PENDAHULUAN
I. latar belakang
Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukan baik yang ada di atas, di bawah tanah dan/atau di air. Bangunan biasanya
dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam
kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya seperti halnya jembatan
dan konstruksinya serta rancangannya, jalan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain.Suatu benda
dapat dikatakan sebagai bangunan bila benda tersebut merupakan hasil karya orang dengan
tujuan untuk kepentingan tertentu dari seseorang atau lebih dan benda tersebut tidak dapat
dipindahkan kecuali dengan cara membongkar. Umumnya sebuah peradaban suatu bangsa dapat
dilihat dari teknik teknik bangunan maupun sarana dan prasarana yang dibuat ataupun
ditinggalkan oleh manusia dalam perjalanan sejarahnya.
Pada awalnya manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai sarana dan
prasarana ataupun infrastruktur dalam kehidupannya. Seperti halnya memanfaatkan gua sebagai
tempat tinggal. Kemudian memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai bahan-bahan untuk
membuat infrastruktur seperti halnya batu, tanah dan kayu. Setelah ditemukan bahan bahan
tambang yang dapat digunakan untuk membuat alat atau benda yang menunjang sebuah
bangunan seperti halnya barang logam dan mengolah bahan bahan alam seperti mengolah batuan
kapur, pasir dan tanah. Dalam perkembangannya, manusia membuat bahan bahan bangunan dari
hasil industri atau buatan manusia yang bahan-bahannya bakunya diambil dari alam.
. Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari hal tersebut seperti halnya
arsitektur, teknik sipil yang berkaitan dengan bangunan. Penggunaan trigonometri dalam
matematika juga berkaitan dengan bangunan yang diduga digunakan pada masa Mesir kuno
dalam membangun Piramida. Pada masa sekarang, bangunan-bangunan berupa gedung
tinggi dianggap merupakan ciri kemajuan peradaban manusia.
Teknik bangunan adalah suatu disiplin ilmu teknik yang berkaitan dengan perencanaan,
disain, konstruksi, operasional, renovasi dan pemeliharaan bangunan, termasuk juga kaitannya
dengan dampaknya terhadap lingkungan sekitar.
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam
bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan
infrastruktur pada suatu atau pada beberapa area. Suatu pekerjaan konstruksi merupakan
gabungan atau rangkaian dari banyak pekerjaan.Pekerjaan konstruksi umumnya diatur oleh
seorang manajer konstruksi (construction manager), serta dilaksanakan dan diawasi oleh
manajer proyek, tenaga teknik perancangan (design engineer) atau arsitek lapangan (project
architect).
Proyek konstruksi adalah rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan upaya pembangunan
sesuatu bangunan umumnya mencakup pekerjaan pokok dalam bidang teknik sipil dan arsitektur,
meskipun tidak jarang juga melibatkan disiplin lain seperti teknik industri, mesin, elektro,
geoteknik, maupun lansekap.
Konstruksi Bangunan merupakan bahan bangunan yang disusun sedemikian rupa
sehingga dapat menahan beban dan menentukan pola bangunan.
Untuk membuat sebuah bangunan dibutuhkan struktur bangunan yaitu bagaimana
membuat konsep dasar dari sebuah bangunan yang satu sama lain saling terkait dan memberikan
kontribusi terhadap apa yang dibebankan.
Konstruksi bangunan diterapkan sebaik mungkin karena hal ini menjamin kekuatan,
estetika dan umur sebuah bangunan. Dengan konstruksi bangunan yang kokoh maka menjamin
umur bangunan tersebut lama dan yang terpenting adalah aman untuk digunakan.
1. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui bahan-bahan bangunan yang
biasa digunakan di dalam pekerjaan konstruksi bangunan
Bab 2
Pembahasan
.1.1. Kompenen pondasi bangunan
secara umum struktur bangunan sipil terdiri dari komponen pondasi, struktur bawah
(substructrure), dan struktur atas (uper structure).Pondasi adalah struktur bangunan yang
menopang strukturtur bangunan secara keseluruhan. Pondasi befungsi meneruskan seluruh
gaya-gaya yang terjadi pada sistem bangunan ke dalam media penopang struktur. Bahan-
bahan yang diperlukan, yaitu:
A.SEMEN
1. Pengertian semen
Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat. Secara sederhana,
Definisi semen adalah bahan perekat atau lem, yang bisa merekatkan bahan – bahan material lain
seperti batu bata dan batu koral hingga bisa membentuk sebuah bangunan. Sedangkan dalam
pengertian secara umum semen diartikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat mampu
mengikat bahan – bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat. atau material
plastis yang memberikan sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi bangunan.
Usaha untuk membuat semen pertama kali dilakukan dengan cara membakar batu kapur
dan tanah liat. Joseph Aspadain yang merupakan orang inggris, pada tahun 1824 mencoba
membuat semen dari kalsinasi campuran batu kapur dengan tanah liat yang telah dihaluskan,
digiling, dan dibakar menjadi lelehan dalam tungku, sehingga terjadi penguraian batu kapur
(CaCO3) menjadi batu tohor (CaO) dan karbon dioksida(CO2). Batu kapur tohor (CaO) bereaksi
dengan senyawa-senyawa lain membemtuk klinker kemudian digiling sampai menjadi tepung
yang kemudian dikenal dengan Portland
Sement portland
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 15-2049-2004, semen
Portland adalah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak (Clinker)
portland terutama yang terdiri dari kalsium silikat (xCaO.SiO2) yang bersifat hidrolis dan
digiling bersama – sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat (CaSO4.xH2O) dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain
(Mineral in component).Semen portland adalah suatu bahan konstruksi yang paling
banyak dipakai serta merupakan jenis semen hidrolik yang terpenting. Penggunaannya
antara lain meliputi beton, adukan, plesteran,bahan penambal, adukan encer (grout) dan
sebagainya.Semen portland dipergunakan dalam semua jenis beton struktural seperti
tembok, lantai, jembatan, terowongan dan sebagainya, yang diperkuat dengan tulangan
atau tanpa tulangan. Selanjutnya semen portland itu digunakan dalam segala macam
adukan seperti fundasi,telapak, dam,tembok penahan, perkerasan jalan dan
sebagainya.Apa bila semen portland dicampur dengan pasir atau kapur, dihasilkan
adukan yang dipakai untuk pasangan bata atau batu,atau sebagai bahan plesteran untuk
permukaan tembok sebelah luar maupun sebelah dalam.
Bilamana semen portland dicampurkan dengan agregat kasar (batu pecah atau
kerikil). dan agregat halus (pasir) kemudian dibubuhi air,maka terdapatlah beton. Semen
portland didefinisikan sesuai dengan ASTM C150, sebagai semen hidrolik yang dihasilkan
dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang pada umumnya
mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling
bersama dengan bahan utamanya. Perbandingan-perbandingan bahan utama dari semen
portland adalah sebagai berikut:
Semen alam adalah sebuah semen hidrolik yang dihasilkan dengan pembakaran batu
kapur yang mengandung lempung, terdapat secara alamiah, pada suhu lebih rendah dari suhu
pengerasan dan kemudian menggilingnya menjadi serbuk halus.Kadar silika, alumina dan
oxida besi cukup untuk mendapat gabungkan diri dengan kalsiumoxida sehingga terjadi
senyawa-senyawa kalsium silikat dan aluminat, yang dapat dianggap mempunyai sifat-sifat
hidrolik seperti semen alam. Kita kenal dua jenis semen alam, jenis pertama pada umumnya
dipergunakan dalam konstruksi beton bersamasama dengan semen portland.Jenis kedua
adalah semen yang telah dibubuhi bahan pembantu yaitu udara, jenis semen kedua ini
fungsinya sama seperti yang telah diutarakan diatas. Semen alam tidak boleh digunakan di
tempat-tempat yang tidak terlindung terhadap pengaruh cuaca langsung, akan tetapi dapat
dipergunakan dalam adukan atau beton yang tidak pernah akan mengalami tegangan tinggi,
atau dalam keadaan yang membutuhkan banyak bahan namun sama sekali tidak
memperhitungkan kekuatan bahan tersebut.
Jenis semen portland
1. Semen Portland Type I
Fungsi semen portland type I digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang tidak
memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai
pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% – 0, 10 % dan dapat digunakan untuk
bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur rel, dan
lain-lain.
2. Semen PortLand type II
Fungsi semen portland type II digunakan untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang
memerlukan ketahanan sulfat ( Pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,
10 – 0, 20 % ) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan
dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan jembatan
3. Semen Portland type III
Fungsi semen portland type III digunakan untuk konstruksi bangunan yang memerlukan
kekuatan tekan awal tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk
pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air
yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.
4. Semen Portland type IV
Fungsi Semen Portland type IV digunakan untuk keperluan konstruksi yang memerlukan
jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan
memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen
seperti ini digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana
kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor
kritis.
5. Semen Portland type V
Fungsi semen portland type V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/ air
yang mengandung sulfat melebihi 0, 20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan
limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan pembangkit
tenaga nuklir.
6. Super Masonry Cement
Semen ini dapat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan dan irigasi yang
struktur betonnya maksimal K 225. Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan
genteng beton, hollow brick, Paving Block, tegel dan bahan bangunan lainnya.
7. Oil Well Cement, Class G-HSR (High Sulfate Resistance)
Merupakan semen Khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi dan gas
alam dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan bumi, OWC yang telah
diproduksi adalah class G, HSR ( High Sulfat Resistance) disebut juga sebagai ” BASIC
OWC” . adaptif dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan
temperatur.
8. Portland Composite Cement (PCC)
Semen memnuhi persyratan mutu portland COmposite Cement SNI 15-7064-2004. Dapat
digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua beton. Struktur bangunan
bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan bangunan, beton pra tekan dan pra
cetak, pasangan bata, Plesteran dan acian, panel beton, paving block, hollow brick, batako,
genteng, potongan ubin, lebih mudah dikerjakan, suhu beton lebih rendah sehingga tidak
mudah retak, lebih tahan terhadap sulfat, lebih kedap air dan permukaan acian lebih halus.
9. Super ” Portland Pozzolan Cement” (PPC)
Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland SNI 15-0302-2004 dan
ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas seperti :
- konstruksi beton massa ( bendungan, dam dan irigasi)
- Konstruksi Beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat ( Bangunan tepi
pantai, tanah rawa) .
- Bangunan / instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi.
- Pekerjaan pasangan dan plesteran.
Semen masonry
Semen masonry pertama kali diperkenalkan di USA, kemudian berkembang
kebeberapa negara.Secara tradisional plesteran untuk bangunan umumnya menggunakan
kapur padam, kemudian meningkat dengan dipakainya semen portland yang dicampur
dengan kapur padam. Namun karena dianggap kurang praktis maka diperkanalkan Semen
Masonry
Semen hidrolis, yang digunakan terutama dalam pekerjaan menembok dan
memplester konstruksi, yang terdiri dari campuran dari semen portland atau campuran
semen hidrolis dengan bahan yang bersifat menambah keplastisan (seperti batu kapur, kapur
yang terhidrasi atau kapur hidrolis) bersamaan dengan bahan lain yang digunakan untuk
meningkatkan satu atau lebih sifat seperti waktu pengikatan (setting time), kemampuan kerja
(workability), daya simpan air (water retention), dan ketahanan (durability)
Jenis-Jenis Semen Masonary :
1. Semen masonry jenis N
Semen masonry yang digunakan untuk pembuatan adukan pasangan, sehingga
adukan pasangan yang dihasilkan memenuhi syarat mutu adukan pasangan jenis N, atau
bila ditambahkan semen portland atau semen hidrolis, campuran dapat menghasilkan
adukan pasangan yang memenuhi syarat mutu jenis S atau M
2.5 Penanggulangan
a. Menerapkan pola produksi blended cement yang bisa menurunkan separuh emisi CO2
b. Mengganti sebagian bahan-bahan dalam pembuatan semen dengan bahan yang lebih
ramah lingkungan
A. Kapur
Kapur termasuk bahan bangunan yang penting. Bahan ini telah dipakai sejak zaman kuno.
Orang-orang Mesir kuno memakai kapur untuk memplester bangunan. Di Indonesia, kapur
dikenal sebagai bahan ikat, dalam pembuatan tembok, pilar dan sebagainya.
Sifat-sifat kapur sebagai bahan bangunan (bahan ikat) yaitu:
Mempunyai sifat plastis yang baik (tidak getas)
Sebagai mortel, member kekuatan pada tembok.
Dapat mengeras dengan cepat dan mudah.
Mudah dikerjakan.
Mempunyai ikatan yang bagus dengan batu atau bata.
Kapur dapat dipakai untuk keperluan sebagai berikut:
Sebagai bahan ikat pada mortel
Sebagai bahan ikat pada beton. Bila dipakai bersama-sama Semen Portland, sifatnya
menjadi lebih baik dan dapat mengurangi kebutuhan semen Portland.
Sebagai batuan jika berbentuk batu kapur.
Sebagai bahan pemutih.
Kapur dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu:
Kapur tohor (CaO)
Kapur padam (Ca(OH)2)
Kapur udara
Kapur hidrolis
B. Pasir
Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran antara
0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di
beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur.
C. Jenis-jenis pasir :
Pasir urug : digunakan untuk menambah level lantai, sebagai landasan kerja, atau urug
pondasi.
Pasir pasang : digunakan untuk memasang bata dan plester.
Pasir putih Bangka : digunakan untuk campuran beton kekuatan tinggi, juga untuk
plester. Tingkat kekasarannya membuat penggunaan semen yg lebih ekonomis dan
setting yang lebih cepat.
Pasir beton
Pasir batu/sirtu
D. Air
Air yang digunakan harus bersih, segar dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti,
minyak, asam dan unsur organik.
E. Air
Air yang digunakan harus bersih, segar dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti,
minyak, asam dan unsur organik.
F. Kayu
Asal Usul Kayu Sebagai Material Bangunan
Bagian-Bagian Kayu
1. Kulit luar, lapisan yang berada paling luat dalam keadaan kering berfungsi sebagai
pelindung bagian-bagian yang lebih dalam pada kayu.
2. Kulit dalam, lapisan yang berada di sebelah dalam kulit luar yang bersifat basah dan
lunak, berfungsi mengangkut bahan makanan dari daun ke bagian lain.
3. Cambium, lapisan yang berada di sebelah kulit, jaringan ini ke dalam membentuk
kayu baru, sedangkan ke luar membentuk sel-sel jangat (kulit).
4. Kayu gubal, berfungsi sebagai pengangkut air berikut zat bahan makanan ke bagian-
bagian pohon yang lain.
5. Kayu teras, berasal dari kayu gubal, biasanya bagian-bagian sel yang sudah tua dan
kosong ini terisi zat-zat lain yang berupa zat ekstrasi.
6. Galih/hati, bagian ini mempunyai umur paling tua, karena galih (hati) ini ada dari
sejak permulaan kayu itu tumbuh.
7. Garis teras, jari-jari retakan yang timbul akibat penyusutan pada waktu pengeringan
yang tidak teratur.
Bumi terdapat sekitar satu triliun ton kayu, yang tumbuh pada dari 10 miliar ton per
tahun. Sebagai, berlimpah karbon-netral pada sumber daya terbarukan, bahan kayu telah
berkepentingan intens sebagai sumber energi terbarukan.
Pada tahun 1991, sekitar 3,5 miliar meter kubik kayu yang dipanen. Dominan di
perabotan dan konstruksi bangunan.
Kayu telah menjadi bahan konstruksi penting karena manusia mulai membangun tempat
penampungan, rumah dan perahu. Hampir semua perahu terbuat dari kayu sampai akhir
abad 19, dan kayu masih umum digunakan saat ini dalam konstruksi kapal.
Bahan kayu yang akan digunakan untuk pekerjaan konstruksi umumnya dikenal sebagai
kayu di Amerika Utara. Di tempat lain, bahan kayu biasanya mengacu pada pohon yang
ditebang, dan kata lain untuk papan gergajian siap digunakan adalah papan malt.
Perumahan lokal baru di berbagai belahan dunia saat ini umumnya terbuat dari konstruksi
bingkai kayu. Kayu direkayasa menjadi bagian yang lebih besar dari industri produk
konstruksi. Kayu dapat digunakan dalam bangunan baik perumahan dan komersial sebagai
bahan struktural dan estetika.
Dalam bangunan terbuat dari bahan lain, kayu masih akan ditemukan sebagai
bahan pendukung, terutama dalam konstruksi atap, di pintu interior dan kusennya, dan
sebagai cladding eksterior. Kayu juga biasa digunakan sebagai bahan shuttering untuk
membentuk cetakan dimana beton dituangkan dalam konstruksi beton bertulang
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan kayu
yang berasal dari satu pohon memiliki sifat yang agak berbeda, jika dibandingkan bagian
ujung dan pangkalnya.
Dalam hubungan itu maka ada baiknya jika sifat-sifat kayu tersebut dipahami lebih dahulu
sebelum kayu dipergunakan sebagai bahan bangunan, industri kayu maupun sebagai
perabotan rumah. Sifat yang dimaksud antara lain berkaitan dengan sifat-sifat anatomi
kayu, sifat fisik, sifat mekanik dan juga sifat kimianya.
Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat simetri radial
Kayu terdiri dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya
terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa (unsur karbohidrat)
serta berupa lignin (non-karbohidrat).
Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji
menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial dan radial). Hal ini disebabkan oleh
struktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel, bentuk menajang sel-sel kayu dan
pengaturan sel terhadap sumbu vertikal dan horisontal pada batang pohon.
Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu
dapat kehilangan atau bertambah kelembabannya akibat
perubahan kelembaban dan suhu udarasekitarnya.
Kayu dapat diserang makhluk hidup perusak kayu, dapat juga
terbakar, terutama bila kayu dalam keadaan kering.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifatyang berbeda-beda. Bahkan kayu berasal
dari satu pohon memiliki sifat agak berbeda, jika dibandingkan bagian ujung dan pangkalnya.
Dalam hubungan itu maka ada baiknya jika sifat-sifat kayu tersebut diketahui lebih dahulu,
sebelum kayu dipergunakan sebagai bahan bangunan,industri kayu maupun untuk pembuatan
perabot. Sifat dimaksud antara lainyang bersangkutan dengan sifat-sifat anatomi kayu, sifat-
sifat fisik, sifat-sifat mekanik dan sifat-sifat kimianya.
Di samping sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang
umum terdapat pada semua kayu yaitu:
1. Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat simetri radial.
2. Kayu tesusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding
selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa (unsure karbohidrat) serta
berupa lignin (non-karbohidrat).
3. Semua kayu bersifat anisotropic, yaitu memperllihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji
menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial dan radial). Hal ini disebabkan oleh
struktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel, bentuk memanjang sel-sel kayu dan
pengaturan sel terhadap sumbu vertikal dan horisontal pada batang pohon.
4. Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan atau
bertambah kelembabannya akibat perubahan kelembaban dan suhu udara di sekitarnya.
5. Kayu dapat diserang makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar, terutama jika kayu
keadaannya kering.
Bila sebatang pohon dipotong melintang dan permukaan potongan melintang itu
dihaluskan, maka akan tampak suatu gambaran unsur-unsur kayu yang tersusun dalam pola
melingkar dengan suatu pusat di tengah batang serta deretan sel kayu dengan arah mirip jari-
jari roda ke permukaan batang. Sebuah sumbu dapat dibayangkan melewati pusat itu dan
merupakan salah satu sumbu arah utama yang disebut sumbu longitudinal; sumbu ini disebut
sumbu arah radial. Selanjutnya yang tegak lurus dengan jari-jari kayu, tetapi tidak memotong
sumbu longitudinal, dinamakan sumbu arah tangensial. Ketiga sumbu arah utama ini sangat
penting zrtinyabagi keperluan mengenal sifat-sifsat kayu hyang khas. Yaitu antara lain sifat
anisotropik yang telah disebut, perbedaan dalam kekuatan kayu, kembang susut kayu dan aliran
zat cair di dalam kayu.
Di samping itu mengenal kekuatan kayu yang menahan beban, ternyata lebih besar pada arah
sumbu longitudinal daripada arah-arah yang lain. Demikian pula zat cair lebih cepat dan lebih
mudah pada arah longitudinal daripada arah sumbu radial dan tangensial. Sebaliknya kembang
susut kayu terbesar terdapat pada arah tangensial.
Beberapa hal yang tergolong dalam sifat fisik kayu adalah : Berat Jenis, Keawetan Alami,
Warna, Higroskopik, Berat, Kekerasan dan lain-lain.
Berat jenis
Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, berkisar 0,20 sampai 1,28. Berat jenis
merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat kayu. Makin berat kayu itu, umumnya
makin kuat pula kayunya. Semakin ringan suatu jenis kayu, akan berkurang pula
kekuatannya. Berat jenis kayu diperoleh dari perbandingan antara berat suatu volume
kayu tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standar.
Warna Kayu
Kayu mempunyai warna yang bermacam-macam. Kayu yang berwarna putih misalnya
kayu jelutung, kayu kempas dan renghas bewarna merah. Perbedaan warna ini
disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Ada banyak faktor
yang mempengaruhi warna kayu, antara lain: tempat didalam batang, umur pohon dan
kelembaban udara. Kayu tersa umumnya memiliki warna yang lebih jelas atau lebih
gelap daripada warna bagian kayu gubal. Kayu yang umurnya lebih tua umumnya
berwarna lebih gelap daripada kayu yang muda dari jenis yang sama. Kayu yang kering
berbeda pula warnanya dengan kayu yang basah. Demikian pula kayu yang lama berada
diluar kelihatan lebih gelap atau lebih pucat warnanya daripada kayu yang segar dan
kering udara.
Higroskopik
Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu suatu sifat yang dapat menyerap atau
melepaskan air atau kelembaban.Sifat higroskopik ini merupakan suatu petunjuk bahwa
kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara sekitarnya pada
suatu saat tertentu. Makin lembab udara disekitarnya maka makin tinggi pula kelembaban
kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Kandungan air pada kayu
seperti ini dinamakan kandungan air kesetimbangan (EMC=Equilibrium Moisture
Content) masuknya air kedalam kayu itu, maka berat kayu akan bertambah. Selanjutnya
masuk dan keluarnya air dari kayu menyebabkan kayu itu basah atau kering. Akibatnya
kayu itu akan mengembang atau menyusut.
Tekstur
Tekstur ialah ukuran relative sel-sel kayu. Yang dimaksut dengan sel kayu ialah serat-
serat kayu. Jadi dapat dikatakan tekstur ialah ukuran relative serat-serat kayu.
Berdasarkan teksturnya, kayu dapat digolongkan ke dalam :
Kayu bertekstur halus, contoh : giam, lara, kulim dllKayu bertekstur sedang, contoh : jati,
sonokeling dll
Kayu bertekstur kasar, contoh : meranti, kempas dll
Serat
Bagian ini terutama menyangkut sifat kayu, yang
menunjukkan arah sel-sel kayu di dalam kayu terhadap
sumbu batang pohon asal potongan tadi. Arah serat dapat
ditentukan oleh alur-alur yang terdapat pada permukaan
kayu. Kayu dikatakan berserat lurus, jika arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu
batang. Jika arah sel-sel itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap sumbu panjang
batang, dikatakan kayu itu berserat mencong. Serat mencong dapat dibagi lagi menjadi:
1. Serat berpadu; bila batang kayu terdiri dari lapisan-lapisan yang berselang-seling,
menyimpang ke kiri kemudian ke kanan terhadap sumbu batang, contoh kayu: kulim,
renghas, kapur.
2. Serat berombak; serat-serat kayu yang membentuk gamabaran berombak, contoh kayu:
renghas, merbau dan lain-lain
3. Serat terpilin; serat-serat kayu yang membuat gambaran terpilin (puntiran), seolah-olah
batang kayu dipilin mengelilingi sumbu, contoh kayu: bintangur, kapur, dammar dan
lain-lain
4. Serat diagonal; yaitu serat yang terdapat pada potongan kayu atau papan, yang digergaji
sedemikian rupa sehingga tepinya tidak sejajar arah sumbu, tetapi membentuk sudut
dengan sumbu.
Berat kayu
Berat sesuatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun, rongga-rongga
sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang dikandung dan zat-zat ekstraktif di dalamnya.
Berat suatu jenis kayu ditunjukkan dengan besarnya berat jenis kayu yang bersangkutan,
dan dipakai sebagai patokan berat kayu. Berdasarkan berat jenisnya, jenis-jenis kayu
digolongkan ke dalam kelas-kelas sebagai berikut:
Sangat berat = lebih besar dari 0,90
Berat = 0,75 - 0,90
Agak berat = 0,60 - 0,75
Ringan = lebih kecil dari 0,60
Sebagai contoh jenis kayu yang termasuk dalam kelas sangat berat adalah giam, balau,
dan lain-lain. Masuk kelas berat misalnya kulim,sedangkan agak berat misalnya
bintangur dan yang termasuk ringan misalnya pinus dan balsa.
Kekerasan
Pada umumnya terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dan berat kayu. Kayu-
kayu yang keras juga temasuk kayu-kayu yang berat. Sebaliknya kayu ringan adalah juga
kayu yang lunak. Berdasarkan kekerasannya, jenis-jenis kayu digolongkan sebagai
berikut:
Cara menetapkan kekerasan kayu ialah dengan memotong kayu tersebut arah melintang
dan mencatat atau menilai kesan perlawanan oleh kayu itu pada saat pemotongan dan
kilapnya bidang potongan yang dihasilkan. Kayu yang sangat keras akan sulit dipotong
melintang dengan pisau. Pisau tersebut akan meleset dan hasil potongannyaakan member
tanda kilauan pada kayu. Kayu yang lunak akan mudah rusak, dan hasil potongan
melintangnya akan memberikan hasil yang kasar dan suram.
Kesan raba
Kesan raba sesuatu jenis kayuadalah kesan yang diperoleh pada saat kita meraba
permukaan kayu tersebut. Ada kayu bila diraba member kesan kasar, halus, licin, dingin
dan sebagainya. Kesan raba yang berbeda-beda itu untuk tiap-tiap jenis kayu tergantung
dari: tekstur kayu, besar kecilnya air yang dikandung, dan kadar zat ekstraktif di dalam
kayu. Kesan raba ialah licin, apabila tekstur kayunya halus dan permukaannya
mengandung lilin. Sebaliknya apabila keadaan tekstur kayunya kasar. Kesan raba dingin
ada pada kayu bertekstur halus dan berat jenisnya tinggi, sebaliknya terasa panas bila
teksturnya kasar dan berat jenisnya rendah. Jati member kesan agak berlemak atau
berlilin kalau diraba; sedangkan kayu renghas memberi kesan gatalpadakulit(alergi).
Nilai dekoratif :
Umumnya menyangkut jenis-jenis kayu yang akan dibuat untuk tujuan tertentu yang
hanya mementingkan nilai keindahan tertentu pada kayu tersebut. Nilai dekoratif sesuatu
jenis kayu tergantung dari penyebaran warna, arah serat kayu, tekstur dan pemunculan
ria-riap tumbuh yang bersama-sama muncul dalam pola atau bentuk tertentu. Pola
gambar inilah yang membuat sesuatu jenis kayu yang memilikinya mempunyai suatu
nilai dekoratif. Kayu-kayu yang memiliki nilai dekoratif antara lain: sonokeling,
sonokembang, renghas, eboni, dan lain sebagainya.
Sifat-sifat lain :
Sifat lain antaranya sifat pembakaran. Semua jenis kayu dapat terbakar,tergolong dalam
tingkatan menjadi arang dan sampai menjadi abu. Sifat mudah terbakar ini pada satu
pihak memberi keuntungan, misalnya kalau kayu itu akan dipergunakan sebagai bahan
pembakar. Di lain pihak ada sifat yang merugikan, misalnya kalau kayu itu dipakai
sebagai bahan perabot atau bangunan. Walaupun demikian kayu tidak dapat ditinggalkan,
karena kayu memiliki sifat-sifat menguntungkan yang lebih besar bila dibandingkan
dengan sifat-sifat logam. Proses pembakaran sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik,
kimia dan anatomi kayu. Umunya jenis-jenis kayu dengan pembuluh-pembuluh besar
lebih mudah terbakar daripada jenis-jenis kayu yang berat. Selanjutnya kandungan
dammar yang banyak mempercepat pula pembakaran. Dengan adanya sifat-sifat ini,
maka jenis kayu yang dapat digolongkan ke dalam kelas daya tahan bakar misalnya kayu:
merbau, ulin, jati dan lain sebagainya. Daya tahan bakar yang kecil, misalnya kayu: balsa,
sengon, pinus dan lain sebagainya. Daya tahan bakar kayu dapat ditingkatkan dengan
membuat kayu itu menjadi anti api (fire proof) antara lain:
Menutup kayu itu dengan bahan lapisan yang tidak mudah terbakar, yang berfungsi
melindungi lapisan kayu di bawahnya terhadap api. (Asbes, pelat logam dan lain
sebagainya).
Menutup kayu itu dengan bahan-bahan kimia yang bersifat mencegah terbakarnya kayu,
misalnya: jenis cat tahan api, persenyawaan garam antara lain amoniun dan boor zuur,
dengan mengimpregnir kayu itu dengan macam-macam bahan kimia yang bersifat
mengurangi terbakarnya kayu. Ada juga bahan-bahan lain yang menghasilkan gas yang
dapat mencegah api tersebut.
Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu ialah kemampuan kayu untuk menahan muatan
dari luar. Yang dimaksud dengan muatan dari luar ialah gaya-gaya di luar benda yang
mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda. Kekuatan kayu
memegang peranan penting dalam penggunaan kayu untuk bangunan, perkakas dan lain
penggunaan. Hakekatnya hamper pada semua penggunaan kayu, dibutuhkan syarat kekuatan.
Dalam hubungan ini dibedakan beberapa macam kekuatan sebagai berikut:
Keteguhan tarik
Kekuatan atau keteguhan tarik suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan
gaya-gaya yang berusaha menarik kayu itu. Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah
sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan
tarik sejajar arah serat dan keteguhan tarik ini mempunyai hubungan dengan ketahanan
kayuterhadappembelahan.
Keteguhan tekan/kompresi
Keteguhan tekan suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan muatan
jika kayu itu dipergunakan untuk penggunaan tertentu. Dalam hal ini dibedakan 2
macam kompresi yaitu kompresi tegak lurus arah serat dan kompresi sejajar arah
serat. Keteguhan kompresi tegaklurus serat menentukan ketahanan kayu terhadap
beban. Seperti halnya berat rel kereta api oleh bantalan di bawahnya. Keteguhan
ini mempunyai hubungan juga dengan kekerasan kayu dan keteguhan geser.
Keteguhan kompresi tegaklurus arah serat pada semua kayu lebih kecil daripada
keteguhan kompresi sejajar arah serat.
Keteguhan geser
Yang dimaksud dengan keteguhan geser ialah suatu ukuran kekuatan
kayu dalam hal kemampuanya menahan gaya-gaya, yang membuat
suatu bagian kayu tersebut bergeser atau bergelingsir dari bagian lain
di dekatnya. Dalam hubungan ini dibedakan 3 macam keteguhan geser
sejajar arah serat, keteguhan geser tegaklurus arah serat dan keteguhan geser miring.
Pada keteguhan geser tegaklurus arah serat jauh lebih besar daripada keteguhan geser
sejajar arah serat.
Kekakuan
Kekakuan kayu baik yang dipergunakan sebagai blandar ataupun tiang ialah suatu
ukuran kekuatannya untuk mampu menahan perubahan bentuk atau lengkungan.
Kekakuan tersebut dinyatakan dengan istilah modulus elastisitas yang berasal dari
pengujian-pengujian keteguhan lengkung statik.
Keuletan ialah suatu istilah yan biasa dipergunakan bagi lebih dari satu sifat kayu.
Misalnya kayu yang sukar dibelah, dikatakan ulet. Ada pula pengertian bahwa kayu yang
ulet itu adalah kayu yang tidak akan patah sebelum bentuknya berubah karena beban-
beban yang sama atau mendekati keteguhan maksimumnya, atau kayu yang telah patah
dan dilekuk bolak-balik tanpa kayu tersebut putus terlepas. Dalam uraian ini keuletan
kayu diartikan sebagai kemmpuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relative
besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang
yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang
permanen dan kerusakan sebagian. Keuletan kebalikan dari kerapuhan kayu dalam arti
bahwa kayu yang ulet akan patah secara berangsur-angsur dan memberi suara
peringatan tentang kerusakannya. Sifat keuletan itu terutama merupakan faktor yang
penting untuk menentukan kepastian suatu jenis kayu tertentu untuk digunakan sebagai
tangkai alat pemukul, alat-alat olahraga dan lain penggunaan sebagai bagian alat untuk
mengerjakan sesuatu.
Kekerasan ialah suatu ukuran kekuatan kayu menahan gaya yang membuat takik atau
lekukan padanya. Juga dapat diartikan sebagai kemampuan kayu untuk menahan kikisan
(abrasi). Dalam arti yang terakhir kekerasan kayu bersamaan keuletannya merupakan suatu
ukuran tentang ketahanannya terhadap pengausan kayu. Hal ini merupakan suatu pertimbangan
dalam menentukan suatu jenis kayu untuk digunakan sebagai lantai rumah, balok pengerasan,
pelincir sumbu,dan lain-lain. Kekerasan dalam arah sejajar serat pada umumnya melampaui
kekerasan kayu dalam arah lain
Selulosa: bahan kristalin untuk membangun dinding-dinding sel. Bahan dasar selulosa
ialah glukosa, gula bermartabat enam, dengan rumus C6H12O6. Molekul-molekul
glukosa disambung menjadi molekul-molekul besar, panjang dan berbentuk rantai dalam
susunan menjadi selulosa. Selulosa merupakan bahan dasar yang penting bagi industri-
industry yang memakai selulosa sebagai bahan baku misalnya: pabrik kertas, pabrik
sutera tiruan dan lain sebagainya.
Lignin: bagian yang bukan karbohidrat, sebagai persenyawaan kimia yang jauh dari
sederhana, tidak berstruktur, bentuknya amorf. Dinding sel tersusun oleh suatu rangka
molekul selulosa, antara lain terdapat pula lignin. Kedua bagian ini merupakan suatu
kesatuan yang erat, yang menyebabkan dinding sel menjadi kuat menyerupai beton
bertulang besi. Selulosa laksana batang-batang besi dan lignin sebagai semen betonnya.
Lignin terletak terutama dalam lamella tengah dan dinding primer. Kadar lignin dalam
kayu gubal lebih tinggi daripada kayu teras. (Kadar selulosa sebaliknya).
Hemiselulosa:
Sealin kedua bahan tersebut di atas, kayu masih mengandung sejumlah zat lain sampai
15- 25%. Antara lain hemiselulosa, semacam selulosa berupa persenyawaan dengan
molekul-molekul besar yang bersifat karbohidrat. Hemiselulosa dapat tersusun oleh gula
yang bermartabat lima dengan rumus C5H10O5 disebut pentosan atau gula bermanfaat
enam C6H12O6 disebut hexosan. Zat-zat ini terdapat sebagai bahan bangunan dinding-
dinding sel juga sebagai bahan zat cadangan.
Zat ekstraktif:zat yang mudah larut dalam pelarut seperti: eter, alcohol, bensin dan air.
Banyaknya rata-rata 3 – 8% dari berat kayu kering tanur. Termasuk didalamnya minyak-
minyakan, resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati dan zat wsarna. Zat ekstraktif tidak
merupakan bagian struktur dinding sel, tetapi terdapat dalam rongga sel. Zat ekstraktif
memiliki arti yang penting dalam kayu karena:
Dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau dan rasa sesuatu jenis kayu
Dapat digunakan untuk mengenal sesuatu jenis kayu
Dapat digunakan sebagai bahan industry
Dapat menyulitkan dalam pengerjaan dan mengakibatkan kerusakan pada alat-alat
pertukangan.
Abu:
Di samping persenyawaa-persenyawaan organik, di dalam kayu masih ada beberapa zat
organik, yang disebut bagian-bagian abu (mineral pembentuk abu yang tertinggal setelah
lignin dan selulosa habis terbakar). Kadar zat ini bervariasi antara 0,2 – 1% dari berat kay
Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan awet bila
mempunyai umur pakai lama. Kayu berumur pakai lama bila mampu menahan bermacam-
macam factor perusak kayu. Dengan kata lain: keawetan kayu ialah daya tahan suatu jenis kayu
terhadap factor-faktor perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Kayu diselidiki
keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya kurang diperhatikan.
Pemakaian kayu menentukan pula umur keawetannya. Kayu, yang awet dipakai dalam
konstruksi atap, belum pasti dapat bertahan lama bila digunakan di laut, ataupun tempat lain
yang berhubungan langsung dengan tanah. Demikian pula kayu yang dianggap awet bila dipakai
di Indonesia. Serangga perusak kayu juga berpengaruh besar. Kayu yang mampu menahan
serangga rayap tanah, belum tentu mampu menahan serangan bubuk. Oleh karena itu tiap-tiap
jenis kayu mempunyai keawetan yang berbeda pula. Misalnya keawetan kayu meranti tidak akan
sama dengan keawetan kayu jati. Ada kalanya pada satu jenis kayu terdapat keawetan yang
berbeda, disebabkan oleh perbedaan ekologi tumbuh dari pohon tersebut
Secara singkat peraturan ini dimaksukan untuk memberikan acuan baku terkait dengan
aturan umum, aturan pemeriksaan dan mutu, aturan perhitungan, sambungan dan alat
sambung konstruksi kayu hingga tahap pendirian bangunan dan persyaratannya. Pada
buku tersebut juga telah dicantumkan jenis dan nama kayu Indonesia, indeks sifat kayu
dan klasifikasinya, kekuatan dan keawetannya.
1. Kayu mutu A
Kering udara
Besar mata kayu maksimum 1/6 lebar kecil tampang / 3,5 cm
Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
Miring arah serat maksimum adalah 1/7
Retak arah radial maksimum 1/3 tebal dan arah lingkaran tumbuh ¼ tebal kayu
2. Kayu mutu B
Konsekuensi dari kelas visual B harus memperhitungkan reduksi kekuatan dari mutu A
dengan faktor pengali sebesar 0.75 (PKKI, 1961, pasal 5)
2.16 KELAS KUAT KAYU
Sebagaimana di kemukakan
pada sifat umum kayu, kayu
akan lebih kuat jika
menerima beban sejajar
dengan arah serat dari pada
menerima beban tegak lurus
serat. Ini karena struktur
serat kayu yang berlubang.
Semakin rapat serat, kayu
umumnya memiliki
kekuatan yang lebih dari kayu dengan serat tidak rapat. Kerapatan ini umumnya ditandai
dengan berat kayu persatuan volume / berat jenis kayu. Dapat dilihat pada gambar di atas
dan dibawah.
Pengeringan kayu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan alami (di udara
terbuka) dan pengeringan buatan.
Panas yang di gunakan adalah sinar matahari cara pengeringan adalah menumpuk
dengan cara tertenu, kecepatan pengeringan tergantung dari beberapa factor yaitu:
Penumpukan kayu
Penumpukan kayu untuk peroses pengeringan harus memenuhi persyaratan tertentu agar
tidak cepat rusak, persyaratan tersebut adalah:
Tempat harus tinggi dan datar sehingga sehingga tidak tergenang oleh air pada
waktu hujan.
Sumber hama penyakit harus di hilangkan.
Jarak timbunan kayu dari lantai minimal 50 cm.
Lantai dasar dibuat agak miring agar air hujan cepat mengalir.
Antara tumpukan yang satu dengan yang lain harus ada ruang yang kosong untuk
sirkulasi udara dan memudahkan pengambilan atau penumpukan baru.
Tinggi tumpukan maximum 3,00 m dan bagian atas di beri tutup dan pemberat.
Untuk papan penumpukan dengan mnggunakan ganjal di samping.
F,beton
Membuat Beton yang BaikDi lapangan masih banyak dijumpai cara-cara membuat
beton yang belum benar, sehingga menghasilkan beton yang tidak memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan.hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab dari petugas-petugas yang ada di
lapangan pekerjaan, baik mereka berfungsi sebagai pengawas maupun pelaksana. Untuk
membuat beton yag baik sebenarnya menuntut banyak hal, jika mereka yang bertugas itu betul-
betul tahu apa beton itu. Jika para petugas di lapangan atau para pelaksana mau mematuhi cara
permainan dalam pembuatan beton, maka tentu akan dihasilkan beton yang baik, dan sebaliknya.
Kecuali itu, bahan-bahan dasar yang digunakan untuk beton juga sangat menentukan dalam
pembuatan beton yang baik. Semua bahan dasar yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai
bahan beton.
Untuk menjamin agar beton yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang di minta, dianjurkan
agar pertama-tama menguji terlebih dahulu agregat yang akan digunakan, kemudian membuat uji
coba beton atau campuran uji beton setelah rancangan campuran (mix design) dilakukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu
beton
Kelebihan Beton :
1. Beton mampu menahan gaya tekan dengan baik, serta mempunyai sifat
tahan terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi lingkungan.
2. Beton segar dapat dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan.
Cetakan dapat pula dipakai berulang kali sehingga lebih ekonomis.
3. Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan beton lama yang retak
maupun dapat diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan.
Kekurangan Beton :
1. Beton dianggap tidak mampu menahan gaya tarik, sehingga mudah retak.
Oleh karena itu perlu di beri baja tulangan sebagai penahan gaya tarik.
2. Beton keras menyusut dan mengembang bila terjadi perubahan
suhu,sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah
terjadinya retakan – retakan akibat terjadinya perubahan suhu.
3. Untuk mendapatkan beton kedap air secara sempurna, harus dilakukan
dengan pengerjaan yang teliti.
4. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan diteliti
secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi
bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
2. Pengadukan Beton
Pengadukan beton adalah proses pencampuran antara bahan-bahan dasar beton, yaitu
semen, pasir, krikil, dan air dalam perbandingan yang telah ditentukan. Pengadukan
dilakukan sedemikian rupa sampai adukan beton benar-benar homogen, warnanya
tampak rata, kelecekan cukup (tidak terlalu cair dan tidak terlalu kental), tidak tampak
adanya pemisahan butir (segregasi). Aduk beton yang kurang homogen akan dapat
menghasilkan beton yang kurang baik kualitasnya. Pengadukan dapat dilakukan dengan
tangan atau dengan mesin (molen).
a. Pengadukan dengan Tangan
Pengadukan dengan menggunakan tangan biasanya dilakukan apabila jumlah beton yang
dibuat tidak banyak. Cara ini juga dilakukan jika di tempat pekerjaan tidak ada mesin
pengaduk atau tidak diinginkan adanya suara mesin yang dirasa mengganggu.
b. Pengadukan dengan Mesin
Untuk pekerjaan-pekerjaan besar yang menggunakan beton dalam jumlah banyak,
pengadukan dengan menggunakan tanmgan akan dapat menghasilkan kualitas beton
kurang baik, karena tangan manusia jika sudah capai akan dapat menghasilkan aduk
yang kurang homogen. Dalam hal ini pengadukan dengan mesin akan lebih memuaskan,
karena dapat menghasilkan aduk beton yang lebih baik (homogen), dan dapat dilakukan
dengan ukuran yang lebih tepat serta dengan faktor air semen sedikit lebih kecil daripada
diaduk dengan tangan. Kecuali itu, pengadukan dengan mesin akan menghasilkan beton
yang hampir seragam.
Mesin pengaduk atau pencampur beton ada beberapa jenis. Secara umm dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu mesin pengaduk yang memiliki tempat pencampuran yang
berputar, dan mesin pengaduk yang memiliki tempat pencampuran tetap yang dilengkapi
dengan pengaduk untuk mencampur bahan. Mesin pengaduk ada yang memiliki sejenis
silinder putar yang dapat dimiringkan atau tidak dapat. Pencampur yang menerus ada
dua jenis, yaitu pencampur yang prosesnya dikerjakan oleh sejenis silinder putar, dan
pencampur yang prosesnya dilakukan oleh semacam garpu yang berputar pada suatu
tempat yang tepat.
3. Pengankutan Beton
Pengangkutan aduk beton dari tempat mencampur ke tempat pencetakan dapat dilakukan
dengan berbagai cara dan alat. Beberapa jenis alat yang biasa dipakai untuk
pengangkutan beton antara lain:
1. Gerobak beroda satu.
2. Kereta dorong.
3. Truk ringan.
4. Kotak pembawa (tempat) beton dengan bukaan dibawah.
5. Gerobak (lorries).
6. Chutes (saluran curam untuk mencurahkan adukan beton).
7. Ban berjalan.
8. Pompa adukan beton, dan sebagainya.
Dengan cara apa pun dan dengan menggunakan alat pengangkut apa pun, pengangkuatan
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Pengangkutan harus sedemikian cepat, sehingga sampai di tempat pengecoran beton
tidak kering atau kehilangan sifat workability dan plastisitasnya.
b. Adanya segregasi harus dikurangi seminimal mungkin, agar terhindar dari terjadinya
beton tak seragam. Demikian juga kehilangan pasta semen akibat adanya kebocoran
(adukan tumpah) harus dihindarkan.
c. Pengangkuatan aduk harus diorganisir sedemikian, hingga selama pencetakan pada
bagian tertentu, tidak terjadi keterlambatan pada bidang cor, sambungan dingin, atau
sambungan konstruksi.
Pada PBI 1971 dicantumkan syarat-syarat yang harus dipenuhi sehubungan dengan
pelaksanaan pengangkutan aduk beton.
a. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara-cara sedemikian sehingga dapat dicegah terjadinya pemisah butir
dan kehilangan bahan-bahan.
b. Cara pengangkutan aduk beton harus lancar, sehingga tidak terjadi perbedaan waktu
pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah dicor dan beton yang akan dicor.
Pemindahan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran dengan
menggunakan talang-talang miring, hanya dapat dilakukan setelah disetujui oleh
pengawas ahli. Dalam hal ini pengawas ahli mempertimbangkan persetujuan
penggunaan talang miring ini, setelah mempelajari usul dari pelaksanamengenai
konstruksi, kemiringan, dan panjang talang itu.
c. Adukan beton pada umumnya harus sudah dicor dalam waktu satu jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai dua
jam, tetapi adukan beton harus digerakkan kontinu secara mekanis. Jika diperlukan
jangka waktu yang lebih lama lagi, harus dipakai bhan-bahan penghambat pengikatan.
5. Pemadatan Beton
Pada pemadatan beton, kita berusaha untuk mendapatkan beton yang betul-betul padat,
tanpa sarang krikil, tetap homogen dan semua ruangan terisi. Dengan kata lain hubungan
antara beton dengan tulangan atau benda dapat dilakuakn dengan tangan atau dengan
penggetar. Jika dipakai beton tumbuk, alat penumbuknya harus dibuat sedemikian
beratnya sehingga dapat menghasilkan pemadatan yang baik. Pemadatan beton biasa
dapat dilakukan dengan tangan asal dapat mencapai kepadatan yang baik. Pemadatan
secara manual dilakukan dengan alat berupa tongkat baja atau tongkat kayu. Adukan
beton yang baru saja dituang ke dalam cetakan harus segera dipadatkan dengan cara
ditusuk-tusuk dengan tongkat baja atau kayu. Sebaiknya tebal beton yang ditusuk tidak
lebih dari 15 cm. Penusukan dengan tongkat itu dilakukan beberapa waktu sampai
tampak suatu lapisan mortar diatas permukaan beton yang dipadtkan itu. Pemadatan
yang kurang mengakibatkan kurang baiknya mutu beton karena berongga (keropos).
Jangan menambahkan air pada adukan beton untuk memudahkan pemadatan.
Pemadatan dengan bantuan mesin dilakukan dengan menggunakan alat getar (vibrator).
Alat getar itu mengakibatkan getaran pada beton segar yang baru saja dituang, sehingga
aduk beton mengalir dan menjadi padat. Penggetaran yang terlalu lama harus dicegah
untuk menghindari mengumpulnya krikil di bagian bawah dan hanya mortar di bagian
atas beton.
1. Alat getar yang biasa dipakai ada dua macam.
2. Alat getar intern (internal vibrator) ialah alat getar yang berupa "seperti tongkat". Alat
ini digetarkan dengan mesin dan dimasukkan kedalam beton segar yang baru saja
dituang.
Alat getar cetakan (form vibratir; external vibrator), ialah alat getar yang ditempelkan di
bagian luar cetakan sehingga cetakan bergetar, sehingga membuat beton segar ikut
bergetar pula hingga menjadi padat.
• Bahan Untuk Pengurangan Air dan Membuat aduk lebih cair (Water Reducing and
Fludifying agent):WRA
Bahan ini adalah jenis plastimen (pembuat kelecekan) yang juga mampu mengurangi
penggunaan air. Dalam beberapa hal, bahan ini memiliki kesamaan dengan AEA, yang
aktif terhadap permukaan (surface active).
Zat WRA ini mengakibatkan butir-butir semen (yang sementara belum mengeras) dan
butir-butir agregat terdispersi merata sehingga zat ini juga berfungsi sebagai pelumas
atau pelicin antara butir-butir sehingga aduk beton mudah diaduk.
G. Bata
ASejarah bata
Kira-kira dimulai pada 8000 B.C. di Mesopotamia, manusia menemukan pertama kali
bahwa tanah liat dapat dibentuk dan di jemur untuk menghasilkan bahan bangunan. Menara
Babeldibangun dengan menggunakan bata yang dijemur. Juga digunakan di banyak bagian dari
Timur Tengah, Afrika Utara dan Amerika Tengah dan Utara.Pada peradaban Babylonia (4000
B.C.) yang dibangun di lembah antara sungai Tigris dansungai Efrat. Lumpur tebal dan tanah liat
dari sungai-sungai ini sangat cocok untuk pembuatan bata,yang kemudian menjadi bahan
bangunan yang urnum pada peradaban tersebut. Kerajaan dan kuil di bangun dari bata jemur, dan
permukaannya menggunakan bata berlapis/kilap. Penggalian akhir-akhir ini di Mesir,
menunjukkan bahwa pada masa Mesir kuno telah digunakan bata yang dijemur dan yang dibakar
menggunakan tungku untuk pembangunan rumah dan tempat suci.Orang Roma juga
raenyebarluaskan penggunaan bata, antara lain pembuatan bata masuk keInggris setelah serangan
Roma pada 54 SM, seperti untuk pembangunan Kastil Colchester yangdibangun dari 1080 bata
bekas. Sekarang kastil ini dipakai sebagai museum sejarah. Bata Romamemiliki ketebalan yang
sangat tipis dibanding dengan panjangnya. Dimana bata-bata tersebutdiletakkan di atas lapisan
mortar yang tebal.Setelah kejatuhan/runtuhnya Roma pada 410 M, maka seni membuat bata
tersebut hilang diseluruh Eropa hingga awal dari abad ke 14. Industri bata kembali marak setelah
Flemish masuk keInggris pada abad tersebut dan kemudian, keahlian ini masuk ke Australia
bersama PembuanganPertama (The First Fleet).
Bangunan-bangunan bata yang pertama di benua Amerika Utara di bangun pada tahun 1633 di
Pulau Manhattan dengan menggunakan bata-bata yang diimpor dariBelanda dan
Inggris.Bagaimanapun juga pemanfaataimya baru maksimal hingga ditemukan pembakaran
batadengan tungku yang menghasilkan bata yang betul-betul awet. Tungku bata yang
pertamadioperasikan di Amerika Serikat adalah sekitar tahun 1650.Bata-bata yang dihasilkan
pada masalampau mungkin agak sulit untuk dikenali karena spesifikasi yang sangat berbeda.
Misalnya batadari Assyria, ditengah Mesopotamia beratnya lebih dari 18 kilogram, atau bata
dengan bentuk segitiga digunakan untuk membangun koloseum Roma, lagi pula bata umum
yang beredar di pasaran sangat tipis menyerupai tegel lantai saat ini
Siapapun tahu tentang batu bata meskipun bukan pekerja bangunan. Batu bata
sangat akrab dengan kehidupan kita, berasal dari tanah liat yang dibentuk dengan
cetakan berukuran tertentu kemudian dibakar.Yang tidak kalah penting dalam menjaga
mutu dari dinding adalah spesi atau perekat antar bata. campuran yang baik akan
menyebabkan dinding kita awet dan bisa bertahan terhadap resapan air dari tanah
maupun air hujan. Semakin baik kualitas spesi yang digunakan untuk merekatkan bata
semakin berkualitas pula dinding yang kita dapat.
Memiliki kwalitas yang bermacam – macam tergantung bahan yang dibuat serta
media pembakarnya. Ada yang membakar menggunakan sekam ada pula yang
menggunakan kayu bakar. Kwalitas pembakaran denbgan kayu bakar memiliki grid
yang lebih tinggi atau berkualitas lebih baik. Batu bata bisa juga berfungsi sebagai
gewel, mempunyai nilai yang lebih ekonomis dari pada kita mengguakan kuda-kuda
dari kayu. Dinding yang menggunakan bahan batu bata memiliki daya serap terhadap
panas cukup baik sehingga terasa nyaman.
Harganya yang relatif murah dan banyak tersedia menjadi pilihan terbaik sampai
saat dewasa ini untuk bangunan rumah tinggal. Yang tidak kalah penting dalam
menjaga mutu dari dinding adalah spesi atau perekat antar bata. campuran yang baik
akan menyebabkan dinding kita awet dan bisa bertahan terhadap resapan air dari tanah
maupun air hujan. Semakin baik kualitas spesi yang digunakan untuk merekatkan bata
semakin berkualitas pula dinding yang kita dapat.
1. Alat :
1. Gerobak
2. Sekop
3. Tali boflang
4. Oven(tempat pembakaran)
5. Bambu (30 cm) dan
6. Forong(tempat cetak) memiliki lebar 7 cm dan panjang 10 cm
2. Bahan Utama:
1. Tanah liat
2. Sekam padi
3. Air
3. Bahan Tambahan
Bata merah dalam proses pembuatanya bukan hanya kegiatan mencetak
tanah, mengeringkan dan membakarnya, akan tetapi diperlukan campuran
supaya menjadi bata dengan kualitas yang sesuai dengan yang diinginkan,
tentu saja juga ada tanah yang bagus tanpa bahan campuran tambahan
yang dapat menjadikan bata bagus. Tanah atau kita sebut tanah liat
merupakan unsur utama yang membentuk bata kita, akan tetapi diperlukan
beberapa unsur tambahan diantaranya adalah:
a.Pasir
Jika hanya tanah liat yang digunakan dalam proses pembuatanya
maka setelah proses pembakaran sangat mungkin ditemukan bata
dengan susut ukuran yang signifikan, selain itu juga menyebabkan
bata melengkung dan juga retak. Nah karena retak, varisi ukuran
yang besar, juga bentuk bata yang melengkung merupakan salah
satu kejelekan bata merah atau kejelekan batu bata, maka ketika
anda mau memilih bata merah hindari kejelekean tadi dan kalau
mau tahu salah sau penyebabnya adalah kurangnya pasir dalam
prorses pembuatan bata. Tetapi perlu diingat bahwa terlalu banyak
pasir akan menyebabkan bata anda menjadi getas dan lemah, ini
juga harus dihindari.
b.Kapur
Dalam campuran bata merah yang baik perlu mengandung kapur
dalam jumlah tertentu dimana kapur ini berfungsi untuk membantu
pelelehan butir-butir pasir dan membantu mengikat butir-butir
tanah. Dengan adanya kapur ini akan dihasilkan bata dengan
kekuatan yang baik dan bata yang halus. Kapur sebagai campuran
dalam membuat bata haruslah berupa serbuk, jika berupa butiran
atau bongkahan yang terjadi adalah ketika pembakaran kapur akan
menjadi kapur tohor (CaO), yang mana kapur tohor ini jika terkena
air akan bereaksi dan mengembang, pengembangan kapur tohor
dalam bata ini akan menyebabkan bata menjadi retak.
D. Memilih Tanah Yang Tepat
Hampir semua jenis tanah dapat digunakan sebagai bahan pembuatan batu bata
kecuali yanah yang mengandung pasir atau kapur. Tanah yang mengandung pasir
atau kapur akan membuat batu bata mudah pecah. Sedangkan untuk mengetahui
tanah itu cocok untuk pembuatan batu bata, maka ada cara untuk mengetahuinya.
Pertama, ambil tanah tersebut, campur dengan air, kemudian diaduk hingga rata.
Setelah itu diinjak-injak hingga lumat dan buang kerikil maupun kotorang yang ada.
Setelah lumat, tanah direndam selama sehari semalam dan jangan sampe terkena
panas matahri. Jika tanah tersebut tidak merekah, berarti tanah tersebut baik untuk
bahan batu bata.
Kedua, tanah tersebut dikeringkan dan di bakar, jika berwarna merah menyala saat
dibakar, maka bahan tersebut sangat baik untuk pembuatan batu bata.
2. Tahap percetakan :
Tanah Merah yang sudah dihaluskan sehingga membentuk tanah liat,
setelah itu dimasukan kedalam tempat pencetakan (Forong) yang
berukuran panjang 10cm dan Lebar 7cm. Setelah dimasukan kedalam
cetakan dan di padatkan dengan cara menakan dengan menggunakan
tangan, rapikan permukaan corong menggunakan bambu, setelah itu
dibagi menjagi tiga bagian dengan cara dipotong dengan menggunakan
benang boflang.
Selanjutnya keluarkan dari cetakan ke tempat yang telah disediakan.
Selanjutnya dikeringkan dengan cara menyusun batu bata yang diberi
sedikit jarak agar angin dapat masuk. Proses pengeringan juga bergantung
dari cuaca. Pengeringan dilakukan dengan cara menyusun bata dengan
diberi cela.
3. Tahap Pembakaran :
Pembakaran batu bata berlangsung di oven yang terbuat dari batu bata
yang direkatkan menggunakan tanah liat itu sendiri. Pembakaran
menggunakan kayu yang keras seperti : kayu mangga, kenari, linggua dan
kayu yang keras lainnya. Proses pembakaran berlangsung selama 2 hari,
yaitu 2 siang dan 2 malam. Apabila tinggi tempat pembakaran kurang dari
4 meter bisa menampung 6000 bata. selanjutnya bata yang telah diuapkan
hingga temperatur suhu naik/tinggi, setelah itu didinginkan dan
dikeluarkan melewati pintu Oven yang berada di samping.
2. Uji kekerasan
Uji kekerasan bata dilakukan dengan menggoreskan kuku pada permukaan bata,
jika goresan dengan kuku itu menimbulkan bekas goresan maka kekerasan bata
anda kurang baik. Nah yang ini mudah kan bisa anda lakukan sendiri.
3. Uji bentuk dan ukuran
Semua permukaan bata harus rata dan bersudut siku-siku.
4. Uji bunyi
Uji bunyi dilakukan dengan memegang dua bata kemudian memukulkanya satu
dengan yang lainya dengan pukulan tidak terlalu keras. Bata yang baik akan
mengeluarkan bunyi yang nyaring. Uji bunyi ini merupakan salah satu parameter
kekeringan dari batu bata anda. Tentu saja bata akan berbeda jika dalam keadaan
basah, walaupun bata yang baik dia tidak akan mngeluarkan bunyi yang nyaring.
H. Baja
Pengertian
Pada waktu proses berlangsung muatan turun ke bawah dan terjadi reduksi
tidak langsung menurut prinsip :
FeO+CO FeO+CO2
Reduksi ini disebut tidak langsung karena bukan zat arang murni yang mereduksi
melainkan persenyawaan zat arang dengan oksigen. sEdangkan reduksi langsung
terjadi pada bagian yang terpanas dari dapur, yaitu langsung di atas pipa pengembus.
Reduksi ini berlangsung sebagai berikut.
FeO+C Fe+CO
CO yang terbentuk itulah yang naik ke atas untuk mengadakan reduksi tidak langsung
tadi.
Setiap 4 sampai 6 jam dapur tinggi dicerat, pertama dikeluarkan teraknya dan baru
kemudian besi. Besi yang keluar dari dapur tinggi disebut besi kasar atau besi
mentah yang digunakan untuk membuat baja pada dapur pengolahan baja atau dituang
menjadi balok-balok tuangan yang dikirimkan pada pabrik-pabrik pembuatan baja sebagai
bahan baku. Besi cair dicerat dan dituang menjadi besi kasar dalam bentuk balok-
balok besi kasar yang digunakan sebagai bahan ancuran untuk pembuatan besi tuang
(di dalam dapur kubah) atau masih dalam keadaan cair dipindahkan pada bagian pembuatan
baja (dapur Siemen Martin).
Terak yang keluar dari dapur tinggi dapat pula dimanfaatkan menjadi bahanpembuatan pasir
terak atau wol terak sebagai bahan isolasi atau sebagai bahan campuran semen. Besi
cair yang dihasilkan dari proses dapur tinggi sebelum dituang menjadi balok besin kasar
sebagai bahan ancuran di pabrik penuangan, perlu dicampur dahulu di dalam bak
pencampur agar kualitas dan susunannya seragam. Dalam bak pencampur
dikumpulkan besi kasar cair dari bermacam-macam dapur tinggi yang ada untuk
mendapatkan besi kasar cair yang sama dan merata. Untuk menghasilkan besi
kasar yang sedikit mengandung belerang di dalam bak pencampur tersebut
dipanaskan lagi menggunakan gas dapur tinggi.
2.19 Proses Peleburan Baja
Pada gambar 3 dan 4 ditunjukkan proses peleburan baja dengan menggunakan bahan baku
berupa besi kasar (pig iron) atau berupa besi spons (sponge iron). Disampin itu
bahan baku lainnya yang biasanya digunakan adalah skrap baja dan bahan-bahan
penambah seperti ingot ferosilikon, feromangan dan batu kapur. Proses peleburan dapat dilakukan
pada tungku BOF (Basic Oxygen Furnace) atau pada tungku busur listrik (Electric Arc Furnace atau
disingkat EAF). Tanpa memperhatikan tungku atau proses yang diterapkan, proses peleburan baja
pada umumnya mempunyai tiga tujuan utama, yaitu :
mengurangi sebanyak mungkin bahan-bahan impuritas
mengurangi sebanyak mungkin bahan-bahan impuritas.
mengatur kadar karbon agar sesuai dengan tingkat grade/spesifikasi baja yang
diinginkan.
menambah elemen-elemen pemadu yang diinginkan.
Berdasarkan strukturnya:
a. Baja pearlit (sorbit dan troostit)
Unsur-unsur paduan relatif kecil maximum 5% Baja ini mampu dimesin, sifat mekaniknya
meningkat oleh heat treatment (hardening &tempering)
b. Baja martensit
Unsur pemadunya lebih dari 5 %, sangat keras dan sukar dimesin
c. Baja austenit
Terdiri dari 10 – 30% unsur pemadu tertentu (Ni, Mn atau CO) Misalnya : Baja tahan karat
(Stainless steel), nonmagnetic dan baja tahan panas (heat resistant steel).
d. Baja ferrit
Terdiri dari sejumlah besar unsur pemadu (Cr, W atau Si) tetapi karbonnya rendah. Tidak
dapat dikeraskan.
e. Karbid atau ledeburit
Terdiri sejumlah karbon dan unsur-unsur pembentuk karbid (Cr, W, Mn, Ti, Zr).
ukur presisi.
Platinite : memiliki koefisien muai seperti glass, sebagai pengganti platina.
Elinvar : memiliki modulus elastisitet tak berubah pada suhu 50°C sampai 100°C. Digunakan
Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan terhadap
abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu mesin yang baik dan sifat
mampu las yang tinggi (weldability). Untuk mendapatkan sifat-sifat di atas maka baja ini
diproses secara khusus dengan menambahkan unsur-unsur seperti: tembaga (Cu), nikel (Ni),
Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Vanadium (Va) dan Columbium.
Baja Perkakas (Tool Steel)
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam atau mudah
diasah, tahan panas, kuat dan ulet. Kelompok dari tool steel berdasarkan unsur paduan dan
proses pengerjaan panas yang diberikan antara lain:
– Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe W oleh AISI), Shock
resisting (Tipe S), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan terhadap beban kejut dan
repeat loading. Banyak dipakai untuk pahat, palu dan pisau.
– Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan pendinginan yang
berbeda-beda. Tipe O dijelaskan dengan mendinginkan pada minyak sedangkan tipe A
dan D didinginkan di udara.
– Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300 – 500) ºC dan
didinginkan perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung tungsten dan
molybdenum sehingga sifatnya keras.
– High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan baja dengan tungsten dan
molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak mudah tumpul dan tahan
panas tetapi tidak tahan kejut.
– Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras tapi tidak tahan aus dan
tidak cocok untuk beban dinamis serta untuk pemakaian pada temperatur tinggi.
Electric steel
Magnetic steel
c. Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan dan komposisi kimia
maka diperoleh lima kelompok baja yaitu:
Baja karbon konstruksi (carbon structural steel)
51Bxx Cr 0.80%
2 inchi Rp 550.000
Gembok 20 mm Rp 8.000
30 mm Rp 12.000
35 mm Rp 20.000
Ragum 3 inchi Rp 100.000
8 inchi Rp 750.000
AMPAK DEPAN
TAMPAK SAMPING
AMPAK BELAKANG
Foto di panglong