Lapkas Jadi
Lapkas Jadi
PENDAHULUAN
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur yang utamanya adalah otot polos
rahim. Mioma uteri juga dikenali sebagai leiomioma uteri dan fibromioma uteri dan
bisa didefinisikan sebagai neoplasma jinak klonal yang timbul dari selsel otot polos
di dinding rahim. Strukturnya mengandung peningkatan dalam jumlah kolagen dan
elastin ekstraseluler. Sebuah psedokapsul tipis terdiri dari jaringan areole dan serat
otot terkompresi mengelilingi tumor. Mioma uteri dapat memperbesar dan
menyebabkan distorsi yang signifikan dari permukaan uterus. Mioma uteri biasanya
berukuran kurang dari 15cm tetapi pada kasus yang jarang dapat mencapai ukuran
yang sangat besar, dengan berat lebih 45kg. Penyebab mioma uteri belum dikenal
pasti. Studi mengenai Glukosa-6-Fosfat menunjukkan bahwa setiap individu
berasal dari uniseluler (monoclonal) (DeCherney, 2006).
Mioma uteri terjadi pada 20% - 25% perempuan di usia reproduktif tetapi oleh
faktor yang tidak diketahui secara pasti. Insidensinya 3-9 kali lebih banyak pada ras
kulit berwarna dibandingkan dengan ras berkulit putih. Selama 5 dekade,
ditemukan 50% kasus mioma uteri terjadi pada ras kulit berwarna. Data statistik
menunjukkan 60% mioma uteri terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil
ataupun hamil hanya satu kali. Kejadian mioma uteri sebesar 20% - 40% ditemukan
pada wanita yang mencecah usia 35 tahun (Pasinggi, 2013).
1
Riau masing-masing 10.03% dan 8.03% dari semua pasien ginekologi yang dirawat
(Ita Rahmi, 2012).
Menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia, angka kejadian mioma uteri dari
2010-2011 mengalami penurunan yaitu pada tahun 2010 penderita mioma uteri 68
orang dan pada tahun 2011 penderita mioma uteri menurun sehingga 42 orang.
(A.Artifasari, 2014).
Perdarahan menjadi gejala klinis yang paling sering dan hal ini terjadi pada 30%
penderita mioma uteri. Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik umumnya
adalah tindakan histerektomi(pengangkatan rahim). Sekitar 40% operasi
pengangkatan rahim dilakukan atas indikasi adanya mioma uteri(Artifasari, 2014).
Di United Kingdom (UK) pengangkatan rahim dilakukan sekitar 60.000 setiap
tahun (Lilyani, 2012).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
1. Teori Stimulasi
3
2. Teori Cellnest
Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell
nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen (Bieber, 2006).
2.3 Epidemiologi
Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduktif sebanyak 20% - 25%.
Pada usia melebihi 35 tahun insidensi mioma uteri lebih tinggi. Menurut penelitian
yang dilakukan di Amerika Serikat, 3-9 kali lebih banyak pada ras kuli berwarna
dibandingkan dengan ras berkulit putih. Selama 5 dekade, ditemukan 50% kasus
mioma uteri terjadi pada ras kulit berwarna. Namun di Afrika, wanita kulit putih
sedikit sekali menderita mioma uteri. Perbedaan Amerika dan Afrika dikaitkan
dengan perbedaan pola hidup. Di Amerika Syarikat, dari 650.000 histerektomi yang
dilakukan per tahun, sebanyak 27% adalah disebabkan mioma uteri. Di Indonesia,
mioma uteri ditemukan sebanyak 2,39%-11.7% (Ita Rahmi, 2012).
1. Umur
2. Usia Menarche
4
3. Paritas
Mioma uteri sering terjadi pada wanita nulipara atau wanita yang hanya mempunyai
1 anak. Penelitian yang dilakukan oleh Parker menunjukkan bahwa semakin
meningkat jumlah kehamilan akan menurunkan kejadian mioma uteri. Suatu
penelitian ditunjukkan bahwa resiko menurun hingga 70% pada wanita yang
melahirkan 2 anak atau lebih.
4. Kehamilan
5. Ras
Di negara Amerika, prevalensi mioma uteri adalah 5%-21%. Kejadian mioma uteri
antara ras Africa-American adalah sebanyak 60% dan antara ras Caucasian adalah
40%. Resiko ini tidak berhubungan dengan faktor lain. Walaubagaimanapun, pada
penelitian terbaru menunjukkan Val/Val genotype untuk enzim essensial kepada
metabolisme estrogen, catechol-O-methyltransferase (COMT) ditemui sebanyak
47% pada wanita Afrika-Amerika berbanding hanya 19% pada wanita kulit putih.
Wanita dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma uteri. Ini
menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita mioma uteri
dikalangan wanita Afrika-Amerika lebih tinggi.
6. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai peningkatan 2,5 kali kemungkinan resiko untuk menderita mioma uteri
dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita
5
mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali
lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-α (a myoma-related growth factor)
dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga
penderita mioma uteri.
Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil
histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen
endogen pada wanita-wanita menopause pada kadar yang rendah atau sedikit. Awal
menarke (usia di bawah 10 tahun) dijumpai peningkatan resiko (RR 1,24) dan
menarke lewat (usia setelah 16 tahun) menurunkan resiko (RR 0,68) untuk
menderita mioma uteri.
8. Berat badan
9. Diet
Ada studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya mioma uteri dengan
pemakanan seperti daging sapi atau daging merah atau ham bisa meningkatkan
insidensi mioma uteri dan sayuran hijau bisa menurunkannya. Studi ini sangat sukar
untuk diintepretasikan kerana studi ini tidak menghitung nilai kalori dan
pengambilan lemak tetapi sekadar informasi sahaja dan juga tidak diketahui dengan
pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubung dengan mioma uteri.
6
10. Kebiasan merokok
Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak faktor yang bisa
menurunkan bioavalibiltas hormon estrogen pada jaringan seperti: penurunan
konversi androgen kepada estrone dengan penghambatan enzim aromatase oleh
nikotin (Kurniasari, 2010).
2.5 Patogenesis
2.6 Patofisiologi
7
Gambar 2.1 Patofisiofologi mioma uteri Sumber : Stuti, 2011
8
Perubahan-perubahan sekunder yang terjadi pada mioma uteri adalah:
1. Degenerasi jinak:
a. Atrofi
Ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi setelah persalinan dan
menopause.
b. Degenerasi Hialin:
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Terjadi pada mioma yang matang
dimana bagian yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan
pasokan nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak atau melebur
menjadi cairan gelatin sebagai tanda degenerasi hialin.
c. Degenerasi Kistik:
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh kerana adanya gangguan dalam
sirkulasi. Dengan adanya pengendapan kalsium karbonat dan fosfat pada sarang
mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
e. Degenerasi Septik:
9
f. Degenerasi merah (Carneous Degeneration):
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis terjadinya
diperkirakan kerana suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada
pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah bewarna merah
disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak
khas apabila pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan,
tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
g. Degenerasi Miksomatosa:
Terjadi setelah proses degenerasi hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan
umumnya asimtomatik (Nucci, 2009).
2. Degenerasi ganas:
2.8 Klasifikasi
1. Mioma submukosum:
Mioma yang berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Mioma jenis ini walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan
melalui vagina. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (myoma geburt).
2. Mioma Intramural:
10
3. Mioma subserosum:
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri, dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat
pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Mioma
dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intra
ligamenter, selain itu mioma ini dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain,
misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari
uterus sehingga disebut wandering/parasistic fibroid (Anwar, 2011).
Sumber : Mioma Uteri. 2009. Gejala mioma uteri, ciri-ciri dan tanda- tanda
penyakit mioma uteri dan obat mioma uteri.
Gejala klinik hanya terjadi pada 35% - 50% penderita mioma. Hampir sebagian
besar penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam uterusnya,
terutama sekali pada penderita dengan obesitas. Keluhan penderita sangat
tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma yang diderita. Berbagai keluhan
penderita berupa.
Perdarahan menjadi manifestasi klinis utama pada mioma dan hal ini terjadi pada
30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia defisiensi zat
besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk
dikoreksi dengan suplementasi zat besi. Perdarahan pada mioma submukosa
seringkali diakibatkan oleh hambatan pasokan darah endometrium, tekanan dan
11
bendungan pembuluh darah di area tumor (terutama vena) atau ulserasi
endometrium di atas tumor. Tumor bertangkai seringkali menyebabkan trombosis
vena dan nekrosis endometrium akibat tarikan dan infeksi (vagina dan kavum uteri
terhubung oleh tangkai yang keluar dari ostium serviks). Dismenorea dapat
disebabkan oleh efek tekanan, kompresi, termasuk hipoksia lokal miometrium.
2. Nyeri
Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila kemudian
terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi
akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus
sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum uteri. Gejala
abdomen akut dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya infark atau
degenerasi merah yang mengiritasi selaput peritoneum (seperti peritonitis). Mioma
yang besar dapat menekan rektum sehingga menimbulkan sensasi mengedan. Nyeri
pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang menekan pensyarafan yang
berjalan di atas permukaan tulang pelvis.
3. Efek Penekanan
12
2.10 Diagnosis
Anamnesis
Dalam anamnesis, dicari keluhan utama serta gejala-gejala mioma ut eri lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi pada penderita yang hamil.
Seringkali penderita mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut
bagian bawah, kadangmempun yai gangguan haid dan ada rasa nyeri.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Kadang, mioma uteri dapat
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk tidak teratur,
gerakan bebas, tidak sakit. Bila belum jelas, terutama pada wanita gemuk, dapat
dilakukan pemeriksaan bimanual. Pemeriksaan bimanual akan mengungkap tumor
pada uterus, yang umumnya terletak di garis tengah atau pun agak ke samping,
seringkali teraba terbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai
yang berhubung dengan uterus. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area
perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Pada pemeriksaan
pelvis, serviks biasanya normal namun pada keadaan tertentu mioma submukosa
yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada osteum
servikalis. Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan noduler. Perlunakan
tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus sering dapat
digerakkan, kecuali apabila terdapat keadaan patologik pada adneksa. Kavum
endometrium dapat membesar karena tumor submukosa.
Pemeriksaan Laboratorium
Anemia disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi.
Namun pada kebanyakkan pasien akan terjadi mekanisme eritrositosis. Pada kasus
dengan komplikasi menjadi degenerasi akut atau infeksi akan ditemukan
leukositosis.
13
Pencitraan
Mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis dengan kombinasi transabdominal
dan transvaginal sonografi. Gambaran sonografi mioma kebiasaanya adalah
simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi kistik menunjukkan
anechoic. USG menunjukkan gambaran massa padat dan homogen pada uterus.
Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan
pelvis, dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi (Howard, 2000). Lihat gambar
2.3 yang menunjukkan gambaran USG mioma uteri.
Pemeriksaan Penunjang:
Lebih baik daripada USG tetapi mahal. MRI mampu menentukan ukuran, lokasi
dan jumlah mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak penembusan mioma
submukosa di dalam dinding miometrium. MRI akan menghasilkan gambaran
dengan menyerap energy dari suatu gelombang radio berfrekuensi tinggi yang
menunjukkan adanya mioma. Lihat gambar 2.4 yang menunjukkan gambaran MRI
mioma uteri.
14
Gambar 2.4 MRI Mioma Uteri
c. Histerosalfingografi (HSG):
Digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh kearah kavum uteri pada
pasien infertil. Merupakan suatu prosedur yang me nghasilkan gambaran foto
rontgen bagian dalam lavitas uterus dan u ntuk mengetahui keadaan tuba falopii.
Sejumlah cairan yang menga ndung iodine diinjeksikan melalui cervix ke dalam
uterus dan tuba falopii, hasil foto rontgen didapatkan.
d. Urografi intravena:
Digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus tersebut sering terjadi
deviasi ureter atau penekanan dan anomali sistem urinarius. Cara ini baik untuk
mengetahui posisi, jumlah massa pada ureter dan ginjal.
f. Sonohistografi
Suatu prosedur ultrasonic di mana kavitas uterus dibatasi oleh sejumlah kecil
cairan. Cairan ini ditempatkan pada uterus melalui suatu selang plastik kecil. Pasien
bisa merasakan kram yang ringan. Sonohistografi meningkatkan kemampuan
15
pemeriksa untuk mengidentifikasi mioma yang masuk ke dalam kavum uteri (Stuti,
2011) .
2.11 Penatalaksanaan
1. Terapi Emergensi
2. Terapi Khusus
a. Terapi Medikasi
16
hidup bersama perdarahan anovulasi yang mungkin memberikan kontribusi untuk
mioma. Suatu penelitian menunjukkan hasil yang baik dengan penggunaan
levonorgestrel-releasing intrauterine alat untuk terapi menorrhagia terkait dengan
beberapa mioma kecil (Tinelli, 2014).
3. Terapi Operasi
Operasi adalah terapi yang paling penting untuk mioma. Pemeriksaan Imaging
paling sering harus disertai dengan evaluasi untuk menyingkirkan proses neoplastik
panggul lainnya. Semua pasien harus mengikuti serviks Papanicolaou smear test
dan endometrium evaluasi jikalau perdarahannya irregular. Sebelum operasi
definitive, volume darah yang diperlukan harus disediakan terlebih dahulu dan
langkah- langkah lain seperti administrasi antibiotika profilatik atau heparin harus
dipetimbangkan. Mekanikal dan persediaan antibiotika usus dapat digunakan bila
operasi panggul menjadi sukar.
a. Miomektomi:
Miomektomi adalah salah satu pilihan simptomatik pasien yang ingin untuk
memelihara fertilitas atau melindungi uterus. Kerugian signifikan adalah resiko
untuk mioma yang akan timbul. Pascamiomektomi setelah 5 tahun, 50% - 60%
pasien akan mempunyai mioma baru yang akan dideteksi dalam ultrasound (USG),
dan lebih dari 25% pasien akan memerlukan operasi major untuk kali kedua.
Pasangan harus menjalani evaluasi infertilitas menyeluruh sebelum wanita tersebut
menjalani miomektomi untuk memajukan fertilitas.
17
gestasi 33 minggu. Pasien yang menginginkan fertilitas dinasihatkan tentang
resikonya.
Indikasi untuk miomektomi dalam kehamilan adalah tanda torsi dalam mioma
pedunculated di mana hemostasis stalk dapat dicapai dengan keselamatan relatif.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tindakan ini mempunyai resiko yang
besar untuk mendapatkan perdarahan atau transfusi.
b. Histerektomi:
Mioma uteri adalah indikasi paling sering untuk histerektomi dengan resiko
kumulatif sebanyak 7% untuk semua wanita yang berusia dalam lingkungan 25
tahun - 45 tahun. Lebih dari 50% histerektomi dilakukan pada wanita yang kulit
hitam disebabkan oleh mioma, dengan resiko kumulatif sebanyak 20% sehingga
umur 45 tahun. Histerektomi menyingkirkan gejala dan rekuren.
Okulasi emboli arteri uterus adalah suatu alternatif untuk operasi major pada wanita
premenopausal yang tidak menginginkan fertilitas tetapi menginginkan untuk terus
memelihara uterus atau mengelakkan efek samping daripada terapi medikasi.
18
Dalam prosedur ini, arteriogram akan dilaksanakan untuk mengidentifikasikan
suplai darah ke mioma. Selepas itu satu kateter akan dimasukkan ke dalam bagian
distal arteri uterus, biasanya melalui arteri femoris sebelah kanan. Arteri tersebut
akan diinfusi dengan agen embolisasi (polyvinyl alcohol particles atau tris-acryl
gelatine microspheres) sehingga alirannya terhenti. Prosedur ini akan bertahan
selama 1 jam secara menyeluruh. Studi observasi menunujukkan bahwa terapinya
sama efektif seperti histeretomi dan miomektomi, dengan banyak komplikasi minor
dan dengan komplikasi major yang sikit. Frekuensi mioma rekuren adalah sedikit
dengan embolisasi dibandingkan dengan miomektomi.
d. Ablasi Endometrium:
e. Miolisis:
Cara ini diluluskan oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2004
untuk terapi mioma pada wanita premenopausal yang sudah memiliki anak.
Prosedur outpatient yang menggunakan MRI untuk real-time monitoring teknik
thermoablative yang menukarkan multipel ambangan energi ultrasound pada
volume jaringan yang kecil untuk dimatikan (Decherney, 2006).
19
2.12 Komplikasi
Lebih kurang dua pertiga wanita dengan mioma uteri dan infertilitas yang tidak
dapat dijelaskan pascamiomektomi, dan lebih kurang separuh darpada wanita akan
menjalani paritas bayi. Tetapi perbedaan dengan manajmen kehamilan diperlukan
untuk menyimpulkan keefektifan prosedur ini.
Selama trimester kedua dan ketiga kehamilan, mioma akan meningkat dalam
ukuran dan akan melalui deprivasi vaskuler dan perubahan degenratif. Secara
klinis, keadaan ini menyebabkan nyeri dan kelembutan lokal tetapi juga akan
menyebabkan persalinan premature. Manajmen kehamilan dengan istirahat hampir
setiap kali menghilangkan nyerinya tetapi tokolitik mungkin diperlukan untuk
mengkontrol kontraksi uterus.
Perdarahan yang hebat dengan anemia adalah komplikasi yang paling sering pada
kasus mioma. Obstruksi saluran kemih atau usus dari mioma besar atau parisitik
lebih kurang umum dan transformasi maligna jarang terjadi. Cedera ureter atau
ligasi merupakan komplikasi diakui operasi untuk kasus mioma terutama yang
terhubung dengan serviks (DeCherney, 2006).
20
2.13. Prognosis
21
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : SS
Umur : 48 tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : Jawa
Agama : Islam
3.2. Anamnesis
Pasien datang pada tanggal (28 Desember 2017) dengan haid yang lama dan banyak
lebih dari 2 minggu. Keluhan sudah lama dirasakan pasien. Pada tahun 2008, pasien
sudah dilakukan tindakan USG oleh dr.Sp.OG dan didapatkan mioma uteri dengan
ukuran 6cm. Pada tanggal 20 Januari 2017 pasien datang ke rumah sakit dengan
membawa surat rujukan dari klinik Penta medika ke dr.I Nyoman Sudastra Sp.OG
dan direncanakan tindakan operasi laparotomi.
22
b. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 14 tahun, dengan siklus teratur setiap 28 hari, lamanya 3-5 hari tiap
kali menstruasi. Nyeri saat menstruasi dirasakan oleh pasien dan tidak mengganggu
aktivitas pasien.
c. Riwayat Perkawinan
Pasien baru satu kali menikah dengan suami saat ini dan telah menjalani pernikahan
selama 10 tahun.
d. Riwayat Persalinan
e. Riwayat KB
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarga seperti asma,
penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes melitus. Pasien mengaku tidak memiliki
alergi makanan maupun obat-obatan.
a. Status Present
Respirasi : 16x/menit
23
a. Status Present
Kepala : Normochepali
Thorax :
c. Status Ginekologi
Abdomen :
Palpasi: Teraba massa padat, kenyal, permukaan licin, erosi (-), fluksus (-),
lividie (-), Ø OUE (-), fluor albus (-), perdarahan aktif (-), massa (+),
peradangan (-)
Palpasi: Nyeri tekan seluruh lapang perut (-) Defance musculare (-) Tanda
cairan bebas (-)
24
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap:
- HCT : 25,3%
- PLT : 412.103/μL
Golongan Darah: A
Darah Lengkap:
- HGB : 7,5g/dL
- HCT : 23,4%
- PLT : 671.103/μL
Golongan Darah: A
25
Tanggal 21 Januari 2017:
Darah Lengkap:
- HCT : 26,1%
- PLT : 536.103/μL
Golongan Darah: A
PP Test: (-)
Mioma uteri
3.6. Penatalaksanaan
Terapi
26
Monitoring
KIE
Operasi dilakukan tanggal 21 Desember 2016 pada pukul 16.00 WITA dengan
diagnosis mioma uteri dan indikasi operasi adalah perdarahan uterus abnormal.
Dilakukan anestesi dengan menggunakan blok spinal anastesi. Septik antiseptik
lapangan operasi dengan betadin alkohol persempit dengan doek steril. Dilakukan
insisi suprapubis. Darah dan bekuan darah pada cavum abdomen ± 200 cc. Evaluasi:
Uterus berukuran 18-24 cc. Kompleks massa di adneksa sinistra dan dekstra. dan
dilakukan supravaginal + bilateral salphingo ooforektomi.
27
3.8. Perkembangan Pasien Selama Perawatan
S: Keluhan (-)
O: Status Present
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Status General
Kepala : Normochepali
Thorax :
Status Ginekologi
28
luka operasi terawat
Terapi : IVFD RL
KIE
Darah Lengkap :
- HGB : 7,5g/dL
- PLT : 671.103/μL
S: Keluhan (-)
O: Status Present
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
29
Status General
Kepala : Normochepali
Thorax :
Status Ginekologi
Pdx: Cek DL
Terapi : IVFD RL
KIE
30
Darah Lengkap:
- WBC : 14 x 103/μL
- HGB : 8,7g/dL
- PLT : 536.103/μL
S: Nyeri luka post operasi (+), flatus (-), BAB (-), BAK (+) DC, perdarahan
pervaginam (-), pusing (-), makan (+), minum (+)
O: Status Present
Nadi : 78 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Status General
Kepala : Normochepali
Thorax :
31
Ekstremitas : hangat (+), edema (-)
Status Ginekologi
Pdx: -
Ceftriaxone 3 x 1 gram iv
Vitamin C 2 x 1
KIE
32
23 Januari 2017 pukul 08.00
S: Nyeri luka post operasi (-), flatus (+), BAB (+), BAK (+), perdarahan
pervaginam (-), pusing (-), makan (+), minum (+), mobilisasi (+)
O: Status Present
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Status General
Kepala : Normochepali
Thorax :
Status Ginekologi
33
Vagina : perdarahan (-)
Pdx: -
Ceftriaxone 3 x 1 gram iv
Vitamin C 2 x 1
KIE
S: Nyeri luka post operasi (-), flatus (+), BAB (+), BAK (+), perdarahan
pervaginam (-), pusing (-), makan (+), minum (+), mobilisasi (+)
O: Status Present
Nadi : 100x/menit
Respirasi : 20 x/menit
34
Status General
Kepala : Normochepali
Thorax :
Status Ginekologi
Pdx: -
Metronidazole 3x500
Kontrol ulang
KIE
35
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Diagnosis
Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa padat, kenyal, permukaan licin. hal ini
sesuai dengan teori, dimana disebutkan pada pemeriksaan fisik mioma uteri teraba
massa di abdomen yang padat (Howard, 2011).
Pada pemeriksaan USG, pada teori mioma uteri yang besar paling bagus
didiagnosis dengan kombinasi transabdominal dan transvaginal sonografi.
Gambaran sonografi mioma kebiasaanya adalah simetrikal, berbatas tegas,
hypoechoic dan degenerasi kistik menunjukkan anechoic. USG menunjukkan
gambaran massa padat dan homogen pada uterus. Namun pada kasus hasil pada
pemeriksaan USG tidak dilampirkan (Howard, 2000).
Dari uraian diatas maka diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan, sehingga pasien
dan suaminya diberi penjelasan mengenai keadaan pasien dan perlunya dilakukan
tindakan operasi, Setelah berdiskusi dengan keluarga akhirnya suami pasien
menyetujui tindakan operasi.
36
4.2. Faktor Risiko
Pada pasien ini faktor risiko terjadinya mioma uteri adalah usia yang dimana
pertama kali pada usia 39 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa 27% wanita umur 25 tahun mempunyai sarang mioma (Kurniasari, 2010)
4.3. Penatalaksanaan
Pasien setelah mendapat persetujuan dari keluarga langsung dilakukan kuretase dan
laparatomi untuk menghentikan perdarahan yang terjadi oleh karena ruptur tuba.
Sebelum dioperasi dipersiapkan darah dan diberikan suntikan antibiotika
profilaksis. Saat abdomen dibuka, darah dan bekuan darah pada cavum abdomen ±
750 cc, hal ini membuktikan adanya perdarahan dan menjelaskan terjadinya tanda-
tanda syok pada pasien. Setelah ditelusuri didapatkan ruptur tuba dextra lalu tuba
diklem dilakukan salfingektomi dextra. Setelah mendapatkan perawatan selama 3
hari kondisi pasien membaik dan diijinkan untuk pulang.
4.4. Komplikasi
Komplikasi yang terdapat pada pasien ini adalah adanya tanda-tanda syok oleh
karena perdarahan pada ruptur tuba dextra.
4.5. Prognosis
Pada penderita mioma uteri yang sudah dilakukan tindakan histerektomi adalah
penyembuhan yang sempurna. Miomektomi yang berlanjutan akan menyebabkan
uterus dan kavitasnya kembali ke keadaan normal. Pada kasus pasien dilakukan
tindakan histerektomi dan memiliki prognosis yang baik (DeChereney, 2006).
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Mioma uteri ataupun dikenali sebagai fibromioma uteri, leiomioma uteri dan
uterine fibroid dalam dunia kedokteraan merupakan tumor jinak yang strukturnya
utama adalah otot polos rahim
Dilaporkan seorang perempuan berusia 48 tahun datang dengan keluhan haid yang
memanjang yang lebih dari 2 minggu dan disertai nyeri. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan abdomen teraba massa padat kenyal dan permukaan licin. dan disertai
nyeri pada pusar dan menjalar ke pinggang. Setelah 4 hari dirawat, pasien
dipulangkan dalam keadaan membaik.
5.2 Saran
Kepada teman sejawat dokter umum, untuk lebih meningkatkan kesadaran terhadap
tanda dan gejala mioma uteri sebab merupakan suatu kondisi yang berpotensi
menimbulkan kegawatdaruratan dan segera lakukan rujukan apabila terdapat
kecurigaan yang mana gejala mioma uteri sangat bervariasi, dapat terjadi secara
mendadak, perlahan ataupun menahun.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Mochamad , 2011. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: P.T Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Alicia Armeli. 2015. Fibroid Risk Factor: Obesity.
[ONLINE] Available at: https://ask4ufe.com/fibroid-risk-factor-obesity/.
Artifasari, A., 2014. Gambaran Angka Kejadian Mioma Uteri Berdasarkan Umur
Dan Paritas Di RSUD Tenriawaru Kelas B Kabupaten Bone Tahun 2011-
2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis , [Online]. 4(4), 508-510.
Available at:
http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/11/elibrary%20stikes%20nani%20has
anuddin--aartifasar-504-1-44145085- 1.pdf.
Fred M. Howard MD, 2000. Pelvic Pain: Diagnosis and Management. 1 Edition.
LWW, 152. Horner, Kyle L, 2006. Leiomyoma. Medscape, [Online]. 1(1),
1. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1057733-overview.
39
Kurniasari, Tri, 2010. Karekteristik Mioma Uteri Di RSUD Dr. MOewardi.
Degree. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Life Extension. 2014. Uterine
Fibroids. [ONLINE] Available
at:http://www.lifeextension.com/Protocols/Female-
Reproductive/UterineFibroids/Page-01?p=1.
Lilyani, Devy Isella, 2012. Hubungan Faktor Resiko dan Kejadian Mioma Uteri di
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Jurnal Kedokteraan
Muhammadiyah, [Online]. 1(1), 14-19. Available
at:http://download.portalgaruda.org/article/98440/5092.
Rahmi, Ita, 2012. Gambaran Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Mioma Uteri Di
Poliklinik Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat, [Online]. 11(2), 20-
26. Available at: http://ejournal.uui.ac.id/jurnal/ITA_RAHMI-
zhvjurnal_ita_rahmi.pdf.
Stuti, Aria, 2011. Hubungan Faktor Resiko dan Kejadian Mioma Uteri. Jurnal
Unimus, [Online]. 1(1), 1-11. Available at:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-ariastuti0-5245- 2-
babii.pdf.
40
41