Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah atau
ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan dipandang sebagai rentang dimana
agresif verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan
yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini akan memengaruhi
perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku
menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang bagus. Perilaku
kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan
amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Kusumawati, dkk. 2010 : 80).
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya secara
supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib.
Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang
manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi dan interjensi. Salah satu gangguan jiwa
tersebut adalah gangguan perilaku kekerasan. Marah adalah perasaan jengkel yang timbul
sebagai suatu respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat
melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya
sehingga individu tidak mengalami kecemasan, stress,dan merasa bersalah dan bahkan
merusa diri sendiri (Kusumawati, dkk. 2010 : 80).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari perilaku kekerasan?
2. Apa etiologi dari perilaku kekerasan?
3. Apa manifestasi klinis dari perilaku kekerasan?
4. Bagaimana proses terjadinya marah?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari perilaku kekerasan?
6. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perilaku kekerasan?
2. Untuk mengetahui etiologi dari perilaku kekerasan?
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari perilaku kekerasan?
4. Untuk mengetahui proses terjadinya marah?
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari perilaku kekerasan?
6. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan perilaku
kekerasan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah atau
ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan dipandang sebagai rentang dimana
agresif verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan
yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini akan memengaruhi
perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku
menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang bagus.
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai
dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Kusumawati, dkk. 2010 : 80).
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya secara
supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib.
Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang
manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi dan interjensi. Salah satu gangguan jiwa
tersebut adalah gangguan perilaku kekerasan. Marah adalah perasaan jengkel yang timbul
sebagai suatu respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat
melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya
sehingga individu tidak mengalami kecemasan, stress,dan merasa bersalah dan bahkan
merusa diri sendiri (Kusumawati, dkk. 2010 : 80).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat
dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung kekerasan atau perilaku
kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang
dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015:137).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri sendiri
dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk
3
penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan
untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa
perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan.
Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan kekerasan di
rumah. Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali penyebab perilaku
kekerasan yang dilakukan selama di rumah.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah yang paling
maladaptif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons
terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai ancaman.
(Stuart dan Sundeen, 1991). Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif
yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol,
yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 1991).

2.2 Etiologi
Resiko terjadinya perilaku kekerasan diakibatkan keadaan emosi yang mendalam karena
penggunaan koping yang kurang bagus. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perilaku
kekerasan yaitu :
 Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan yang diharapkan
menyebabkan ia menjadi frustasi, jika ia tidak mampu mengendalikannya maka ia akan
berbuat kekerasan disekitarnya.
 Hilangnya harga diri, pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk
dihargai. Jika ebutuhan ini tida dipenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan
merasa rendah diri,lekas marah dan mungkin melakuan tindakan kekerasan disekitar.
 Kebutuhan penghargaan status dan prestise, manusia pada umumnya mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui. Jika tidak
mendapat pengakuan individu tersebut maka dapat menimbulkan resiko perilaku
kekerasan (Helena,dkk.2011:80).

2.2.1 Faktor predisposisi


Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi,
artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu (Prabowo.2014:142).

4
a. Psikologis ,kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak,dihina, atau sanksi penganiayaan (Prabowo.2014:142).
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi
individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan yang diterima (permisssive)
d. Bioneurologis banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan
(Prabowo.2014:143).
e. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif sesuai
dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut Bandura bahwa agresi
tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui
observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya
norma dapat membantu memdefinisikan espresi marah yang dapat diterima dan yang
tidak dapat diterima (Kusumawati,dkk.2010:81).
f. Faktor Biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris ringan
pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata meniumbulan perilaku agresif, di mana
jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan
perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal ( untuk
interpretasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka
lebar, pupil berdilatasi dan hendak menyerang objek yang ada disekitarnya
(Kusumawati,dkk.2010:81-82).

2.2.2 Faktor presipitasi


Faktor predisposisi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau interaksi interaksi
dengan orang lain. Kondisi pasien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan, ketidak berdayaan,percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab
perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi dengan lingkungan yang ribut, padat,

5
kritikan yang mengarah pada penghinaan,kehilangan orang yang dicinta/pekerjaan dan
kekerasanmerupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik
dapat pula memicu perilaku kekerasan (Prabowo.2014:143).
Secara umum seseorang akan marah jia dirinya merasa terancam, baik berupa
injuri secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidaberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan aresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun esternal dari
lingungan.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising (Kusumawati, dkk.2010 : 82).

Rentang Respon Marah (Kusumawati, dkk. 2010:81).

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK

Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada dirinya sendiri maupun orang
lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol.
a. Respon adaptif
1) Peryataan ( Assertion)
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa
marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini
biasanya akan memberikan kelegaan.

2) Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan
atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak
menemukan alternatif lain.
b. Respon maladaftif

6
1) Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan
perasaan yang sedang dialami untuk menghindari suatu tuntutan nyata
2) Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut
suatu yang dianggapnya benar.
3) Amuk dan kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilang kontrol, dimana individu
dapat merusak diri sendiri, serta lain maupun lingkungan (Prabowo,2014:141-142)

2.3 Manifestasi Klinis


Jelaskan tanda dan gejala kepada klien pada tahap marah, kritis atau perilaku kekerasa,
dan kemungkinan bunuh diri. Muka merah, tegang, pandangan mata tajam, mondar-mandi,
memukul, iritable, sensitif dan agresif (Kusumawati, dkk.2010:83).
Tanda dan gejala, perilaku kekerasan yaitu suka marah, pandangan mata tajam, otot
tegang dan nada suara tinggi, berdebat, sering pula memaksakan kehendak,merampas
makanan dan memukul bila tidak sengaja (Prabowo,2014:143).
1) Motor agitaton
Gelisah, mondar mandir, tidak dapat duduk tenang, otot tegang, rahang mengencang,
pernapasan meningkat, mata melotot, pandangan mata tajam.
2) Verbal
Memberikan kata-kata ancaman melukai, disertai melukai ptingkat ringan, bicara
keras, nada suara tinggi, berdebat
 Efek
Marah, bermusuhan, kecemasan berat, efek baik, mudah tersinggung
 Tingkat kesadaran
Binggung, kacau, perubahan sttus mental, disorientasi, dan gaya ingat menurun
(Prabowo, 2014:143). Pada pengkajian awal dapat dietahui alasan utama klien ke rumah
sakit adalah perilaku kekerasan dirumah. Kemudian perawat dapat melakukan
pengkajian dengan cara :
1) Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat. Seringpula tampak klien memaksakan kehendak : merampas makanan,
memukul jika tidak senang.

7
2) Wawancara : diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah
yang dirasakan klien (Kusumawati, dkk. 2010:83).
 Akibat
Akibatnya pasien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain, dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
 Mekanisme koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk melindungi diri
antara lain :
1) Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiasakan kemarahanya kepada objek lain seperti
meremas remas adonan kue ,meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2) Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginannya yang tidak baik, misalnya
seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual
terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu,
menyumbunya.
3) Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kedalam sadar.
Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuannya yang tidak disukainya.
Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa benci orang
tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu
ditekankan dan akhirnya ia dapat melupakanya.

4) Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan melebihi lebihkan
sikap dan perilaku yang berlawanan dan mengunakanya sebagai rintangan. Misalnya
seseorang yang tetarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orng tersebut dengan
kuat.
5) Deplacemen
8
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada objek yang tidak
begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya,
Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya
karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermain pedang-pedangan dengan
temannya (Prabowo,2014:144).

FISIK SOSIAL EMOSI INTELEKTUAL

a. Muka merah a. Menarik diri a. Tidak adekuat a. Mendominasi


b. Pandangan tajam b. Pengasingan b. Tidak aman b. Bawel
c. Nafas pendek c. Penolakan c. Rasa terganggu c. Sarkasme : kasar
d. Keringat d. Kekerasan d. Dendam jengkel d. Berdebat
e. Sakit fisik e. Ejekan e. Kemahakuasaan e. Meremehkan
f. Penyalahgunaan f. Keraguan
zat g. Tidak bermoral
g. Tekanan darah > h. Kebejatan
i. Kreativitas
terhambat

PASIF ASERTIF AGRESIF


ISI BICARA
- Negatif - Positif - Berlebihan
-Menghina diri -Menghargai diri - Menghina orang
sendiri sendiri lain
-Dapatkah saya -Saya dapat/ akan -Anda selalu/
lakukan? lakukan tidak pernah
NADA
SUARA - Diam - Diatur - Tinggi
- Lemah - Menuntut
- Merengek

9
POSTUR
- Melorot - Refleks - Tegang
-Menundukkan - Tegak - Bersandar
kepala kedepan

PERSONAL
SPACE - Orang lain -Menjaga jarak -Memasuki
masuk pada yang teritorial orang
teritorial menyenangkan lain
pribadinya -Mempertahankan
territorial

GERAKAN
- Minimal, -Memperlihatkan -Mengancam,
lemah, resah gerakan yang ekspansi gerakan
sesuai

KONTAK
MATA - Sedikit/ tidak -Sekali-kali - Melotot
ada (teratur,sesuai
kebutuhan)

2.4 Proses Terjadinya Marah


Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan
perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 1991). Amuk adalah respons marah
terhadap adanya stres, rasa cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, dan
ketidakberdayaan.
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara internal dapat
berupa perilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat berupa

10
perilaku destruktif agresif. Respons marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu (1)
mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3) menantang.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-
kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain akan memberikan
kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan
menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat. Cara ini menimbulkan masalah yang
berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif dan amuk.

2.5 Pathway
Perkembangan perilaku kekerasan (dikutip dari Rawlins et al, 1993)

Ancaman

Stress

Ansietas

Marah

Meras berkuasa Mengungkapkan kemarahan Merasa tidak adekuat

Menantang Menyadarkan orang lain akan Menantang


kebutuhannya
Tiadak ada penyelesaian Mengingkari kemarahan
Kemarahan Memenuhi kebutuhannya
Tidak mengekpresikan
Marah berkepanjangan Marah teratasi
kemarahan
Pengembangan kemarahan

Bermusuhan kronik

11
Kemarahan yang diarahkan kepada Kemarahan yang diarahkan
Diri sendiri keluar

 Depresi - Agresif
 Penyakit fisik - Perilaku kekerasan

2.6 Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun
pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya :
Clorpromazine HCL yang digunakan untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak
ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contoh : Trifluoperasine estelasine, bila tidak
ada juga maka dapat digunakan Transquelillzer bukan obat anti psikotik seperti
neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti
cemas, dan anti agitasi.
B. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian
pekerjaan/kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan
maupun berkomunikasi, karena itu didalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan
tetapi sebagai bntuk kegiatan seperti membaca koran, main catur, setelah mereka
melakukan kegiatan itu diajak berdialog/berdiskusi tentang pengalaman dan arti kgiatan
itu bagi dirinya.
Tetapi ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas terhadap
rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan program kegiatanya.
C. Peran Serta Keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung
pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien. Perawat membantu keluarga agar dapat
melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakat kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan
lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat.
Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah
perilaku maladaptive (primer) , mengulangi perilaku maladaptive (sekunder) dan

12
memulihakan perilaku maladaptif ke perilakuadaptive (tersier) sehingga derajat
kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan secara optimal.
D. Terapi Somatik
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang
diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku
tindakan yang ditunjukan pada kondisi fisik pasien, tetapi target terapi adalah perilaku
pasien (Prabowo,2014:145-146)

13
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
B. Alasan Masuk
Pasien sering marah – marah, bicara sendiri, ngomel – ngomel.
C. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
2. Riwayat Pengobatan sebelumnya
3. Riwayat Trauma
4. Anggota Keluarga yang gangguan jiwa?
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
3.2 Pemeriksaan Fisik
a. TTV : TD, Nadi, Respirasi
b. Ukuran : BB dan TB
c. Keluhan
3.3 Psikososial
a. Genogram
b. Konsep Diri
c. Gambaran diri
d. Identitas diri
e. Peran
f. Ideal diri
g. Harga diri
h. Hubungan Sosial
i. Orang yang berarti
j. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat
k. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
3.4 Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
b. Kegiatan ibadah

14
3.5 Status Mental
a. Penampilan
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi, makan, toilet training dan
pemakaian sarana prasarana atau instrumentasi dalam mendukung penampilan,
apakah klien.
b. Pembicaraan
c. Inkoherensi
d. Lambat
e. Tidak mampu mulai pembicaraan
f. Afek dan Emosi
g. Persepsi Sensori
h. Proses Pikir (Arus dan Bentuk Pikir)
i. Isi Pikir
j. Waham
k. Tingkat Kesadaran
l. Ada gangguan orientasi (disorientasi)
m. Memori
n. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
o. Kemampuan Penilaian
p. Daya Tilik Diri

3.6 Kebutuhan Perencanaan Pulang


Kemampuan Klien Memenuhi Kebutuhan

Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak


Makanan
Keamanan
Perawatan kesehatan

3.7 Diagnosa
a. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan.
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

15
3.8 Intervensi

Perencanaan
Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
evaluasi
Resiko TUM:
menciderai klien dapat 1.Klien 1. Bina hubungan Hubungan saling
diri sendiri mengontrol menunjukkan saling percaya percaya
dan orang perilaku tanda-tanda dengan: memungkinkan
lain b.d. kekerasan. percaya a. Beri salam klien terbuka
Perilaku TUK: kepada setiap berinteraksi. pada perawat dan
Kekerasan 1. Klien dapat perawat: b. Perkenalkan sebagai dasar
membina a. Wajah nama, nama untuk intervensi
hubungan saling cerah, panggilan perawat selanjutnya
percaya tersenyum dan tujuan
b. Mau perawat
berkenalan berkenalan
c. Ada kontak c. Tanyakan dan
mata panggil nama
d. Bersedia kesukaan klien
menceritakan d. Tunjukkan
perasaan sikap empati, jujur
dan menepati janji
setiap kali
berinteraksi
e. Tanyakan
perasaan klien dan
masalah yang
dihadapi klien
f. Buat kontrak
interaksi yang
jelas

16
g. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
ungkapan
perasaan klien
2. Klien dapat 2. Klien 4 Bantu klien Klien agar dapat
mengidentifikasi menceritakan mengungkapkan mengungkapkan
penyebab penyebab perasaan perasaan
perilaku perilaku marahnya: marahnya agar
kekerasan yang kekerasan a. Motivasi klien memudahkan
dilakukannya yang untuk intervensi
dilakukannya: menceritakan selanjutnya
a. penyebab rasa
Menceritakan kesal atau
penyebab jengkelnya
perasaan b. Dengarkan
jengkel/kesal tanpa menyela
baik dari diri atau memberi
sendiri penilaian setiap
maupun ungkapan
lingkungannya perasaan klien
3. Klien dapat 3. Klien 3. Bantu klien Agar klien mampu
mengidentifikasi menceritakan mengungkapkan mengungkapkan
tanda-tanda keadaan tanda-tanda tanda-tanda
perilaku a. Fisik : mata perilaku kekerasan perilaku kekerasa
kekerasan merah, tangan yang dialaminya:
mengepal, a. Motivasi klien
ekspresi menceritakan
tegang, dan kondisi fisik saat
lain-lain. perilaku kekerasan
b. Emosional : terjadi
perasaan b. Motivasi klien
marah, menceritakan

17
jengkel, bicara kondisi emosinya
kasar. saat terjadi
c. Sosial : perilaku kekerasan
bermusuhan c. Motivasi klien
d. yang menceritakan
dialami saat kondisi psikologis
terjadi saat terjadi
perilaku perilaku kekerasan
kekerasan. d. Motivasi klien
menceritakan
kondisi hubungan
dengan orang
lainh saat terjadi
perilaku kekerasan
4. Klien dapat 4. Klien 4. Diskusikan Agar klien dapat
mengidentifikasi menjelaskan: dengan klien mengungkapkan
jenis perilaku a. Jenis-jenis perilaku kekerasan perilaku
kekerasan yang ekspresi yang kekerasan yang
pernah kemarahan dilakukannya selama ini
dilakukannya yang selama selama ini: dilakukannya.
ini telah a. Motivasi klien
dilakukannya menceritakan
b. jenis-jenis tindak
Perasaannya kekerasan yang
saat selama ini permah
melakukan dilakukannya.
kekerasan b. Motivasi klien
c. Efektivitas menceritakan
cara yang perasaan klien
dipakai dalam setelah tindak
menyelesaikan kekerasan tersebut
masalah terjadi
c. Diskusikan

18
apakah dengan
tindak kekerasan
yang
dilakukannya
masalah yang
dialami teratasi.
5. Klien dapat 5. Klien 5. Diskusikan Agar klien dapat
mengidentifikasi menjelaskan dengan klien mengethui
akibat perilaku akibat tindak akibat negatif kerugian perilaku
kekerasan kekerasan (kerugian) cara kekerasan
yang yang dilakukan
dilakukannya pada:
a. Diri sendiri a. Diri sendiri
: luka, dijauhi b. Orang
teman, dll lain/keluarga
b. Orang c. Lingkungan
lain/keluarga :
luka,
tersinggung,
ketakutan, dll
c. Lingkungan
: barang atau
benda rusak
dll
6. Klien dapat 6. Klien : 6. Diskusikan Agar klien dapat
mengidentifikasi a. dengan klien: menggunakan cara
cara konstruktif Menjelaskan a. Apakah klien yang baik untuk
dalam cara-cara sehat mau mempelajari mengungkapkan
mengungkapkan mengungkapk cara baru rasa marah dan
kemarahan an marah mengungkapkan jengkel klien.
marah yang sehat
b. Jelaskan
berbagai alternatif

19
pilihan untuk
mengungkapkan
marah selain
perilaku kekerasan
yang diketahui
klien.
c. Jelaskan cara-
cara sehat untuk
mengungkapkan
marah:
1) Cara fisik:
nafas dalam,
pukul bantal atau
kasur, olah raga.
2) Verbal:
mengungkapkan
bahwa dirinya
sedang kesal
kepada orang lain.
3) Sosial: latihan
asertif dengan
orang lain.
4) Spiritual:
sembahyang/doa,
zikir, meditasi,
dsb sesuai
keyakinan
agamanya masing-
masing

20
7. Klien dapat 7.Klien 7. Diskusikan cara Agar klien dapat
mendemonstrasi memperagaka yang mungkin mengendalikan
kan cara n cara dipilih dan perilaku
mengontrol mengontrol anjurkan klien kekerasan.
perilaku perilaku memilih cara yang
kekerasan kekerasan: mungkin untuk
a. Fisik: tarik mengungkapkan
nafas dalam, kemarahan. Latih
memukul klien
bantal/kasur memperagakan
b. Verbal: cara yang dipilih:
mengungkapk a. Peragakan cara
an perasaan melaksanakan
kesal/jengkel cara yang dipilih.
pada orang b. Jelaskan
lain tanpa manfaat cara
menyakiti tersebut
c. Spiritual: c. Anjurkan klien
zikir/doa, menirukan
meditasi peragaan yang
sesuai sudah dilakukan.
agamanya d. Beri penguatan
pada klien,
perbaiki cara yang
masih belum
sempurna
e. Anjurkan klien
menggunakan cara
yang sudah dilatih
saat marah/jengkel
8. Klien 8. Keluarga: 8. Diskusikan Agar keluarga
mendapat a. pentingnya peran klien dapat
dukungan Menjelaskan serta keluarga membantu

21
keluarga untuk cara merawat sebagai penyembuhan
mengontrol klien dengan pendukung klien klien.
perilaku perilaku untuk mengatasi
kekerasan kekerasan perilaku
b. kekerasan.
Mengungkapk a. Diskusikan
an rasa puas potensi keluarga
dalam untuk membantu
merawat klien klien mengatasi
perilaku kekerasan
b. Jelaskan
pengertian,
penyebab, akibat
dan cara merawat
klien perilaku
kekerasan yang
dapat
dilaksanakan oleh
keluarga. c.
Peragakan cara
merawat klien
(menangani PK )
d. Beri
kesempatan
keluarga untuk
memperagakan
ulang
e. Beri pujian
kepada keluarga
setelah peragaan
f. Tanyakan
perasaan keluarga
setelah mencoba

22
cara yang
dilatihkan
9. Klien 9. Klien 9. Jelaskan Agar klien mau
menggunakan menjelaskan: manfaat mematuhi
obat sesuai a. Manfaat menggunakan peraturan minum
program yang minum obat obat secara teratur obat. Dengan
telah ditetapkan b. Kerugian dan kerugian jika mendiskusikan
tidak minum tidak manfaat minum
obat menggunakan obat dapat
c. Nama obat obat Jelaskan merangsang
d. Bentuk dan kepada klien: keinginan klien
warna obat a. Jenis obat untuk patuh
e. Dosis yang (nama, wanrna minum obat.
diberikan dan bentuk obat)
kepadanya b. Dosis yang
f. Waktu tepat untuk klien
pemakaian c. Waktu
g. Cara pemakaian
pemakaian d. Cara pemakaian
h. Efek yang e. Efek yang akan
dirasakan dirasakan klien

10. Klien Anjurkan klien:


menggunakan a. Minta dan
obat sesuai menggunakan
program obat tepat waktu
b. Lapor ke
perawat/dokter
jika mengalami
efek yang tidak
biasa
c. Beri pujian
terhadap

23
kedisplinan klien
menggunakan
obat.

3.9 Strategi Pelaksanaan


Tindakan Keperawatan (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
(Pertemuan I)
A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab semua pertanyaan
b. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
c. Tujuan Khusus
Klien mampu membina hubungan saling percaya
d. Tindakan Keperawatan
SP 1 : membina hubungan saling percaya dan mengidentifikasi penyebab marah
B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat samsul , saya
perawatn yang bertugas di ruang perkutut ini. Nama mas siapa ? dan senang
dipanggil apa ? ”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mas saat ini ? apa masih ada perasaan marah, jengkel ?”
c. Kontrak
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai perasaan marah yang
saat ini mas rasakan ”. “Mari kita bercakap-cakap ke taman !” “Atau mas ingin ke
tempat lain ?”. “Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang ? bagaimana
kalau 15 menit ?”.

24
2. Kerja
“Apa yang meyebabkan mas bisa marah, Nah ceritakan apa yang dirasakan mas saat
marah ?”, saat mas Arif marah apa ada perasaan tegang ,kesal,tegang,menegepalkan
tangan,mondar mandir ?”. “atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”.
“Apa ada tindakan saat mas Arif sedang marah seperti,memukul,membanting
?”......
“memukul ibu !”, “terus apakah setelah melakukan tindakan tadi masalah yang
dialami selesai, apakah diberikan motor oleh orang tua mas Arif ?”. “ Apa akibat dari
tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya ibu saya menangis dan
kesakitan.......terus apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa !”.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang tentang perasaan marah
yang mas rasakan ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mas bisa marah”
c. Kontrak
1) Topik
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang akibat
dari perasaan marah yang mas rasakan ?”
2) Tempat
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
3) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”

Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke II (dua)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien

a. Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

b. Klien dapat mengenal peyebab marah

25
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus

a. Klien mampu mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan

b. Klien mampu mengidentifikasi yang biasa dilakukan

c. Klien mampu mengidentifikasi akibat perilaku marah

4. Tindakan Keperawatan
SP 2 : mengidentifikasi tanda gejala, perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan
akibat dari perilaku kekerasan.
B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, mas arif? masih ingat nama saya ?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaaan mas arif saat ini? apakah ada penyabab marah yang lain dan
belum diceritakan kemarin ?
c. Kontrak
“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap cakap tentang perasaan
mas arif rasakan saat marah, yang bisa dilakukan saat marah dan akibat dari
tindakan yang telah dilakukan ?. “Seperti kesepakatan kemarin kita bercakap cakap
di taman ya !atau mungkin mas arif ingin tempat lain ?. “Mas arif mau berapa
lama kita bercakap cakap? 15 menit, baiklah”
2. Kerja
“Kemarin mas arif sudah menceritakan penyebab marah, nah ceritakan apa yang
dirasakan mas arif saat marah atau saat memukul ibu !saat mas arif marah apakah ada
perasaan tegang, kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar mandir? atau mungkin
ada hal lain yang dirasakan ?”
“Apakah mas arif pernah melakukan tindakan lain selain memukul ibu saat marah ?
misalnya membanting piring memecahkan kaca, atau mungkin merusak tanaman!
memecahkan kaca! terus apakah setelah melakukan tindakan tadi (memukul ibu dan
memecahkan kaca) masalah yang dialami selesai, apakah diberikan motor oleh orang
tua mas arif?”

26
“Apakah mas arif akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah? ya tangan jadi
sakit, jendela rusak terus apalagi? dan akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa!”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaannya setelah bercakap cakap tentang perasaan saat marah dan
yang bisa dilakukan saat marah dan akibatnya ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba sebutkan kembali tindakan yang bisa dilakukan saat marah! “Bagus... lagi,
kalau akibatnya apa ?”
c. Kontrak
 Topik
“Bagaimana kalau besok kita mulai belajar mengungkapkan rasa marah yang
sehat ?”
 Tempat
“Dimana kita belajar marah yang sehat? O…. diruang tamu baiklah”
 Waktu
“Mas arif ingin berapa lama kita belajar marah yang sehat? O… 15 menit
baiklah!
d. Rencana Tindak Lanjut
“Nah karena mas arif sudah tau tindakan yang telah dilakukan maukah mas arif
belajar mengungkapkan rasa marah yang sehat? nanti suster ajari, bagaimana,
bersedia?”

Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke III (tiga)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Klien sudah mengetahui perasaan marah dan akibat tindakan yang dilakukan saat
marah, klien tenang dan kooperatif.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial
menarik diri
27
3. Tujuan Khusus
1) Memilih cara yang konstruktif
2) Mendemonstransikan satu cara marah yang konstruktif
4. Tindakan Keperawatan
SP 3 : membantu klien menemukan cara cara yang konstruktif dalam merespon
kemarahan
B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, mas arif?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaaan mas arif saat ini?”
c. Kontrak
“pagi hari ini kita akan berlatih cara mengungkapkan marah yang sehat, benar
kan mas? “. “sesuai kesepakatan kemarin kita akan beratih di runagn tamu kan,
mas?”. “berapa lama kita bercaka-cakap ?”bagaimana kalau 15 menit?”
2. Kerja
“ Menurut mas arif, bagaimana cara mengungkapkan marah yang benar, tertentunya
tidak merugikan/ membahayakan orang lain ?”......
yang terus, bagus!”.” Nah sekarang akan suster ajarkan satu persatu cara marah yang
sehat, langsung suster jelaskan!”
“yang pertama kita bisa ceritakan kepada orang lain yang membut kita kesal atau
marah, misalnya dengan mengatakan: saya marah dengan kamu!” maka hati kita
akan sedikit lega”.
“yang kedua dengan menarik nafas dalam saat marah/ jegkel sehingga menjadi
rileks.
“yang ketiga dengan mengambil air wudhu lalu sholat atau berdoa agar diberi
kesabaran, tujuanya agar kitamenjadi lebih tenang”
“yang keempat dengan megalihkan rasa marah/jengkel kita dengan aktivitas,
misalnya dengan olahraga, membersihkan rumah, membersihkan alat-alat rumah
tangga seperti mencuci piring sehingga energi kita menjadi berkurang dan dapat
mengurangi ketegangan”
“suster sudah jelaskan empat cara marah yang sehat, ada yang belum jelas?”.”nanti
mas arif bisa coba memiliki salah satu cara untuk dipraktikkan “.”O....mau yang
28
menarik nafas dalam”baiklah ayo kita mulai,coba ikuti suster ,tarik nafas melalui
hidung,ya bagus,tahan sebenter dan keluarkan /tiup melaui mulut,ulangi sampai 5
kali”.” Nah kalau sudah merasa lega bisa mas arif lanjutkan dengan olahraga,
membersihkan rumah ata kegiatan lain”
3. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“bagaimana perasaannya setelah berlatih cara marah yang sehat?”
2) Evaluasi Obyektif
“coba ulangi lagi cara menarik nafas yang dalam yang sudah kita pelajari
tadi!”bagus!”
3) Kontrak
a. Topik
“bagaimana kalau keluarga datang kita bercakap-cakap cara marah yang sehat?”
b. Tempat
“Dimana kita belajar marah yang sehat? O…. diruang tamu”
c. Waktu
“mau berapa lama ?”.bagaimana kalau 30 menit saja ?”
d. Rencana Tindak Lanjut
“tolong mas,nanti dicoba lagi cara yang sudah suster ajarkan dan jangan lupa
ikuti kegiatanya di ruangan ya!”

Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke IV (empat)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
1) Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat
2) Klien dapat mempraktikan cara marah yang sehat
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial
menarik diri
3. Tujuan Khusus
Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan
29
4. Tindakan Keperawatan
SP 4 : membantu keluarga tentang cara merawat klien
B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, Mas arif ?ini keluarganya ya ?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan mas arif saait ini ? baik baik saja kan, ada yang ingin
disampaikan ? O…saya adalah suster dani yang merawat mas arif, bapak
namanya siapa? pak eko. ada hubungan apa dengan mas arif ? oooo ayah, naiklah,
kebetulan!?”
c. Kontrak
“Pada kesempatan ini kita akan berbincang bincang cara tentang merawat mas
arif dirumah, bagaimana pak eko bersedia?”. “Bagaimana kalau kita bercakap
cakap di ruang tamu saja, biar lebih santai ?”. “Barapa lama kita akan bercakap
cakap ?bagaimana kalau 30 menit ?”. 26
2. Kerja
“Nah tolong ceritakan apa yang membuat mas arif dibawa ke RSJ ?terus apa yang
dilakukan keluarga saat mas arif mondar mandir dan marah marah ? terus apa lagi
pak ?”.
“Apa yang diceritakan tadi tidak salah, akan tetapi ada cara lain yang lebih
menolong agar mas arif tidak melakukan tindakan mencedarai orang lain dan
merusak kaca lagi”.
Begini pak, ada beberapa cara yang dapat disarankan agar dilakukan mas arif,
misalnya dengan olahraga, membaca al-Quran, sholat, membersihkan kamar mandi,
membersihkan rumah, memukul bantal/ kasur, membantu orang tua bekerja”.
“Masih ada cara lain yang lebih mudah, misalnya dengan melatih klien bersikap
terbuka, juga penting untuk klien yang sedang marah, melakukan relaksasi dengan
menarik nafas dalam dapat mengurangi rasa marah dan dapat menenangkan perasaan
klien, Bagaimana pak sudah jelas, atau masih ada yang akan ditanyakan ?”.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan setelah tahu cara merawat mas arif ?
b. Evaluasi Obyektif
30
“coba sebutkan kembali berapa acara yang dapat dilakukan saat marah ? terus apa
lagi ?.... Bagus”
c. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kalau besok keluarga menengok lagi, kita akan bercakap cakap
lagi tentang cara minum obat dan manfaaatnya bagi mas arif?”
2) Tempat
“Kita bercakap cakap di tempat ini lagi ya?
3) Waktu
“mau berapa lama ?”.bagaimana kalau 30 menit saja ?”
d. Rencana Tindak Lanjut
“Jangan lupa besok kalau mas arif sudah pulang dan seperti akan marah marah
tolong ingatkan cara cara yang sudah diajarkan tadi ya!”.

Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke V (lima)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
1) Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat
2) Keluarga klien dapat mempraktikan cara merawat pasien yang sedang marah
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial
menarik diri
Tujuan Khusus
Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)
3. Tindakan Keperawatan
SP 5 : membantu klien minum obat secara teratur disertai penjelasan guna minum
obat dan akibat berhenti minum obat
B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, Mas Arifdan Pak Eko ?”
31
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan mas arif saait ini ? apakah sudah lebih rileks?”.
c. Kontrak
“Seperti keseppakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-cakap tentang
penggunaan obat dan manfaatnya bagi mas arif”.
2. Kerja
“Berapa jenis obat yang mas Arif minum ttadi pagi ?”. “ya, bagus”.
“jadi begini ya mas, obat yang dimum tadi ada tiga macam, ini batnya saya
bawakan”.

“saya jelaskan satu persatu ya mas. Yang warna oranye ini namanya CPZ atau
chlorponazin, gunanya agar mas arif mdah untuk tidur sehngga mas arif bisa
istirahat, minumnya 2 x sehari pagi dan sore hari, pagi jam 07.00 dan sore jam
17.30. nanti ada efek sampingnya, efeknyya mas arif mudah lemas dan keluar
ludah terus menerus”.
“nah, yang ini namanya PHD, karena mas arif dapat yang 5 mg, maka warnanya
pink, cara minumnya sama dengan CPZ, 2 x sehari”. “gunanya untuk
menenangkan mas arif sehingga dapat mengontrol perilakunya saat marah,
sehingga lebih rileks, santai dan mengontrol emosi. Efek sampingnya badan jadi
kaku, terutam pada kaki dan tangan, mulut kering dan dada berdebar-debar.
“tapi mas jangan khawatir karena ada penangkalnya makanya diberikan obat yang
putih ini yang agak besar. Namanya triheksipenidile atau THP, fungsinya obat ini
menetralkan efek samping dari obtat yang tadi”.
“Bagaimana masih ada yang belum jelas. Jangan lupa kalau obat ini hampir habis
segera kontrol ya!”.
3. Terminasi

a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan setelah tahu tentang jenis dan manfaat obat yang
diminum mas arif ?
b. Evaluasi Obyektif
“coba sebutkan kembali jenis obat yang sama mas arif, dan ambilkan yang
namanya obat HPD, dan seterusnya, dans ebutkan manfaatnya juga”.
c. Kontrak
1) Topik

32
“Bagaimana kalau kapan-kaoan kita berbincang lagi tentang masalah mas
arif yang lain ?”.

2) Tempat
“Kita bercakap cakap di tempat ini lagi ya?
3) Waktu
“mau berapa lama ?”.bagaimana kalau 30 menit saja ?”
d. Rencana Tindak Lanjut
“Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat ya”

33
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai
dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Kusumawati, dkk. 2010 : 80). Beberapa
faktor yang menjadi penyebab perilaku kekerasan yaitu Frustasi, Hilangnya harga diri,
Kebutuhan penghargaan status dan prestise. beberapa penatalaksanaannya diantaranya bisa
secara farmakologik, terapi okupasi dan terapi keluarga.

4.2 Saran
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan pembaca.. Penulis menyadari bahwa
masih jauh dari kata sempurna, hingga penulis merasa masih perlu belajar lagi dalam
membuat makalah.Dengan demikian, penulis berharap kepada pembaca mau memberikan
saran dan kritik terhadap makalah ini.Penulis juga meminta maaf jika terdapat kata-kata yang
kurang berkenan dalam penulisan makalah ini.

34

Anda mungkin juga menyukai