Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

Browse » Home » Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap » LAPORAN


PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau
sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam
membawa oksigen (Badan POM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb)
dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang
dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia.
Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan
eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan
fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi yang
mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges,
Jakarta, 2002)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin
turun dibawah normal.(Wong, 2003)

B. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek
produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
 agen neoplastik/sitoplastik
 terapi radiasi
 antibiotic tertentu
 obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
 benzene
 infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:
 Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
 Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran
kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
 Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
 Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi
artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
 Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
 Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
 Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
 Atropi papilla lidah
 Lidah pucat, merah, meradang
 Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
 Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
 Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
 Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
 Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan
segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi
sel darah merah:
 Pengaruh obat-obatan tertentu
 Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
 Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
 Proses autoimun
 Reaksi transfusi
 Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL < 6.5 g/dL

C. ETIOLOGI:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin
C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:

1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia
karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki
cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan
vitamin untuk pertumbuhannya.
4. 4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia
karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

D. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor
atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya
dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel
darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam
biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung
PATHWAY ANEMIA (Patrick Davey, 2002)

Pathway Anemia

E. TANDA DAN GEJALA


1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Pucat
oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya oksigenasi
pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

F. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL


Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. gagal jantung,
2. kejang.3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )4. Daya konsentrasi menurun5.
Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

G. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG

1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber
kehilangan darah kronis.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
 Transplantasi sumsum tulang
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
 Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
 Dicari penyebab defisiensi besi
 Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh
defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi
IM.
 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien
yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
 Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari,
secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
 Kelemahan otot
 Mudah lelah
 Kulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat
 Sakit kepala
 Pusing
 Kunang-kunang
 Peka rangsang
 Proses berpikir lambat
 Penurunan lapang pandang
 Apatis
 Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah)
 Perfusi perifer buruh
 Kulit lembab dan dingin
 Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral
 Peningkatan frekwensi jatung

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MASALAH KOLABORASI YANG MUNGKIN


MUNCUL

1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
6. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
7. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
8. Keletihan b.d anemia
K. PERENCANAAN KEPERAWATAN

DIANGOSA
TUJUAN DAN KRITERIA
NO KEPERAWATAN INTERVENSI
HASIL
DAN KOLABORASI
1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation
efektif b/d penurunan keperawatan selama ……… jam Management (Manajemen
konsentrasi Hb dan perfusi jaringan klien adekuat sensasi perifer)
darah, suplai oksigen dengan kriteria :  Monitor adanya daerah tertentu
berkurang - Membran mukosa merah yang hanya peka terhadap
- Konjungtiva tidak anemis panas/dingin/tajam/tumpul
- Akral hangat  Monitor adanya paretese
- Tanda-tanda vital dalam  Instruksikan keluarga untuk
rentang normal mengobservasi kulit jika ada
lesi atau laserasi
 Gunakan sarun tangan untuk
proteksi
 Batasi gerakan pada kepala, leher
dan punggung
 Monitor kemampuan BAB
 Kolaborasi pemberian analgetik
 Monitor adanya tromboplebitis
 Diskusikan menganai penyebab
perubahan sensasi

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC :


nutrisi kurang dari keperawatan selama ………. Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d status nutrisi klien adekuat  Kaji adanya alergi makanan
intake yang kurang, dengan kriteria  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
anoreksia  Adanya peningkatan berat badan menentukan jumlah kalori dan
sesuai dengan tujuan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Definisi : Intake nutrisi  Beratbadan ideal sesuai dengan  Anjurkan pasien untuk
tidak cukup untuk tinggi badan meningkatkan intake Fe
keperluan metabolisme  Mampumengidentifikasi  Anjurkan pasien untuk
tubuh. kebutuhan nutrisi meningkatkan protein dan
 Tidk ada tanda tanda malnutrisi vitamin C
Batasan karakteristik :  Menunjukkan peningkatan  Berikan substansi gula
- Berat badan 20 % atau fungsi pengecapan dari menelan Yakinkan diet yang dimakan
lebih di bawah ideal  Tidak terjadi penurunan berat mengandung tinggi serat untuk
- Dilaporkan adanya badan yang berarti mencegah konstipasi
intake makanan yang  Pemasukan yang adekuat  Berikan makanan yang terpilih (
kurang dari RDA  Tanda-tanda malnutri si sudah dikonsultasikan dengan
(Recomended Daily  Membran konjungtiva dan ahli gizi)
Allowance) mukos tidk pucat  Ajarkan pasien bagaimana
- Membran mukosa dan  Nilai Lab.: membuat catatan makanan
konjungtiva pucat Protein total: 6-8 gr% harian.
- Kelemahan otot yang Albumin: 3.5-5,3 gr %  Monitor jumlah nutrisi dan
digunakan untuk Globulin 1,8-3,6 gr % kandungan kalori
menelan/mengunyah HB tidak kurang dari 10 gr %  Berikan informasi tentang
- Luka, inflamasi pada kebutuhan nutrisi
rongga mulut  Kaji kemampuan pasien untuk
- Mudah merasa kenyang, mendapatkan nutrisi yang
sesaat setelah dibutuhkan
mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta Nutrition Monitoring
adanya kekurangan  BB pasien dalam batas normal
makanan  Monitor adanya penurunan berat
- Dilaporkan adanya badan
perubahan sensasi rasa  Monitor tipe dan jumlah aktivitas
- Perasaan yang biasa dilakukan
ketidakmampuan untuk  Monitor interaksi anak atau
mengunyah makanan orangtua selama makan
- Miskonsepsi  Monitor lingkungan selama
- Kehilangan BB dengan makan
makanan cukup  Jadwalkan pengobatan dan
- Keengganan untuk tindakan tidak selama jam
makan makan
- Kram pada abdomen  Monitor kulit kering dan
- Tonus otot jelek perubahan pigmentasi
- Nyeri abdominal dengan  Monitor turgor kulit
atau tanpa patologi  Monitor kekeringan, rambut
- Kurang berminat kusam, dan mudah patah
terhadap makanan  Monitor mual dan muntah
- Pembuluh darah kapiler  Monitor kadar albumin, total
mulai rapuh protein, Hb, dan kadar Ht
- Diare dan atau  Monitor makanan kesukaan
steatorrhea  Monitor pertumbuhan dan
- Kehilangan rambut yang perkembangan
cukup banyak (rontok)  Monitor pucat, kemerahan, dan
- Suara usus hiperaktif kekeringan jaringan
- Kurangnya informasi, konjungtiva
misinformasi  Monitor kalori dan intake nuntrisi
 Catat adanya edema, hiperemik,
Faktor-faktor yang hipertonik papila lidah dan
berhubungan : cavitas oral.
Ketidakmampuan  Catat jika lidah berwarna
pemasukan atau magenta, scarlet
mencerna makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.

3 Defisit perawatan diri b/d Setelah dilakukan tindakan NIC :


kelemahan fisik keperawatan selama ………. Self Care assistane : ADLs
jam kebutuhan mandiri klien Monitor kemempuan klien untuk
Definisi : terpenuhi dengan kriteria perawatan diri yang mandiri.
Gangguan kemampuan  Klien terbebas dari bau badan  Monitor kebutuhan klien untuk
untuk melakukan ADL  Menyatakan kenyamanan alat-alat bantu untuk kebersihan
pada diri terhadap kemampuan untuk diri, berpakaian, berhias,
melakukan ADLs toileting dan makan.
Batasan karakteristik :  Dapat melakukan ADLS dengan Sediakan bantuan sampai klien
ketidakmampuan untuk bantuan mampu secara utuh untuk
mandi, ketidakmampuan melakukan self-care.
untuk berpakaian, Dorong klien untuk melakukan
ketidakmampuan untuk aktivitas sehari-hari yang
makan, ketidakmampuan normal sesuai kemampuan
untuk toileting yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara
Faktor yang berhubungan mandiri, tapi beri bantuan
: kelemahan, kerusakan ketika klien tidak mampu
kognitif atau perceptual, melakukannya.
kerusakan Ajarkan klien/ keluarga untuk
neuromuskular/ otot-otot mendorong kemandirian, untuk
saraf memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC :


keperawatan selama ………. Infection Control (Kontrol
Definisi : Peningkatan jam status imun klien meningkat infeksi)
resiko masuknya dengan kriteria  Bersihkan lingkungan setelah
organisme patogen  Klien bebas dari tanda dan gejala dipakai pasien lain
infeksi  Pertahankan teknik isolasi
Faktor-faktor resiko :  Menunjukkan kemampuan untuk  Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif mencegah timbulnya infeksi  Instruksikan pada pengunjung
- Ketidakcukupan  Jumlah leukosit dalam batas untuk mencuci tangan saat
pengetahuan untuk normal berkunjung dan setelah
menghindari paparan  Menunjukkan perilaku hidup berkunjung meninggalkan
patogen sehat pasien
- Trauma  Gunakan sabun antimikrobia
- Kerusakan jaringan dan untuk cuci tangan
peningkatan paparan  Cuci tangan setiap sebelum
lingkungan
dan sesudah tindakan
- Ruptur membran
kperawtan
amnion
 Gunakan baju, sarung tangan
- Agen farmasi
sebagai alat pelindung
(imunosupresan)
 Pertahankan lingkungan
- Malnutrisi
aseptik selama pemasangan alat
- Peningkatan paparan
 Ganti letak IV perifer dan line
lingkungan patogen
central dan dressing sesuai
- Imonusupresi
dengan petunjuk umum
- Ketidakadekuatan imum
buatan  Gunakan kateter intermiten
- Tidak adekuat untuk menurunkan infeksi
pertahanan sekunder kandung kencing
(penurunan Hb,  Tingktkan intake nutrisi
Leukopenia, penekanan  Berikan terapi antibiotik bila
respon inflamasi) perlu
- Tidak adekuat
pertahanan tubuh primer Infection Protection (proteksi
(kulit tidak utuh, trauma terhadap infeksi)
jaringan, penurunan kerja  Monitor tanda dan gejala
silia, cairan tubuh statis, infeksi sistemik dan lokal
perubahan sekresi pH,  Monitor hitung granulosit,
perubahan peristaltik) WBC
- Penyakit kronik  Monitor kerentanan terhadap
infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
 Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari
infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif

5 Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi


ketidakseimbangan keperawatan selama …….. klien1. Menentukan penyebab
suplai dan kebutuhan dapat beraktivitas dengan intoleransi
oksigen kriteria aktivitas&menentukan apakah
- Berpartisipasi dalam aktivitas penyebab dari fisik,
fisik dgn TD, HR, RR yang psikis/motivasi
sesuai 2. Observasi adanya pembatasan
-Menyatakan gejala klien dalam beraktifitas.
memburuknya efek dari3. Kaji kesesuaian
OR&menyatakan onsetnya aktivitas&istirahat klien sehari-
segera hari
-Warna kulit4.↑ aktivitas secara bertahap,
normal,hangat&kering biarkan klien berpartisipasi
Memverbalisa-sikan pentingnya dapat perubahan posisi,
aktivitasseca-ra bertahap berpindah & perawatan diri
Mengekspresikan pengertian5.
Pastikan klien mengubah posisi
pentingnya keseimbangan secara bertahap. Monitor gejala
latihan&istira intoleransi aktivitas
Hat 6.
Ketika membantu klien berdiri,
- Peningkatan toleransi aktivitas observasi gejala intoleransi spt
mual, pucat, pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
7. Lakukan latihan ROM jika
klien tidak dapat menoleransi
aktivitas
8. Bantu klien memilih aktifitas
yang mampu untuk dilakukan
6 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen
b.d ventilasi-perfusi keperawatan selama ……..  Bersihkan mulut, hidung dan
status respirasi : pertukaran gas secret trakea
membaik dengan kriteria :  Pertahankan jalan nafas yang
 Mendemonstrasikan peningkatan paten
ventilasi dan oksigenasi yang  Atur peralatan oksigenasi
adekuat  Monitor aliran oksigen
 Memelihara kebersihan paru  Pertahankan posisi pasien
paru dan bebas dari tanda tanda  Onservasi adanya tanda tanda
distress pernafasan hipoventilasi
 Mendemonstrasikan batuk efektif  Monitor adanya kecemasan
dan suara nafas yang bersih, pasien terhadap oksigenasi
tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, Vital sign Monitoring
mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)  Monitor TD, nadi, suhu,
Tanda tanda vital dalam rentang dan RR
normal  Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari
nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola
pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

7 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Airway Management


nafas b.d keperawatan selama …….…
status respirasi klien membaik  Buka jalan nafas, guanakan
dengan kriteria teknik chin lift atau jaw thrust
 Mendemonstrasikan batuk efektif bila perlu
dan suara nafas yang bersih,  Posisikan pasien untuk
tidak ada sianosis dan dyspneu memaksimalkan ventilasi
(mampu mengeluarkan sputum,  Identifikasi pasien perlunya
mampu bernafas dengan mudah, pemasangan alat jalan nafas
tidak ada pursed lips) buatan
 Menunjukkan jalan nafas yang  Pasang mayo bila perlu
paten (klien tidak merasa  Lakukan fisioterapi dada jika
tercekik, irama nafas, frekuensi perlu
pernafasan dalam rentang
 Keluarkan sekret dengan batuk
normal, tidak ada suara nafas atau suction
abnormal)  Auskultasi suara nafas, catat
Tanda Tanda vital dalam adanya suara tambahan

rentang normal (tekanan darah, Lakukan suction pada mayo
nadi, pernafasan)  Berikan bronkodilator bila
perlu
 Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.

8 Keletihan b.d anemia Setelah dilakukan tindakan Energi manajemen


keperawatan selama ……..  Monitor respon klien terhadap
.keletihan klien teratasi dengan aktivitas takikardi, disritmia,
kriteria : dispneu, pucat, dan jumlah
- Kemampuan aktivitas adekuat respirasi
- Mempertahankan  Monitor dan catat jumlah tidur
nutrisi
adekuat klien
- Keseimbangan aktivitas dan  Monitor ketidaknyamanan atauu
istirahat nyeri selama bergerak dan
- Menggunakan teknik energi aktivitas
konservasi  Monitor intake nutrisi
- Mempertahankan interaksi  Instruksikan klien untuk
sosial mencatat tanda-tanda dan
- Mengidentifikasi faktor-faktor gejala kelelahan
fisik dan psikologis yang  Jelakan kepada klien hubungan
menyebabkan kelelahan kelelahan dengan proses
- Mempertahankan kemampuan penyakit
untuk konsentrasi  Catat aktivitas yang dapat
meningkatkan kelelahan
 Anjurkan klien melakukan yang
meningkatkan relaksasi
 Tingkatkan pembatasan bedrest
dan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta
http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/12/laporan-pendahuluan-anemia.html#.WrEsOpqyTIU
19 Maret 2018 jam 22.46
A. Definisi
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis,
anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut okesigen ke
jaringan (Smeltzer & Bare, 2002).
Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi gangguan perfusi O2 ke
jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat dan nilai Hb di bawah 7 g/dl sehingga
memerlukan tambahan umumnya melalui transfusi. Anemia adalah berkurangnya hingga di
bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006).

B. Etiologi
Penyebab anemia pada dewasa terbagi menjadi dua, yakni :
1. Kehilangan sel darah merah
a. Perdarahan

Perdarahan dapat diakibatkan berbagai


penyebab diantaranya adalah trauma, ulkus, keganasan, hemoroid, perdarahan pervaginam, dan
lain-lain.
b. Hemolisis yang berlebihan
Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi dikenal sebagai hemolisis, terjadi jika gangguan
pada sel darah merah itu sendiri memperpendek siklus hidupnya (kelainan intrinsik) atau
perubahan lingkungan yang menyebabkan penghancuran sel darah merah (kelainan ekstrinsik).
Sel darah merah mengalami kelainan pada keadaan :
- Hemoglobinopati atau hemoglobin abnormal yang diwariskan, contohnya adalah pada penderita
penyakit sel sabit (sickle cell anemia)
- Gangguan sintesis globin, contohnya pada penderita thalasemia
- Kelainan membrane sel darah merah, contohnya pada sferositosis herediter dan eliptositosis
- Difisiensi enzim, seperti defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD) dan defisiensi piruvat
kinase (Price, 2006).

2. Kekurangan zat gizi seperti Fe, asam folat, dan vitamin B12.
C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus
yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi
normalnya 1 mg/dl atau kurang kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada
berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (mis., apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100
mg/dL), hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin (hemoglobinuria).
Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi
mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan
dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat hemolitik tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi, biasanya
dapat diperoleh dengan dasar (1) hitung retikulosit dalam sirkulasi darah, (2) derajat proliferasi
sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat
dengan biopsy; dan (3) ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemian.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb)
dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh
organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting. Salah satunya otak, otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

D. Tanda dan Gejala


Selain beratnya anemia, berbagai faktor mempengaruhi berat dan adanya gejala: (1)
kecepatan kejadian anemia, (2) durasinya, (3) kebutuhan metabolism pasien bersangkutan, (4)
adanya kelainan lain atau kecacatan, dan (5) komplikasi tertentu atau keadaan yang
mengakibatkan anemia.
Semakin cepat perkembangan anemia, semakin berat gejalanya. Pada orang yang normal
penurunan hemoglobin, hitung darah merah, atau hematokrit tanpa gejala yang tampak atau
ketidakmampuan yang jelas secara bertahap biasanya dapat ditoleransi sampai 50%, sedangkan
kehilangan cepat sebanyak 30% dapat menyebabkan kolaps vaskuler pada individu yang sama.
Individu yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup lama, dengan kadar
hemoglobin antara 9 dan 11 g/dl, hanya mengalami sedikit gejala atau tidak ada gejala sama
sekali selain takikardi ringan di saat latihan. Dispneau latihan biasanya terjadi hanya di bawah
7,5 g/dl; kelemahan hanya terjadi di bawah 6 g/dl; dispneau istirahat di bawah 3 g/dl; dan gagal
jantung pada kadar yang sangat rendah 2 - 2,5 g/dl.
Secara umum gejala klinis anemia yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf)
yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini,
bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat
pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Namun pada anemia berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung (Sjaifoellah, 1998).

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Guillermo dan Arguelles (Riswan, 2003) pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
memperkuat penegakkan diagnosa anemia antara lain:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran kuantitatif tentang
beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang. Pada pemeriksaan dan pengawasan
Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sederhana seperti Hb sachli.
b. Penentuan Indeks Eritrosit Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung dengan
flowcytometri atau menggunakan rumus:
- Mean Corpusculer Volume (MCV)
MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun apabila kekurangan zat besi semakin
parah, dan pada saat anemia mulai berkembang. MCV merupakan indikator kekurangan zat besi
yang spesiflk setelah thalasemia dan anemia penyakit kronis disingkirkan. Dihitung dengan
membagi hematokrit dengan angka sel darah merah. Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl
dan makrositik > 100 fl.
- Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)
MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah. Dihitung dengan membagi
hemoglobin dengan angka sel darah merah. Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg
dan makrositik > 31 pg.
- Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)
MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung dengan membagi hemoglobin
dengan hematokrit. Nilai normal 30-35% dan hipokrom < 30%.
c. Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer
Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara manual. Pemeriksaan menggunakan
pembesaran 100 kali dengan memperhatikan ukuran, bentuk inti, sitoplasma sel darah merah.
Dengan menggunakan flowcytometry hapusan darah dapat dilihat pada kolom morfology flag.
d. Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide = RDW)
Luas distribusi sel darah merah adalah parameter sel darah merah yang masih relatif baru,
dipakai secara kombinasi dengan parameter lainnya untuk membuat klasifikasi anemia. RDW
merupakan variasi dalam ukuran sel merah untuk mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak
kentara. Kenaikan nilai RDW merupakan manifestasi hematologi paling awal dari kekurangan
zat besi, serta lebih peka dari besi serum, jenuh transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah
bersama dengan naiknya RDW adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat besi, dan
apabila disertai dengan eritrosit protoporphirin dianggap menjadi diagnostik. Nilai normal 15 %.
e. Eritrosit Protoporfirin (EP)
EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang hanya membutuhkan beberapa tetes
darah dan pengalaman tekniknya tidak terlalu dibutuhkan. EP naik pada tahap lanjut kekurangan
besi eritropoesis, naik secara perlahan setelah serangan kekurangan besi terjadi. Keuntungan EP
adalah stabilitasnya dalam individu, sedangkan besi serum dan jenuh transferin rentan terhadap
variasi individu yang luas. EP secara luas dipakai dalam survei populasi walaupun dalam praktik
klinis masih jarang.
f. Besi Serum (Serum Iron = SI)
Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun setelah cadangan besi habis
sebelum tingkat hemoglobin jatuh. Keterbatasan besi serum karena variasi diurnal yang luas dan
spesitifitasnya yang kurang. Besi serum yang rendah ditemukan setelah kehilangan darah
maupun donor, pada kehamilan, infeksi kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan malignansi.
Besi serum dipakai kombinasi dengan parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status besi yang
spesifik.
g. Serum Transferin (Tf)
Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -sama dengan besi serum. Serum
transferin dapat meningkat pada kekurangan besi dan dapat menurun secara keliru pada
peradangan akut, infeksi kronis, penyakit ginjal dan keganasan.
h. Transferrin Saturation (Jenuh Transferin)
Jenuh transferin adalah rasio besi serum dengan kemampuan mengikat besi, merupakan indikator
yang paling akurat dari suplai besi ke sumsum tulang. Penurunan jenuh transferin dibawah 10%
merupakan indeks kekurangan suplai besi yang meyakinkan terhadap perkembangan eritrosit.
Jenuh transferin dapat menurun pada penyakit peradangan. Jenuh transferin umumnya dipakai
pada studi populasi yang disertai dengan indikator status besi lainnya. Tingkat jenuh transferin
yang menurun dan serum feritin sering dipakai untuk mengartikan kekurangan zat besi. Jenuh
transferin dapat diukur dengan perhitungan rasio besi serum dengan kemampuan mengikat besi
total (TIBC), yaitu jumlah besi yang bisa diikat secara khusus oleh plasma.
i. Serum Feritin
Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif untuk menentukan cadangan
besi orang sehat. Serum feritin secara luas dipakai dalam praktek klinik dan pengamatan
populasi. Serum feritin < 12 ug/l sangat spesifik untuk kekurangan zat besi, yang berarti
kehabisan semua cadangan besi, sehingga dapat dianggap sebagai diagnostik untuk kekurangan
zat besi. Rendahnya serum feritin menunjukan serangan awal kekurangan zat besi, tetapi tidak
menunjukkan beratnya kekurangan zat besi karena variabilitasnya sangat tinggi. Penafsiran yang
benar dari serum feritin terletak pada pemakaian range referensi yang tepat dan spesifik untuk
usia dan jenis kelamin. Konsentrasi serum feritin cenderung lebih rendah pada wanita dari pria,
yang menunjukan cadangan besi lebih rendah pada wanita. Serum feritin pria meningkat pada
dekade kedua, dan tetap stabil atau naik secara lambat sampai usia 65 tahun. Pada wanita tetap
saja rendah sampai usia 45 tahun, dan mulai meningkat sampai sama seperti pria yang berusia
60-70 tahun, keadaan ini mencerminkan penghentian mensturasi dan melahirkan anak. Pada
wanita hamil serum feritin jatuh secara dramatis dibawah 20 ug/ l selama trimester II dan III
bahkan pada wanita yang mendapatkan suplemen zat besi.
Serum feritin adalah reaktan fase akut, dapat juga meningkat pada inflamasi kronis, infeksi,
keganasan, penyakit hati, alkohol. Serum feritin diukur dengan mudah memakai Essay
immunoradiometris (IRMA), Radioimmunoassay (RIA), atau Essay immunoabsorben (Elisa).
2. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Masih dianggap sebagai standar emas untuk penilaian cadangan besi, walaupun mempunyai
beberapa keterbatasan. Pemeriksaan histologis sumsum tulang dilakukan untuk menilai jumlah
hemosiderin dalam sel-sel retikulum. Tanda karakteristik dari kekurangan zat besi adalah tidak
ada besi retikuler. Keterbatasan metode ini seperti sifat subjektifnya sehingga tergantung
keahlian pemeriksa, jumlah struma sumsum yang memadai dan teknik yang dipergunakan.
Pengujian sumsum tulang adalah suatu teknik invasif, sehingga sedikit dipakai untuk
mengevaluasi cadangan besi dalam populasi umum.
F. Pathway

G. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada penderita anemia meliputi (Doenges, 1999) :
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : - Keletihan, kelemahan, malaise umum.
- Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat bekerja
- Toleransi terhadap latihan rendah
- kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda : - Takikardi/takipnea; dispneu pada bekerja atau istirahat
- Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.
- Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
- .Ataksia, tubuh tidak tegak
- Bahu turun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lainnya yang menunjukkan keletihan
2. Sirkulasi
Gejala : - Riwayat kehilangan darah kronis, mis., perdarahan GI kronis, menstruasi berat; angina, CHF
(akibat kerja jantung berlebih)
- Riwayat endo karditis infeksi kronik
- Palpitasi
Tanda : - TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural
- Disritmia : Abnormalitas EKG, mis., depresi segmen ST dan pendataran arau depresi gelombang
T; takikardia
- Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit daan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir)
dan dasar kuku; kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (PA)
- Sklera (Biru atau utih)
- Pengisian kapiler melambat
- kuku mudah patah
- Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature.
3. Eliminasi
Gejala : - Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
- Flatulen, sindrom malabsorpsi
- Hematemesis, melena
- Diare atau konstipasi
- Penurunanhaluaran urin

Tanda : Distensi Abdomen


4. Makanan/cairan
Gejala : Penurunan masukan diet, mual/muntah, dyspepsia, adanya penurunn berat badan.
Tanda : Lidah tampak merah (AP ; defisiensi as. folat dan vit. B12)
- Membran mukosa kering, pucat
- Turgor kulit : buruk, kering, tampakkisut/hilang elastisitas
- Stomatitis dan glositis
5. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, ketidakmampuan berkonsentrasi, insomnia,
keseimbangan buruk, sensasi menjadi dingin.
Tanda : gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, epitaksis (aplastik)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen samar ; sakit kepala
Tanda : Perilaku distraksi, gelisah
7. Pernapasan
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda : Takipnea, ortopnea, dispnea
8. Seksualitas
Gejala : Perubahan aliran menstruasi, mis., menoragia atau amenore, hilang libido (pria dan wanita),
impoten
Tanda : Serviks dan dinding vagina pucat

H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang biasa muncul pada pasien dengan sindrom nefrotik menurut Nurarif &
Kusuma (2013), meliputi :

 . Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


 . Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
 . Keletihan

I. Fokus Intervensi
1. Peningkatan perfusi jaringan
2. Memberikan kebutuhan nutrisi/cairan
3. Mencegah komplikasi

J. Perencanaan keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan - Kaji warna kulit, suhu dan
-an perfusi keperawatan diharapkan perfusi kelembaban, apakah
jaringan jaringan perifer pasien efektif seluruh tubuh atau
perifer dengan kriteria hasil : terlokalisir
- Ukur CRT
Indikator - Palpasi nadi perifer
Tissue perfusion: cellular - Kaji fungus motorik dan
Tekanan darah sistol sensorik
Tekanan darah diastol - Kolaborasi dengan dokter
Saturasi oksigen untuk pemberian tablet
Capillary refill penambah darah atau agen
Mual yang sesuai dengan kondisi
Penurunan kesadaran anemia klien
- Berikan cairan, elektrolit
Keterangan : dan okesigen sesuai
1. Keluhan ekstrim indikasi
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

Ketidakseimb Setelah dilakukan tindakan Nutrition Therapy


angan nutrisi: keperawatan diharapkan status - Lengkapi pengkajian nutrisi
kurang dari nutrisi: intake nutrient dan sesuai kebutuhan
kebutuhan biochemical measures - Monitor makanan/cairan
tubuh menunjukkan perbaikan dengan yang dicerna dan hitung
kriteria hasil : intake kalori sehari-hari
Indikator - Tentukan dengan
Nutritional status: nutrient kolaborasi dengan ahli diet,
intake jumlah kaloro dan tipe
Intake besi kalori yang dibutuhkan
Intake protein untuk mendapatkan
Intake kalori kebutuhan nutrisi yang
Intake vitamin tepat
Intake mineral - Berikan edukasi pada
Nutritional status : pasien dan keluarga untuk
biochemical measures konsumsi makanan yang
Hemoglobin tinggi protein, kalori, zat
besi dan vitamin
Hematokrit
- Tentukan apakah klien
Serum albumin
membutuhkan enteral
Total iron binding
feeding
capacity
- Berikan nutrisi melalui
enteral apabila dibutuhkan
Keterangan :
- Berikan penjelasan kepada
1. Keluhan ekstrim
keluarga mengenai
2. Keluhan berat
kebutuhan nutrisi yang
3. Keluhan sedang
dibutuhkan oleh klien
4. Keluhan ringan
Tidak ada keluhan
Nutritional Monitoring
- Monitor albumin, total
protein, hemoglobin dan
hematokrit
- Monitor mual/ muntah
Monitor kalori dan intake
makanan
Keletihan Setelah dilakukan tindakan - Kaji tingkat keletihan klien
keperawatan diharapkantingkat dan tanyakan perasaan klien
keletihan pasien berkurang dengan adanya keletihan
dengan kriteria hasil : yang dialami klien
- Review kemampuan dan
Indikator kebutuhan bantuan dalam
Fatigue level melakukan aktivitas sehari -
Kelelahan hari
Kelesuan - Berikan terapi oksigen
Sakit kepala sesuai kebutuhan
Aktivitas sehari-hari - Sarankan untuk beristi-rahat
& tidak terlalu lelah dalam
Keterangan : melakukan aktivitas
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan

DAFTAR PUSTAKA

 Anugrah P, dkk. 2012. Anemia Gravis Et Causa Perdarahan Pervaginam. Fakultas


Kedokteran dan Ilmu-Ilmu kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman: Purwokerto.
 Bulechek G, Butcher H, Dochterman J. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC),
fifth edition. Missouri: Mosby Elsevier.
 Doengoes, E. M., Moorhouse, F. M., & Geisser, C. A. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan (3 ed.). Jakarta: EGC.
 Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson E. 2008. Nursing Outcomes Classification
(NOC), fifth edition. Missouri: Mosby Elsevier.
 NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012 -
2014. (M. Ester, Ed., M. Sumarwati, D. Widiarti, & E. Tiar, Trans.) Jakarta: EGC.
 Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC (Jilid 2 ed.). Yogyakarta: Med Action Publishing.
 Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit
(6 ed., Vol. II). (H. Hartanto, Ed., & B. U. Pendit, Trans.) Jakarta: EGC.
 Suryadi, & Yuliani, R. (2001). Praktek klinik asuhan keperawatan pada anak. Jakarta:
Sagung Seto.
 http://sharekeperawatan.blogspot.co.id/2016/09/laporan-pendahuluan-anemia.html
 19 maret 2018 jam 22.46
ANEMIA

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,

elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah,

yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar

hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin

dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan

merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik

dan informasi laboratorium.

B. Etiologi

Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis

eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari

beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan

sebagainya.

Penyebab umum dari anemia:

1. Perdarahan hebat

2. Akut (mendadak)

3. Kecelakaan

4. Pembedahan

5. Persalinan

6. Pecah pembuluh darah

7. Penyakit Kronik (menahun)

8. Perdarahan hidung

9. Wasir (hemoroid)

10. Ulkus peptikum

11. Kanker atau polip di saluran pencernaan

12. Tumor ginjal atau kandung kemih

13. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

14. Berkurangnya pembentukan sel darah merah

15. Kekurangan zat besi


16. Kekurangan vitamin B12

17. Kekurangan asam folat

18. Kekurangan vitamin C

19. Penyakit kronik

20. Meningkatnya penghancuran sel darah merah

21. Pembesaran limpa

22. Kerusakan mekanik pada sel darah merah

23. Reaksi autoimun terhadap sel darah merah

24. Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

25. Sferositosis herediter

26. Elliptositosis herediter

27. Kekurangan G6PD

28. Penyakit sel sabit

29. Penyakit hemoglobin C

30. Penyakit hemoglobin S-C

31. Penyakit hemoglobin E

32. Thalasemia (Burton, 1990).

C. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel

darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat

kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak

diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus
yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan

ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang

menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam

system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini

bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan

destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin

plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik

pada sclera.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin

(Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke

seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya

dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel

bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,

Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

D. Manifestasi klinis

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam

tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan

dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif

yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel,

dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah,

letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia.

Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa

melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan

jantung(Sjaifoellah, 1998).

E. Komplikasi

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia

akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi

saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.

Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat

menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,

anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah,

1998).

F. Pemeriksaan penunjang

1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.

2. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat

mengindikasikan tipe khusus anemia).

3. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan

sel darah merah : atau penyakit malignasi.

4. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada

tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.

Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).


5. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat

(hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat

(DB); normal atau tinggi (hemolitik)

6. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.

7. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).

8. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan

defisiensi masukan/absorpsi

9. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)

10. TBC serum : meningkat (DB)

11. Feritin serum : meningkat (DB)

12. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

13. LDH serum : menurun (DB)

14. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)

15. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan

perdarahan akut / kronis (DB).

16. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam

hidroklorik bebas (AP).

17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam

jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan

megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).

18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI

(Doenges, 1999).
G. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang

hilang.

1. Transpalasi sel darah merah.

2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen

5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1. Anemia defisiensi besi. Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan

yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe, Perrosulfat 3x

200mg/hari/per oral sehabis makan, Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan

transfusi darah.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara

menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :

1) Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat

untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih

banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,

apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.

Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain

yang menunujukkan keletihan.

2) Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB),

angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi

(takikardia kompensasi).

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi

postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi

gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat

pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:

pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat

(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).

Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi)

kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,

menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan

transfusi darah.

Tanda : depresi.

4) Eleminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,

feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

5) Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal

tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,

dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka

terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).

Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas

(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan

sudut mulut pecah. (DB).

6) Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.

Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,

kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons,

lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari
lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda

Romberg positif, paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8) Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9) Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik

terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap

dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk,

sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan

ekimosis (aplastik).

10) Seksualitas

Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido

(pria dan wanita). Imppoten.

Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder

(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna

atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk

pembentukan sel darah merah.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)

dan kebutuhan.

4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan

untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan

neurologist.

6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses

pencernaan; efek samping terapi obat.

C. Intervensi/Implementasi keperawatan

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah

disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).


DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi terhadap Tujuan : Infeksi tidak terjadi. 1. Tingkatkan cuci tangan yang baik 1.; mencegah
infeksi berhubungan Kriteria hasil : oleh pemberi perawatan dan pasien bacterial.
dengan tidak adekuatnya- mengidentifikasi perilaku 2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada berat/apla
pertahanan sekunder untuk mencegah/menurunkan prosedur/perawatan luka. normal ku
(penurunan hemoglobin risiko infeksi. 3. Berikan perawatan kulit, perianal dan 2. menurunk
leucopenia, atau - meningkatkan penyembuhan oral dengan cermat. 3. menurunk
penurunan granulosit luka, bebas drainase purulen 4. Motivasi perubahan posisi/ambulasi dan infeks
(respons inflamasi atau eritema, dan demam. yang sering, latihan batuk dan napas 4. meningka
tertekan dalam. dan memb
5. Tingkatkan masukkan cairan mencegah
adekuatPantau/batasi pengunjung. 5. membant
6. Berikan isolasi bila memungkinkan. pernapasa
7. Pantau suhu tubuh. Catat adanya dan menc
menggigil dan takikardia dengan atau pernapasa
tanpa demam. 6. membata
8. Amati eritema/cairan luka. Perlindun
9. Ambil specimen untuk aplastik, b
kultur/sensitivitas sesuai 7.
indikasi adanya p
(kolaborasi) membutu
10. Berikan antiseptic topical ; antibiotic 8. indikator
sistemik (kolaborasi) pembentu
granulosit
9. membed
mengiden
mempeng
10. mungkin
menurunk
pengobata
2. Perubahan nutrisi kurang Tujuan : kebutuhan nutrisi 1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan 1. mengide
dari kebutuhan tubuh terpenuhi yang disukai. intervensi
berhubungan dengan Kriteria hasil : - menunujukkan2. Observasi dan catat masukkan mengaw2.
kegagalan untuk peningkatan/mempertahankan makanan pasien. Timbang berat badan kekuranga
mencerna atau ketidak berat badan dengan nilai setiap hari. 3. menga
mampuan mencerna laboratorium normal. 3. Berikan makan sedikit dengan efektivitas
makanan /absorpsi - tidak mengalami tanda mal frekuensi sering dan atau makan 4. menur
nutrient yang diperlukan nutrisi. diantara waktu makan. pemasukk
untuk pembentukan sel - Menununjukkan perilaku, 4. Observasi dan catat kejadian 5. gejala G
darah merah. perubahan pola hidup untuk mual/muntah, flatus dan dan gejala lain (hipoksia)
meningkatkan dan atau yang berhubungan. 6. meningk
mempertahankan berat badan 5. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang oral. Me
yang sesuai. baik ; sebelum dan sesudah makan, meminim
gunakan sikat gigi halus untuk perawatan
penyikatan yang lembut. bila jaring
6. Berikan pencuci mulut yang di berat.
encerkan bila mukosa oral luka. 7. memb
7. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana memenuh
diet. 8. men
8. Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan pengobata
laboraturium. yang dibu
9. Kolaborasi ; berikan obat sesuai 9. kebutuha
indikasi. anemia da
buruk dan
3. Intoleransi aktivitas Tujuan : dapat
1. Kaji kemampuan ADL pasien. 1. mempen
berhubungan dengan mempertahankan/meningkatkan 2. Kaji kehilangan atau gangguan 2. menunju
ketidakseimbangan ambulasi/aktivitas. keseimbangan, gaya jalan dan defisiensi
antara suplai oksigen Kriteria hasil : kelemahan otot. keamanan
(pengiriman) dan - melaporkan peningkatan
3. Observasi tanda-tanda vital sebelum 3. manife
kebutuhan. toleransi aktivitas (termasuk dan sesudah aktivitas. jantung d
aktivitas sehari-hari) 4. Berikan lingkungan tenang, batasi oksigen a
- menunjukkan penurunan tanda pengunjung, dan kurangi suara bising, 4. mening
intolerasi fisiologis, misalnya pertahankan tirah baring bila di kebutuhan
nadi, pernapasan, dan tekanan indikasikan. regangan
darah masih dalam rentang 5. Gunakan teknik menghemat energi, 5. menin
normal. anjurkan pasien istirahat bila terjadi sampai
kelelahan dan kelemahan, anjurkan otot/stami
pasien melakukan aktivitas harga diri
semampunya (tanpa memaksakan diri).
4. Perubahan perfusi Tujuan : peningkatan perfusi 1. Awasi tanda vital kaji pengisian 1. m
jaringan berhubungan jaringan kapiler, warna kulit/membrane mukosa, derajat/ke
dengan penurunan Kriteria hasil : dasar kuku. membantu
komponen seluler yang - menunjukkan perfusi adekuat,2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai 2. men
diperlukan untuk misalnya tanda vital stabil. toleransi. memaksim
pengiriman 3. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi seluler. C
oksigen/nutrient ke sel. bunyi napas perhatikan bunyi hipotensi.
adventisius. 3. disp
4. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi. gangguan
5. Hindari penggunaan botol penghangat lama/peni
atau botol air panas. Ukur suhu air 4. iskemi
mandi dengan thermometer. miokardia
6. Kolaborasi pengawasan 5.
hasil termor
pemeriksaan laboraturium karena ga
7. Berikan sel darah merah6. mengid
lengkap/packed produk darah sesuai pengobata
indikasi. 7. mema
jaringan.
Risiko tinggi terhadap Tujuan : dapat1. Kaji integritas kulit, catat perubahan
1. kondisi
kerusakan integritas kulit mempertahankan integritas pada turgor, gangguan warna, hangat nutrisi d
berhubungan dengan kulit. local, eritema, ekskoriasi. menjadi r
perubahan sirkulasi dan Kriteria hasil : 2. Reposisi secara periodic dan pijat dan rusak
neurologist. - mengidentifikasi factor permukaan tulang apabila pasien tidak2. menin
risiko/perilaku individu untuk bergerak atau ditempat tidur. membatas
mencegah cedera dermal. 3. Anjurkan pemukaan kulit kering dan hipoksia s
bersih. Batasi penggunaan sabun. 3. area lem
4. Bantu untuk latihan rentang gerak. media ya
5. Gunakan alat pelindung, misalnya kulit organisme
domba, keranjang, kasur tekanan mengerin
udara/air. Pelindung tumit/siku dan 4. meningk
bantal sesuai indikasi. (kolaborasi) stasis
5. meng
mencegah
permukaa
6 Konstipasi atau Diare Tujuan : membuat/kembali pola1. Observasi warna feses, konsistensi, 1. memb
berhubungan dengan normal dari fungsi usus. frekuensi dan jumlah. /factor pe
penurunan masukan diet; Kriteria hasil : 2. Auskultasi bunyi usus. 2. bunyi u
perubahan proses - menunjukkan perubahan
3. Awasi intake dan output (makanan dan diare dan
pencernaan; efek perilaku/pola hidup, yang cairan). 3. dapat me
samping terapi obat. diperlukan sebagai penyebab, 4. Dorong masukkan cairan 2500-3000 berlebihan
factor pemberat. ml/hari dalam toleransi jantung. defisiensi
5. Hindari makanan yang membentuk gas4. memban
6. Kaji kondisi kulit perianal dengan feses bi
sering, catat perubahan kondisi kulit memperth
atau mulai kerusakan. 5. menuru
7. Lakukan perawatan perianal setiap abdomen
defekasi bila terjadi diare. 6. mencega
8. Kolaborasi ahli gizi untuk diet 7. serat
siembang dengan tinggi serat dan bulk. mengabso
9. Berikan pelembek feses, stimulant traktus i
ringan, laksatif pembentuk bulk atau menghasi
enema sesuai indikasi. Pantau perangsan
keefektifan. (kolaborasi) 8. memp
10. Berikan obat antidiare, misalnya terjadi.
Defenoxilat Hidroklorida dengan
9. menurun
atropine (Lomotil) dan obat
mengabsorpsi air, misalnya Metamucil.
(kolaborasi).
D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan
rencana pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.

Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta

Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,


Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta

Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta

http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia

http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm

Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

http://nursefadhil.blogspot.co.id/2016/07/laporan-pendahuluan-anemia.html
KONSEP DASAR

A. Pengertian Anemia
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 100 ml
darah (Ngastiyah, 1997).
Anemia adalah keadaan zat gizi yang berlangsung lama yang disebakan makanan
yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi atau suatu keadaan terganggunya sistem
pencernaan sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan penyerapan makanan yang di
konsumsi (Supandiman.1997).
Anemia Adalah dimana kadar Hemoglobin menurun sehingga tubuh akan mengalami
hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen berkurang.
Sedangkan menurut Arif mansoer et al, (2000) menyebutkan bahwa Anemia
defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan kurangnya mineral Fe sebagai bahan yang
diperlukan untuk pematangan eritrosit.

B. Etiologi Anemia
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut
secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut
Brunner dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara umum antara lain :
a. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
b. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah yang
berlebihan.
c. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
d. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, penyakit kronis
dan kekurangan zat besi.

C. Tanda dan Gejala Anemia


1. Pusing
2. Mudah berkunang-kunang
3. Lesu
4. Aktivitas kurang
5. Rasa mengantuk
6. Susah konsentrasi
7. Cepat lelah
8. prestasi kerja fisik/pikiran menurun
9. Konjungtiva pucat
10. Telapak tangan pucat
11. Anoreksia
Gejala khas masing-masing anemia:
1. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisioensi besi
2. Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin buncit pada anemia
hemolitik
3. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.

D. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal
ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya
dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi
sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat
dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

E. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
- agen neoplastik/sitoplastik
- terapi radiasi, antibiotic tertentu
- obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
- infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang



Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)

Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:
- Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
- Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan
saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat

b. Anemia pada penyakit ginjal


Gejala-gejala:
- Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
- Hematokrit turun 20-30%
Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan
ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
- Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
- Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
- Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid,
dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)

sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
- Atropi papilla lidah
- Lidah pucat, merah, meradang
- Stomatitis angularis, sakit di sudut mulu
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
- Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
- Malnutrisi, malabsorbsi, infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik,
infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu



Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
- Pengaruh obat-obatan tertentu
- Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
- Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
- Proses autoimun
- Reaksi transfusi
- Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit



Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

F. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG


a. Kadar porfirin eritrosit bebas ---- meningkat
b. Konsentrasi besi serum ------- menurun
c. Saturasi transferin ------ menurun
d. Konsentrasi feritin serum ---- menurun
e. Hemoglobin menurun
f. Rasio hemoglobin porfirin eritrosit ---- lebih dari 2,8 ug/g adalah diagnostic untuk defisiensi
besi
g. Mean cospuscle volume ( MCV) dan mean cospuscle hemoglobin concentration ( MCHC ) --
-- menurun menyebabkan anemia hipokrom mikrositik atau sel-sel darah merah yang kecil-
kecil dan pucat.
h. Selama pengobatan jumlah retikulosit ---- meningkat dalam 3 sampai 5 hari sesuadh
dimulainya terapi besi mengindikasikan respons terapeutik yang positif.
i. Dengan pengobatan, hemoglobin------- kembali normal dalam 4 sampai 8 minggu
mengindikasikan tambahan besi dan nutrisi yang adekuat.

G. PENATALAKSANAAN ANEMIA
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1. Anemia aplastik:
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte
globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika
transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC
rendah leukosit dan platelet ( Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ).
2. Anemia pada penyakit ginjal
 Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
 Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum
tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
Dengan pemberian makanan yang adekuat.Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3 x
10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr %. Pada defisiensi asam
folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari.
5. Anemia megaloblastik
 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan
oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
 Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
6. Anemia pasca perdarahan ;
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan
intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
7. Anemia hemolitik ;
Dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.

H. KOMPLIKASI ANEMIA
1. Gagal jantung
2. Kejang dan parestesia (perasaan yang menyimpang seperti rasa terbakar , Kesemutan )
3. Gagal ginjal
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

A. PENGKAJIAN
1) Aktivitas / istirahat
Gejala :keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas;
penurunan semangat untuk bekerja.Toleransi terhadap latihan rendah.Kebutuhan untuk
tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.Kelemahan otot, dan penurunan
kekuatan.Tubuh tidak tegak.Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda
lain yang menunujukkan keletihan.

2) Sirkulasi
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna)
: pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
(catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).Sklera : biru atau putih seperti
mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

3) Integritas ego
Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : Depresi.
4) Eleminasi
Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.Penurunan haluaran
urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring).Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.Adanya penurunan berat badan.Tidak pernah puas
mengunyah.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang
elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).Bibir : selitis, misalnya inflamasi
bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan,
keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi
dingin.
Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.Riwayat kanker, terapi kanker.Tidak toleran
terhadap dingin dan panas.Transfusi darah sebelumnya.Gangguan penglihatan, penyembuhan
luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).

B. MASALAH KEPERAWATAN
a. Inefektif perfusi jaringan
b. Intoleransi Aktifitas
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
d. Kelelahan/ fatigue

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


N Diagnos Tujuan Intervensi Rasional
o a
1 Perfusi Perfusi jaringan 1. Monitor tenda-tanda 1. Data dasar mengetahui
jaringan terpenuhi setelah vital perkembangan pasien
in efektif dilakukan 2. Atur posisi dengan2. Meningkatkan
b/d.penu tindakan kepala datar atau pernafasan
runan perawatan. tubuh lebih rendah 3. Mempertahankan
konsentr Kriteria Hasil : 3. Hindari pergerakan pasokan oksigen
asi HB Kulit tidak yang berlebihan 4. Mengetahui status
dan pucat,tanda vital 4. Awasi kesadaran kesadaran pasien
Darah dalam batas dan tanda-tanda 5. Meningkatkan sel
normal, nilai Hb terhadap penurunan darah
dan eritrosit kesadaran 6. Meningkatkan perfusi
dalam rentang 5. Manajemen terapi 7. Menjaga keefektifan
normal tranfusi sesuai terapi oksigen
6. Pemberian O2
pernasal sesuai
program
7. Monitoring
keefektifan suplai O2

2 Intoleran Setelah dilakukan1. Ukur vital sign 1. Data dasar mengetahui


si tindakan 2. Kaji penyebab perkembangan pasien
aktivitas keparawatan intoleransi aktivitas2. Merencanakan
berhubu selama 3x24 jam klien intervensi secara tepat
ngan klien dapat 3. Latih ROM bila 3. Imobilisasi yang lama
dengan meningkatkan keadaan klien akan menyebabkan
berkuran toleransi aktivitas memungkinka dekubitus
gnya dengan kriteria : 4. Ajarkan klien teknik4. Menghemat energi
suplay - Bebas dari penghematan energi 5. Tidak kelelehan
oksigen kelelahan untuk beraktivitas
ke setelah 5. Tingkatkan aktivitas
susunan beraktivitas klien sesuai dengan
saraf - Keseimbangan kemampuan
pusat. kebutuhan
aktivitas dan
istirahat
- Adanya
peningkatan
toleransi aktivitas
3 Ketidak Setelah dilakukan1. Kaji status nutrisi 1. Merencanakan
seimban tindakan pasien intervensi yang tepat
gan keperawatan 2. Kaji masukan 2. Observasi kebutuhan
nutrisi selama 3x24 jam selama perawatan nutrisi
kurang klien terpenuhi per shif 3. Merencanakan
dari kebutuhan 3. Kaji terhadap makanan yang tepat
kebutuha nutrisinya dengan ketidaknyamanan 4. Meningkatkan serlera
n kriteria hasil : (mual,muntah) makan dan intake
berhubu - Intake nutrisi 4. Beri makanan dalam makanan
ngan adekuat. kondisi hangat,porsi 5. Meningkatkan
dengan - Mual, muntah, kecil tapi sering kepercayaan tentang
mual; anoreksi hilang 5. Motivasi anak untuk kebutuhan nutrisi
muntah; - Bebas dari tanda- menghabiskan 6. Oral yang bersih
anoreksi tanda malnutrisi. makanan dengan meningkatkan nafsu
a. - Tidak terjadi melibatkan orang makan
penurunan BB tua. 7. Menentukan makanan
6. Lakukan oral yang sesuai dengan
hygene klien
7. Kolaborasi dengan
ahli gizi akan
kebutuhan kalori,
protein dan cairan
sesuai ndengan
penyakit, usia dan
kebutuhan
metabolism
4 1. Monitor intake 1. Observasi kebutuhan
Kelelaha Konservasi energi nutrisi adekuat nutrisi
n/ Setelah dilakukan2. Monitor tanda vital2. Data dasar mengetahui
Keletiha tindakan dan respon klien keadaan pasien
n keperawatan (wajah pucat, 3. Membatasi aktifitas
berhubu selama 3 x 24 jam konjunctiva). klien
ngan , kelelahan dapat 3. Tentukan aktivitas4. Membantu
dengan teratasi dengan yang mampu mengembalikan energi
kondisi keriteria hasil : dilakukan klien 5. Meningkatkan
fisik - klien sesuai dengan kemandirian klien
kurang menunjukkan petunjuk dokter.
peningkatan 4. Ajarkan mobilisasi
aktivitas bertahap bertahap dan
- klien tidak peningkatan aktivitas
tampak lelah. fisik yang sesuai
- TTV dbn. 5. Dorong kemandirian
- Aktivitas klien klien.
berjalan normal.
D. EVALUASI
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
2) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
3) Peningkatan perfusi jaringan.
4) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia Adalah dimana kadar Hemoglobin menurun sehingga tubuh akan mengalami
hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen berkurang. Secara
fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
oksigen ke jaringan sehingga tubuh akan mengalami hipoksia.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Anemia dengan tepat sehingga dapat mencegah terjadinya
kegawatdaruratan dan komplikasi yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Bare, Brenda G dan Smelttzer, Susanne G. 2002 . Keperawatan Medikal-Bedah.


Jakarta: EGC
Engram,Barbara. 1998 .Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah.jakarta.EGC
Brun
Brunner, suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC

http://lutfyaini.blogspot.co.id/2013/09/laporan-pendahuluan-dan-asuhan_29.html

Anda mungkin juga menyukai