Anda di halaman 1dari 6

5.

3 Kelebihan WCDMA

WCDMA telah dipilih sebagai dasar teknologi generasi ketiga, karena teknologi WCDMA
mempunyai beberapa kelebihan antara lain :

a. Efisiensi Spektrum
Pada sistem WCDMA semua sel mempunyaqi frekuensi yang sama, sehingga tidak
perlu menggunakan teknik frekuensi ulang dan tidak terjadi lagi masalah interferensi
kanal bersama. Sel yang berdekatan dapat menggunakan frekuensi yang sama tanpa
terjadi interferensi. Dengan demikian perencanaan RF menjadi lebih mudah dan
menghasilkan kualitas yang lebih baik.

b. Kapasitas
WCDMA mempu nyai banwidth yang lebih lebar yaitu 5 MHz (narrow band CDMA
1,25 MHz dan GSM 200KHz), akan mempunyai kapasitas yang lebih besar, sesuai
dengan aturan Shannon. Kapasitas WCDMA dapat ditingkatkan dengan teknik
coherent demodulation, adaptation antenna array (AAA) dan hierarchical cell
structures (HCS).

c. Efisiensi Jaringan
Penggunaan WCDMA yang sudah dirancang untuk dapat beroperasi bersama dengan
jaringan GSM, tentu akan meningkatkan efisiensi jaringan. Jaringan GSM yang sudah
beroperasi dengan jumlah pelanggan yang paling banyak, tidak perlu diganti, tetapi
hanya dilengkapi dengan jaringan WCDMA. Pelanggan lama yang akan menggunakan
jaringan GSM dengan circuit switch dapat dilayani seperti biasanya. Sedangkan
pelanggan yang akan menggunakan jaringan internet dengan kecepatan data tinggi
dilayani oleh elemen packet switch.

d. Lebih tahan terhadap noise


WCDMA yang menggunakan ternik tersebar, kanal informasi yang sempit dikalikan
dengan deretan chip yang sangat lebar dan menyerupai noise. Karena lebarnya itu,
maka akan sangat sulit untuk melakukan gangguan terhadap kanal WCDMA.
Pemancar radio dari luar, harus mempunyai bandwidth yang sangat lebar untuk bisa
mengganggu (jamming).

5.4 Kekurangan WCDMA

Selain mempunyai banyak kelebihan seperti yang telah dijelaskan diatas, sebenarnya WCDMA
juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain masalah far-near. Masalah far-near adalah
jika lokasi UE berada di dekat node B, maka redaman yang yang terjadi akan lebih kecil
sehingga daya diterima node B akan lebih besar, akibatnya akan mendapat prioritas layanan
lebih dulu. Sedangkan jika lokasi UE lebih jauh dari node B, maka redaman yang dialami lebih
besar, sehingga daya yang diterima node B lebih kecil, akibatnya akan mendapat prioritas
layanan lebih lambat. Jadi UE yang lokasinya dekat node B, akan mendapat layanan lebih dulu
dibanding UE yang berada jauh dari node B. Kelemahan ini dapat diatasi dengan teknik
pengendalian daya. Node B akan selalu memonitor kuat sinyal UE yang dikendalikan olehnya,
melalui daya pancar uplink. Jika kuat sinyal yang diterima dari UE yang jauh, kurang dari
target, maka node B memerintahkan UE tersebut menaikkan daya pancarnya. Demikian juga
jika kuat sinyal dari UE yang dekat terlalu besar, maka node B akan merintahkan untuk
meenurunkannya. Demikianlah kuat sinyal yang diterima node B dari yang jauh dan dekat akan
. selalu sama, sehingga akan mendapat prioritas layanan yang sama. Pengendalian daya tersebut
berlangsung secara otomatis dalam waktu yang cepat, sehingga tidak mengganggu proses
pembangunan panggilan.

Namun demikian teknik pengendalian daya ini juga terbatas, jika daya yang ditransfer dari UE
yang jauh letaknya ternyata sudah maksimal dan tidak mampu dinakkan lagi tetapi masih
dibawah target kuat sinyal yang telah ditetapkan, maka akan terjadi drop call.

5.3 Format WCDMA UMTS

Data yang akan ditransmisikan dikodekan menggunakan kode spreading khusus untuk satu
pengguna UE yang dituju. . Dengan demikian hanya satu penerima yang dituju saja yang dapat
menterjemahkan kode spreading tersebut sedangkan pengguna lainnya menganggap sebagai
noise. Dengan konsep ini, satu kanal fisik RF dapat digunakan oleh beberapa pengguna UE
secara simultan.

Sinyal data CDMA dikalikan dengan suatu chip atau kode spreading untuk memperlebar
bandwidth, sehingga lebar sinyal data menjadi jauh lebih lebar dari sebelumnya. Untuk
WCDMA, setiap kanal fisik diperlebar dengan kode spreading yang unik dan mempunyai
kecepatan yang bervariasi. Setiap aplikasi mempunyai kecepatan data yang berbeda, sehingga
mengasilkan faktor spreading yang berbeda pula.

Untuk transmisi arah bawah downlink (dari node B ke UE), laju chip simbol WCDMA adalah
3,84 Mcps. Dengan demikian jika laju data informasi input sebenarnya 480 Kbps, maka
spreading factor yang diperlukan untuk membawa informasi tersebut adalah :
3840
Spreading factor 𝑆𝐹 = =8
480

SF = 8 berarti bahwa 1 bit informasi akan di spread (disebar) dengan kode OVSF 8 chip.
Pengkodenan dari bit informasi menjadi kode OVSF dilakukan dengan gerbang EXOR
(exclusive OR).

Bit Data informasi D


Y = DO + DO

kode spreading OVSF O

Jika bit data informasi ‘1’ , keluaran spreading 01010001 maka bit data informasi ‘0’ akan
menghasilkan kode spreading 10101110. Dengan demikian semakin besar SF akan semakin
banyak jumlah bit yang digunakan untuk mengkodekan 1 bit informasi dan semakin lebar.
Kode spreading ini kemudian dimodulasi lebih dulu sebelum dikirim ke penerima. Jika
dimodulasi dengan QPSK maka satu periode simbol sinusoida QPSK, membawa 2 chip kode
spreading. Dengan demikian laju bit menjadi 2 x 3840 Kbps = 7680 Kcps atau 7,68 Mcps.

Dalam perencanaan sistem WCDMA, pemilihan kode spreading mana yang digunakan akan
menentukan kualitas jaringan WCDMA. Pada arah uplink jumlah kode spreading yang
digunakan adalah 4 – 256 chips.

Kode spreading yang digunakan hendaknya mempunyai sifat orthogonal, agar dapat beroperasi
tanpa terjadi interferensi. Kode spreading yang digunakan WCDMA adalah kode OVSF
(orthogonal variable spreading factor) yang orthogonal dan kode pseudo random number (PN
code) scrambling yang tidak orthogonal. Gambar 5.5 menunjukkan proses spreading dan
scrambling kanal data.

Data
TX
Laju data Laju chip Laju chip

Spreading code Scrambling code

Gambar 5.5 Proses Spreading dan Scrambling kanal data

Kode spreading juga disebut sebagai kode kanalisasi, karena pada arah uplink kode spreading
juga berfungsi untuk mengidentifiksi kanal kontrol DPCCH (dedicated physisical control
channel) dengan kanal data DPDCH (dedicated physical data channel). pada terminal yang
sama. Sedangkan pada arah downlink fungsi kode spreading adalah untuk membedakan data
dari pengguna yang satu dengan data dari pengguna yang lain.
Panjang kode OVSF arah uplink mempunyai panjang kode 4 – 256 chip, sedangkan untuk arah
downlink 512 chip. Jumlah kode OVSF tergantung pada factor spreading SF. Semakin besar
SF, semakin banyak jumlah chip. Kode scrambling mempunyai panjang 10 ms = 384000 chip
untuk arah uplink demikian juga 10 ms = 38400 chip untuk downlink. Kode scrambling ini
pada arah digunakan untuk mengidentifikasi UE. Sedangkan untuk downlink untuk
identifikasi sector node B. Berbeda dengan spreading yang mempengaruhi banwidth, kode
scrambling tidak mempengaruhi bandwidth. Jumlah kode untuk uplink sangat banyak yaitu
mencapai 16 juta, sedangkan pada arah down link hanya 512. Perbedaan fungsi dan
karakteristik kode spreading dan scrambling selengkapnya ditunjukkan tabel 5.1.

Tabel 5.1 Perbandingan Kode Kanal Spreading OVSF dan Scrambling

Kode spreading OVSF Kode Scrambling

Panjang Kode Uplink : 4 – 256 chip Uplink : 10 ms =


38400chip
Downlink : 10 ms =
38400 chip
Downlink : 512 chip

Fungsi Arah uplink : Arah Uplink:

Identifikasi kanal data (PDDCH) Identifikasi UE yang


dan kanal kontrol (PDCCH) pada satu dengan UE yang
UE yang sama lain

Downlink : Downlink :

Membedakan data pengguna Identifikasi sector pada


yang satu dengan yang lain node B

Pengaruh terha Mempengaruhi bandwidth Tidak mempengaruhi


dap bandwidth bandwidth

Jumlah Kode Spread ing factor menunjukkan Uplink : lebih dari 16


jumlah kode dalam kode juta
spreading
Downlink : 512

Interface radio UMTS dibagi secara periodik setiap 10 ms. Setiap kanal dan setiap periode
terdiri dari beragam layanan yang berbeda kecepatan laju datanya, seperti yang ditunjukkan
gambar 5.6.

. io

Sumber: www.tektronik
Gambar 5.6 Interface Radio Adaptive
Pada kanal 1, untuk periode 10 ms ketiga terdapat banyak laju data yang berbeda, dari laju data
yang variable, laju data rendah dan laju data tinggi.
5.6 Kode Spreading Orthogonal OVSF

OVSF, digunakan kode tree, seperti yang ditunjukkan gambar 5.7 Kode OVSF akan orthogonal
meskipun tidak sama panjangnya. Tetapi tidak orthogonal jika terletak pada cabang yang sama
dari kode tree (sumber Koofer) Oleh karena itu jika kode dalam suatu cabang sudah
digunakan, maka kode yang terletak pada ranting dari cabang yang sama tidak bisa digunakan
lagi..Oleh karena itu pemilihan kode harus dimulai dari ujung belakang, kalau sudah habis
barulah maju ke depan.
Dari kode tree, terdapat dua nomor, satu nomor menyatakan jumlah chip atau factor
spreading, nomor yang lain menyatakan posisinya pada kode tree

C8,1= menyatakan panjangnya 8 chip, posisi ke 1 pada SF 8

SF =1 SF= 2 SF= 4 SF= 8


C8,0 = 1 1 1 1 1 1 1 1
C4,0=1 1 1 1
C8,1 = 1 1 1 1 -1 -1 -1 -1
C2,0=1 1
C8,2= 1 1 -1 -1 1 1 -1 -1
C4,0=1 1 -1 -1
C8,3= 1 1 -1 -1 -1 -1 1 1

C1=1
C8,,4= 1-1 1 -1 1 -1 1 -1

C4,0=1 -1 1 -1
C8,,5 = 1 -1 1 -1 -1 1 -1 1
C2,0=1 -1
C8,,6= 1 -1 -1 1 1 -1 -1 1
C4,0=1 -1 -1 1

C8,,6= 1 -1 - 1 1 -1 1 1 -1

Gambar 5.7 Kode Tree OVSF

Untuk lebih memahami kode orthogonal OVSF perhatikan contoh korelasi silang dari kode
C8,1 dengan kode C4,3.yang ditunjukkan gambar 5.8

Code C8,1 C8,3 x C4,3  0


1, 1, 1, 1, -1,-1,-1,-1 1, -1, -1, 1, -1,1,1,-1
X

Code C4,3  0,0


1, -1, -1, 1, 1,-1,-1,1
Gambar 5.8 Korelasi silang kode orthogonal

Dari gambar 5.8 ditunjukkan jika kode C8,1 yang berisi kode 8 chip 1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 dilakukan
korelasi silang (cross correlation) dengan kode C4,3 yang kode berisi 4 chip 1 -1 -1 1. (untuk
menyesuaikan dengan kode 8 chip maka ditulis ulang dua kali menadi 1-1 -1 1, 1 -1 -1 1.) akan
menghasilkan

C8,1 x C4,3 = 1 -1 -1 -1 1 1 -1

Kemudian dijumlahkan akan menghasilkan 0.

Korelasi silang kode tersebut menghasilkan 0 berarti kode tersebut bersifat orthogonal dan
tidak menimbulkan interferensi meskipun berdekatan. Sebaliknya jika korelasi silang tersebut
tidak menghasilkan 0, maka kode tersebut bukan orthogonal dan menimbulkan interferensi.

Anda mungkin juga menyukai