discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/242226924
Article
CITATIONS READS
0 214
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Heri Hermansyah on 02 April 2015.
Abstract
Enzyme immobilization is a recovery technique that has been studied in several years, using
support as a media to help enzyme dissolutions to the reaction substrate. Immobilizing method
used in this study was adsorption method, using specific lipase from Rhizopus oryzae. The
reaction studied was olive oil hydrolysis in oil-water emulsion system. Several support such as
chitin, silica gel, Al2O3, CaCO3, and latex were selected by its ability to adsorb lipase. Hydrolysis
reaction using free lipase show the conversion reaches 29.46 % at 8 hours. Chitin and silica gel
shows enzyme loading rate respectively 68.67 % and 56.62 %, giving more lipase to adsorb than
Al2O3 (50.60 %), CaCO3 (46.98 %), and latex (43.37 %). Silica gel and chitin concluded as the
best support for adsorption technique. Optimal time needed by this support to adsorb lipase is 3
hours. Lipase in chitin reaches 24.7 % for the conversion of hydrolysis, higher than silica gel
support 19.9 %. Lipase reacts optimally in pH 7 and temperature 37 oC. Identical result showed
for free lipase and immobilized lipase. Immobilized lipase shows stability until its 3rd uses, further
reaction yielding hydrolysis conversion below 5 %, and considered uneconomic to be continued.
Key words: lipase; immobilized; support; hydrolysis
Pendahuluan
Lipase merupakan enzim yang memiliki peran yang penting dalam bioteknologi modern. Banyak industri yang
telah mengaplikasikan penggunaan enzim sebagai biokatalis. Lipase terkenal memiliki aktivitas yang tinggi dalam reaksi
hidrolisis dan dalam kimia sintesis. Lipase dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi reaksi hidrolisis, esterifikasi,
alkoholisis, asidolisis and aminolisis. Candida dan Rhizopus yang merupakan organisme yang paling sering dipakai
sebagai sumber sintesis penghasil lipase[Pandey, dkk, 1999]. Enzim lipase yang diamati berasal dari sekresi mikroba
Rhizopus oryzae, yaitu lipase yang bereaksi secara spesifik memutus rantai fatty acid trigliserol pada posisi sn-1 dan sn-
3, sering disebut dengan lipase spesifik regio 1,3[Valley research, 2007].
harga lipase komersial biasanya sangat tinggi karena proses produksinya yang sulit dan memakan waktu. Selain
itu, dalam proses reaksi enzimatis, lipase tidak dapat digunakan kembali lagi karena terlarut dalam media reaksi[Kirk, et.
Al. , 2002]. Hal ini menyebabkan biaya reaksi yang dikatalisis lipase menjadi meningkat. Perlu adanya penelitian tentang
teknik penggunakan kembali lipase, salah satunya adalah teknik reaksi immobilisasi dengan bantuan support sebagai
media pembantu yang dapat menahan enzim dalam struktur molekulnya. diharapkan enzim dapat digunakan kembali
sehingga biaya produksi reaksi enzimatis dapat ditekan[Scragg, A H].
Terdapat beberapa macam teknik immobilisasi yang dapat diaplikasikan. Setiap metode memiliki keunggulan
dan kelemahan masing-masing. Pada penelitian ini, dilakukan pengamatan dengan teknik adsorpsi fisik sederhana
karena kemudahannya dalam pengamatan dan nilai keekonomisannya yang cukup baik[Kennedy, J.].
Untuk melakukan immobilisasi enzim, perlu dilakukan pengamatan tentang support yang akan dipakai.
Terdapat beberapa macam support yang dapat dipakai untuk metode adsorpsi, yaitu support organik seperti latex, kitin
dan support anorganik seperti silica gel, CaCO3, Al2O3, dan lainnya. Tiap support memiliki karakteristik berbeda dalam
teknik immobilisasinya[Minovska, 2007].
Perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk melakukan immobilisasi enzim untuk berbagai reaksi enzimatis.
Efektivitas reaksi immobilisasi dilihat dengan menggunakan reaksi dasar yang paling mudah diamati, yaitu reaksi
hidrolisis[Lehninger, 1982]. Pengamatan yang harus dilakukan adalah pemilihan support berdasarkan kemampuan
bahan dalam membantu suatu reaksi enzimatis, dilihat dari konsentrasi enzim yang dapat terserap oleh support. Reaksi
hidrolisis diamati sebagai reaksi dasar karena kemudahannya dalam melakukan reaksi dan dapat menghasilkan konversi
yang baik.
Sebelum melakukan immobilisasi, enzim lipase akan dikarakterisasikan terlebih dahulu, dalam hubungannya
dengan aktivitas enzimatis per satuan waktu[Biochemical engineering and biotechnology handbook]. Pengamatan awal
dilakukan pada beberapa jenis support untuk membandingkan seberapa banyak support tersebut dapat menahan enzim.
Selanjutnya pengamatan dilakukan untuk mengetahui waktu immobilisasi optimal, kondisi pH dan temperatur optimal
dalam reaksi hidrolisis, dan pengujian stabilitas enzim pada support yang ditunjukkan dengan penggunaan kembali
lipase ter-immobilisasi untuk reaksi. Dari hasil pengamatan ini, akan dibuat pemodelan matematika sederhana untuk
menggambarkan reaksi hidrolisis enzimatis lipase.
Bahan
Enzim yang digunakan adalah lipase Rhizopus oryzae (Fungal lipase 8000, Valley Research, Amerika Serikat)
dalam fasa bubuk. Minyak zaitun (Virgin olive oil, Borges, Spain), dibeli dari supermarket. Support Latex, kitin, Al2O3
dan CaCO3 serta silika gel dan bahan kimia lain seperti air Reversed Osmosis (RO), Poly vinyl alkohol (PVA),
NaH2PO4, Na2HPO4.2H2O, Indikator Penolpthalein (pp), Na2CO3, NaOH, CuSO4, NaKC4H4O6, BSA, NaCl, KCl,
KH2PO4 dan Follin-Ciocalteu reagent didapat dari stok lab.
Reaksi hidrolisis
Dalam Erlenmeyer, lipase (120 mg) dilarutkan dalam 4 mL buffer Phosphate (0.1 M, pH 7), lalu distirer (1000
rpm) selama 30 menit untuk melarutkan enzim[Minovska, 2007].
Untuk immobilisasi, larutan enzim tersebut dicampurkan dengan 1 gram support (latex, kitin, Al2O3, CaCO3,
silika gel), lalu campuran di shaker secara perlahan selama 3 jam pada suhu ruang[Nawani].
Reaksi hidrolisis trigliserida spesifik adalah sebagai berikut:
Minyak Zaitun sebanyak 5 ml ditambahkan dengan 15 ml air dan 0.3 gram PVA sebagai pengemulsi. Setelah
itu ditambahkan larutan lipase, dan dicampurkan dengan 16 ml buffer phosphate (0.1 M, pH 7.0), dishaker pada 400
rpm, pada suhu ruang 33 oC[Minovska, 2007].
Dilakukan sampling sebanyak 2 ml minyak, lalu ditambahkan 3 tetes indikator pp dan dititrasi dengan NaOH
0.05 M. Aktivitas lipase yang semakin tinggi ditunjukkan oleh semakin banyaknya volume NaOH yang dibutuhkan
untuk titrasi.
Gambar 2. 1 Skema reaksi hidrolisis enzimatis spesifik pada minyak zaitun
Mol Free Fatty Acid (FFA) dalam trigliserida secara teoritis dihitung dengan cara:
Minyak zaitun seluruhnya terdiri dari trigliserida (trioleogliserol).
Tiap 2 ml sampel minyak zaitun memiliki berat 1.7 gram = 1700 mg
Trioleogliserol (trigliserida dari minyak zaitun) dengan rumus molekul (C17 H35 COO)3 C3H5 memiliki berat
molekul 884 g/mol, berarti dalam 2 ml sampel minyak zaitun terdapat mol trigliserida sebanyak 1.923 mmol.
Mol FFA yang maksimal terbentuk secara teoritis dalam 2 ml sampel minyak zaitun adalah 3 x mol trigliserida,
yaitu sebesar 5.769 mmol
Reaksi NaOH dengan (FFA)adalah sebagai berikut:
C17H34COOH + NaOH C17H34COONa + H2O
Banyaknya konsentrasi asam lemak bebas atau FFA (CFFA) yang terkandung dalam 2 ml substrat minyak dihitung
dengan:
Mol FFA = mol NaOH
= 0.05M x volume NaOH titrasi
Seleksi support
Sebelum immobilisasi, free enzim diukur absorbansinya dan disetiap akhir masa inkubasi sebanyak 1 ml
sample lipase diambil dan disentrifugasi pada 14000 rpm selama 3 menit untuk memisahkan cairan dari support.
Enzim loading dihitung dengan rumus:
CE = C0 – Ct ...........…(2)
dimana:
CE (mg/ml)= konsentrasi enzim ter-immobilisasi
C0 (mg/ml)= konsentrasi enzim sebelum immobilisasi Ct (mg/ml)= konsentrasi enzim pada waktu t
Dua support dengan CE terbesar dipilih untuk diuji dalam percobaan selanjutnya.
Waktu immobilisasi : Membuat immobilisasi lipase pada 4 macam labu erlenmeyer yang berbeda untuk setiap waktu
immobilisasi.
Pengamatan pengaruh ph terhadap aktivitas lipase : Pengamatan pengaruh pH untuk reaksi hidrolisis menggunakan
lipase yang sudah diimobilisasi. Percobaan ini dilakukan dengan memvariasikan pH pada saat immobilisasi dan reaksi
hidrolisis (pH 6, 6.5, 7, 7.5, dan 8). Pengaturan variasi pH dilakukan dengan mengatur pH buffer phosphat.
Pengamatan pengaruh temperatur aktivitas lipase : Membuat variasi suhu reaksi hidrolisis (33 oC, 37 oC, 47 oC, dan 57
o
C). Pengaturan temperatur dilakukan dengan menginkubasi campuran dalam shaker inkubator.
Uji stabilitas
Uji stabilitas dilakukan dengan menggunakan enzim yang diimmobilisasi dengan support terbaik hasil dari
percobaan sebelumnya. Sampling dilakukan pada waktu yang ditentukan (waktu penghentian reaksi sama untuk setiap
penggunaan ulang).
Lipase ter-immobilisasi dipisahkan dari substrat reaksi, kemudian digunakan kembali dalam reaksi dengan
prosedur yang sama menggunakan lipase tersebut. Konversi hidrolisis dibandingkan untuk melihat bagaimana stabilitas
lipase yang ter-immobilisasi. Reaksi perulangan dihentikan sampai konversi hidrolisis sudah berada dibawah 5 %. Dari
tahapan percobaan ini akan diketahui stabilitas lipase dalam melakukan reaksi hidrolisis.
40
0.3
2
y = 0.3064x R = 0.9983
30
% hidrolisis
absorbansi
0.2
20
0.1
10
0 0
0 4 8 12 0 0.4 0.8 1.2
Gambar 3. 1 Pengaruh waktu reaksi terhadap % hidrolisis Gambar 3. 2 Kurva kalibrasi standar protein
pada free lipase
[pH: 7.0, Thidrolisis: 33 oC, shaking ratehidrolisis: 400 rpm]
Enzim lipase yang digunakan pada pengamatan ini berasal dari sekresi mikroba Rhizopus oryzae yang bereaksi
secara spesifik memutus rantai fatty acid trigliserol pada posisi sn-1 dan sn-3, sering disebut dengan lipase spesifik regio
1,3. Analisa aktivitas/konversi enzimatik pada penelitian ini dilakukan dengan melihat kandungan total FFA secara bulk,
tanpa menghiraukan dari rantai berapa FFA tersebut berasal, sehingga konversi yang dihasilkan cenderung rendah,
karena rantai FFA pada posisi -2 tidak terpotong. Konversi yang ditunjukkan dengan % hidrolisis ini tidak menunjukkan
aktivitas enzim secara detail, hanya melihat seberapa banyak pembentukan FFA per waktu, sehingga konversi yang
dihasilkan cenderung kecil. Ada dugaan kuat jika digunakan enzim yang memotong trigliserida secara acak, konversi
dapat meningkat.
Immobilisasi Enzim
Kurva kalibrasi untuk konsentrasi enzim
Nilai konsentrasi protein terkandung dapat diketahui dengan menggunakan data kalibrasi standar protein,
dimana kurva ini memberikan konversi absorbansi terhadap konsentrasi protein. Persamaan garis yang didapat adalah y
= 0.3064x, dimana y adalah adsorbansi dan x adalah konsentrasi protein. Protein terlarut didapatkan dengan mengalikan
absorbansi dengan slope persamaan garis 0.3064 untuk mendapatkan konsentrasi protein terlarut.
80
80
% loading
% loading
40 40
0
0 0 2 4 6 8
silika kitin Al2O3 CaCO3 latex
waktu immobilisasi
enzim loading kitin
support enzim loading silika gel
lipase teradsorb
Gambar 3. 3 Pengaruh jenis support terhadap Gambar 3. 4 Pengaruh waktu immobilisasi terhadap
enzim loading enzim loading
[pH: 7.0, Timmobilisasi: 33 oC, timmobilisasi: 3 jam, [pH: 7.0, Thidrolisis: 33 oC, shaking rateimmobilisasi: 100rpm]
shaking rateimmobilisasi: 100 rpm]
Dari sisi struktur bahan, kitin dan latex adalah polimer, CaCO3 dan Al2O3 adalah garam, dan silika adalah
material Si yang porous dan amorphous. Kitin dan latex memiliki potensi untuk menahan enzim karena strukturnya
yang besar sepanjang rantai polimer. Namun latex kurang mampu menahan lipase karena kemampuan ikatan inter
molekulnya rendah. Kitin unggul dalam penyerapan lipase karena memiliki struktur bubuk yang menyerupai adsorben,
seperti halnya bubuk kayu, dimana air dapat menyerap masuk secara kuat ke dalam pori-pori antar molekul. Ditambah
dengan kemampuan adsorpsi intramolekul, kitin baik digunakan sebagai adsorben. Silika gel adalah partikel adsorben
alamiah, dimana zat ini akan menyerap air dengan batas tertentu. Kemampuan adsorpsi permukaan dan intra molekul
silika gel sudah terbukti secara luas, namun yang membuat silika gel tidak lebih baik dari kitin adalah kemampuan
penyerapan intermolekul yang kurang kuat. Hal ini disebabkan karena silika gel berbentuk padat, sehingga kekuatan
tarik antar partikel menjadi rendah. Hal ini yang membuat kitin unggul. Sedangkan untuk ketiga bahan yang lain, karena
bentuknya yang bubuk halus, kemampuan mereka sebagai penyerap larutan enzim menjadi berkurang. Namun tidak
menutup kemungkinan untuk menggunakan ketiga zat ini sebagai adsorben karena kemampuan serap bahan-bahan ini
tidak kalah jauh dari kitin dan silika gel. Solusi yang dapat dilakukan adalah menambah jumlah massa support untuk
volume larutan enzim yang tetap.
Dari pori-pori tiap bahan, ukuran pori terbesar dimiliki silika gel sebagai adsorben alami. Zat ini memiliki
“ruang pengunci” (interlocking cavities) yang memberikan media dengan luas permukaan yang besar. Struktur inilah
yang memberikan kemampuan silica gel sebagai media pengabsorb. Kitin adalah polimer organik yang sudah di-
deproteinasi dan de-mineralisasi, meninggalkan pori yang dapat diisi oleh zat lain. Pori-pori ini merupakan tempat
dimana protein alami kitin berasal, afinitas terhadap protein menjadi lebih besar, sehingga lipase yang merupakan
protein lebih tertarik masuk kedalam pori kitin. Karena itu, enzim loading pun menjadi semakin besar. Dengan pori yang
besar dan luas permukaan yang besar, kitin dapat menyerap lipase dengan baik. Untuk ketiga bahan sisanya, hanya latex
yang merupakan polimer alamiah yang mempunyai pori untuk ditempati enzim, sedangkan CaCO3 dan Al2O3
tidak/sedikit memiliki pori dibanding ketiga bahan diatas, namun support ini memiliki ikatan intermolekul dengan
larutan lipase yang cukup baik, yang mengimbangi ketidakmampuan mereka dalam penyerapan kedalam pori. Latex
yang memiliki pori lebih besar tidak mampu menahan lipase karena ikatannya dengan lipase tidak lebih kuat dari garam-
garam CaCO3 dan Al2O3.
Berdasarkan kemampuan kedua support ini dalam mengadsorb lipase, kitin dan silika gel adalah material yang
potensial untuk dilanjutkan pengamatannya dalam aplikasinya untuk reaksi hidrolisis. Pada tahap ini, akan dipilih
support yang mampu memberikan kondisi dimana lipase dapat berkontribusi secara maksimal dalam reaksi.
Waktu Immobilisasi
Kitin memiliki persentase loading yang baik, mencapai nilai 72.29 % untuk adsorpsi maksimal, sedangkan
adsorpsi maksimal silika gel sekitar 61 %. Dibandingkan kitin yang sudah memiliki loading yang hampir sama mulai
dari jam pertama waktu immobilisasi, silika membutuhkan waktu agar lipase teradsorb. Pengamatan persen loading
untuk kedua support dengan waktu immobilisasi bervariasi dapat dibandingkan pada Gambar 3.4.
Reaksi Hidrolisis Menggunakan Lipase Ter-Immobilisasi Pada Kitin Dan Silika Gel
Gambar 3.5 menunjukkan engamatan pada kedua support, menghasilkan grafik aktivitas dengan
kecenderungan yang sama. Konversi hidrolisis support kitin pada jam ke-8 adalah 24,7 %, dan konversi selanjutnya
pada jam ke-10 dan -12 menghasilkan konversi 25.13 %. Untuk support silika gel, konversi sudah mengalami
kestabilan pada jam ke-8 dan -10 dengan konversi 19.9 % dan 20.8 %. Konversi secara keseluruhan memiliki
kecenderungan laju yang naik secara tajam sampai sekitar jam ke-6, dan cendering stabil setelah melewati jam ke-8.
Secara keseluruhan, support kitin memiliki aktivitas reaksi yang lebih baik dari support silika gel. Hal ini
sebanding dengan kemampuan kitin dalam menyerap enzim lipase, ditunjukkan kemampuan enzim loading yang paling
baik.
40
40
30
30
% hidrolisis
20
% hidrolisis
20
10
10
0
0 4 8 12
waktu [jam]
0
free lipase 5 6 7 8
support kitin
support silika gel pH free lipase
support kitin
Gambar 3. 5 Pengamatan reaksi hidrolisis menggunakan Gambar 3. 6 Pengaruh pH terhadap % hidrolisis untuk
lipase ter-immobilisasi lipase pada support kitin
[pH: 7.0, Thidrolisis: 33 oC, timmobilisasi: 3 jam, shaking [Thidrolisis: 33 oC, timmobilisasi: 3 jam, shaking rateimmobilisasi:
rateimmobilisasi: 100 rpm, shaking ratehidrolisis: 400 rpm] 100 rpm thidrolisis: 8 jam, shaking ratehidrolisis: 400 rpm]
40 40
30
30
% hidrolisis
% hidrolisis
20
20
10
10
0
30 40 50 60
o
0
temperatur [ C]
1 2 3 4 5 6
free lipase
support kitin jumlah penggunaan
Gambar 3. 7 Pengaruh temperatur terhadap % hidrolisis Gambar 3. 8 Penggunaan kembali lipase ter-immobilisasi
[pH: 7, timmobilisasi: 3 jam, shaking rateimmobilisasi: 100 rpm [Thidrolisis: 37 oC, pH: 7, timmobilisasi: 3 jam,
thidrolisis: 8 jam, shaking ratehidrolisis: 400 rpm] shaking rateimmobilisasi: 100 rpm
thidrolisis: 8 jam, shaking ratehidrolisis: 400 rpm]
Gambar 3.7 memperlihatkan aktivitas hidrolisis lipase meningkat dari temperatur 33 oC dan akan menurun
setelah melewati temperatur 37 oC. Konversi tertinggi pada temperatur optimal didapat sebesar 31.2 % untuk reaksi free
enzim, sedangkan pada enzim ter-immobilisasi pada kitin didapat konversi sebesar 26 %. Disimpulkan bahwa lipase ini
memiliki kondisi temperatur optimal pada temperatur 37 oC. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara free lipase
dengan lipase ter-immobilisasi.
Kesimpulan
Reaksi hidrolisis Lipase Rhizopus oryzae terwakili pada jam ke-8 dengan konversi 29.46 %. Metode adsorpsi
cocok untuk diterapkan pada support kitin dan silika gel karena mempunyai kemampuan adsorpsi yang lebih baik.
Waktu optimal yang dibutuhkan support kitin dan silika gel untuk mengadsorpsi lipase adalah selama 3 jam. Lipase
pada support kitin lebih mendukung reaksi hidrolisis dibanding lipase pada support silika gel. Kondisi optimum reaksi
hidrolisis baik untuk reaksi free lipase dan ter-immobilisasi adalah pH 7 dan temperatur 37 oC. Penggunaan reaksi
berulang dalam uji stabilitas hanya efisien terjadi pada reaksi yang ke-3 kalinya, dan untuk reaksi selanjutnya dianggap
sudah tidak ekonomis. Disimpulkan bahwa support kitin kurang memiliki kemampuan menahan enzim dalam struktur
molekulnya.
Daftar Pustaka
Pandey, A., Benjamin, S., Soccol, C.R., Nigam, P., Krieger, N. and Soccol, V.T. 1999. The Realm of Microbial Lipases
in Biotechnology. Biotechnol. Appl. Biochem., 29, 119-131.
Valley research. Fungal lipase 8000 manual. Valley research, Amerika Serikat. 2007.
Kirk, Ole., Vedel, Torben., Crone, Clause. 2002. Industrial Enzyme Application. Current opinion on biotechnology,
13:345-351.
Scragg, A H. Biotechnogy for Engineers: Biological Systems in Technological Processes. Chapter 12. immobilized
enzymes and cells. John willey & sons. New york.
Kennedy, J., Melo, E. H. M., Immobilized Enzyme and cells. University of Birmingham. United Kingdom.
Minovska, Vilma.,Winkelhausen, Eleonora., dan Kuzmanova, Slobodan. Lipase immobilized by diffferent terchiques in
various support material applied in oil hydrolisis. University St Cyril and Methodious. Faculty of Technology and
Metalurgy. 25 june 2007.
Lehninger, A. L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Terj, dari principles of biochemistry, oleh Thenawidjaja, M. Penerbit
Erlangga, Jakarta:xv+369 hlm.
Nawani, Neerupma., Rajvindaer Singh, Jagdeep Kaur. Immobilization and stability studies of a lipase from thermophilic
Bacillus sp: The Effect of Process Parameters on Immobilization of Enzyme. Electronic journal of Biotechnology ISSN
07173458. Vol. 9 No. 5.
Gerhardt, P.,Murray, R.G.E.,Wood, W.A.,Krieg, N.R Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM,
Washington DC, ISBN 1-55581-048-9, p518.