LAPORANBARU
LAPORANBARU
DAN
TUJUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Batang tanaman kunyit adalah semu yang berwarna hijau dan keungguan, tinggi
batang mencapai 1,60 meter. Perbungan tanaman ini muncul dari rimpang,
terletak di batang, ibu tangkai bungan berambut kasar dan rapat. Saat kering
memiliki ketebalan mencapai 2-5 mm, panjang 16-40 cm, dauan kelopak
berambut berbentuk lanset dengan panajang 4-8 cm, lebar 2-3,5 cm, berwarna
hijau, berbentuk bulat telur, dan memilili bagian ujung terbelah-belah.
Bentuk bunga tanaman ini majemuk, mahkota berwana putih. Bagian dalam
berupa rimpang yang mempunyai bagian berbeda dengan zingibermwarna bagian
dalam kuning jingga atau pusatnya lebih pucat atau warna tidak jelas.
Kunyit yang memunyai nama latin Curcuma domestica Val. merupakan tanaman yang
mudah diperbanyak dengan stek rimpang dengan ukuran 20-25 gram stek. Bibit
rimpang harus cukup tua. Kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang tata pengairannya
baik, curah hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit
terlindung. Tapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar diperlukan tempat
yang lebih terbuka. Rimpang kunyit berwarna kuning sampai kuning jingga. (Sumiati ,
2004.)
Kerajaan : plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcumadomestica Val.
kandungan farmakologi
Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu miny`k
atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongansenyawa monoterpendan sesquiterpen
Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu miny`k
atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongansenyawa monoterpendan sesquiterpen
(meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone). zat warna kuning yang disebut
kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%,monodesmetoksikurkumin dan
bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga
senyawa kurkuminoid tersebut,kurkumin merupakan komponen terbesar. Sering
kadar total kurkuminoiddihitung sebagai % kurkumin, karena kandungan kurkumin
paling besar dibanding komponen kurkuminoid lainnya. Karena alasan tersebut
beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan pada
kurkumin.(Sumiati , 2004.)
(meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone). zat warna kuning yang disebut
kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%,monodesmetoksikurkumin dan
bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga
senyawa kurkuminoid tersebut,kurkumin merupakan komponen terbesar. Sering
kadar total kurkuminoiddihitung sebagai % kurkumin, karena kandungan kurkumin
paling besar dibanding komponen kurkuminoid lainnya. Karena alasan tersebut
beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan pada
kurkumin.(Sumiati , 2004.)
2. Uji kemurnian
Kemurnian baku
— Senyawa sejenis. Lakukan penetapan dengan cara kromatografi lapis tipis, dst.
— Cemaran secara kromatografi. Cemaran total tidak lebih dari 2,0% dan cemaran
masing-masing tidak lebih dari 0,5%.
— Susut pengeringan. Tidak lebih dari 3,0%, lakukan pengeringan pada suhu 105o selama
2 jam.
Hasil antara yang tidak sempurna dihilangkan pada saat pemurnian atau diubah menjadi
hasil utama.
Saat penyimpanan
Cemaran udara
Tanda kemurnian
Tanda kemurnian dan derajat kemurnian ini sangat sulit dicapai, karena proses
pemurnian dan pemisahan belum tentu tuntas sempurna menghilangkan semua
cemaran/senyawa asing. Sehingga senyawa dimungkinkan masih terdapat sejumlah
“kecil” senyawa asing.
Tingkat/derajat kemurnian
1. Kegunaan dari senyawa tersebut, misalnya pro analisis, pharmaceutical grade, pure,
teknis, dll.
2. Kandungan cemaran yang masih diperkenankan, misalnya kadar air, susut pengeringan,
logam berat, dll.
3. Kandungan bahan aktif/utama, misalnya mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak
lebih dari 101,0% dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Sesuai dengan persyaratan IPTEKS dan keamanan yang lebih ketat, maka derajat
kemurnian bahan akan berubah menjadi ketat lagi, terlebih lagi bagi senyawa yang
digunakan dalam pengobatan.
Pemeriksaan Kemurnian
Derajat kemurnian suatu senyawa dapat dtetapkan melalui uji penetapan kadar senyawa
aktif/utamanya dan atau uji kemurnian.
Uji kemurnian merupakan pengujian kualitatif, semi kuantitatif dan kuantitatif senyawa
asing/cemaran yang masih ada atau diduga ada dalam senyawa yang diuji.
Jumlah senyawa asing/cemaran pada umumnya sangat kecil tetapi berbahaya bagi
kesehatan, oleh karena itu diperlukan suatu metode/prosedur analisis yang sensitif dan
mudah dalam pengamatannya.
Faktor yang Harus diperhatikan untuk mengoreksi kesalahan pengamatan
1. Cemaran Organik
Senyawa asing/cemaran organik dalam zat berasal dari hasil urai, senyawa asam atau basa
bebasnya, senyawa antara, senyawa sejenis atau hasil samping reaksi sintesis atau isolasi
yang tidak sempurna dihilangkan pada saat pemurniannya.
Beberapa senyawa asing bersifat toksis atau memberikan efek yang lain yang berbeda
dengan zat utamanya maka keberadaannya harus diuji untuk menjamin khasiat dan
keamanannya.
Pengujian terhadap adanya senyawa asing dan cemaran dimaksudkan untuk membatasi
senyawa demikian sampai pada jumlah yang tidak mempengaruhi zat pada kondisi
penggunaan biasa.
A. Metode kimia
Pengujian adanya cemaran organik dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi kimia
yang khas dan peka.
Gejala yang diamati adalah hasil reaksi yang dapat diamati: pembentukan warna, endapan
atau tidak terjadi reaksi (“no visual reaction”). Kadang-kadang hasil reaksi dilanjutkan
dengan analisis lanjut untuk dihitung kadarnya.
Pengujian secara kimia sangat sulit karena jenis dan kadarnya sangat sedikit. Di samping
itu sifat reaktivitasnya kadang-kadang sama dengan zat yang diuji.
Contoh :
1. Uji alkaloida lain ( dari kofein).Pada larutan jenuh dingin dalam air, tambahkan 1 ml
larutan kalium tetraiodo hidrargirat (II): tidak terbentuk endapan.
2. Uji kofein, teobromin dan paraxantin (dari teofilin). Kocok 200 mg zat dengan 5 ml kalium
hidroksida encer P atau amonia encer: larutan tetap jernih.
3. 4-aminofenol (dalam parasetamol). Tidak lebih dari 0,005% diukur setelah direaksikan
dengan pereaksi natrium nitroprusida basa, setelah 30 menit warna biru tidak lebih tua
dari larutan pembanding yang mengandung parasetamol dan 4-aminofenol.
B. Uji batas
1. Cemaran senyawa pereduksi: adanya aldehid, keton atau gula dalam suatu bahan obat.
2. Kontaminasi oleh senyawa tidak jenuh.
3. Kontaminasi senyawa peroksida.
4. Kontaminasi metanol dalam etanol
5. Cemaran alkaloida lain
C. Penetapan kuantitatif
• Ketika cemaran/senyawa asing tidak diketahui secara khusus dan uji batas dengan
cara kimia tidak dapat digunakan dalam menunjukkan adanya pencemaran, maka
penetapan kadar cemaran umum dapat dilakukan.
ž Misalnya: Senyawa barbiturat larut seperti Natrium barbiturat harus diuji adanya bahan
yang tidak larutnya yaitu senyawa asam barbiturat. Pengujian dilakukan dengan cara
melarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu: seharusnya terbentuk larutan jernih
tidak boleh ada partikel yang tidak melarut.
ž Bahan yang tidak melarut dapat diukur kadarnya dengan cara filtrasi, endapan yang
tersisa di atas filter ditimbang setelah dikeringkan.
— Sebagian besar bahan berupa senyawa hidrat atau mengandung air dalam bentuk
terserap. Oleh karena itu penetapan kadar air penting untuk memenuhi standar.
— Jika bahan mengandung air hidrat, dapat digunakan metode titrimetri (Titrasi Karl
Fischer), metode distilasi azeotropi atau metode gravimetri (lihat kuliah AFA).
Susut Pengeringan
• Merupakan jumlah bahan yang dapat menguap pada pengeringan dalam oven 105o.
• Kalau bahan yang menguap pada pengujian itu hanyalah air, maka susut pengeringan
akan sama dengan kadar airnya.
• Tetapi kalau tidak sama, maka berarti ada komponen lain dalam zat yang menguap
pada 105o tersebut.
ž Tara botol timbang dangkal dengan tutupnya yang telah dikeringkan selama 30 menit
pada kondisi percobaan.
1. Masukkan zat uji kedalam botol timbang tersebut dan timbang seksama botol beserta
isinya (kurang lebih 1 – 2 g zat), perlahan-lahan permukaan zat diratakan sehingga
merupakan tumpukan setinggi 5 – 10 mm.
2.Masukkan ke dalam oven pengering, buka tutupnya dan biarkan didalam oven lalu
dikeringkan pada suhu (+2) dan selama waktu yang telah ditetapkan monografi.
3. Pada saat oven dibuka, segera botol ditutup dan keluarkan dari oven dan masukkan ke
dalam desikator sampai suhunya mencapai suhu kamar.
4.Timbang botol beserta isi dan tutupnya hingga bobot tetap. Susut pengeringan dapat
dihitung dari selisih bobot zat sebelum dan sesudah dikeringkan.
Sisa pemijaran
1. Senyawa yang menguap sempurna pada saat pemijaran tanpa ada residu.
2. Senyawa yang terdekomposisi pada saat pemijaran dan meninggalkan residu (hasil
dekomposisinya)
3. Senyawa yang dikontaminasi oleh cemaran anorganik yang akan meninggalkan residu
pada saat pemijaran (berupa logam oksida).
• Tara krus platina atau silika yang telah dipijar selama 1 jam pada kondisi percobaan.
• Teteskan 1 ml asam sulfat pekat dan panaskan lagi sampai asap putih menghilang.
• Keluarkan krus dari tanur, masukkan dalam desikator dan dinginkan sampai suhu
kamar.
• Timbang hingga bobot tetap. Sisa pemijaran merupakan selisih bobot krus setelah
dipijar dengan bobot krus kosong.
1. Bilangan Asam
2. Bilangan Penyabunan
3. Bilangan Ester
4. Bilangan Hidroksil
5. Bilangan iodida
Metode spektrofotometri
Pengujian adanya cemaran organik dalam senyawa obat dapat dilakukan berdasarkan
pada pengukuran serapan di daerah UV atau VIS, atau kadar cemaran setelah direaksikan
dengan suatu pereaksi yang spesifik.
Kadar p-Aminofenol bebas dalam Parasetamol: Masukkan 5,0 g zat ke dalam labu takar
100,o ml, larutkan dalam 75 ml campuran metanol-air (1:1), tambahkan 5,0 ml larutan
natrium nitroprusida basa. Encerkan dengan campuran metanol-air (1:1) hingga tanda.
Biarkan selama 30 menit. Ukur serapan larutan ini dan larutan p-aminofenol yang dibuat
dengan cara yang sama pada 710 nm. Menggunakan 5,0 ml larutan natrium nitroprusida
basa sebagai blangko.
4. Penetapan kadar senyawa utuh/bebasnya.
Betametason bebas: Tidak lebih dari 1,0%. Larutkan 25,0 mg dalam air 25,0 ml.
Pindahkan 5,0 ml larutan ke dalam corong pisah, ekstraksi tiga kali masing-masing dengan
25 ml kloroform. Kumpulkan sari dan uapkan serta residunya dilarutkan dalam metanol
hingga 25,0 ml. Ukur serapan pada 239 nm. Hitung Betametason bebas dengan rumus=
3,25 A.
Metode Kromatografi
1. Di mana struktur cemaran diketahui. Cemaran yang dimaksud merupakan hasil urai atau
senyawa utuhnya. Beberapa Farmakope telah mencantumkan cemaran-cemaran yang
dimaksud (lihat BP dan USP).
2. Di mana struktur cemaran belum diketahui strukturnya, masih prakiraan saja belum
sempurna dinyatakan. Biasanya zat yang berasal dari alam (tumbuhan dan fermentasi)
Uji batas dengan KLT berdasarkan pada uji pembandingan kromatogram larutan pekat
bahan yang diuji dengan larutan encer cemaran yang telah diketahui.
Intensitas dari bercak dari cemaran pada kromatogram bahan yang diuji dibandingkan
dengan intensitas bercak cemaran pada lempeng yang sama.
Bercak cemaran pada larutan bahan yang diuji tidak boleh seintensif bercak pada
larutan cemaran pada kromatogram yang sama.
Contoh:
Fase diam : silika gel/tanah silika yang telah dicuci dengan asam HCL disuspensikan
dalam poliglikol 400 dalam gliserol dan Na EDTA 0,1 N pH 7 lalu dibuat lapis tipis diatas
lempeng kaca. dan dibacam dalam larutan amonium klorida P.
Fase gerak: Campuran Na EDTA pH 7, etil asetat, kloroform dan aseton (1:1:3).
Hasil amatan: Kecuali bercak utama terdapat bercak yang tidak lebih intensif dari
bercak baku cemaran.
Pada FI IV, prosedur bukan KLT tetapi kromatografi kolom dengan sistem yang mirip
(lihat <311>, hal 926).
Bercak yang dibuat dari 5 μL larutan 1% hidrokortison asetat dan bercak lain pada
lempeng yang sama 5μL larutan 0,01% hidrokortison, lempeng dikembangkan dalam
bejana yang berisi campuran metilenklorida-eter-metanol-air (77:15:8:1,2). Bercak
diamati di bawah lampu UV.
Hasil kalau intensitas bercak analit lebih kuat daripada bercak cemaran, maka zat uji
tidak memenuhi syarat uji batas. Batas yang dipersyaratkan adalah [0,01/1] x 100 = 1%
hidrokortison yang masih boleh ada dalam bahan baku hidrokortison asetat.
• Untuk mengujinya dilakukan penotolan bercak dari larutan pekat dan larutan yang
encer (hasil pengenceran tertentu).
• Misalnya uji kodein hasil ekstraksi dari poppy opium, dibuat bercak 10μL larutan
4,0% kodein, 0,06% kodein (larutan 2) dan 0,04% kodein (larutan 3). Lempeng
dikembangkan dalam bejana berisi campuran etanol-siklohexan-amonia 13,5% (72:30:6).
Bercak disemprot dengan larutan Dragendorff.
• Hasil amatan: Tidak boleh ada bercak kedua selain bercak utama yang lebih intensif
dari bercak larutan 2. Tidak boleh ada bercak selain bercak kedua yang mempunyai Rf
lebih besar dari bercak larutan 3.
• Uji cemaran umum yang tertera pada monografi digunakan untuk menilai profil
cemaran suatu bahan. Uji cemaran tersebut menggunakan KLT<481>, hal 947.
• Diuji dengan kromatografi gas. FI IV memuat prosedur uji cemaran senyawa organik
mudah menguap <471>, hal 943.
• Metode khusus yang digunakan dan jenis metode yang diperlukan diuraikan di dalam
masing-masing monografi.
• Yang termasuk cemaran mudah menguap adalah antara lain pelarut organik dan gas
yang digunakan dalam pembuatan bahan baku atau proses pembuatan sediaan dan
sterilisasi atau cemaran hasil urai bahan baku.
ž Headspace analysis, Dalam prosedur ini sampel ditempatkan dalam vial yang bertutup
karet kuat bersama-sama pelarut yang tidak menguap misalnya air. Vial dipanaskan dan
dikocok hingga setimbang dan sebuah alat suntik diinjeksikan ke dalam vial tsb lalu
disedot sejumlah 1 ml gas yang ada di atas campuran tsb. Kemudian diinjeksikan ke
kromatograf gas.
Kemurnian kromatografi
• Uji dengan KCKT dapat dilakukan dengan dua cara yaitu prosedur di mana cemaran
belum diketahui strukturnya dan prosedur dimana cemaran sudah diketahui prosedurnya
Klasifikasi Ilmiah
Kunyit yang memunyai nama latin Curcuma domestica Val. merupakan tanaman yang
mudah diperbanyak dengan stek rimpang dengan ukuran 20-25 gram stek. Bibit
rimpang harus cukup tua. Kunyit tumbuh dengan baik di tanah yang tata pengairannya
baik, curah hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di tempat yang sedikit
terlindung. Tapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar diperlukan tempat
yang lebih terbuka. Rimpang kunyit berwarna kuning sampai kuning jingga. (Sumiati ,
2004.)
Kerajaan : plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcumadomestica Val.
kandungan farmakologi
Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu miny`k
atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongansenyawa monoterpendan sesquiterpen
Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu miny`k
atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongansenyawa monoterpendan sesquiterpen
(meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone). zat warna kuning yang disebut
kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%,monodesmetoksikurkumin dan
bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga
senyawa kurkuminoid tersebut,kurkumin merupakan komponen terbesar. Sering
kadar total kurkuminoiddihitung sebagai % kurkumin, karena kandungan kurkumin
paling besar dibanding komponen kurkuminoid lainnya. Karena alasan tersebut
beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan pada
kurkumin.(Sumiati , 2004.)
(meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone). zat warna kuning yang disebut
kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%,monodesmetoksikurkumin dan
bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga
senyawa kurkuminoid tersebut,kurkumin merupakan komponen terbesar. Sering
kadar total kurkuminoiddihitung sebagai % kurkumin, karena kandungan kurkumin
paling besar dibanding komponen kurkuminoid lainnya. Karena alasan tersebut
beberapa penelitian baik fitokimia maupun farmakologi lebih ditekankan pada
kurkumin.(Sumiati , 2004.)
Spektrofotometri
Pengertian Spektrofotometri
Spektrum absorbsi dalam daerah-daerah ultra ungu dan sinar tampak umumnya
terdiri dari satu atau beberapa pita absorbsi yang lebar, semua molekul 4 dapat menyerap
radiasi dalam daerah UV-tampak. Oleh karena itu mereka mengandung electron, baik
yang dipakai bersama atau tidak, yang dapat dieksitasi ke tingkat yang lebih tinggi.
Panjang gelombang pada waktu absorbsi terjadi tergantung pada bagaimana erat
elektron terikat di dalam molekul. Elektron dalam satu ikatan kovalen tunggal erat
ikatannya dan radiasi dengan energy tinggi, atau panjang gelombang pendek, diperlukan
eksitasinya (Wunas,2011)
Spektrofotometer UV-Vis
Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling popular
digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sampel berwarna
juga untuk sampel tak berwarna seperti senyawa organik yang berdasarkan transisi atau
dan karena itu memerlukan kromofor di dalam molekulnya. Transisi ini terjadi dalam
daerah spektrum kira – kira 200-700 nm.
No Vial Nilai Rf
Metode KLT-2D terjadi jika terdapat reaksi antara dua eluen, dan
penyimpangan dari garis diagonal dapat diamati setelah elusi kedua. Untuk KLT
dua dimensi, disiapkan alat dan bahan, dilarutkan ekstrak dengan etanol, lalu
ditotolkan pada lempeng yang sudah diaktifkan dibuat perbandingan eluen, eluen
yang digunakan adalah kloroform : metanol (9:1). Kemudian dielusi hingga batas
atas, setelah mencapai batas atas dikeluarkan dan dikeringkan. Setelah itu lempeng
diputar 90°. Tujuan dari pemutaran lempeng 90° adalah agar memperpanjang jarak
lintasan noda untuk memperoleh senyawa tunggal. Setelah itu, dimasukkan kembali
lempeng kedalam chamber dengan menggunakan perbandingan eluen kedua, 5:1.
Setelah mencapai batas atas dikeluarkan dan dikeringkan. Dilihat noda yang tampak
pada UV 254 dan 366 nm.
Jika pada pengamatan menunjukkan bahwa pada kedua proses elusi yang
dilakukan terdapat satu bercak tunggal, maka dapat dikatakan bahwa bercak
tersebut merupakan senyawa tunggal, namun hasil praktikum tidak mendapatkan 1
noda melainkan 2 noda yang mengindikasikan bahwa sampel tersebut masih belum
murni karena kemungkinan mengandung lebih dari 1 senyawa. Warna noda yang
dihasilkan pada plat yaitu warna merah muda dan biru keunguan. Terbentuknya dua
noda tersebut dikarenakan senyawa yang dikerok pada KLT preparatif
kemungkinan bukan hanya senyawa flavonoid saja, tetapi terdapat senyawa lain.
Pada praktikum ini tidak didapatkan senyawa murni hal ini dapat
dikarenakan pada saat pengerokan sampel pada KLTP masih ada senyawa yang
terkerok, maka dari itu perlu untuk dilakukan pemisahan kembali sampai senyawa
yang diinginkan benar-benar murni.
KESIMPULAN