Kasus Kanker Payudara
Kasus Kanker Payudara
METODE PENELITIAN
anti-aging..
2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, alat
(Miyako), cawan penguap, cawan datar, desikator, kertas perkamen, kertas saring,
magnetic bar, neraca analitik (Boeco Germany), object glass, oven, penangas air,
pH meter (Hanna Instrument), piknometer (Pyrex), pot plastik, rak tabung reaksi,
5
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah rimbang (Solanum
torvum Sw.). Bahan kimia yang digunakan yaitu akuades, amil alkohol, asam
klorida pekat, asam asetat anhidrida, asam asetat glasial, asam nitrat pekat, asam
sulfat pekat, besi (III) klorida, bismuth (III) nitrat, etanol, eter, iodium,
netral (7,01), natrium hidroksida, natrium klorida, natrium sulfat anhidrat, serbuk
magnesium serbuk zinkum, toluena. Minyak kedelai, nipagin, tween 80, PEG 400.
2.3 Relawan
mahasiswi berusia sekitar 20-25 tahun yang telah terlebih dahulu diukur kulitnya,
tidak memiliki riwayat alergi pada kulit dan telah dikondisikan tidak
Relawan bersedia mengikuti penelitian sampai selesai dan bersedia dilakukan uji
iritasi dan
6
Pengumpulan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang
digunakan adalah buah rimbang (Solanum torvum Sw.) segar yang diperoleh dari
Pasar Tradisional Jl. Setia Budi Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal
Buah rimbang dibersihkan dari kotoran yang melekat, dicuci dengan air
lemari pengering dengan suhu 40-50oC. Buah kering yang ditandai rapuh (bila
diremas menjadi hancur) dan diperoleh berat kering, kemudian diserbuk dengan
rapat.
Sebanyak 1,4 g raksa (II) klorida ditimbang dan dilarutkan dalam 60 ml air
suling. Pada wadah lain ditimbang 5 g kalium iodida dan dilarutkan dalam 10 ml
air suling. Kedua larutan dicampurkan kemudian ditambahkan air suling hingga
nitrat pekat. Pada wadah lain ditimbang 27,2 g kalium iodida dan dilarutkan
7
dalam 50 ml air suling. Kedua larutan dicampurkan kemudian didiamkan sampai
memisah sempurna. Diambil larutan jernih lalu diencerkan dengan air suling
bagian volume etanol 95%. Ditambahkan dengan hati-hati 5 bagian volume asetat
Sebanyak 1 g besi (III) klorida ditimbang, dan dilarutkan dalam air suling
Sebanyak 5,5 ml larutan asam sulfat pekat ditambahkan air suling sampai
8
2.6.1 Pemeriksaan Alkaloida
klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanasakan di atas penangas air selama 2 menit.
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari
menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g
serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok
dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna merah, kuning,
detik, jika terbentuk busa setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil tidak kurang dari 10
menit dan busa tersebut tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2N,
9
2.6.4 Pemeriksaan Tanin
reaksi, lalu disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan
dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1
sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida, bila terjadi warna biru atau hijau
lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 2
tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat. Apabila terbentuk warna
ungu atau merah yang berubah menjadi biru hijau menunjukkan adanya
penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut etanol, penetapan kadar
abu total dan penetapan kadar abu tidak larut asam dilakukan menurut prosedur
segar dan simplisia buah rimbang dengan cara memperhatikan bentuk, bau, warna,
tekstur sampel.
10
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode azeotropi (destilasi toluene).
Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung
a. Penjenuhan Toluen
Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas
volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.
menit. Setelah toluena mulai mendidih, destilasi dengan kecepatan 2 tetes tiap
hingga 4 tetes tiap detik, setelah 2 jam didestilasi (semua air terdestilasi)
mendingin sampai suhu kamar. Volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml
(volume II), setelah air dan toluena memisah sempurna. Selisih kedua volume
air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang
selama 24 jam dalam 100 ml air kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling
1000 ml) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama,
11
kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara.
Sisa dipanaskan pada suhu 105 ºC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari
yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara
selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok
disaring, 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata
yang telah ditara dan sisanya dipanaskan pada suhu 105 ºC sampai bobot tetap.
Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijar dan ditara, kemudian
pada suhu 600℃ selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang sampai
diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring dengan kertas masir atau kertas saring bebas abu, cuci
dengan air panas, dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan
12
ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bobot yang
etanol 96%. Sebanyak 500 g serbuk simplisia buah rimbang dimasukkan ke dalam
ditutup dan disimpan pada suhu kamar selama 5 hari terlindung dari cahaya
sambil sering diaduk, kemudian diserkai dan diperas. Ampas ditambah dengan
cairan penyari etanol 96% hingga diperoleh 100 bagian maserat kemudian
dibiarkan di tempat sejuk dan terlidung dari cahaya selama 2 hari dan
penelitian sebelumnya oleh Anggai dkk (2015) adalah sebagai berikut dapat
Formula %
Bahan F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11
1:1 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6 1:7 1:8 1:9 1:10 1:11
Sweet almond oil 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Tween 80 3,5 7,5 10,5 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 30
PEG 400 1,5 2,5 4,5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25
Air 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
13
Dari formulasi mikroemulsi pada penelitian sebelumnya maka diambil
formula F9, F10, dan F11 untuk dicoba yang terdapat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Persentase optimasi basis mikroemulsi yang telah dimodifikasi sebelum
penambahan ekstrak
Formula %
Bahan F9 F10 F11
1:9 1:10 1:11
Minyak kedelai 5 5 5
Tween 80 25 27,5 30
PEG 400 20 22,5 25
Nipagin 0,1 0,1 0,1
Air ad 100 100 100
dan komposisi bahan yang terbaik dalam pembuatan maka didapatkan sediaan
Formula %
Bahan F0 F1 F2 F3
1:11 1:11 1:11 1:11
Ekstrak etanol buah rimbang - 1,5 3 4,5
Minyak kedelai 5 5 5 5
Tween 80 30 30 30 30
PEG 400 25 25 25 25
Nipagin 0,1 0,1 0,1 0,1
Air ad 100 100 100 100
14
Keterangan: F0: Blanko
F1: Konsentrasi ekstrak 1,5%
F2: Konsentrasi ekstrak 3%
F3: Konsentrasi ekstrak 4,5%
kedelai, tween 80, PEG 400, nipagin, ekstrak buah rimbang dan akuades. Adapun
Formula %
Bahan F0 F1 F2 F3 Fungsi
1:11 1:11 1:11 1:11
Ekstrak etanol buah rimbang - 1,5 3 4,5 Zat aktif
Minyak kedelai 5 5 5 5 Pembawa minyak
Tween 80 30 30 30 30 Surfaktan
PEG 400 25 25 25 25 Kosurfaktan
Nipagin 0,1 0,1 0,1 0,1 Pengawet
Air ad 100 100 100 100 Pelarut
berikut:
15
2. Dicampur surfaktan (tween 80) dan kosurfaktan (PEG 400) dengan
campuran tersebut pada kecepatan 4000 rpm selama 8 jam pada suhu
transparan
sebagai berikut:
(tween 80) dan kosurfaktan (PEG 400) sambil tetap diaduk hingga
homogen
campuran tersebut pada kecepatan 4000 rpm selama 8 jam pada suhu
transparan
16
2.9 Evaluasi Mikroemulsi
terhadap warna, bau, bentuk, pembentukan creaming, dan pemisahan fase selama
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
baik dengan air maka tipe mikroemulsi adalah minyak dalam air (m/a), sebaliknya
jika air yang ditambahkan membentuk globul pada mikroemulsi maka tipe
sedikt biru metilen ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi
dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml dan dipilih nomor spindle yang sesuai.
17
Pengukuran ini dilakukan dengan tiga kali pengulangan dengan menggunakan
2.9.5 Penentuan pH
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral
(pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga
dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 0,25 gram
menggunakan piknometer pada suhu kamar. Piknometer yang bersih dan kering
ditimbang (A g). Kemudian diisi dengan air sampai penuh dan ditimbang (A1 g).
mikroemulsi diisikan dalam piknometer sampai penuh dan ditimbang (A2 g).
18
A2−A
Bobot jenis = (Ditjen POM, 1995).
A1−A
dengan cara memanaskan cincin tersebut pada nyala api bunsen selama 10 – 15
detik. Gantung cincin tersebut pada pengait kemudian set posisi jarum pada nol.
sampel. Angka yang ditunjukkan saat cincin lepas dicatat sebagai nilai tegangan
jam dan lihat perubahan yang terjadi pada kulit (Wasitaatmadja, 1997). Reaksi
iritasi yang diamati yaitu eritema dan edema dengan sistem skor. Eritema: tidak
19
eritema 0, sangat sedikit eritema 1, sedikit eritema 2, eritema sedang 3, eritema
sangat parah 4. Edema: tidak edema 0, sangat sedikit edema 1, sedikit edema 2,
Semua relawan diukur terlebih dahulu kondisi awal kulit punggung tangan
atau pada area uji yang telah ditandai dengan berbagai pameter uji, seperti: kadar
air (moisture), melanin, besar pori (pore), keriput (wrinkle) dengan menggunakan
hingga merata sekali sehari yaitu pada malam selama 4 minggu pada kulit wajah
relawan. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu dengan
1,5%.
rimbang 3%.
rimbang 4,5%.
20