KEHAMILAN
1. DEFINISI
Kehamilan adalah saat-saat krisis, saat terjadinya gangguan, perubahan identitas dan
peran bagi setiap orang, ibu, bapak dan anggota keluarga. Serta terjadinya perubahan
fisiologis meliputi berbagai system dalam tubuh ( Homilton, 1995 ).
Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dapat diikuti proses patologis yang dapat
mengancam keadaan ibu dan janin sehingga tujuan pemeriksaan antenatal adalah
mengenal perubahan yang mungkin terjadi sejak dini, menyiapkan fisik dan mental ibu
serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas agar
sehat dan normal setelah ibu melahirkan.
7. ANTENATAL CARE
Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu
dengan kehamilan normal (Prawirohardjo, 2001)
Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 1998)
Tujuan Antenatal Care adalah :
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
b) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayar penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
c) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social ibu serta
bayi.
d) Mempersiapkan cukup bulan, melahirkan dengan selamat.
e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
f) Mempersiapkan peran ibu, keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal. (Saifudin, 2001).
8. PENGKAJIAN
a. Identitas: Nama, Umur, pendidikan, agama, suku bangsa, alamat
b. Keluhan Utama: Apa yang dirasakan oleh Klien
c. Riwayat Kesehatan Sekarang: Keadaan klien pada sata sekarang
d. Riwayat Kesehatan Dahulu: Penyakit yang pernah diderita oleh klien
e. Riwayat Kesehatan Keluarga: Penyakit keturunan yang pernah diderita oleh anggota
keluarga
f. Data Kehamilan dan Persalinan
1) Riwayat Menstruasi
2) HPHT ( Hukum Klegel, siklus 28 hari : +3 – 7 +1 ), siklus dan lama haid
3) Riwayat Perkawinan: Usia pernikahan, Usia Suami / Istri pada saat menikah.,
status perkawinan
4) Riwayat KB: Menggunakan Kontrasepsi, Jenis KB
5) Riwayat ANC: Jumlah ANC, Jumlah T, tempat persalinan yang memeriksa
keluhan saat hamil.
6) Riwayat Persalinan: Persalinan yang lalu, jenis partus, penolong, penuyulit,
persalinan bayi lahir, persalianan yang lalu, keadaan saat lahir.
7) Pola Kegiatan sekari-hari: Makan, minum, pola eliminasi, (BAK,BAB), istirahat
dan tidur, hygiene prenatal, aktivitas, keluhan konstipasi / sering BAK.
8) Psikologis: Perasaan kedua pasangan atas kehamilan sekarang.
9. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum: Penampilan umum, kesadaran (Compos mentis, Somnolen,
Delirium, Apatis, semi koma, koma), Tanda-tanda Vital.
b. Rambut: Inspeksi warna kulit kepala, Distribusi rambut, ada lesi atau tidak,
palpasi tekstur, ada masa/tidak, rontok atau tidak, kaji nyeri tekan.
c. Mata: Konjungtiva anemis/tidak, Skelera ikterik/tidak, ada masa/tidak, adanya
nyeri tekan/tidak, reflek kornea dan pupil.
d. Hidung: Bentuk, secret, potensi nasal, mukosa, saliva, penciuman, dan ada mas
atau tidak.
e. Mulut dan Gigi: Bentuk bibir, mukosa bibir lembab/tidak, sianosis/tidak, lidah
bersih atau kotor, adanya caries atau tidak, kelengkapan gigi.
f. Dada: Bentuk pergerakan dada, Respirasi Rate, Taktil fremitus, suara nafas, bunyi
jantung,
g. Payudara: Bengkak, hiperpigmentasi, putting susu keluar / tidak, ada masa /
tidak.
h. Abdomen: Bentuk simetris / tidak, ada lesi/tidak, Strice, Scrine Gravidarum.(+),
TFU, Leopold I,II,III,dan IV.
i. Ektremitas: Jumlah Jari tangan dan kaki, oedema, kesimetrisan, varises, oedema,
reflek patella, reflek babinsky.
B. Asma
1. DEFINISI
Asma adalah radang kronis pada jalan nafas yang berkaitan dengan obstruksi
reversible dari spasme, edema, dan produksi mucus dan respon yang berlebihan
terhadap stimuli. (Varney, Helen. 2003)
Asma dalam kehamilan adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas terutama
sel mast dan eosinofil sehingga menimbulkan gejala periodik berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat, dan batuk yang ditemukan pada wanita hamil. Asma yang
terkendali dengan baik tidak memiliki efek yang berarti pada wanita yang hamil,
melahirkan ataupun menyusui. Asma mungkin membaik, memburuk atau tetap tidak
berubah selama masa hamil, tetapi pada kebanyakan wanita gejala-gejalanya
cenderung meningkat selama tiga bulan terakhir dari masa kehamilan. Dengan
bertumbuhnya bayi dan membesarnya rahim, sebagian wanita mungkin mengalami
semakin sering kehabisan nafas. Tetapi ibu-ibu yang tidak menderita asmapun
mengalami hal tersebut karena gerakan diafragma/sekat rongga badan menjadi
terbatas.
2. ETIOLOGI
Sebagian besar penyempitan pada saluran nafas disebabkan oleh semacam
reaksi alergi. Alergi adalah reaksi tubuh normal terhadap alergen, yakni zat-zat yang
tidak berbahaya bagi kebanyakan orang yang peka. Alergen menyebabkan alergi pada
orang-orang yang peka. Alergen menyebabkan otot saluran nafas menjadi mengkerut
dan selaput lendir menjadi menebal. Selain produksi lendir yang meningkat, dinding
saluran nafas juga menjadi membengkok. Saluran nafas pun menyempit, sehingga
nafas terasa sesak. Alergi yang diderita pada penderita asma biasanya sudah ada sejak
kecil. Asma dapat kambuh apabila penderita mengalami stres dan hamil merupakan
salah satu stress secara psikis dan fisik, sehingga daya tahan tubuh selama hamil
cenderung menurun, daya tahan tubuh yang menurun akan memperbesar
kemungkinan tersebar infeksi dan pada keadaan ini asma dapat kambuh. (Ilmu
Penyakit Dalam)
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asma bronkiale atau sering
disebut sebagai faktor pencetus adalah :
a. Alergen
Alergen adalah sat-zat tertentu bila dihisap atau di makan dapat menimbulkan
serangan asma, misalnya debu rumah, tungau debu rumah (Dermatophagoides
pteronissynus) spora jamur, serpih kulit kucing, bulu binatang, beberapa makanan
laut dan sebagainya.
b. Infeksi saluran nafas
Infeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza merupakan salah satu
faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asthma bronkiale. Diperkirakan
dua pertiga penderita asthma dewasa serangan asthmanya ditimbulkan oleh infeksi
saluran nafas (Sundaru, 1991).
c. Stress
Adanya stressor baik fisik maupun psikologis akan menyebabkan suatu keadaan
stress yang akan merangsang HPA axis. HPA axis yang terangsang akan
meningkatkan adeno corticotropic hormon (ACTH) dan kadar kortisol dalam
darah. Peningkatan kortisol dalam darah akan mensupresi immunoglobin A (IgA).
Penurunan IgA menyebabkan kemampuan untuk melisis sel radang menurun yang
direspon oleh tubuh sebagai suatu bentuk inflamasi pada bronkhus sehingga
menimbulkan asma bronkiale.
d. Olahraga / kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asma bronkial akan mendapatkan serangan asma bila
melakukan olah raga atau aktifitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda
paling mudah menimbulkan serangan asthma. Serangan asthma karena kegiatan
jasmani (Exercise induced asthma /EIA) terjadi setelah olah raga atau aktifitas fisik
yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olah raga.
e. Obat-obatan
Beberapa pasien asthma bronkiale sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti
penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya.
f. Polusi udara
Pasien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik / kendaraan, asap
rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau
yang tajam.
g. Lingkungan kerja
Diperkirakan 2-15% pasien asma bronkial pencetusnya adalah lingkungan kerja
(Sundaru, 1991).
3. MANIFESTASI KLINIK
Keluhan yang biasanya dirasakan saat terjadi asma, yaitu :
a. Nafas pendek
b. Nafas terasa sesak dan yang paling khas pada penderita asma adalah terdengar
bunyi wising yang timbul saat menghembuskan nafas.
c. Kadang-kadang batuk kering menjadi salah satu penyebabnya
d. Pada kehamilan, biasanya serangan asma akan timbul pasa usia kehamilan 24
minggu sampai 36 minggu dan pada akhir kehamilan serangan jarang terjadi.
4. MODIFIKASI ASMA
Modifikasi asma berdasarkan National Asthma Education Program (NAEPP) yaitu :
1. Asma Ringan
- Singkat (< 1 jam ) eksaserbasi symptomatic < dua kali/minggu.
- Puncak aliran udara ekspirasi > 80% diduga akan tanpa gejala.
2. Asma Sedang
- Gejala asma kambuh >2 kali / mingggu
- Kekambuhan mempengaruhi aktivitasnya
- Kekambuhan mungkin berlangsung berhari-hari
- Kemampuan puncak ekspirasi /detik dan kemampuan volume ekspirasi
berkisar antara 60-80%.
3. Asma Berat
- Gejala terus menerus menganggu aktivitas sehari-hari
- Puncak aliran ekspirasi dan kemampuan volume ekspirasi kurang dari 60%
dengan variasi luas
- Diperlukan kortikosteroid oral untuk menghilangkan gejala.
5. KOMPLIKASI
a. Pengaruh Asma Terhadap Kehamilan
Asma sewaktu kehamilan terutama asma yang berat dan tidak terkontrol dapat
menyebabkan peningkatan resiko komplikasi perinatal seperti preeklampsi, kematian
perinatal, prematur dan berat badan lahir rendah.
Pada asma yang sangat berat dapat mengakibatkan kematian ibu. Mekanisme
yang dapat menerangkan ini adalah hipoksia akibat dari asma yang tidak terkontrol,
akibat pengobatan asma, atau faktor patogenetis.
Walaupun beberapa mekanisme yang pasti belum diketahui tetapi dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa manajemen yang baik sewaktu kehamilan akan
memberikan hasil yang baik pada periode perinatal.
Penelitian Shiliang Liu terhadap 2193 wanita dengan asma dibandingkan
dengan 8772 wanita yang dipilih secara random sebagai kelompok kontrol di Canada,
menemukan bahwa asma pada ibu hamil secara signifikan berhubungan dengan
beberapa kondisi seperti kelahiran preterm, bayi kecil atau besar dari usia kehamilan,
preeklampsia, hipertensi selama kehamilan, perdarahan antepartum, korioamnionitis
dan persalinan dengan seksio sesar. Kelainan terhadap janin didapatkan bayi besar
dari usia kehamilan 12,4%, bayi kecil dari masa kehamilan 12,2% dan persalinan
preterm 10%.
Efek pada ibu :
Komplikasi untuk ibu pada asma yang tidak terkontrol adalah kemungkinan :
1. Abortus
2. Perdarahan vagina
3. Persalinan premature
4. Solusio plasenta 2,5%
5. Korioamnionitis 10,4%
Efek pada janin :
Kompensasi yang terjadi pada fetus adalah :
1. Menurunnya aliran darah pada uterus
2. Menurunnya venous return ibu
3. Kurva dissosiasi oksiHb bergeser ke kiri
Sedangkan pada ibu yang hipoksemia, respon fetus yang terjadi :
1. Menurunnya aliran darah ke tali pusat
2. Meningkatnya resistensi pembuluh darah paru dan sistemik
3. Menurunnya cardiac output
Asma yang tidak ditangani dapat menyebabkan BBLR (Berat badan Lahir
rendah). Jika ibu sering mengalami serangan asama selama hamil, maka dapat
menyebabkan suplai oksigen ke janin yang sangat diperlukan sel darah merah untuk
mengangkut nutrisi ke janin menjadi teganggu sehingga janin dapat mengalami
hipoksia dan pertumbuhannya menjadi terhambat (IUGR).
6. PATOFISIOLOGI
(Terlampir)
7. PENATALAKSANAAN
a. Mencegah timbulnya stress
b. Mencegah penggunaan obat seperti aspirin semacamnya yang dapat menjadi pencetus
timbulnya serangan
c. Pada penderita asma ringan dapat digunakan obat local yang berbentuk inhalasi atau
peroral seperti isoproterenol
d. Serangan asma yang ringan diatasi dengan pemberian bronkodilator hirup misalnya
isoproterenol yang akan memperlebar penyempitan saluran udara pada paru-paru.
Tetapi obat ini tidak boleh terlalu sering digunakan.
e. Serangan asma yang lebih berat biasanya diatasi dengan infus aminofilin.
Serangan asma yang sangat berat (status asmatikus) diatasi dengan pemberian infus
kortikosteroid. Jika terdapat infeksi, diberikan antibiotik.
f. Setelah suatu serangan, bisa diberikan tablet yang mengandung teofilin untuk
mencegah serangan lanjutan. Bronkodilator dan kortikosteroid banyak digunakan oleh
ibu hamil dan tidak menimbulkan masalah yang berat.
Obat asma dibedakan menurut fungsinya, yaitu obat untuk melebarkan saluran
nafas (bronkodilator) mengurangi bengkak saluran nafas (anti inflamasi), dan untuk
memudahkan pengeluaran lendir. Selain itu obat dapat diberikan melalui peroral, inhaler,
infuse, suntikan dan melalui rectal. Namun bagi ibu hamil yang paling aman digunakan
adalah melalui inhaler (Alupen efeknya paling keras, Ventolin, Bereotech, Inflamide
efeknya paling lembut ), karena efeknya tidak terlalu berdampak dan langsung focus pada
saluran nafas, selain itu dosisnya lebih kecil, sehingga relative tidak akan mempengaruhi
janin dalam kandungan.
Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik
dan pengobatan farmakologik
a. Pengobatan non farmakologik
1) Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
2) Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
3) Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
b. Pengobatan farmakologik
1) Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberikan 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol (Alupent, metrapel).
2) Metil Xantin
Golongan metil xantin adalah aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang
dewasa diberikan 125-200 mg 4x sehari.
3) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol (beclometason dipropinate)
dengan disi 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.
4) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya
berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
5) Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2x1 mg perhari. Keuntungannya
dapat diberikan secara oral.
6) Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
Pengobatan selama serangan status asthmatikus
1) Infus RL:D5 = 3:1 tiap 24 jam
2) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
3) Aminophilin bolus 5mg/kgbb diberikan pelan-pelan selama 20 menit
dilanjutkan drip RL atau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20
mg/kg bb/24 jam.
4) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara subkutan.
5) Antibiotik spektrum luas.
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidaknyaman berhubungan dengan perubahan fisik, pengaruh hormonal
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, Ketidaknyamanan berkurang.
Kriteria hasil:
Mlakukan aktivitas perawatan diri untuk mengurangi ketidaknyamanan
Melaporkan ketidaknyamanan dapat diminimalkan atau dikontrol.
Intervensi:
1) Kaji secara terus-menerus ketidaknyamanan klien dengan metode untuk
mengatasinya.
2) Kaji adanya/frekuensi Braxton-Hicks. Berikan informasi mengenai fisiologi
aktivitas uterus.
3) Anjurkan klien untuk lebih banyak beristirahat dengan posisi yang nyaman.
4) Melakukan teknik efflurage untuk menimbulkan relaksasi.
5) Berikan informasi tentang perubahan fisik/fisiologis normal berkenaan dengan
trimester ketiga.
6) Berikan informasi tertulis /verbal tentang tanda-tanda tentang awitan persalinan,
bedakan antara persalinan palsu dan benar.
b. Kurangnya pengetahuan mengenai persiapan untuk persalinan/ kelahiran perawatan
bayi berhubungan dengan kurangnya pemajanan/pengalaman kesalahan interprestasi
informasi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pengetahuan klien
tentang persiapan persalinan bertambah.
Kriteria hasil:
Mendiskusikan perubahan fisik/psikologis berkenaan dengan persalinan.
Mengidentifikasikan sumber-sumber yang dapat untuk mendapatkan informasi
tentang perawatan bayi.
Mengungkapkan kesiapan untuk persalinan/kelahiran bayi.
Intervensi:
1) Berikan informasi tentang perubahan fisik/ fisiologis normal berkenaan persalinan.
2) Berikan informasi tertulis/ verbal tentang tanda-tanda awitan persalinan, bedakan
antara persalinan palsu dan benar, diskusikan tahap-tahap persalinan.
3) Berikan informasi verbal/ tertulis tentang perawatan bayi, perkembangan dan
pemberian makanan, kaji keyakinan budaya.
4) Lakukan orientasi terhadap rumah sakit dan rumah bersalin
DAFTAR PUSTAKA