PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Talipes equinovarus (club foot) adalah keadaan kaki yang bersifat abnormal dan
congenital yang di tandai dengan kedua / salah satu kaki berputar kedalam, equines / plantar
cflexi ankle joint, inverse dan adduksi pada subtaloid & midtarsal joint. Club foot ini terbagi
atas 2 tipe yaitu : tanpa kelainan tulang dan atrogen, diikuti dengan kelainan tulang mal posisi
sendi dan gangguan soft tissue.
Club foot merupakan kelainan lahir dengan ciri kaki bayi menunjuk kebawah dan
berputar kedalam. Secara klinis hal ini bias ditunjukan dengan rotasi tungkai ke bawah kea
rah dalam hingga anak berjalan dengan bagian ambil tindakan luar kaki. Kasus ini terjadi
karena kurang sempurnanya pembentukan di trismestre pertama. Terjadilah kompresi dalam
kandunag maupun kelainan otot dan sendi. Keadaan seperti ini akan jauh lebih baik jika
dideteksi dan ditangani sejak dini. Pasalnya untuk kelainan kaki seperti ini bisa ditangani
sejak baru lahir seperti dengan melakukan serial manipulasi dan tapping per minggu selama
dua bulan atau denagn cara digips kurang lebih 1-2 minggu selama 2-3 bulan. Setelah
terkoreksi barulah hold dengan sepatu terbalik atau splint. Sementara operasi untuk
mengembalikan posisi kaki anak ke tempat yang seharusnya, bukanberarti tidak ada
kemungkinan komplikasi. Bisa saja anak mengalami komplikasi berupa under atau koreksi,
kaku dan nyeri, hingga recurrency atau kambuh sampai usia 10 tahun.
Seperti yang dikatakan ferry, keadaan ini bisa di sebabkan kelainan lahir (
hemihipertrofi, DDH, PFFD ) kelumpuhan ( Folio ), infeksi,tumor, injuri ( setelah patah
tulang ). Dampak jangka panjangnya kelak anak akan mengalami kesulitan berjalan,
scoliosis, hingga nyeri pungguang bawah. Untuk kasus ini biasanya tidak perlu diambil
tindakan jika perbedaan panjangnya kurang dari 2 cm karena tidak akan terlalu berpengaruh
saat anak jalan dan tidak akan terlihat. Sementara jika perbedaanya 2-5 cm anak akan
dikenakan shoe lift, sedangkan apa bila perbedanya lebih dari 5 cm mau tidak mau ini akan
dilakukan operasi leg lethening /shortening / epiphysiodesis yakni dengan memotong tulang
yang lebih panjang.
1
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang tersebut penulis dapat merumuskan maslah sebagai berikut :
3. Apa peran fisioterapi dan modalitas apayang dapat dibeikan pada kondisi
tersebut?
C. Tujuan masalah
3. Untuk mengetahui peran fisioterapi dan modalitas apayang dapat dibeikan pada
kondisi tersebut?
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
Cuboid
Navikulare
Kelima tulang tersebut membentuk persegi empat ireguler dengan dasar medial dan a
peks lateral. 3 cuneiforme dan bagian anterior cuboid serta naviculare dan bagian belakangtul
ang cuboid membentuk suatu garis.
c. Forefoot (segmen anterior)
Bagian ini terdiri dari:
metatarsal: I, II, III, IV, V
4
Articulatio talonavicularis
Articulatio calcaneocuboid, yang diperkuat oleh:
Pars calcaneocuboid lig. bifurcati di medial
Lig. calcaneocuboid dorsalis di sebelah dorsal
Lig. calcaneocuboid di sebelah plantar
Gerak sendi ini:
Rotasi kaki sekeliling aksis, memperluas inversi dan eversi art. Talotarsalis
d.Artikulatio tarsometatarsal (Lisfranc)
Adalah sendi diantara basis os metatarsal IV dengan permukaan sendi distal pada oscuneif
ormis I-III. Rongga sendi ada 3 buah, yaitu:
Diantara os metatarsal I dan cuneoformis I
Diantara os metatarsal II dan III dengan cuneiformis II dan III
Diantara os metatarsal IV dan V dengan cuboid
Ligamentum pengikatnya adalah:
Lig. Tarsi plantaris, Lig. Tarsi dorsalis, Ligg. Basium os metatarsal dorsalis, interosea da
n plantaris
e.Articulatio metacarpofalangeal
Ligamen pengikatnya adalah lig. collateralia pada kedua sisi tiap sendi
Gerak sendi ini:
Fleksi-ekstensi sendi metacarpal, abduksi-adduksi sendi metacarpal
f.Artculatio interfalangea
Ligamen pengikat: lig. colateral di sebelah plantar pedis
Gerak sendi ini:
Fleksi-ekstensi interfalang, abduksi-adduksi interfalang
5
pada angkle (pergelangan kaki), inversi/ varus pada sendi subtalar (tungkai) dan adduksi pada
kaki depan (Koswal & Natarajam, 2005).
Sedangkan menurut Cahyono (2008), CTEV adalah kelainan kongenital tulang seh
ingga terjadi fiksasi kaki pada posisi adduksi, supinasi dan varus. Tulang calcaneus, navicula
r dan cuboid terrotasi ke arah medial terhadap talus, dan tertahan dalam posisi adduksi serta i
nversi oleh ligamen dan tendon. Sebagai tambahan, tulang metatarsal pertama lebih fleksi ter
hadap daerah plantar.
Dari pengertiandi atas dapat kita simpulkan bahwa CTEV adalah kelainan kongeni
tal tulang yang ditandai dengan fleksi pada tulang talus, sehingga tumit menjadi lebih tinggi d
an terjadi deviasi ke arah medial. Kelainan ini mengakibatkan pasien tidak dapat berdiri deng
an telapak kaki yang rata menapak tanah, tumit terbalik, dan kaki depan bengkok.
2. Atypical Clubfoot
Clubfoot jenis ini biasanya diartikan sebagai penyakit lain. Dengan ponsenti manajemen mas
lah yang timbul biasanya sulit dikoreksi. Yang dimasukkan dalam kategori ini antara lain:
6
a. Rigid atau Resistant atypical clubfoot dapat kurus atau gemuk. Kasus dengan kaki yang
gemuk lebih sulit ditangani. Kaki tersebut umumnya kaku, pendek, gemuk dengan lek
ukan kulit yang dalam pada telapak kaki dan dibagian belakang pergelangan kaki, terd
apat pemendekan metatarsal pertama dengan hiperekstensi sendi metatarsophalangeal.
Deformitas ini terjadi pada bayi yang menderita kaki pengkor saja tanpa disertai kelai
nan yang lain.
b. Syndromic clubfoot Selain kaki pengkor ditemukan juga kelainan kongenital lain. Jadi ka
ki pengkor merupakan bagian dari suatu sindroma. Metode Ponseti tetap merupakan sta
ndar penanganan, tetapi mungkin lebih sulit dengan hasil kurang dapat diramalkan. Has
il akhir penanganan lebih ditentukan oleh kondisi yang mendasarinya daripada kaki pen
gkor nya sendiri.
c. Tetralogic clubfoot seperti pada congenital tarsal synchondrosis.
d. Neurogenic clubfoot, berhubungan dengan kelainan neurologi seperti meningomyelocele.
e. Acquired clubfoot, seperti pada Streeter dysplasia. (Helmi, 2012)
7
e. defek plasma sel primer
Irani & Sherman telah melakukan pembedahan pada 11 kaki dengan CTEV dan 14 kaki norm
al. Ditemukan bahwa pada kasus CTEV leher dari talus selalu pendek, diikuti rotasi bagian an
terior ke arah medial dan plantar. Mereka mengemukakan hipotesa bahwa hal tersebut dikare
nakan defek dari plasma sel primer.
8
F. Manifestasi klinis CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)
1. Pergelangan kaki jinjit, telapak kaki dan bagian depan kaki menghadap ke arah dalam.
2. Tumit kecil, teraba kosong dan lunak.
3. Colum tulang talus mudah diraba.
4. Mata kaki bagian dalam sulit diraba.
5. Bagian pangkal kaki berputar ke dalam, lengkung kaki tinggi (cavus).
6. Tulang kering seringkali mengalami perputaran kearah dalam.
Derajat keparahan ditentukan oleh derajat displacement tulang-
tulang kaki, sedangkan resistensi terhadap koreksi ditentukan oleh rigiditas dari kontraktur jar
ingan lunak.
9
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
b. Identifikasi Pasien
1. Anamnesis Umum
Nama : Safran
Umur : 1 Tahun
TTL : 30 oktober 2016
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : BTP
2. Anamnesis Khusus
Keluhan utama : kaki varus
Letak keluhan : kaki kanan
Keluhan dimulai : sejak lahir
Penyebab : tidak tahu
Riwayat kehamilan Ibu
a) Keadaan ibu saat hamil : sehat
b) Hamil pada usia : 33 tahun
c) Anak ke :2
Riwayat persalinan Ibu
a) Keadaan saat lahir : kaki kanan abnormal
b) Proses persalinan : sesar
c) Berat badan saat lahir : 2,5 gram
d) Usia kandungan saat melahirkan : cukup bulan (9 bulan)
RPP (Riwayat Perjalanan Penyakit ) : saat lahir kaki kanan beputar kedalam
jika dikoreksi akan kembali ke posisi semula setelah beberapa hai kemudian kaki
pasien di gips 1 kali. Pada usia 6 bulan pasien di terapi namun sempat berhenti
sehinga gejala makin bertambah kaki sulit di posisikan terasa keras/tegang pada
otot-otot bagian medial
3. Inspeksi
Knee – ankle berputar ke arah dalam
Equinus ankle
Hind foot varus
10
Bayi berjalan dengan anklenya atau bagian luar kaki
Bayi menggunakan AFO
4. Orientasi tes
Belum bisa berdiri
5. Palpasi
Suhu normal
Hipotonus
6. Pemeriksaan fungsi
Pemeriksaan gerakan pasif regio ankle
Dorsi ankle : terbatas (kontraktur)
Plantar ankle : terbatas, gerakan ke arah inversi
Inversi : posisi akhir
Eversi : terbatas
Hasil : terbatas
Pemeriksaan gerakan aktif dan TIMT
Hasil : tidak bisa dilakukan karna bayi (pasien) belum mengerti apa yang
diperintahkan
7. Pemeriksaan spesifik
Kontraktur / daya ulur otot
M. Tibialis posterior
M. Soleus
M. Gastronemius
M. Fleksor digitorum
Group adduktor Mid tarsal
Hasil : kontraktur
Antropometri
Foot / thigh ankle
Leg lengh
Body weight, body lenght and knee and ankle diameter
Hasil : terbatas
Pemeriksaan tambahan
Foto polos (x-ray )
11
Hasil : kaki terlihat berputar kedalam
8. Diagnosa fisioterapi
Gangguan aktifitas fungsional berjalan akibat CTEV (Congenital Equino Varus)
9. Problematika fisioterapi
Anatomi impairment : Adanya hipotonus pada tungkai kanan, adanya
kelemahan pada otot ankle joint, adanya keterbatasan lingkup gerak sendi
pada ankle joint
Functnal limitation : tidak bisa jongkok berdiri
tidak bisa berdiri
tidak bisa berjalan
Participation resristic : tidak bisa bermain dengan teman sebayanya
12
b) Ibu jari 1 tangan berada di atas maleolus medial dan ibu jari tangan
lain di atas naviculare. c) Posisi ini dipertahankan 10 hitungan lalu
dilepas dan diulangi 20-30 kali tiap sesi.
Patterning dari jongkok ke berdiri
Pasien duduk di atas matras, posisi terapis berada di depan pasien. Fasilitasi
half kneeling ke berdiri, pelaksanaanya posisi anak half kneeling sedangkan
terapis kneeling di depan atau di belakang anak dengan pegangan pada pelvis.
Anak diminta untuk memindahkan aba-aba “ayo bungkukkan badannya!”
dilanjutkan dengan “ayo berdiri!” terapis dapat membantu dengan
memberikan sedikit tarikan ke arah depan dan ke atas (ke arah berdiri).
Pertahankan posisi ini untuk beberapa saat. Ulangi 5-8 kali pengulangan.
Pemasangan strapping
Posisi pasien duduk dengan ankle diluruskan supaya rileks dan memudahkan
fisioterapis dalam memasang strapping. Sebelum pemasangan taping pastikan
daerah yang akan diaplikasikan dalam keadaan bersih dan kering supaya
terhindar dari resiko gatal-gatal, dan alergi kulit lainnya.
1) Posiskan terlebih dahulu kaki pasien ke posisi anatomis dengan berlawanan
arah pada kasus CTEV yaitu abduksi, pronasi, eversi + dorsi fleksi ankle.
2) Kemudian pasang rigid tape atau strapping pada 1/3 proksimal tibiofibula
dengan posisi mendatar, pemasangan rigid tape atau strapping untuk coreks
postur ankle di mulai dari bawah malleolus medial ke lateral 1/3 proksimal
tibiofibula di lakukan sebanyak 3 kali, kemudian dari 1/3 proksimal tibiofibula
medial ke 1/3 proksimal tibiofibula bagian medial sebanyak 3 kali
3) Lalu pasang kembali rigid tape atau strapping pada 1/3 proksimal tibiofibula
secara mendatar. Kemudian lakukan pemasanga rigid tape atau strapping
secara sirkuler dari 1/3 proksimal tibiofibula sampai ke metatarsal, tetapi
calcaneus/tumit di bebaskan dari pemasangan rigid tape atau strapping agar
ankle tetap bisa bergerak.
Standing
Pasien duduk di atas matras, posisi terapis berada di depan pasien. Fasilitasi
keseimbangan pada posisi berdiri caranya posisikan anak berdiri di lantai atau
di matras sedang terapis berada di depan atau di belakang anak dengan
pegangan pada bahu kemudian berikan dorongan ke depan, ke belakang atau
ke samping. Latihan ini juga bisa dilakukan di atas tilting board dengan posisi
anak berdiri di atasnya dan terapis menggoyang-goyang ke kanan, ke kiri,
setelah dilakukan tiga kali arah diganti ke depan dan ke belakang.
12. Edukasi
Sebelum pulang ibu bayi diberikan edukasi yaitu selalu memperhatikan posisi
ankle anaknya dan selalu menggunakan AFO pada anaknya
13
13. Evaluasi
Minggu pertama
Pasien mampu berdiri dengan bantuan fisioterapis
Minggu kedua
Pasien mulai bisa berdiri tanpa bantuan fisioterapis
Minggu ketiga
Keseimbangan pasien mulai stabil
Minggu keempat
Pasien mampu berdiri tanpa bantuan fisioterapis walaupun menggunakan
splint
14