Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

GASTROENTERITIS AKUT

Disusun oleh:

dr. Intan Nabilah Pratiwi

Pendamping:

dr. Elis Sopiani

INTERNSIP PUSKESMAS KARAWANG

2018

1
KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M
Umur : 27 bulan (2 tahun 3 bulan)
Berat Badan : 13 kg
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Subang Kulon, RT/RW 09/08
Tanggal berobat : 24 Oktober 2018

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis pada Ibu Pasien hari rabu, 24
Oktober 2018 di Puskesmas Karawang.
a. Keluhan utama:
BAB cair.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
1 hari sebelum ke puskesmas pasien buang air besar (BAB) cair,
frekuensi >4x banyaknya 1/2 gelas belimbing, konsistensi cair dan
terdapat ampas berwarna kekuningan, lendir (-), darah (-), muntah (-)
demam (+) tidak terlalu tinggi, batuk (-), pilek (-), nyeri tenggorokan (+),
sesak nafas (-), kejang (-), mimisan (-), BAK normal, dan anak masih
mau minum seperti biasa.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
• Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini.
• Riwayat trauma sebelumnya disangkal.
• Riwayat alergi susu, makanan, dan obat disangkal
• Riwayat asma disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
e. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran:
An. M lahir cukup bulan ( 9 bulan) dirumah ditolong oleh bidan. Pasien
merupakan anak pertama dari ibu G1P1A0. Pasien lahir spontan dan

2
langsung menangis. Berat lahir 2900 gr, panjang badan dan lingkar
kepala ibu tidak tahu. Warna air ketuban jernih. Diakui ibu tidak terdapat
penyulit saat persalinan.
f. Riwayat pemberian makanan :
Anak diberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan kemudian dibantu
dengan susu formula dan dari usia 6 bulan diberikan MP-ASI.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum :

 Kesadaran : Kompos Mentis

 Gizi : Baik

 Nadi : 110x/menit, reguler

 Suhu : 37,7oC

 Pernafasan : 25 x/menit

 Berat badan : 13 kg

Kepala :

Simetris muka : Simetris kiri dan kanan

Mata: Cekung (-/-), Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterus (- )

Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah, sianosis (-).

Faring : Hiperemis.

Leher :

Tidak ada pembesaran KGB.

Thoraks : I= Simetris, kiri = kanan

P= Massa tekan (-), Nyeri Tekan (-), vokal fremitus


kiri=kanan

3
P= Sonor, Batas Paru Hepar ICS VI dextra
anterior.

A= Vesikuler, Rh -/- Wh -/-.

Jantung : I = Ictus cordis tidak tampak

P = Ictus cordis tidak teraba

P = Pekak, batas jantung kesan normal

A = BJ I/II, murni regular, bising (-)

Abdomen : I = Datar, ikut gerak nafas

A = Bising usus meningkat

P = turgor abdomen normal, nyeri tekan (-),


Hepar/Lien tidak teraba

P = Tympani

Ekstremitas : Dalam Batas Normal.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan.

DIAGNOSIS KERJA

Diare akut tanpa dehidrasi ec susp. Infeksi Rotavirus + Faringitis akut

DIAGNOSIS BANDING

Diare akut tanpa dehidrasi ec susp. Infeksi Bakterial.

PENATALAKSANAAN

a. Non Farmakologi :

1. Lanjutkan pemberian ASI bila masih asi eksklusif.

4
2. Edukasi orang tua pasien tentang tanda dehidrasi dan pentingnya menjaga
hygiene.

b. Farmakologi:
1. Zink tab 1x20mg po selama 10 hari
2. Oralit 200 ml tiap kali BAB cair
3. Paracetamol syr 3x1 cth (bila T ≥ 38,0 C)

5
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Diare adalah buang air besar yang frekuesinya lebih sering (biasanya
dalam sehari 3 kali atau lebih) dan konsistensi tinja lebih encer dari
biasanya. Akut <7 hari, melanjut (prolonged) 7-14 hari, persisten >14 hari.

B. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di
dunia sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana
sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare
adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di
seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliar kejadian sakit dan 3-5 juta
kematian setiap tahunnya.
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2
episode per tahun. (Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia
tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak – anak dengan usia kurang
dari 5 tahun di Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%.
Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan(19,4%),
12-23 bulan (14,8%) dan 24-35 bulan (12,0%).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara
berkembang telah turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian
pada tahun 2003. Di Indonesia angka kematian diare juga telah turun tajam
dari 40% tahun 1972 menjadi 24,9 pada tahun 1980, 10% tahun 1985
hingga 7,4 % tahun 1996 dari semua kasus kematian. Walaupun angka
kematian karena diare telah turun, angka kesakitan karena diare tetap
tinggi baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja
di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih
sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang
banyak dalam waktu yang singkat.

6
C. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare)
• Infeksi bakteri : vibrio cholera, E. coli, salmonella, shigella, campylo
bacter, yersinia, aeromonas.
• Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus.
•Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,
giardia lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA
(Otitis Media Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis (sering terjadi pada bayi umur dibawah 2 tahun).
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
• Disakarida : intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
• Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
alergi terhadap makanan, makanan yang beracun.
4. Lain-lain
Imunodefisiensi
Gangguan psikologis (cemas dan takut)
Faktor-faktor langsung:
 KKP (Kurang Kalori Protein)
 Kesehatan pribadi dan lingkungan
 Sosioekonomi

D. PATOFISIOLOGI
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu
diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
 Gangguan osmotik : mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang
dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan
tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan ekstrasellular. Dalam

7
keadaaan ini diare dapat terjadi apabila suatu bahan yang secara
osmotik aktif dan tidak dapat diserap. Jika bahan semacam itu
berupa larutan isotonik, air, dan bahan yang larut didalamnya akan
lewat tanpa diabsorsi sehingga terjadilah diare.
 Gangguan sekretorik : disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit
kedalam usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh villi
gagal sedangkan sekresi klorida oleh sel epitel berlangsung terus
atau meningkat. Hasil akhirnya adalah sekresi cairan yang
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh sebagai
tinja cair. Hal ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada infeksi
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus
oleh toxin bakteri seperti toxin Eschericia coli dan Vibrio colera atau
rotavirus.
 Gangguan motilitas usus: hiperperistaltik akan menyebabkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan,
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul
diare.
Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut adalah:
1. Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus halus, yang
menyebabkan malabsorbsi yang menyebabkan diare karena
gangguan osmotik.
2. Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterosit
reseptor yg spesifik yang menyebabkan terlepasnya ion klorida
kedalam membran intestinal sehingga menyebabkan gangguan
absorbsi sehingga menyebabkan diare.

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu


virus yang masuk melalui makanan dan minuman sampai ke
enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi usus halus.
Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya
belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi
cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan

8
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul
diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme
yang berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel
usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare
oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis
diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bakteri ini
dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga dapat
menyebakan reaksi sistemik. Toksin shigella juga dapat masuk ke
dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh
kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang
disebut disentri.

E. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak cengeng, gelisah, suhu
tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
kemudian timbul diare. Feses makin cair, mungkin disertai lendir dan darah.
Warna feses makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan
emfedu. Akibat seringnya defekasi, daerah anus dan sekitarnya timbul luka
lecet karena sifat feses makin lama makin menjadi asam. Hal ini terjadi
akibat banyaknya asam laktat yang dihasilkan dari pemecahan laktosa
yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat timbul sebelum
atau selama diare. Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa
pergantian yang memadai gejala dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (bayi), mukosa bibir
dan mulut kering. Bila kondisi ini berlanjut, akan terjadi syok hypovolemik
dengan gejala takikardi, denyut jantung cepat, nadi lemah dan tidak teraba,
tekanan daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun. Bila
terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas cepat dan
dalam (pernafasan kusmaul).

9
F. PENATALAKSANAAN
MENILAI DERAJAT DEHIDRASI :

Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda


berikut ini:
 Letargis atau tidak sadar DEHIDRASI BERAT
 Mata sangat cekung
 Tidak bisa minum atau malas minum
 Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Rencana pengobatan : Rencana Terapi C
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini: DEHIDRASI
 Gelisah, rewel RINGAN/SEDANG
 Mata cekung
 Haus atau ingin minum banyak
 Cubitan kulit perut kembalinya
lambat
Rencana pengobatan : Rencana Terapi B
Tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau TANPA DEHIDRASI
ringan/sedang
Rencana Pengobatan : Rencana Terapi A

10
11
Bentuk klinis diare berdasarkan penyebabnya :
1. Diare cair, Rotavirus Rehidrasi, zink
kekuningan
2. Diare lendir Shigellosis (disentri Kuinolon,
darah (disentri) basiler) Kotrimoksazol
dengan keram
perut, demam
3. Diare lendir Entamoeba hystolytica Metronidazol
darah, bau (disentri amuba)

12
busuk
4. Diare berlemak, Giardia lamblia Metronidazol
stetorea
5. Diare seperti Vibrio cholera Azitromisin, tetrasiklin,
cucian beras doksisiklin
6. Diare akibat Bakteri anaerob, seperti Metronidazol
pemakaian clostridium difficile
antibiotik kronik

G. KRITERIA DIAGNOSIS

a. Anamnesis
 Lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari, warna dan
konsistensi tinja, lendir dan atau darah dalam tinja
 Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air
kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
 Jumlah cairan yang masuk selama diare
 Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
mengonsumsi makanan yang tidak biasa
 Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum
b. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
 Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau
lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun
 Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa
bibir, mulu, dan lidah
 Berat badan
 Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti
napas cepat dan dalam (asidosos metabolik), kembung (hipokalemia),
kejang (hipo atau hipernatremia)
 Penilaian derajat dehidrasi.

13
c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare
akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan
darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran
kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada
saat diare akut :
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan kepekaan terhadap antibiotika.
Feses :
PH asam → diare osmotic
Leukosit > 5 / LPB → disentri
Hal yang dinilai pada pemeriksaan feses:
-Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
-Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri

H. KOMPLIKASI
1. Kehilangan cairan (dehidrasi)
2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan gizi
5. Gangguan sirkulasi berupa rejatan (shock) hipovolemik.
6. Kejang, yang biasanya disebabkan oleh hipoglikemik, hiponatremi,
hipernatremia.

I. PROGNOSIS
Bila kita menatalaksana diare sesuai dengan pilar diare, sebagian besar
(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5%) akan menjadi diare persisten.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, R.E et.all. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. International


Edition. Saunders 2004. p 1239-1241
2. Budiarso, Aswita.dkk. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare . Jakarta:
Departemen Kesehatan RI PPM & PLP. 2009
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Tatalaksana Diare pada
Balita. Jakarta : 2011

15

Anda mungkin juga menyukai