Anda di halaman 1dari 14

Bleaching Treatment in Young Permanent Teeth

Dr. Hj. Yetty Herdiyati, drg., Sp. KGA

The image cannot be displayed. Your computer may not have en ough memory to open
the image, or the image may have been corrupted. Restart you r computer, and then
open the file again. If the red x still appears, you may hav e to delete the image and
then insert it again.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2009
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................... i
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………... 2
BAB II : ETIOLOGI PERUBAHAN WARNA GIGI ……………………….. 3
BAB III : BAHAN-BAHAN DAN MEKANISME BLEACHING ………..... 6
BAB IV : TEKNIK BLEACHING (PEMUTIHAN) GIGI…………............... 8
BAB V : KESIMPULAN ………………………………………..................... 12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 13

i
BAB I
PENDAHULUAN

Perubahan warna gigi terutama gigi anterior dapat menimbulkan suatu


problema estetika yang mempunyai dampak psikologi yang cukup besar bagi
penderitanya. Pada saat ini, perkembangan cosmetic dentistry sangat menonjol
dalam menanggulangi hal tersebut yaitu dengan cara restoratif misalnya pelapisan
mahkota atau dengan cara bleaching, yaitu suatu cara pemulihan kembali gigi
yang berubah warna, sampai mendekati warna gigi asli dengan proses perbaikan
secara kimiawi dan tujuannya mengembalikan faktor estetik penderita.
Tehnik bleaching ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain lebih baik
dari segi estetik karena tidak mengambil jaringan keras gigi dan tehnik perawatan
relatif lebih mudah dibandingkan dengan pembuatan suatu mahkota tiruan.
Bleaching dapat dilakukan pada gigi vital maupun gigi non vital yang mengalami
perubahan warna (Tarigan, 1994).
BAB II
ETIOLOGI PERUBAHAN WARNA GIGI

Menurut Grossman (1995), perubahan warna gigi dapat diklasifikasikan


sebagai ekstrinsik atau intrinsik. Perubahan warna eksrinsik ditemukan pada
permukaan luar gigi dan biasanya berasal lokal, misalnya noda tembakau yang
menyebabkan warna gigi menjadi cokelat kekuning-kuningan sampai hitam,
pewarnaan karena makanan dan minuman menyebabkan gigi menjadi berwarna
gelap, pewarnaan karena noda logam nitrat perak, bercak kehijauan yang
dihubungkan dengan membran Nasmyth pada anak-anak.
Perubahan warna intrinsik adalah pewarnaan gigi yang diakibatkan oleh noda
yang terdapat di dalam email dan dentin, penyebabnya adalah penumpukan atau
penggabungan bahan-bahan di dalam struktur gigi misalnya stain tetrasiklin,yang
bila masuk ke dalam dentin akan terlihat dari luar karena transluensi email.
Perubahan warna gigi dapat dihubungkan dengan periode perkembangan gigi
misalnya pada dentiogenesis imperfekta atau setelah selesai perkembangan gigi
yang disebabkan oleh pulpa nekrosis.
Menurut Walton dan Torabinejab (1996) perubahan warna dapat terjadi pada
saat atau setelah terbentuknya email dan dentin. Penyebab perubahan warna gigi
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu karena noda alamiah dan pewarnaan
iatrogenik.
Perubahan warna gigi disebabkan oleh sejumlah noda pada permukaan gigi
setelah gigi erupsi. Noda alamiah mungkin berada pada permukaan atau berikatan
di dalam struktur gigi, kadang-kadang diakibatkan defek email atau karena cedera
trauma.
Contoh penyebab noda alamiah adalah sebagai berikut :
1. Pulpa nekrosis
Produk kerusakan jaringan yang dilepaskan masuk kedalam tulubus dentin dan
mewarnai dentin di sekitarnya.
2.Perdarahan intrapulpa
Disebabkan oleh trauma pada gigi dan akan menyebabkan perdarahan dan lisis
eritrosit. Produk disintegrasi darah diduga sebagai ion sulfida, masuk ke dalam
tulubus dentin sehingga menyebabkan perubahan warna gigi yang makin lama
makin meningkat.
3. Metamorfosis kalsium
Pembentukan dentin sekunder ireguler secara ekstensif di dalam kamar pulpa atau
pada dinding saluran akar menyebabkan translusensi mahkota gigi berkurang atau
warna gigi berubah menjadi kekuningan atau kuning kecoklatan.
Pada pasien yang sudah tua,perubahan warna gigi terjadi secara fisiologis sebagai
akibat aposisi dentin secara berlebihan disamping karena penipisan dan perubahan
optik dalam email.
4. Defek perkembangan
Perubahan warna dapat terjadi karena kerusakan pada saat perkembangan gigi.
1) Fluorosis endemik
Masuknya sejumlah flour saat pembentukan gigi menyebabkan kerusakan
struktur yang mengalami mineralisasi dan mengakibatkan terjadinya hipoplasia.
Permukaan gigi menjadi porus dan akan menyerap warna di dalam rongga mulut.
2) Obat-obatan sistemik
Masuknya obat-obatan atau bahan kimia pada saat pembentukan gigi dapat
menyebabkan perubahan warna gigi. Pada umumnya obat yang menyebabkan
perubahan warna gigi paling berat adalah tetrasiklin, menyebabkan gigi berwarna
kuning kecoklatan sampai abu-abu tua. Hal ini tergantung kepada jumlah,
frekwensi, jenis tetrasiklin dan umur pasien saat meminum obat.
3) Defek dalam pembentukan gigi
Kerusakan dalam pembentukan gigi terjadi sebatas email berupa hipoplasia
atau hipokalsifikasi,terlihat warna gigi kecoklatan.
4) Kelainan darah dan faktor-faktor lain
(a) Kondisi sistemik mengakibatkan lisis eritrosit secara luas. Produk
kerusakan darah dapat bergabung ke dalam dentin dan mewarnai gigi.
(b) Suhu tubuh yang tinggi saat pembentukan gigi menyebabkan perubahan
warna beebentuk pita pada email.
(c) Porfiria penyakit metabolisme menyebabkan menyebabkan gigi susu
ataugigi permanen berubah warna menjadi kemerahan atau kecoklatan.
(d) Penyakit sistemik dan masuknya bahan obat-obatan, merupakan kejadian
yang jarang dan tidak dapat diidentifikasi.

Perubahan warna sebagai akibat prosedur perawatan gigi atau dapat disebabkan
oleh berbagai bahan kimia dan bahan yang dipakai di bidang kedokteran gigi.
Perubahan warna gigi akibat perawatan endodontik dapat disebabkan oleh
beberapa hal tersebut dibawah ini (Walton & Torabinejab, 1996) :
1. Bahan obturasi
Bahan obturasi yang dapat menyebabkan perubahan warna gigi adalah semen
Saluran akar dari jenis seng oksida eugenol atau semen saluran akar dengan
komponen logam.
2. Sisa-sisa jaringan pulpa
Fragmen jaringan pulpa yang tertinggal di dalam mahkota, biasanya dalam
Tanduk pulpa, dapat mengakibatkan perubahan warna secara perlahan.
3. Obat-obatan intra kanal
Kebanyakan obat-obatan dapat menyebabkan perubahan warna gigi, misalnya
Obat intrakanal golongan fenol berkontak langsung dengan dentin, dalam
waktu yang lamamemungkinkan obat berpenetrasi ke dalam dentin sehingga
akan menyebabkan perubahan warna gigi.

Restorasi yang dipakai biasanya ada dua tipe, yaitu (Walton & Torabinejab,1996):
1. Restorasi logam
Amalgam merupakan penyebab paling hebat karena elemen warna gelap dapat
mengubah warna dentin menjadi abu-abu gelap.
2. Restorasi komposit
Kebocoran mikro tumpatan komposit dapat menyebabkan perubahan warna gigi.
Tepi tumpatan yang terbuka merupakan tempat masuknya bahan kimia yang
mewarnai dentin.
BAB III
BAHAN-BAHAN DAN MEKANISME BLEACHING

Bahan pemutih gigi dapat berperan sebagai oksidator atau reduktor,


kebanyakan preparat yang tersedia adalah oksidator. Macam-macam bahan-bahan
pemutih gigi adalah sebagai berikut ( Grossman, 1998 ;Walton & Torabinejab,
1996) :
1. Hidrogen peroksida
Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat dan tersedia dalam berbagai
konsentrasi, yang paling umum di pakai adalah konsentrasi 30-35 %. Contoh
larutan hidrogen peroksida adalah superoxol, perhidrol. Cairan ini merupakan
cairan bening tidak berwarna dan tidak berbau.
2. Pirozon
Pirozon adalah larutan hidrogen peroksida 25 % dalam eter 75 %. Larutan ini
bersifat kaustik, mudah menguap juga baunya merangsang menyebabkan rasa
mual pada pasien.
3. Natrium perborat
Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Bahan yang masih baru
mengandung kira-kira 95 % perborat dalam 9,9 % oksigen. Bahan ini bersifat
alkali,lebih mudah dikontrol dan lebih aman daripada cairan hidrogen pekat.
4. Karbamid peroksida
Karbamid peroksida dikenal sebagai urea hidrogen peroksida, dapat diperoleh
dalam berbagai konsentrasi antara 3-15 %. Umumnya preparat ini mempunyai
pH5-6,5% dan mengandung kira-kira 10 % karbamid peroksida, biasanya
mengandung gliserin atau propilen glikol, natrium stannat, asam fosfat atau asam
sitrat dan aroma.
5. Larutan Mc. Innes
Larutan ini terdiri atas 5 bagian asam klorida 36 %, 5 bagian hidrogen peroksida
30 % dan 1 bagian eter, biasanya digunakan untuk menghilangkan noda pada
kasus fluorosis.
6. Natrium peroksiborat monohidrat
Contoh bahan ini adalah amosan, yang melepaskan oksigen lebih banyak
daripada natrium perborat, diindikasikan untuk pemutihan gigi secara internal.

Mekanisme Bleaching
Hidrogen peroksida merupakan suatu zat yang mempunyai kemampuan untuk
Menembu email mencapai email dan dentin yang terkena pewarnaan.Penembusan
ini terjadi karena berat molekul hidrogen peroksida yang rendah dan mempunyai
kemampuan denaturasi protein sehingga dapat meningkatkan gerakan ion-ion
melalui gigi.Menurut beberapa peneliti, terjadinya pemutihan gigi ini disebabkan
oleh adanya reaksi oksidasi. Noda-noda yang ada di email dan dentin akan
dioksidasi oleh hidrogen peroksida yang bersifat sebagai oksidator kuat. Bahan
oksidator ini mempunyai kemampuan untuk merusak molekul-molekul zat warna,
melalui reaksinya dengan oksigen bebas yang dilepaskan, sehingga warna menjadi
netral dan menyebabkan terjadinya efek pemutihan.
Hidrogen peroksida merupakan suatu bahan yang dapat menghasilkan radikal
bebas, HO2* + O* yang sangat reaktif. Pada proses pemutihan gigi, hidrogen
peroksida berdifusi melalui matriks organik email dan dentin. Radikal bebas
bermuatan merupaka radikal yang tidak stabil dan akan bereaksi dengan molekul
organik atau radikal bebas lainnya terutama molekul-molekul zat warna di dalam
gigi setelah zat warna dirusak sehingga terjadi efek pemutihan (Feinman, 1987;
Goldstein and Garber, 1995).
BAB IV
TEHNIK BLEACHING (PEMUTIHAN) GIGI

Bleaching (pemutihan gigi) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bleaching
secara eksternal yang dilakukan pada gigi vital yang mengalami perubahan warna
dan bleaching secara internal, dilakukan pada gigi non vital yang telah dirawat
saluran akar dengan baik.
Tehnik Bleaching secara Eksternal
Pewarnaan pada gigi vital biasanya disebabkan oleh karena pewarnaan tetrasiklin
dan faktor ekstrinsik, misalnya karena fluorosis atau defek superfisial.
Tehnik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warna karena Tetrasiklin
Bleaching secara eksternal dilakukan pada gigi vital yang berubah warna karena
tetrasillin yang belum parah yaitu gigi berwarna kuning.

Tehniknya bleaching secara eksternal, sebagai berikut (Walton & Torabinejab,


1996) :
1. Bersihkan gigi, lindungi jaringan lunak dengan mengulaskan pasta pelindung
mulut, pasang karet isolator (rubberdam), ikat dengan benang (dental floss) pada
gigi yang akan dirawat.
2. Letakkan sepotong kapas yang telah dibasahi larutan hidrogen peroksida pada
Bagian labial dan palatinal gigi.
3. Pemanasan dilakukan dengan cara memakai lampu reostat controlled
photoflood yang diletakan sekitar 30 cm dari gigi selama 10-30 menit atau dengan
hand-held thermostatically controlled yaitu dengan menempelkan ujung alat ini
pada permukaan gigi yang telah diberi gulungan kapas yang dibasahi dengan
superoxol.
4. Pemutihan gigi dilakukan selama 30-60 detik. Ulangi prosedur ini sebanyak 3
kali.
5. Kapas dilepas, gigi dibilas dengan air hangat, buka ikatan dental floss, lepaskan
Karet isolator, bersihkan sisa pasta pelindung mulut.
6. Suruh pasien menyikat gigi kemudian lakukan pemolesan.
7. Pasien disuruh datang 1 minggu kemudian, bila belum memuaskan prosedur
bleaching diulang
Bleaching Tehnik Mouthguard
Tehnik ini biasanya dipakai pada perubahan yang ringan, dianjurkan sebagai
tehnik pemutihan di rumah, biasa disebut juga tehnik pemutihan dengan matriks.
Tehnik ini dapat dilakukan pada malam hari saat tidur disebut nightguard vital
bleaching atau dipakai pada siang hari.

Prosedur mouthguard bleaching adalah sebagai berikut (Walton & Torabinejab,


1996) :
1. Pasien diberi penjelasan, lakukan profilaksis, dibuat foto permulaan dan selama
perawatan.
2. Gigi dicetak, dibuat model lengkung rahang dari gips batu. Dua lapis relief die
diulaskan pada bagian bukal cetakan gigi untuk membentuk reservoir bagi bahan
pemutih.
3. Matriks plastik lunak setebal 2 mm dibuat dan dirapikan dengan gunting
sampai 1mm melewati tepi ginggiva.
4. Mouthguard dicoba pada mulut, lalu diangkat dan bahan pemutih dimasukkan
kedalam ruangan dari setiap gigi yang akan diputihkan. Kemudian mouthguard
dipasang atas gigi dalam mulut dan kelebihan bahan pemutih gigi dibuang.
5. Pasien harus dibiasakan menggunakan prosedur ini, biasanya 3-4 jam sehari
danbahan pemutih diisi kembali setiap 30-60 menit.
6. Perawatan dilanjutkan selama 4-24 minggu, pasien diperiksa setiap 2 minggu.

Tehnik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warng karena Fluorosis
Untuk memperbaiki pewarnaan karena fluorosis ini, cara yang lebih efektif adalah
tehnik asam hidroklorik-pumis yang terkontrol atau disebut tehnik pumis asam.
Sebetulnya cara ini bukan cara pemutihan gigi murni (oksidasi), melainkan suatu
tehnik dekalsifikasi dan pembuangan selapis tipis email yang berubah warna
(Walton &Torabinejab, 1996)
Tehnik Bleaching secara Internal (Intrakoronal)
Pemutihan gigi secara intrakoronal dilakukan pada gigi yang telah dirawat
Endodontik dengan baik. Metode bleaching yang umum dilakukan untuk gigi ini
adalah tehnik walking bleach, termokatalitik dan kombinasi.
Tehnik Walking Bleach
Tehnik ini memakai campuaran superoxol dan natrium perborat, prosedurnya
adalah sebagai berikut (Grossman, 1998; Walton & Torabinejab, 1996) :
1. Jaringan sekitar gigi yang akan dirawat dilindungi dengan vaselin.
2. Isolasi gigi dengan karet isolator (rubberdam).
3. Kamar pulpa dan tanduk pulpa dibersihkan, kemudian dentin bagian
labial dalam kamar pulpa dikurangi 0,5 mm dengan bor kecepatan
rendah.
4. Kurangi gutaperca dengan plugger panas sebanyak 2 mm ke arah apikal.
5. Daerah orifis ditutup dengan semen seng oksida eugenol setebal 1 mm.
6. Bersihkan kamar pulpa dengan xylene atau isopropil alkohol 70 %,
Kemudian keringkan dengan aliran udara. Menurut Hyess (1986) dapat
juga dipakai asam fosfat 37 % yang dioleskan dalam kamar pulpa
selama 1 menit, kemudian bilas dengan air dan keringkan.
7. Letakkan pasta campuran natrium perborat dengan superoxol di dalam
kamar pulpa, tekan dengan kapas ke arah dinding labial kemudian tutup
dengan tumpatan sementara seng oksida eugenol.
8. Kujungan berikutnya dilakukan 3-7 hari kemudian. Bila pemutihan gigi
Belum berhasil, ulangi prosedur di atas, tetapi bila sudah berhasil,
bersihkan gigi kemudianlakukan tumpatan tetap dengan resin komposit.

Tehnik Kombinasi
Tehnik kombinasi ialah cara bleaching yang menggabungkan tehnik walking
bleach dengan tehnik termokatalitik secara bergantian, sehingga hasilnya lebih
cepat dan memuaskan.Prosedur tehnik kombinasi adalah langkah pertama sama
dengan tehnik termokatalitik, setelah dilakukan pemanasan, kapas yang telah
dibasahi hidrogen peroksida dalam kamar pulpa dikeluarkan lalu gigi dikeringkan.
Kemudian pasta hasil pencampuran superoxol dengan bubuk natrium perborat
diletakkan dalam kamar pulpa.

Tindakan selanjutnya seperti tehnik walking bleach (Walton & Torabinejab,


1996).
Tehnik Foto Oksidasi Ultra Violet
Lampu ultraviolet diletakkan pada permukaan labial gigi yang akan diputihkan.
Cairan hidrogen peroksida 30-35 % diletakkan di dalam kamar pulpa dengan
kapas, lalu disinari dengan lampu ultraviolet selama 2 menit. Diduga hal ini
mengakibatkan penglepasan oksigen sama denga
n pemutihan tehnik
termokatalitik. Cara ini kurang efektif dibandingkan dengan tehnik walking
bleach serta memerlukan waktu yang lebihbanyak (Walton & Torabinejab, 1996).
BAB V
KESIMPULAN

Proses bleaching (pemutihan) gigi, merupakan suatu tindakan yang cukup efektif
dan sederhana dalam menanggulangi perubahan warna gigi, baik pada gigi vital
maupun pada gigi non vital yang telah dirawat endodontik.
Sebaiknya dokter gigi mempertimbangkan cara bleaching yang mana yang akan
dikerjakan untuk memutihkan gigi sesuai dengan indikasinya sehingga akan
memberikan hasil yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Feinman R.A. et all. 1987. Bleaching Teeth. Chicago, London, Berlin, Tokyo, Sao
paulo,Hongkong : Quintessence Publishing Co., Inc.

Goldstein, R.E. and Garber D.A 1995. Complete Dental Bleaching. Chicago,
Berlin,London, Sao Paulo, Moscow, Prague, Warsaw : Quintessence Publishing
Co.,Inc.
Grossman, L.I. et all, 1998. Endodontic Practice. Eleventh Edition. Philadelphia,
Pennsylvania, U.S.A : Lea & Febiger.

Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Cetakan I. Jakarta : Widya


Medika.

Walton, R. & Torabinejab, M. 1996. Principles and Practice of Endodontics.


Second Edition. Philadelphia : W.B. Saunders Co.

Anda mungkin juga menyukai