Anda di halaman 1dari 14

LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa

Judul : LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH (HDR)

Nama : Ratna Wulandari


NIM : 149012018047

MENYETUJUI

CI Akademik CI Lahan
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH (HDR)

Oleh:

Ratna Wulandari
NIM 149012018047

PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU
2018/2019
A. MASALAH UTAMA : HARGA DIRI RENDAH
1. Pengertian
a. Harga diri (self esteem) merupakan salah satu komponen dari konsep diri. Harga
diri merupakan penilaian pribadi berdasarkan seberapa baik perlaku sesuai
dengan ideal diri (Stuart, 2009). Penentuan harga diri seseorang diperoleh dari
diri sendiri dan orang lain (dicintai, dihormati, dan dihargai) yang timbul sejak
kecil dan berkembang sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri yang tinggi
adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai
seorang yang penting dan berharga. Seseorang yang sering mengalami
keberhasilan akan dapat meningkatkan harga dirinya, disamping itu seseorang
akan menurun harga dirinya apabila orang tersebut sering mengalami kegagalan,
tidak dicintai dan tidak diterima di lingkungannya. Harga diri rendah terkait
dengan hubungan interpersonal yang buruk yang berisiko mengalam depresi dan
skizofrenia. Harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat
terjadi secara situasional atau kronis
b. Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama
(NANDA, 2011)
c. Menurut Depkes RI, (2000), individu cenderung menilai dirinya negatif dan
merasa lebih rendah dari orang lain. Penilaian negatif dan perasaan rendah diri ini
dapat mempengaruhi semua aspek dari hidup kita yaitu dapat menambah rasa
takut (yang menyebabkarn kita harus menghindari), membuat kita berespon
terhadap seseorang yang dicintai dengan rasa marah dan depensif, menerima
disolasi, tidak sanggup mendapat kritikan/serangan dan dapat juga mempengaruhi
kesehatan fisik yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan atau peningkatan
tekanan darah.
d. Harga diri rendah merupakan komponen episode depresi mayor, dimana aktivitas
merupakan bentuk hukuman atau punishment. (Stuart dan Laraia, 2005:Stuart,
2009)
e. Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya
diri dan harga merasa gagal mencapai keinginan. (Keliat, 2010)
2. Komponen Konsep Diri
Menurut Stuart (20090) konsep diri terdiri t atas komponen-komponen berikut ini :
a. Citra tubuh
kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya .
Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi,
penampilan, dan potensi. Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan
dengan persepsi dan pengalaman baru
b. Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku terhadap standar,
aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.
c. Harga diri
Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis
seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah
perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun
melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai seorang
yang penting dan berharga.
d. Performa peran
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan
dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan
adalah peran yang dijalani dan seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang di
ambil adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu
e. Identitas pribadi
Prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan,
kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Prinsip tersebut sama artinya
dengan otonomi dan mencakup persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan
identitas dimulai pada masa bayi dan teus berlanjut kehidupan, tetapi merupakan
tugas utama pada masa remaja.

3. Rentang Respon
Adaptif Maladaptive

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonal


diri positif rendah identitas isasi
a. Aktualisasi diri
Pernyataan tentang konsep diri dengan yang positif dengan latar belakang
pengalaman sukses.
b. Konsep diri positif
Pasien mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya, dapat
mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai sesuatu
masalah sesuai dengan norma-norma sosial dan kebudayaatn suatu tempat jika
menyimpang ini merupakan respon adaptif
c. Harga diri rendah
Transisi antara adaptif dan maladaptif, sehingga individu cenderung berfikir
kearah negatif,
d. Kerancuan identitas
Kegagalan individu mengintegrasikan aspek - aspek masa kanak - kanak ke
dalam kematangan aspek psikologis kepribadian pada masa dewasa secara
harmonis
e. Depersionalisasi
Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan
dengan kecemasan, kepanikan dan tidak dapat membedakan dirinya dari orang
lain sehingga mereka tidak dapat mengenal dirinya.

B. Proses Terjadinya Masalah


Seseorang yang sering mencapai tujuan secara langsung mempengaruhi perasaan untuk
kemampuan (harga diri tinggi) atau ketidakmampuan (harga diri rendah). Harga diri
tinggi merupakan dasar mutlak terhadap penerimaan diri, meskipun melakukan
kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai seseorang yang penting dan
berharga. Hal ini meliputi penerimaan secara komplek terhadap hidup seseorang. Harga
diri (Stuart & Larala, 2005; Stuart, 2009) berasal dari dua sumber utama yaitu diri sendiri
dan orang lain.
Faktor yang mempengaruhi harga diri yang berasal dari dirí sendiri seperti kegagalan
yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis. Sedangkan yang berasal dari orang lain
adałah penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik Harga diri ini didapat
ketika seseorang merasa dicintai, dihormat dan ketika seseorang dihargai dan dipuji.
Suliswati (2002) mengatakan bahwa individu akan merasa harga dirinya tinggi bila
sering mengalami keberhasilan, disamping itu harga diri yang tinggi merupakan hasil
dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Sebaliknya individu
akan merasa harga dirinya rendah bila mengalami kegagalan, tidak dicintai dan tidak
diterima. Perkembangan harga diri seseorang sejalan dengan perkembangan konsep diri,
dimana konsep diri seseorang menurut Stuart, (2009) tidak terbentuk waktu lahir tetapi
sering lingkungan dalam dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dirinya
sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas dunia.

1. Faktor Predisposisi
Proses terjadinya harga diri rendah kronis juga di pengaruhi beberapa faktor
predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial dan kultural.
a. Faktor biologis
1) Neuroanatomi
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada pasien depresi dan
skizoprenia sehingga harga diri rendah kronis.
2) Neurotransmiter
Ketidakseimbangan neurotransmitter di otak. Neurotransmiter adalah kimiawi
otak yang diuansmisikan oleh satu neuron ke neuron lain (Stuart & Laraia,
2005)
b. Faktor Psikologis
Harga diri rendah sangat berhubungan dengan pola asuh dan kemämpuan
individu menjalankan peran dan fungsi. Penilaian individu terhadap diri sendiri
karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran, termasuk dalam harga diri
rendah situasional. Harga diri rendah situasional merupakan pengembangan
persepsi negatif tentang dirinya sendiri pada suatu kejadian (NANDA, 2011)
c. Faktor sosial dan kultural
Secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri
rendah. Dimana dalam kehidupan seharl-hari anak tumbuh kembang di tiga
tempat, yaitu di rumah (keluarga), disekolah (lembaga pendidikan) dan
dilingkungan masyarakat sosialnya (Hawari, 2001). Kondisi sosial di masing-
masing tempat tersebut akan berinteraksi satu dengan yang lainnya dan
mempengaruhi tumbuh kembang anak
2. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus ini telah dialami dalam waktu yang lama oleh pasien, Lama
kelamaan pasien kehilangan kemampuan untulk mengatasi faktor pencetus tersebut.
a. Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posis yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi.
1) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan
2) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian
3) Transisi peran sehat-sakit:sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat dan
keadaan sakit, Transisi Ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh;
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh; perubahan fisik
yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal; prosedur medis dan
keperawatan.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala harga diri rendah (NANDA, 2009; Stuart & Sundeen, 2009)
merupakan perilaku yang telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik
yang meliputi ungkapan negatif tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus
menerus. Perilaku yang ditampilkan berupa sikap malu/minder/rasa bersalah, kontak
mata kurang/tidak ada, selalu mengatakan ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba
sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif dan hipoaktif. Perilaku lain
yang juga sering muncul seperti: mengkritik diri sendiri dan/atau orang lain,
gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting berlebihan, mudah tersinggung atau
marah yang berlebihan, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang
pesimis, khawatir, bimbang dan ragu-ragu, menolak umpan balik positif dan
membesarkan umpan balik negatif mengenal dirinya serta ada juga yang
menyalahgunakan zat.

4. Penilaian Stressor
Apapun masalah dalam konsep diri dicetuskan oleh stressor psikologis, sosiologis,
atau fisiologis. Eleme.n yang penting adalah persepsi pasien tentang ancaman
5. Sumber Koping
a. Aktivitas olahraga dan aktivitas di luar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekspresif
d. Kesehatan dan perawatan diri
e. Pendidikan atau pelatihan
f. Pekerjaan, vokasi atau posisi
g. Bakat tertantu
h. Kecerdasan
i. Imajinasi dan kreativitas
j. Hubungan interpersonal

6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang
serta penggunaan pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan jangka pendek mencakup :
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri (misal:
konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesi)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misal: ikut serta
dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau geng)
c. Aktivitas sementara yang menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu (misal: olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas)

Pertahanan jangka panjang mencakup:

a. Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang dinginkan oleh orang rumah terdekat tanpa
memperhatikan keinginan, aspirasi atau potensi diri individu.
b. Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima
masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi, pengalihan (displacement), splitting berbalik marah terhadap diri sendiri
dan amuk.

C. Pohon Masalah
EFFECT Isolasi Sosial

CORE PROBLEM Harga Diri Rendah

COUSE Koping Individu Tidak Efektif


Direja, 2011

D. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Diagnosis keperawatan NANDA (dalam Stuart, 2009) yang berhubungan dengan respon
konsep diri maladaptif
1. Gangguan penyesualan
2. Ansietas
3. Gangguan citra tubuh
4. Hambatan komunikasi verbal
5. Ketidakefektifan koping
6. Keputusasaan
7. Gangguan identitas
8. Resiko kesepian
9. Ketidakberdayaan
10. Resiko ketidakberdayaan
11. Ketidakefektifan performa peran
12. Defisit perawatan diri
13. Resiko harga diri rendah situasional
14. Harga diri rendah situasional
15. Gangguan persepsi sensori
16. Ketidakefektifan pola seksualitas
17. Hambatan interaksi sosial
18. Isolasi sosial
19. Distress spiritual
20. Gangguan proses pikir
21. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri

Data Yang Perlu Dikaji

Subjektif: Pasien mengungkapkan tentang:

1. Hal negatif diri sendiri atau orang lain


2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penolakan terhadap kemampuan diri

Objektif:

1. Penurunan produktivitas
2. Tidak berani menatap lawan
3. Lebih banyak menundukkan
4. Bicara lambat dengan nada bicara kepala saat berinteraksi suara lemah

E. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah
Diagnosa medis: Depresi

F. Rencana Tindakan Keperawatan Pasien


Pertemuan Klien Keluarga
1  Identifikasi kemampuan  Diskusikan masalah yang
melakukan kegiatan dan dirasakan dalam merawat
bantu aspek positif pasien pasien
(buar daftar kegiatan)  Jelaskan pengertian tanda
 Bantu pasien menilai gejala, dan proses terjadinya
kegiatan yang dapat harga diri rendah (gunakan
dilakukan saat ini (pilih dari booklet)
daftar kegiatan): buat daftar  Jelaskan cara merawat harga
kegiatan yang dapat diri rendah terutama
dilakukan saat ini memberikan pujian semua hal
 Bantu pasien memilih salah positif pada pasien
satu kegiatan yang dapat  Latih keluarga memberi
dilatih saat ini tanggung jawab kegiatan
 Latih kegiatan yang dipilih pertama yang dipilih pasien;
(alat dan cara melakukannya) bimbing dan beri pujian
 Masukan pada jadwal  Anjurkan membantu pasien
kegiatan untuk latihan dua sesuai Jadwal dan memberi
kali perhari pujian
2  Evaluasi kegiatan pertama  Evaluasi kegiatan keluarga
yang telah dilatih dan berikan dalam membimbing pasien
pujian melaksanakan kegiatan
 Bantu pasien memilih pertama yang dipilih dan
kegiatan ke dua yang akan dilatih pasien. Beri pujian
dilatih  Bersama keluarga melatih
 Latih kegiatan ke dua( cara pasien dalam melakukan
dan alat) kegiatan kedua yang dipilih
 Masukkan dalam jadwal pasien.
kegiatan untuk latihan 2  Anjurkan membantu pasien
kegiatan masing-masing sesuai jadwal dan memberi
2x/hari pujian
3  Evaluasi kegiatan pertama dan  Evaluasi kegiatan keluarga
kedua yang telah dilatih dan dalam membimbing pasien
berikan pujian melaksanakan kegiatan
 Bantu pasien memilih kegiatan pertama dan kedua yang
ketiga yang akan dilatih dipilih dan dilatih pasien. Beri
 Latih kegiatan ke tiga (cara pujian
dan alat)  Bersama keluarga melatih
 Masukkan pada jadwal pasien dalam melakukan
kegiatan untuk latihan 3 kegiatan ketiga yang dipilih
kegiatan masing-masing pasien
2x/hari  Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberi
pujian
4  Evaluasi kegiatan pertama,  Evaluasi kegiatan keluarga
kedua dan ketiga yang telah di dalam membimbing pasien
latih dan berikan pujian melaksanakan kegiatan
 Bantu pasien memilih kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang
ke empat yang akan dilatih dipilih dan dilati pasien. Beri
 Latih kegiatan ke empat (cara pujian
dan alat)  Bersama keluarga melatih
 Masukkan pada jadwal pasien dalam melakukan
kegiatan harian 4 kegiatan kegiatan keempat yang dipilih
masing-masing 2x/hari pasien
 Evaluasi kegiatan latihan dan  Jelaskan follow up ke
berikan pujian RSJ/PKM, tanda kambuh,
 Latih kegiatan dilanjutkan rujukan
sampai tak terhingga  Anjurkan membantu dan
 Nilai kemampuan yang telah memberi pujian
mandiri  Evaluasi kegiatan keluarga
 Nilai apakah harga diri pasien dalam membimbing pasien
meningkat melaksanakan kegiatan yang
dipilih dan dilatih pasien. Beri
pujian
 Nilai kemampuan keluarga
membimbing pasien
 Nilai kemampuan keluarga
melakuka kontrol ke RSJ/PKM
Daftar Pustaka

Balitbang Depkes, (2008), Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kesehatan Jiwa,


Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Hawari, D. (2007). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta : FK-UI
FIK-UI, (2014). Standar Asuhan Keperawatan: Spesialis Keperawatan Jiwa, Workshops Ke-
7, Fakultas IImu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta
Keliat, B.A., & Akemat (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
NANDA. (2011). Nursing Diagnoses: Definitions & classification 2009-2011. Philadelphia:
NANDA International
Notoatmodjo, S. (2010). Pengantar pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Prinoples and Practice of Psychiatric Nursing, 8h ed.
Missouri : Mosby, Inc.
Stuart GW. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing 9h ed. Missouri :
Mosby, Inc.
Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care In Evidence-
Based Practice 6 ed. Philadelphia: F.A. Davis Company
Lembar Konsul

No Tanggal Perbaikan Paraf

Anda mungkin juga menyukai