Anda di halaman 1dari 19

SINDROM HEMOLITIK UREMIK

DAN ESCHERICHIA COLI O157 : H7


Untuk Memenuhi Tugas Epidemiologi Penyakit Menular

Disusun Oleh

1 Agnes Marina Lestari 02170200081


2 Dani Syahputra 02170200091
3 Esty Pratiwi 02170200065
4 Fajar Ulfiana 02170200071
5 Firman 02170200063
6 Imam Maulana 02170200069
7 Maharani Hatumiya 021702000
8 Nova Rosadi 02170200114
9 Tri Meta Juniarti 02170200070
10 Tri Utami Ramadani 02170200092
11 Septi Supriyatin 02170200087

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia


Tahun 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami sampaikan kehadirat Allah Swt . Yang


telah memberikan banyak nikmat nya kepada kami. Sehingga kami mampu
menyelesaikan ini sesuai dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini kami
buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Epidemiologi
Penyakit Menular. Yang meliputi nilai tugas,nilai kelompok,nilai individu,dan
nilai keaktifan. Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mangubah materi yang
telah tersusun.Namun,hanya lebih pendekatan study banding atau membandingkan
beberapa materi yang sama dari berbagai referensi. Yang bisa menambahkan pada
hal yang terkait dengan” E_COLI dan HUS.”
Penyampaian pembandingan materi dari referensi yang satu dengan yang lainnya
akan menyatu dalam satu makalah kami. Sehingga tidak ada perombakan total dari
buku aslinya atau sumber- sumber lain nya. Kami sebagai penyusun makalah
ini,yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas
segala kekurangannya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu
jenis spesiesutama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang
ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus
besar manusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa,
seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang
serius pada manusia yaitu diare berdarah karenaeksotoksin yang dihasilkan
bernama verotoksin. Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu
basa adenin dari unit 28S rRNA, sehingga menghentikan sintesis protein.
Escherichia Coli pertama kali diidentifikasikan oleh dokter hewan Jerman,
Theodor Escherich dalam studinya mengenai sistem pencernaan pada bayi
hewan. Pada 1885, beliau menggambarkan organisme ini sebagai komunitas
bakteri coli (Escherich 1885) dengan membangun segala perlengkapan
patogenitasnya di infeksi saluran pencernaan. Nama “Bacterium Coli” sering
digunakan sampai pada tahun 1991. Ketika Castellani dan Chalames
menemukan genus Escherichia dan menyusun tipe spesies E. Coli.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari Eschericia Colli?
2. Apa Manfaat, Bahaya, dan Patogenitas Eschericia Colli ?
3. Apa pengertian dari Hemolytic Uremic Syndrome (HUS) ?
4. Bagaiamana Gejala dari Hemolytic Uremic Syndrome (HUS) ?
5. Apa Risiko dari Eschericia Coli dan Hemolytic Uremic Syndrome (HUS) ?
6. Bagaiamana Study Kasus dari Eschericia Coli dan Hemolytic Uremic
Syndrome (HUS) ?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari Eschericia Colli?
2. Mengetahui Manfaat, Bahaya, dan Patogenitas Eschericia Colli ?
3. Mengetahui pengertian dari Hemolytic Uremic Syndrome (HUS) ?
4. Mengetahui Gejala dari Hemolytic Uremic Syndrome (HUS) ?
5. Mengetahui Risiko dari Eschericia Coli dan Hemolytic Uremic Syndrome
(HUS) ?
6. Mengetahui Study Kasus dari Eschericia Coli dan Hemolytic Uremic
Syndrome (HUS) ?

1.4 MANFAAT

Manfaat dari pembuatan makalah ini, baik bagi si penyusun maupu


pembaca sebagai sarana menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
beberapa hal yang berkenaan dengan penyakit – penyakit yang sering di
temukan pada kalangan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Escherichia Coli


Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora
yang secara normal ada dalam saluran pencernaan manusia dan hewan
berdarah panas. E. coli termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh
makanan berupa zat oganik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun
sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa
organisme lain. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam makanan menjadi
zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energi, dan mineral. Di dalam lingkungan,
bakteri pembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi
tumbuhan (Kusuma, 2010).
Klasifikasi bakteri Ecsherichia coli Berdasarkan taksonomi bakteri
Ecsherichia coli termasuk dalam:
1. Superdomain : Phylogenetica
2. Filum : Proterobacteria
3. Kelas : Gamma Proteobacteria
4. Ordo : Enterobacteriales
5. Family : Enterobacteriaceae
6. Genus : Escherichia
7. Species: Escherichia coli

2.2 Manfaat , Bahaya Dan Patogenitas E.Coli


A. Manfaat
Bakteri E. Coli yang berada di dalam usus besar manusia berfungi untuk
menekan pertumbuhan bakteri jahat, dia juga membantu dalam proses
pencernaan termasuk pembusukan sisa-sisa makanan dalam usus besar.
Fungsi utama yang lain dari E. Coli adalah membantu memproduksi vitamin
K melalui proses pembusukan sisa makan. Vitamin K berfungsi untuk
pembekuan darah misalkan saat terjadi perdarahan seperti pada luka/mimisan
vitamin K bisa membantu menghentikannya, E .Coli termasuk ke dalam
bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat oganik dari
lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang
dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisa organisme lain. Bakteri ini
menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2,
H2O, energi, dan mineral. Di dalam lingkungan,bakteri pembusuk ini
berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan (Ganiswarna,
1995). E.coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran
pencernaan meningkat atau berada di luar usus. E.coli menghasilkan
enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare. E.coli
berasosiasi dengan entero patogenik menghasilkan enterotoksin pada sel
epitel Manifestasi klinik infeksi oleh E. coli bergantung pada tempat infeksi
dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri
lain

B. Bahaya
Dalam jumlah yang berlebihan bakteri E. Coli dapat mengakibatkan diare,
dan bila bakteri ini menjalar ke sistem/organ tubuh yang lain dapat
menginfeksi. Seperti pada saluran kencing, jika bakteri E. Coli sampai masuk
ke saluran kencing dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih/kencing [ISK],
umumnya terjadi pada perilaku sek yang salah [anal sek] juga resiko tinggi
bagi wanita karena posisi anus dan saluran kencingnya cukup dekat sehingga
kemungkinan bakteri menyebrang cukup besar tepatnya ketika membersihkan
anus setelah BAB [Buang Air Besar] untuk itu arahkan air juga tangan ke arah
belakang saat membersihkan anus jangan ke depan agar tidak
mengkontaminasi saluran kencing.
Sedangkan bakteri Escherichia Coli tipe O157:H7 sudah dipastikan
berbahaya, E. Coli tipe O157:H7 dapat bertahan hidup pada suhu yang sangat
rendah dan asam. Untuk bakteri E. Coli yang sedang mewabah di Eropa
[Jerman] saat ini belum diketahui jenisnya [kemungkinan tipe O157:H7].
Selain di usus besar bakteri ini banyak juga di alam liar, jadi masak makanan
dengan matang dan jaga kebersihan untuk menghindari dampak buruk dari
Escherichia Coli.
Bakteri Escheria Coli merupakan kuman dari kelompok gram negatif,
berbentuk batang dari pendek sampai kokus, saling terlepas antara satu dengan
yang lainnya tetapi ada juga yang bergandeng dua-dua (diplobasil) dan ada
juga yang bergandeng seperti rantai pendek, tidak membentuk spora maupun
kapsula, berdiameter ± 1,1 – 1,5 x 2,0 – 6,0 µm, dapat bertahan hidup di
medium sederhana dan memfermentasikan laktosa menghasilkan asam dan
gas, kandungan G+C DNA ialah 50 sampai 51 mol % (Pelczar dan Chan,
1988:949).

C. Patogenitas
Penyakit yang disebabkan oleh E. Coli yaitu :
1) Infeksi saluran kemih
E. coli merupakan penyebab infeksi saluran kemih pada kira-kira 90 %
wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing,disuria,
hematuria, dan piuria. Nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran
kemih bagian atas.
2) Diare
E. Coli yang menyebabkan diare banyak ditemukan di seluruh dunia.
E. coli diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya, dan setiap
kelompok menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda
Ada lima kelompok galur E. coli yang patogen, yaitu :
a. E.coli Enteropatogenik (EPEC) EPEC penyebab penting diare
pada bayi, khususnya di negara berkembang. EPEC sebelumnya
dikaitkan dengan wabah diare pada anak-anak di negara maju.
EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil.
b. E. coli Enterotoksigenik (ETEC) ETEC penyebab yang sering dari
“diare wisatawan” dan penyebab diare pada bayi di negara
berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk manusia
menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil.
c. E. coli Enteroinvasif (EIEC) EIEC menimbulkan penyakit yang
sangat mirip dengan shigelosis. Penyakit yang paling sering pada
anak-anak di negara berkembang dan para wisatawan yang menuju
negara tersebut. Galur EIEC bersifat non-laktosa atau melakukan
fermentasi laktosa dengan lambat serta bersifat tidak dapat
bergerak. EIEC menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel
epitel mukosa usus.
d. E. coli Enterohemoragik (EHEK) EHEK menghasilkan
verotoksin, dinamai sesuai efek sitotoksisnya pada sel Vero, suatu
ginjal dari monyet hijau Afrika.
e. E. coli Enteroagregatif (EAEC) EAEC menyebabkan diare akut
dan kronik pada masyarakat di negara berkembang.
3) Sepsis
Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, E. coli dapat memasuki
aliran darah dan menyebabkan sepsis.
4) Meningitis
E. coli dan Streptokokus adalah penyebab utama meningitis pada bayi. E.
coli merupakan penyebab pada sekitar 40% kasus meningitis neonatal
(Jawetz et al., 1996).
2.3 Definisi Hemolytic Uremic Syndrome (HUS)
Hemolytic Uremic Syndrome (HUS) adalah gangguan yang biasanya
terjadi ketika infeksi pada sistem pencernaan memproduksi zat beracun yang
merusak sel-sel darah merah. Setelah proses ini dimulai, sel-sel darah merah
yang rusak mulai menyumbat sistem penyaringan pada ginjal, yang pada
akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal yang mengancam jiwa yang
berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik. Meskipun sindrom uremik
hemolitik adalah kondisi yang serius, mendapatkan pengobatan tepat waktu
dan sesuai dapat memulihkan kebanyakan penderita secara total – terutama
bagi anak-anak.

2.4 Gejala Hemolyic Uremic Syndrome


Sindrom ini bisa menimbulkan gejala yang mudah dikenali. Sehingga
sebenarnya akan lebih mudah bagi seseorang untuk segera membawa pasien ke
rumah sakit begitu gejala tersebut terjadi. Gejala itu antara lain sebagai berikut.
a) Sakit perut
b) Demam
c) Mual
d) Muntah
e) Diare
f) Urine yang disertai dengan darah
g) Urine keluar dengan volume yang berkurang
Sindrom ini pada umumnya terjadi pada saluran pencernaan atau saluran
gastrointestinal yang disebabkan karena aktivitas bakteri E. Coli. Di dalam
tubuh manusia dan hewan ada ratusan jenis bakteri E. Coli dan pada daarnya
mereka tidak berbahaya. Akan tetapi, jika bakteri E. Coli menghasilkan racun
shiga, maka hal ini bisa menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan. Racun
shiga itu sendiri disebut juga dengan istilah STEC (shiga toxin-producing E.
Coli). Salah satu racun shiga adalah O157:H7. Jenis bakteri ini bisa ditemukan
pada makanan-makanan yang tidak higienis. Maka dari itu, makanan yang
bersih dan sehat perlu dikonsumsi secara sehat juga. Selain itu, sindrom
hemolitik uremik juga bisa disebabkan oleh aktivitas bakteri lainnya seperti
salmonella thyphi dan shigella dysenteriae.
HUS lebih sering dialami oleh anak-anak di bawah usia 5 tahun atau balita.
Selain itu, manula di atas 75 tahun juga bisa mengalami hal ini. orang dengan
perubahan gen tertentu juga bsia mengalaminya, termasuk orang yang
memiliki kebiasaan makan yang buruk (tidak higienis), dan orang-orang yang
melakukan kontak langsung dengan benderita diare
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Risiko Sindrom Hemolitik Uremik Dan Escherichia Coli O157 : H7


Meninjau catatan medis dari 238 pasien yang dirawat di rumah sakit
pasien dengan Escherichia coli O157:H7 diare untuk mengidentifikasi faktor
risiko untuk pengembangan ke hemolitik terkait-diare sindrom uremik (HUS).
Data menunjukkan bahwa usia muda, durasi lama diare, peningkatan jumlah
leukosit, dan proteinuria dikaitkan dengan HUS.
Di Amerika Serikat, Escherichia coli O157: H7 menyebabkan 73.000
infeksi dan 60 kematian setiap tahun. Infeksi berkembang menjadi sindrom
uremik hemolitik (HUS) dalam 2% menjadi 15% dari kasus. Dalam studi
tentang E. coli O157: H7 wabah, jenis kelamin perempuan, usia muda, jumlah
leukosit tinggi, antimikroba penggunaan narkoba, muntah, dan demam telah
dilaporkan sebagai faktor risiko untuk HUS. Sebelumnya, kemungkinan
asosiasi antara HUS dan jenis kelamin perempuan, usia muda, dan
berkepanjangan durasi diare ditunjukkan dalam penelitian itu mengevaluasi
sistem pengawasan negara bagian New York untuk postdiare HUS. Laporan
ini memperluas studi itu ke penyeledikan pasien rawat inap dengan E. coli
O157: H7 infeksi untuk menilai faktor risiko potensial untuk pengembangan
infeksi pada HUS dengan menggunakan studi case-control.

3.2 STUDY KASUS


Grafik medis semua orang yang dirawat di rumah sakit dan dilaporkan
dengan kasus E. coli O157: H7 yang dikonfirmasi Departemen Kesehatan
Negara Bagian New York Sistem Surveilans Penyakit Menular (CDSS) di
1998 dan 1999 ditinjau menurut standar formulir survei. Kasus HUS
didefinisikan terjadi di pasien dengan diare akut yang dirawat di rumah sakit
dengan E. coli O157: infeksi H7 dan pada siapa dikonfirmasi atau
kemungkinan postdiarrheal HUS dikembangkan. Kasus HUS yang
dikonfirmasi didefinisikan sebagai terjadi pada pasien dengan riwayat yang
jelas diare akut yang menunjukkan tanda-tanda berikut: hemolitik anemia
dengan perubahan mikroangiopati, insufisiensi ginjal (tingkat kreatinin > 1,0
mg / dL pada anak <13 tahun atau > 1,5 mg / dL pada orang dewasa, atau>
50% peningkatan dari baseline), dan trombositopenia (jumlah trombosit
<150.000 /µL). Sebuah kemungkinan kasus HUS didefinisikan sebagai terjadi
pada pasien dengan diare akut dengan semua tanda diatas kecuali perubahan
mikroangiopati dalam hapusan darah. Kontrol adalah pasien rawat inap
dengan infeksi E.coli O157: H7 tanpa HUS. Karakteristik demografi, klinis,
dan laboratorium diabstraksikan dari grafik medis. Statistik Analisis
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SAS (SAS Institut, Cary,
NC, USA). Regresi logistik ganda Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi
faktor yang terkait dengan pengembangan HUS.
Pada 1998 dan 1999, CDSS menerima laporan 1.170 kasus infeksi E.coli
O157: H7. Dari jumlah tersebut, 255 pasien (21%) dirawat di rumah sakit dan
238 (93%) memiliki grafik medis tersedia untuk ditinjau. Tiga puluh enam
(15%) pasien dikonfirmasi (n = 29) atau kemungkinan (n = 7) pasien kasus
HUS, dan 202 E. coli O157: pasien yang terinfeksi H7 tanpa HUS
diidentifikasi sebagai kontrol. Risiko HUS tertinggi di antara anak-anak <5
tahun, dibandingkan dengan pasien> 65 tahun (rasio odds [OR] 4,9, interval
kepercayaan 95% [CI] 2.2-11.8). Enam puluh sembilan persen pasien HUS
adalah perempuan dibandingkan dengan 61% kontrol (OR 1,5, 95% CI 0,8-
3,4). Rumah sakit tinggal secara signifikan lebih lama untuk pasien HUS dari
kontrol (median rumah sakit tinggal 13 vs 3 hari). Lima Pasien HUS (14%)
meninggal, termasuk 2 anak <5 tahun usia, dibandingkan dengan 2 kontrol
(1%).
Empat puluh persen dari semua pasien mengalami muntah, dan 85%
memiliki tinja berdarah. Faktor-faktor ini tidak berbeda secara signifikan
antara pasien dan kontrol. Sebelas (31%) pasien kasus dan 78 (38%) kontrol
diobati dengan antimikroba obat-obatan (tidak signifikan). Perawatan
antimikroba adalah dilaporkan pada 11 pasien sebelum diagnosis HUS: 6
menerima obat antimikroba terutama untuk kondisi lain (mis., infeksi saluran
kemih, otitis media, sepsis saluran vena), 1 mengalami perawatan berhenti
setelah E. coli O157: H7 didiagnosis, dan kami tidak tahu apakah rejimen obat
selesai atau dihentikan pada 4 pasien. Pasien HUS lebih mungkin daripada
kontrol non-HUS demam (OR 3,2, 95% CI 1,6–6,5). Durasi diare sebelum
rawat inap secara signifikan lebih lama untuk HUS pasien daripada untuk
kontrol non-HUS (median 4 vs 2 hari).
Proteinuria dan hematuria diamati secara signifikan lebih sering di antara
pasien kasus. Dua puluh tiga (64%) pasien mengalami proteinuria saat masuk,
sedangkan 37 (18%) kontrol dirawat dengan proteinuria (OR 7,8, 95% CI 3.6–
17). Hematuria saat masuk dilaporkan dalam 23 (64%) pasien dan 57 (28%)
kontrol (OR 4.5, 95% CI 2.1-9.4). Dua puluh sembilan (81%) pasien HUS vs
90 (44%) mengontrol memiliki jumlah leukosit> 13.000 / L (OR 5,2, 95%
CI 2.2–12.3) saat pendaftaran (Tabel 1). Faktor yang terkait dengan HUS
dalam analisis univariat (usia <5 tahun, kasus wabah, demam, hematuria,
proteinuria, leukositosis saat masuk,
dan durasi diare sebelum rawat inap> 3 hari) dimasukkan dalam analisis
multivariat. Pengikut
variabel dikaitkan dengan pengembangan HUS dalam analisis multivariat:
proteinuria (OR 6,7, 95% CI 1.9-24.1), durasi diare sebelum rawat inap> 3
hari (atau 6,2, 95% CI 2,2-17,4), usia <5 tahun (OR 5,9, 95% CI 1.9–17.6),
dan jumlah leukosit> 13.000 / mL (OR 4.4, 95% CI 1.6 12.6). Faktor-faktor
seperti keterlibatan wabah, hematuria dan demam tidak terkait dengan HUS
pembangunan (Tabel 2).
Table 1. Karakteristik Rawat Inap Escherichia Coli O157: H7 Pasien Dengan Status Kasus HUS, New York19 98-
1999

Karakteristik Total (N=238) HUS (N=36) Non HUS OR (95% CI) P value
n (%) n (%) (N=202)
Umur
0-4 34 (14) 18 (49) 16 (8) 4.9 (2.2-11.8) <0.001
5-14 52 (22) 6 (17) 46 (23) 1.1 (0.4-3.1)
15-65 96(24) 6 (17) 90 (44) 0.6 (0.2-1.7)
>65 56(40) 6 (17) 50 (25) 1.0
Jenis kelamin
P 147 (62) 25 (69) 122 (61) 1.5 (0.8-3.4) 0.33
L 91(38) 31 (86) 80 (39) 1.0
Outbreak/klb
Iya 49 (21) 15(42) 34(17) 3.6(1.6-7.5) 0.01
Tidak 169 (79) 21(58) 168(83) 1.0
Lama di RS
>4 121(51) 31(86) 90(45) 7.7(2.8-20.6) 0.001
1-4 117(49) 5(14) 112(55) 1.0
Tinja berdarah
Iya 203(85) 30(84) 173(86) 0.8(0.3-2.4) 0.77
tidak 35(15) 6(16) 29(14) 1.0
Panas
Iya 71(30) 19(53) 52(26) 3.2(1.6-6.5) 0.009
tidak 167(70) 17(47) 150(74) 1.0
Muntah
Iya 96(40) 14(39) 82(40) 0.9(0.4-1.9) 0.84
Tidak 142(60) 22(61) 120(60) 1.0
Penggunaan obat antimikroba
Iya 89(37) 11(31) 78(38) 0.7(0.3-1.5) 0.38
Tidak 149(53) 25(69) 124(62) 1.0
proteinuria saat masuk
iya 60(25) 23(64) 37(18) 7.8(3.6-17.0) <0.001
tidak 178(75) 13(36) 165(82) 1.0
hematuria saat masuk
iya 80(34) 23(64) 57(28) 4.5(2.1-9.4) <0.001
tidak 158(66) 13(36) 145(72) 1.0
hitungan leukosit saat masuk
≥13,000/µL 19(50) 29(81) 90(44) 5.2(2.2-12.3) <0.001
<13,000/µL 119(50) 7(19) 112(56) 1.0
durasi diare sebelum rawat
inap
>3hari 70(29) 24(67) 46(23) 6.7(3.1-14.6) <0.001
≤3hari 168(71) 12(33) 156(77) 1.0

Tabel 2. Analisis Regresi Logistik Ganda Dari Faktor Risiko Yang Terkait
Dengan HUS New York 1998-1999

Karakteristik Pasien(%) (n=36) Kontrol(%) (n=202) OR (95% CI)


Proteinuria 23(64) 37(18) 6.7(1.9-24.1)
Durasi Diare
Sebelum Rawat
Inap > 3 Hari 24(67) 46(23) 6.2(2.2-17.4)
Umur <5 Tahun 18(50) 16(6) 5.9(1.9-17.6)
LEUKOSIT >
13,000µl 29(81) 90(44) 4.4(1.6-12.6)
Klb 15(42) 34(17) 1.7(0.6-4.9)
Hematuria 23(64) 57(28) 1.4(0.4-4.9)
Panas 19(53) 52(26) 1.1(0.4-3.1)
HUS, Sindrom Uremik Hemolitis: OR, Odds Ratio : CI, Interval Kepercayaan
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Studi ini memberikan informasi tambahan tentang potensi faktor risiko
untuk pengembangan infeksi E.coli O157: H7 ke HUS, tetapi tidak seperti
penelitian lain, penelitian ini digunakan di rumah sakit daripada kontrol rawat
jalan. Data kami dikonfirmasi sebelumnya perbedaan risiko untuk
pengembangan HUS berdasarkan kelompok usia (3-5). Perempuan dan anak
perempuan telah dilaporkan berada di peningkatan risiko untuk
pengembangan HUS dalam beberapa penelitian (10,11), tetapi penelitian kami
menunjukkan tidak ada peningkatan risiko yang signifikan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa administrasi agen antimikroba meningkatkan
risiko pengembangan HUS (5,6,9,13), tetapi tidak ada hubungan yang
signifikan yang diamati antara HUS dan penggunaan obat antimikroba di
sampel kami.
Meskipun laporan (5,7) telah menunjukkan insiden yang lebih tinggi
HUS di antara pasien dengan diare berdarah, demam, atau muntah, analisis
multivariat kami tidak menunjukkan signifikan hubungan antara karakteristik
ini dan HUS. Karena hanya pasien yang dirawat di rumah sakit dengan diare
berat dipelajari, beberapa gejala (tinja berdarah, demam, atau muntah)
mungkin telah dilaporkan lebih sering daripada di populasi umum dengan
infeksi E.coli O157: H7. Sebagai hasil, beberapa hubungan yang signifikan
mungkin terjadi tidak terjawab. Buteau dkk. (14) melaporkan bahwa
prodrome diare <3 hari adalah prediktor independen dari pengembangan HUS
pada anak-anak dengan infeksi E.coli O157: H7; Namun, penelitian kami
menunjukkan bahwa diare berkepanjangan (> 3 hari) dapat meningkatkan
risiko HUS.
Analisis kami konsisten dengan hasil penelitian lain yang menemukan
pasien dengan peningkatan jumlah leukosit pada risiko yang lebih tinggi untuk
mengembangkan HUS (58,14). Pasien dengan leukosit> 13.000 / L saat
masuk dalam penelitian kami memiliki 5 kali risiko HUS. Protein dan darah
okultisme dalam urin dideskripsikan sebagai faktor risiko untuk HUS dalam
sebuah penelitian di Jepang (15). Dalam penelitian saat ini, proteinuria saat
masuk juga faktor risiko untuk HUS. Namun, HUS sudah berkembang di
sebagian besar pasien pada saat rawat inap, dan kami tidak dapat menentukan
apakah faktor-faktor ini didahului pengembangan HUS.
Singkatnya, pasien dirawat di rumah sakit untuk E. coli O157: H7 infeksi,
mereka yang berusia <5 tahun dengan> 3 hari diare, leukosit> 13.000 / L,
dan proteinuria harus dipantau erat untuk komplikasi lebih lanjut. Sembilan
(25%) dari Pasien HUS memiliki 4 faktor risiko, 11 (31%) pasien memiliki 3
faktor risiko, dan 10 (28%) memiliki 2 faktor risiko. Dibandingkan, tidak ada
kontrol yang memiliki 4 faktor risiko ini, 4 (2%) memiliki 3 faktor risiko, dan
47 (23%) memiliki 2 faktor risiko. Mengidentifikasi faktor risiko potensial
memungkinkan dokter untuk mengembangkan pengobatan intervensi untuk
mencegah perkembangan ke HUS.
REFERENSI

1. Mead PS, Slutsker L, Dietz V, McCaig LF, Bresee JS, Shapiro C, et al.
Food-related illness in the United States. Emerg Infect Dis. 1999;5:607–25.
2. Dundas S, Todd WT, Stewart AI, Murdoc PS, Chaudhuri AKR, Hutchinson
SJ. The central Scotland Escherichia coli O157:H7 outbreak: risk factors
for hemolytic uremic syndrome and death among hospitalized patients.
Clin Infect Dis. 2001;33:923–31.
3. Griffin PM, Ostroff SM, Tauxe RV, Greene KD, Wells JG, Lewis JH, et
al. Illnesses associated with E. coli O157:H7 infections: a broad clinical
spectrum. Ann Intern Med. 1988;109:705–12.
4. Griffin PM, Tauxe RV. The epidemiology of infections caused by E. coli
O157:H7, otherN enterohemorrhagic E. coli and associated hemolytic
uremic syndrome. Epidemiol Rev. 1991;13:60–98.
5. Pavia AT, Nichols CR, Green DP, Tauxe RV, Mottile S. Hemolytic uremic
syndrome during an outbreak of Escherichia coli O157:H7 infections in
institutions for mentally retarded persons: clinical and epidemiologic
observations. J Pediatr. 1990;116:544–51.
6. Bell BP, Griffin PM, Lozano P, Christie DL, Kpbayashi JM, Tarr PI.
Predictors of haemolytic uremic syndrome in children during a large
outbreak of Escherichia coli O157:H7 nfections. Pediatrics.
1997;100:E12.
7. Ikeda K, Ida O, Kimoto K, Takatorige T, Nakanish N, Tatara K. Predictors
for the development of haemolytic uremic syndrome with Escherichia coli
O157:H7 infections: with focus on the day of illness. Epidemiol Infect.
2000;124:343–9.
8. Kawamura N, Yamazaki T, Tamai H. Risk factors for the development of
Escherichia coli O157:H7 associated with hemolytic uremic syndrome.
Pediatr Int. 1999;41:218–22.
9. Carter AO, Borczyk AA, Carlson JA, Harvey B, Hockin JC, Karmali MA,
et al. A severe outbreak of Escherichia coli O157:H7–associated
hemorrhagic colitis in a nursing home. N Engl J Med. 1987;317:1496–
1500.
10. Cimolai N, Carter JE, Morrison BJ, Anderson JD. Risk factors for the
progression of Escherichia coli O157:H7 enteritis to the haemolytic uremic
syndrome. J Pediatr. 1990;116:589–92.
11. Rowe PC, Walop W, Lior H, Mackenzie AM. Hemolytic anemia after
childhood Escherichia coli O157:H7 infection: are females at increased
risk? Epidemiol Infect. 1991;106:523–30.
12. Chang HH, Tserenpuntsag B, Kacica M, Smith PF, Morse DL. Hemolytic
uremic syndrome in New York. Emerg Infect Dis. 2004;10:928–31.
13. Wong CS, Jelacic S, Habeeb RL, Watkins SL, Tarr PI. The risk of
hemolytic-uremic syndrome after antibiotic treatment of Escherichia coli
O157:H7 infections. N Engl J Med. 2000;342:1930–6.
14. Buteau C, Proulx F, Chaibou M, Raymond D, Clermont MJ, Mariscalco
MM, et al. Leukocytosis in children with Escherichia coli O157:H7
enteritis developing the haemolytic uremic syndrome. Pediatr Infect Dis J.
2000;19:642–7.
15. Joh K. Predictive indicators for progression to severe complications
(hemolytic-uremic syndrome and encephalopathy) and their prevention in
enterohemorrhagic Escherichia coli infection. Nippon Rinsho.
1997;55:700–5.

Anda mungkin juga menyukai