Anda di halaman 1dari 5

12/01/2018

Rabies
RABIES DAN EBOLA Definisi Penyebab

Rabies adalah penyakit yang Rabies disebabkan oleh virus


lyssaviruses. Virus ini ditularkan ke
diakibatkan oleh virus yang menyerang
manusia mealui hewan yang
mamalia. Rabies disebabkan oeh
sebelumnya telah terjangkit penyakit
Kelompok 2 lyssavirus, diantaranya virus rabies dan
ini. Seseorang dapat terjangkit rabies
Australian bat lyssavirus. Rabies dapat jika air liur dari hewan rabies tersebut
- Nanda Kurnisari ditularkan dari gigitan oleh hewan yang masuk ke tubuhnya melalui gigitan,
terinfeksi dengan virus rabies bahkan melalui cakaran pun bisa jika
hewan rabies tersebut sebelumnya
- Rizki Saputra
menjilati kuku-kukunya

- Siti Alwanah

Rabies Rabies
STRUKTUR VIRUS RABIES Gejala Gejala infeksi

 Virus rabies berbentuk bulat Gejala infeksi virus rabies pada  Inkubasi
panjang dengan ukuran sekitar  Prodrom
manusia terdiri dari 5 tahap yaitu :
60nm X 180nm  gangguan neurologi akut
 Inkubasi
 terdiri dari ribonukleokaspid yang  koma
 prodrom
melindungi asam nukleat yang  Kematian

terdiri dari RNA untai tunggal  gangguan neurologi akut Masa inkubasi umumnya berkisar antara 30-

degan berat molekul 3.5 X 106  koma 90 hari, tetapi dapat bervariasi antara 5 hari
sampai 2 tahun setelah gigitan pertama
 memiliki selubung luar yang terdiri  kematian
dari dua lapisan lipid dan tonjolan-
tonjolan glikoprotein seperti paku
yang panjangnyya 10nm

1
12/01/2018

Rabies
PEMERIKSAAN FISIK
GEJALA KLINIK
 Periode Neurologis
Gejala klinik mulai muncul selama periode
Pada furious rabies, pasien datang dengan delirium episodik, psikosis,
prodromal, yang seringkali gejalanya tidak
spesifik misalnya gelisah, meronta-ronta, fasikulasi otot, kejang, dan afasia.

 Demam Ketidakstabilan otonom dapat


 malaise dan lesu atau disertai dengan diamati pada furious rabies, dengan gejala yang meliputi:
ganguan pernafasan
Demam Palsy wajah
 batuk dan sesak nafas.
Takikardia Midriasis
 gangguan sistem saraf pusat anatara lain
Hipertens Lakrimasi
(sakit kepala, vertigo, geliah, gugup,
Hiperventilasi Air liur berlebihan
insomnia, mimpi buruk, fotofobia,
peningkatan libido dan depresi, yang Pupil anisokor, dilatasi Keringat
menandakan terjadinya gangguan jiwa dan pupil menetap, neuritis Hipotensi postural
ensefalitis) optik

Rabies Rabies
DIAGNOSIS LABORATORIUM PENGAWASAN DAN PENCEGAHAN
 Kultur virus dan Polymerase Chain Reaction (PCR) Assay
 Binatang peliharaan yang rentan terhadap penyebaran virus rabies terutama
 Saliva: hasil kultur saliva untuk virus rabies positif dengan kadar
kucing dan anjing harus divaksinasi
yang rendah dalam waktu 2 minggu dari onset penyakit.
 Pengobatan yang dapat di berikan setelah terpapar dengan virus rabies adalah
 Cairan serebrospinal: setelah minggu pertama sakit, 80% mencuci bersih dengan larutan antiseptik luka gigitan dan pemberian human
monositosis dapat diamati; tes glukosa protein dan hasil normal. rabies immune globulin (HRIG) dan vaksin rabies
 Jaringan otak: postmortem, pewarnaan secara imunohistokimia atau  Vaksinasi dengan vaksin rabies dapat diberikan pada orang yang beresiko tinggi
pewarnaan antibodi fluoresens bersifat definitif. terhadap paparan virus rabies
 Analisis Gas Darah  Bagi para pekerja yang beresiko tinggi harus selalu diperiksan kadar antibodi
 Alkalosis respiratorik akibat hiperventilasi muncul di fase prodromal terhadap virus rabies dan jika diperlukna dilakukan vaksinasi ulang.
dan awal fase neurologis akut rabies.

2
12/01/2018

Rabies Rabies

PENGOBATAN
PENULARAN
 Ribavirin
 Rabies ditularkan lewat saliv enerita yang mengandung virus, dan terjadi
karena gigitan
 Interferon

 Luka terbuka di kulit atau mukosa menjadi pintu masuk penularan virus  Vaksin human rabies immune globulin (HRIG) atau
 virus dapat pula menulari lewat mukosa pernafasan atau mata bila udara antibodi monoklonal.
mengandung virus.
 Perawatan secara intensif

Ebola Ebola
DEFINISI STRUKTUR VIRUS
 Ebola virus disease (EVD) juga dikenal dengan istilah Ebola  Berbentuk tubular berfilamen,  Genom virus ebola terdiri dari

hemorrhagic fever atau demam berdarah Ebola.Virus ebola namun bisa ditemukan juga RNA untai tunggal berpolaritas
dalam bentuk sirkuler atau negatif dengan panjang 18.959 –
merupakan virus penyebab demam berdarah ebola (DBE)
bercabang. 18.961 pasang basa. Genom viral
yang menyebabkan pendarahan internal masif dan
 Virion berdiameter 80 nm dan mengkode 7 protein struktural
mematikan. Virus ini diduga berasal dari Afrika yang dan 1 protein nonstruktural
memiliki panjang bervariasi
ditularkan dari binatang primate ke manusia. antara 800 – 1000 nm.

3
12/01/2018

Ebola Ebola

PENULARAN

EVD menular melalui darah, muntah, feses, dan


Gambar 5. Struktur virus ebola
cairan tubuh dari manusia pengidap EVD ke manusia lain.
 Ditengah-tengah virion terdapat nukleokapsid berbentuk heliks Virus Ebola juga bisa ditemukan dalam urin dan cairan
sperma.
melindungi genom viral yang terdiri dari RNA yang membentuk
kompleks dengan protein viral NP, VP35, VP30 dan protein L. Virus
ebola juga memiliki tonjolan (spikes) yang terdiri dari glikoprotein
yang terdapat pada selubung luar virus. Diantara selubung viral dengan
nukleokapsid terdapat matriks yang terdiri dari protein viral VP40 dan
VP24

Ebola Ebola
PATOGENESIS VIRUS GEJALA KLINIK
 Tahapan :
Virus Ebola menginfeksi subjek melalui kontak dengan cairan tubuh atau sekret • Influenza like syndrome. Terjadi gejala atau tanda
nonspesifik seperti panas tinggi, sakit kepala,
pasien terinfeksi dan didistribusikan melalui sirkulasi. Fase A artralgia, mialgia, nyeri tenggorokan, lemah
badan, dan malaise.

Sekitar 1 minggu setelah infeksi, virus mulai melakukan replikasi pada sel – sel • Bersifat akut (hari ke 1-6). Terjadi demam
target utama, yaitu sel endotel, fagosit mononuklear, dan hepatosit. persisten yang tidak berespon terhadap obat anti
Fase B malaria atau antibiotik, sakit kepala, lemah badan
yang terus menerus, dan diikuti oleh diare, nyeri
perut, anoreksia, dan muntah.
Virus kemudian mengambil alih sistem kekebalan dan sintesis protein dari sel yang
terinfeksi. • Pseudo-remisi (hari ke 7-8). Selama periode ini
penderita merasa sehat dengan konsumsi makanan
Fase C yang baik. Sebagian penderita dapat sembuh dalam
Kehadiran partikel virus dan kerusakan sel yang dihasilkan menyebabkan pelepasan periode ini dan selamat dari penyakit.
sitokin, yang berhubungan dengan demam dan peradangan.

• Terjadi agregasi (hari ke 9). Pada beberapa kasus


kebocoran darah secara cepat menimbulkan perdarahan internal dan eksternal sampai Fase D terjadi penurunan kondisi kesehatan yang drastis
diikuti oleh gangguan respirasi;
tahap masif

4
12/01/2018

Ebola Ebola
DIAGNOSIS LABORATORIUM PENCEGAHAN
 mengisolasi virus  Teknik ELISA, juga digunakan  Isolasi pasien infeksi Ebola dari pasien lainnya
untuk mendeteksi keberadaan
 mendeteksi genom atau protein virus
antibodi terhadap virus ebola dalam  Mengurangi penyebaran penyakit dari kera dan babi yang
 mendeteksi keberadaan antibodi darah penderita pada tahap infeksi terinfeksi ke manusia.
spesifik dalam darah penderita. lanjut dan tahap pemulihan.
 Menggunakan sarung tangan dan perlengkapan pelindung diri
 Isolasi virus dapat dilakukan dengan sampel :
cara kultur sel, dan cara mendeteksi - darah yang lengkap, dalam hal ini standard precautions
RNA viral dapat dilakukan dengan - bilasan tenggorokan,  Pemeriksaan virus harus dilakukan oleh tenaga yang dilatih
teknik polymerase chain reaction - urin,
khusus dan harus dilakukan dilaboratorium yang memiliki
(PCR). - semen, air mata,
peralatan yang memadai yaitu biosafety level 4.
- dan cairan tubuh lainnya serta kulit.

Ebola
PENGOBATAN DAFTAR PUSTAKA

Perawatan intensif di ruang isolasi khusus perlu  Jayanegara, Andi Putra. 2016. Ebola Virus Disease –
dilakukan untuk penderita demam berdarah ebola. Sampai Masalah Diagnosis dan Tatalaksana. CDK- 243/vol.
saat ini belum ada terapi spesifik yang terbukti efektif, 43, no. 8.
sehingga prinsip penatalaksanaannya berupa terapi suportif.  Rampengan, Novie. 2014. Infeksi Virus Ebola. Jurnal
Biomedik (JBM) – 138/vol. 6, no. 3.

 Subronto. 2010. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba


pada Anjing dan Kucing. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai