Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALAH

PELAKSANAAN SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT

DI RUMAH SAKIT HERMINA DEPOK

Di Susun Oleh

Kelompok V :

1 Ainur Rofiq NPM 02170200060


2 Arum Ridha Prastuti NPM 02170200079
3 Eka Andika Putra NPM 02170200064
4 Eka Septyana NPM 02170200106
5 Evi Agustiani NPM 02170200067
6 Khairunnisa Rachman NPM 02170200100
7 Rosdiana NPM 02170200102
8 Teddy Herdiana NPM 02170200076
9 Cindy Kamila Utami NPM 02170200093
10 Sophiani T. Ina NPM 02170200113
11 Lestriani Juitasari NPM 02170200118

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT, karena dengan

rahmat dan karunianya sehingga Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah

“Pelaksanaan Surveilans Kesehatan Masyarakat Di Rumah Sakit Hermina

Depok”. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat

kesulitan, namun berkat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari ibu teman-

teman sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Maka dari itulah pada

kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan terima kasih yang tak

terhingga kepada yang terhormat

1. Bapak Dr. Dr. dr. Hafizurrachman, MPH sebagai Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta.

2. Ibu Yulestari, SKM, M.Epid selaku Ketua Program Diploma III Asuransi

Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

Jakarta dan selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan

waktunya dan membantu terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

3. Teman-teman mahasiswa/i S1 Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) yang sama-sama sedang

berjuang.

4. Teman-teman yang telah membantu tanpa lelah dan tiada putus-putusnya

memberi semangat sampai akhirnya menyelesaikan makalah ini.

5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan makalah

ini yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

ii
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata hanya kepada Allah kita berserah diri semoga makalah ini

bermanfaat bagi kita semuanya.

Jakarta, April 2018

Penulis

DAFTAR ISI

iii
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penilitian ............................................................................................ 3

1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 3

1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3

1.4.1 Bagi Penulis .......................................................................................... 3

1.4.2 Bagi Rumah Sakit Hermina Depok ....................................................... 4

1.4.3 Bagi Peneliti Lain ................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Surveilans Kesehatan Masyarakat ............................................... 5

2.2 Jenis Surveilans ............................................................................................. 7

2.3 Pendekatan Atau Sumber Data Surveilans Kesehatan Masyarakat .............. 12


2.4 Kegunaan Surveilans Kesehatan Msayarakat ............................................... 14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Jenis Surveilance Infeksi Di Rumah Sakit Hermina Depok ......................... 16
3.2 Lingkup Area Staf Dan Instalasi Yang Terlibat ............................................ 17
3.3 Kewajiban dan Tanggung Jawab ...................................................................18
3.4 Alur Pelaporan Survei .................................................................................. 19
3.5 Pelaksanaan Surveilans Di Rumah Sakit Hermina Depok ........................... 20
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ................................................................................................... 24
4.2 Saran ............................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Sistem Surveilans ............................................................... 6

Gambar 3.1 Alur Pelaporan ............................................................................... 19

Gambar 3.2 Pemantauan Harian Kejadian Infeksi ............................................ 20

Gambar 3.3 Pengumpulan Data Surveilans HAI’s Melalui Sistem ................... 21

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas

pelayanan kesehatan merupakan suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan

atau mencegah terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan

masyarakat sekitar rumah sakit. Salah satu program pencegahan dan

pengendalian infeksi (PPI) adalah kegiatan surveilans, disamping adanya

kegiatan lain seperti pendidikan dan latihan, kewaspadaan isolasi serta

kebijakan penggunaan anti mikroba yang rasional. Kegiatan surveilans

infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang

penting dan luas dalam program pengendalian infeksi dan suatu hal yang

harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan dari program PPI.


Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari

komunitas (community acquired infection) atau berasal dari lingkungan

rumah sakit (hospital acquired infection) yang sebelumnya dikenal dengan

istilah infeksi nosokomial. Karena sering kali tidak bisa secara pasti

ditentukan asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi nosokomial (hospital

acquired infection) diganti dengan istilah baru yaitu “Healthcare Associated

Infection”(HAI’s) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya di rumah

sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Juga tidak terbatas

infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang

didapat pada saat melakukan tindakkan perawatan pasien. Khusus untuk

1
infeksi yang terjadi atau di dapat di rumah sakit selanjutnya disebut infeksi

rumah sakit (IRS).


Kegiatan surveilans infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan ini

merupakan suatu proses yang dinamis, komprehensif dalam mengumpulkan,

mengidentifikasi, menganalisa data kejadian yang terjadi dalam suatu

populasi yang spesifik dan melaporkannya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan. Hasil kegiatan surveilans ini dapat digunakan sebagai data

dasar laju infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan, untuk menentukan adanya

kejadian luar biasa (KLB), dan sebagai tolak ukur akreditasi rumah sakit.
Kegiatan surveilans IRS di Indonesia belum dilaksanakan sebagai

pedoman, yang salah satunya disebabkan belum tersedianya petunjuk

pelaksanaan. Oleh karena itu Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Infeksi

Rumah Sakit mutlak dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan kegiatan

surveilans di rumah sakit.

Setiap rumah sakit dapat merencanakan dan menetapkan jenis

surveilans yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi

masing-masing rumah sakit. Dengan adanya kegiatan surveilans pada

program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit (PPIRS)

diharapkan dapat menurunkan laju infeksi.

1.2 Rumusan masalah

Infeksi rumah sakit merupakan ancaman bagi pasien yang dirawat di

rumah sakit yang akan menimbulkan terjadinya peningkatan biaya karena

bertambahnya masa rawat, memperberat derajat sakit pasien, juga dapat

menularkan pada pasien lain, petugas, ataupun pengunjung lainnya.

2
Oleh karena itu perlu diadakan survailens infeksi rumah sakit

untuk mengukur laju angka dasar ( Baseline Rate) dari infeksi rumah sakit

sehingga dapat di ketahui seberapa besar resiko yang dihadapi oleh setiap

pasien yang di rawat di rumah sakit.


1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pelaksanaan surveilans di Rumah

Sakit Hermina Depok.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian surveilans kesehatan masyarakat

b. Mengetahui jenis surveilans.

c. Mengetahui pendekatan atau sumber data surveilans

kesehatan Masyarakat.

d. Mengetahui pelaksanaan surveilans HAI’s di Rumah Sakit

Hermina Depok mulai dari pengumpulan data, pelaporan,

analisis, validasi dan diseminasi data.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Diharapkan dapat mengetahui sejauh mana penerapan teori

yang diperoleh dari peneliti selama mengikuti perkuliahan dengan

keadaan sebenarnya di lapangan terutama dalam hal penerapan

sistem surveilans kesehatan masyarakat di rumah sakit.


1.4.2 Bagi Rumah Sakit Hermina Depok
Dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan

evaluasi dalam melakukan pelaksanaan surveilans HAI’s di Rumah

3
Sakit Hermina Depok dalam upaya meningkatkan sistem surveilans

kesehatan masyarakat di masa yang akan datang.


1.4.3 Bagi Peneliti Lain
Diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lainnya dalam

melakukan penelitian selanjutnya sebagai bahan informasi untuk

melengkapi penelitian tentang pelaksanaan surveilans HAI’s di

Rumah Sakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Surveilans Kesehatan Masyarakat


Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan

analisis data secara terusmenerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan

(disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan

penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008). Surveilans memantau

terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan

4
memprediksi outbreak pada populasi, mengamati 5Faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada

agen, 5actor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi

tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan

langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Bustan, M.N. 2006).


Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans

kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja,

sebab menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk

mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal

sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public health).


Surveilans memungkinkan pengambil keeputusan untuk memimpin dan

mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan

informasi kewaspadaan dini bagi pengambilan keputusan dan manajer tentang

masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi.

Surveilans kesehatan masyarakat merupakan 5actor5c5t penting untuk mencegah

outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai

menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi kementerian kesehatan,

kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh mana populasi telah

terlayani dengan baik (DCP2, 2008).

Gambar 2.1 Skema Sistem Surveilans

5
Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans

dilakukan secara terus menerus tanpa terputus (kontinu), sedang pemantauan

dilakukan intermiten atau 6actor6c. Dengan mengamati secara terus-menerus dan

sistematis maka perubahan-perubahan kecenderungan penyakit dan 6actor yang

mempengaruhinya dapat diamati atau diantisipasi, sehingga dapat dilakukan

langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit dengan tepat.

2.2 Jenis Surveilans


A. Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan

memonitor individu-individu yangmengalami kontak dengan penyakit

serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis.

Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera

terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.

Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi

gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah

terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan

karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi

seandainya terjadi infeksi (Amiruddin, R. 2012).


Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS

1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2)

Karantina parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang

yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah

kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial membatasi

kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat

kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit. Contoh, anak sekolah

6
diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang

dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada

pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.

B. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan

terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit,

melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-

laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus

perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak

negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program

vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program

surveilans malaria.
Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif,

tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps,

karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit

vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit

lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan

biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi

duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.


C. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan

pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit,

bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi

indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati

sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-

7
indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau

temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum

diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans

sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional.

Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap

penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan

laporan berkala praktik dokter di AS.


Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi

melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam

dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang

jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin,

dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk

memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung,

dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat

digunakan sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang tengah

berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006).


Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit

tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada

lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem

surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah

kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.

D. Surveilans Berbasis Laboratorium

8
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan

menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan

melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium

sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi

outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang

mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik


E. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan

semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/

kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans

terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama,

melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan

pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap

memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu.


Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
1) Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services)
2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk
3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan structural
4) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan,

pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans

(yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi,

manajemen sumber daya)


5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit.
Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu

tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans

yang berbeda.
F. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi

manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit

9
infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi

negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan

bergayut. Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut

dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan

para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional

untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-

batas negara.
Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global, baik

penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases),

maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemergingdiseases),

seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang

komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan

pertahanan keamanan dan ekonomi (Amiruddin, R. 2012).

2.3 Pendekatan Atau Sumber Data Surveilans Kesehatan Masyarakat


Berdasarkan pendekatan sumber data surveilans dapat dibagi menjadi dua

jenis:
1. Surveilans Pasif
Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan

menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable

diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan

surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan. Negara-

negara anggota WHO diwajibkan melaporkan sejumlah penyakit

infeksi yang harus dilaporkan, sehingga dengan surveilans pasif

dapat dilakukan analisis perbandingan penyakit internasional.

10
Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam

mendeteksi kecenderungan penyakit.


Data yang dihasilkan cenderung under-reported, karena tidak

semua kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal. Selain

itu, tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan biasanya rendah,

karena waktupetugas terbagi dengan tanggungjawab utama

memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan masing-

masing. Untuk mengatasi problem tersebut, instrumen pelaporan

perlu dibuat sederhana dan ringkas.


2. Surveilans Aktif
Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans

untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik

pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan

rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit

atau kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan

konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif, lebih

akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang

memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain

itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal.

Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulituntuk

dilakukan daripada surveilans pasif Sistem surveilans dapat diperluas

pada level komunitas, disebut community surveilance.


Dalam community surveilance, informasi dikumpulkan

langsung dari komunitas oleh kader kesehatan, sehingga memerlukan

pelatihan diagnosis kasus bagi kader kesehatan. Definisi kasus yang

11
sensitif dapat membantu para kader kesehatan mengenali dan

merujuk kasus mungkin (probable cases) ke fasilitas kesehatan

tingkat pertama. Petugas kesehatan di tingkat lebih tinggi dilatih

menggunakan definsi kasus lebih spesifik, yang memerlukan

konfirmasi laboratorium. Community surveilans mengurangi

kemungkinan negatif palsu (JHU, 2006).


Sumber data dalam survelans epidemiologi menurut

kemenkes RI no. 1116/menkes/sk/VIII/2003:


a. Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan

kesehatan dan masyarakat.


b. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan

kesehatan serta laporan kantor pemerintah dan masyarakat.


c. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit ststistik

kependudukan dan masyarakat.


d. Data geografi yang dapat di peroleh dari unit unit meteorologi

dan geofisika.
e. Data laboratorium yang dapat di peroleh dari unit pelayanan

kesehatan dan masyarakat.


f. Data kondisi lingkungan.
g. Laporan wabah.
h. Laporan penyelidikan wabah/KLB.
i. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan.
j. Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya.
k. Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat

diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.


l. Laporan kondisi pangan.
2.4 Kegunaan Surveilans Kesehatan Msayarakat
Adapun kegunaan surveilans dalam pelayanan kesehatan Masyarakat

adalah sebagai berikut:

12
a. Mempelajari pola kejadian penyakit dan penyakit potensial pada

populasi sehingga dapat efektif dalam investigasi, controling dan

pencegahan penyakit di populasi.


b. Mempelajari riwayat alamiah penyakit, spektrum klinik dan

epidemiologi penyakit (siapa, kapan dan dimana terjadinya, serta

keterpaparan faktor resiko).


c. Menyediakan basis data yang dapat digunakan untuk memperkirakan

tindakan pencegahan dan kontrol dalam pengembangan dan

pelaksanaan.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

13
3.1 Jenis Surveilance Infeksi Di Rumah Sakit Hermina Depok
1. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
Rumus :
∑ kasus IADP pada pemakaian kateter vena sentral

∑ lama hari pemakaian kateter vena sentral


2. Infeksi Saluran Kencing (ISK)
Rumus :
∑ kasus ISK pada pemakaian kateter urin menetap

∑ lama hari pemakaian kateter urin menetap


3. Dekubitus
Rumus :
∑ Kasus Dekubitus (pada pasien tirah baring)

∑ lama hari, pasien tirah baring


4. Ventilator Assosiated Pneumonia (VAP)
Rumus :
∑ Kasus VAP pada pemakaian ETT

∑ lama hari pemakaian ETT


5. Hospital Aquired Pneumonia (HAP)
Rumus :
∑ Kasus HAP (yang bukan memakai ventilator)

∑ lama hari rawat pasien RWI (yang bukan memakai ventilator )


6. Plebitis
Rumus :
∑ Kasus plebitis pada pemakaian kateter perifer

∑ lama hari pemakaian kateter perifer


7. Infeksi Daerah Operasi
Rumus :
∑ Kasus IDO (operasi di rumah sakit)
∑ Pasien Operasi (yang dilakukan operasi di rumah sakit)
3.2 Lingkup Area Staf Dan Instalasi Yang Terlibat
a. Lingkup Staff
1. Staff Medis
2. Staff Perawat
3. Staff Bidan
b. Lingkup Instalasi Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Surveilance
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Intencive Care Unit
4. Instalasi Kamar Operasi

14
5. Instalasi Haemodialisa
6. Kamar Bersalin
7. Instalasi Rawat Inap
- Perawatan Anak
- Perawatan Ibu
- Perawatan Umum Dewasa
3.3 Kewajiban dan Tanggung Jawab
a. Seluruh staff rumah sakit wajib memahami tentang surveilans PPI
b. Perawat yang bertugas bertanggung jawab melakukan surveilans

PPI.
c. Kepala instalasi atau kepala ruangan (IPCLN)
1. Memastikan seluruh staf instalasi memahami surveilans PPI
2. Terlibat dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan PPI.
d. Tim PPI (IPCN)
2. Memantau dan memastikan surveilans PPI dikelola dengan

baik oleh kepala instalasi.


3. Menjaga standar dalam menerapkan surveilans PPI.

3.4 Alur Pelaporan Surveilans

15
Gambar 3.1 Alur Pelaporan
KETERANGAN :
: Alur Pelaporan

: Alur Feedback
3.5 Pelaksanaan Surveilans Di Rumah Sakit Hermina Depok
a. Pengumpulan data

16
Surveilans infeksi dirumah sakit Hermina depok dilaksanakan

oleh infection prevention controlling nurse (IPCN) dan dibantu oleh

infection prevention link nurse (IPCLN) dimasing-masing ruang

perawatan, yaitu sebagai berikut :


1. IPCLN melakukan pemantauan harian kejadian infeksi setiap

shift.
2. Hasil pemantauan harian kejadian infeksi setiap shift di laporkan

berdasarkan aktifitas pengumpulan data aktif melalui sistem dari

masing- masing unit pelayanan kesehatan.


Gambar 3.2 Pemantauan Harian Kejadian Infeksi

17
Gambar 3.3 Pengumpulan Data Surveilans HAI’s Melalui Sistem

b. Pengolahan Data
1) Pengolahan data dilakukan oleh IPCN dengan bantuan sistem

informasi surveilans HAI’s. Data surveilans yang sudah di

input oleh IPCLN secara otomatis di sajikan datanya menjadi

sebuah informasi.
2) Data yang sudah masuk ke petugas surveilans (IPCN)

dilakukan verifikasi dan validasi data, selanjutnya data diolah

di kelompokan berdasarkan masing- masing presentase

kejadian infeksi HAI’s.

c. Analisis Data
1) Petugas Surveilans ( IPCN ) Rumah Sakit Hermina Depok

melakukan analisis data terhadap kejadian infeksi HAI’s,

18
dilakukan perbandingan data dengan standar dan waktu, juga

dengan Rumah Sakit lain sebagai comparasi data surveilans

HAI’s sesuai dengan standar akreditasi pokja PPI dan

disajikan dengan grafik pareto.


2) Dilakukan Analisa Tren kejadian dari waktu ke waktu, dengan

standar, dengan Rumah Sakit lain apakah ada penurunan dan

peningkatan kejadian infeksi HAI’S


3) Terhadap kejadian HAI’s dengan tren meningkat dari

sebelumnya, dilakukan usaha perbaikan dengan metode PDSA

( plan, do,studi, act )


4) Terhadap kejadian infeksi di Rumah Sakit, baik yang terjadi

pada pasien ataupun yang terjadi sama petugas , dilakukan

tindakan segera untuk penanganan sesuai dengan kebijakan

dan SPO yang berlaku di RS tentang penanganan kejadian

HAIS di RS
5) Terhadap kejadian KLB dilakukan penanganan sesuai dengan

kebijakan dan prosedur, dan dikoordinasikan dengan bagian

medical record untuk dilaporkan ke dinas kesehatan.

d. Diseminasi Data
Diseminasi data surveilans PPI di Rumah Sakit Hermina Depok

dilakukan secara berkala setiap bulan, ada beberapa metode diseminasi

data sebagai berikut :


1) Melalui rapat PPI setiap bulan yang di hadari oleh setiap unit

kerja.

19
2) Melalui sistem lanjutan informasi pendukung RS “ SLIP RS”

berupa data kejadian HAI,s serta rekomendasi dari Direktur

yang harus dijalankan


3) Laporan tersebut dikirim kepada jenjang stuktural yang lebih

tinggi yaituDepartemen pelayanan medis untuk diteruskan ke

pemilik RS.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pelaksanaan surveilans di Rumah Sakit Hermina Depok, dilakukan

setiap hari oleh infection prevention controlling nurse (IPCN) dan dibantu

oleh infection prevention link nurse (IPCLN) dimasing-masing ruang

perawatan. Pengolahan data dilakukan oleh IPCN dengan bantuan sistem

informasi surveilans HAI’s. Data yang sudah masuk ke petugas surveilans

(IPCN) dilakukan verifikasi dan validasi data, selanjutnya data diolah di

kelompokan berdasarkan masing-masing presentase kejadian infeksi HAI’s.

20
Petugas Surveilans ( IPCN ) Rumah Sakit Hermina Depok melakukan

analisis data terhadap kejadian infeksi HAI’s, dilakukan perbandingan data

dengan standar dan waktu, juga dengan Rumah Sakit lain sebagai comparasi

data surveilans HAI’s sesuai dengan standar akreditasi pokja PPI dan

disajikan dengan grafik pareto.


4.2 Saran

a. Surveilans kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam

perencanaan dan penanggulangan penyakit terutama dalam

penanggulangan wabah (KLB). Maka dari itu dalam pengoperasian

data surveilans haruslah relevan dan akurat sehingga dalam

pengambilan keputusan menjadi tepat sasaran.


b. Diharapkan kedepannya sistem yang sudah ada dapat ditingkatkan lagi

dari yang sudah ada sebelumnya. Agar lebih mudah penyajian data

capaian hasil surveilans. Selain itu, agar sistem bisa berjalan dengan

baik dan benar, diadakan pelatihan bagi tenaga kesehatan supaya

mampu melaksanakan pengumpulan data surveilans.

21
DAFTAR PUSTAKA

DCP2 (2008). Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics.

Disease Control Priority Project. www.dcp2.org/file/153/dcpp-

surveillance.pdf
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta.
Ridwan, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat Surveilans Epidermiologi Sebuah

Pengantar. FKM-UNHAS.
Amiruddin, R. 2012. Surveilans Kesehatan Masyarakat. Kampus IPB Pres Taman

Kencana Bogor: PT Penerbit IPB Press.


Farich, A. 2012. Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Gosyen Publising.

Sleman, Yogyakarta
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor

1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaran Sistem

Surveilans Epidemiologi Kesehatan..

Anda mungkin juga menyukai