, bilirubin, urobilin, pH, Bj, darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase. Tes
ini dapat dibaca antara 60 dan 120 detik setelah pencelupan.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung
jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Arianda, Dedy. 2015. Kimia Klinik Seri 1. Bekasi: AM-Publishing


 https://www.scribd.com/doc/231140971/Makalah-Pemeriksaan-Kimia-
Dan-Carik-Celup-Urin-Dr-Nurul (diakses pada 24 Juli 2017)

10

Anda mungkin juga menyukai