Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Citeureup pada bulan


Desember 2018. Dari hasil pengambilan data didapatkan 32 data kuesioner, dan
semuanya terisi lengkap. Dengan demikian terdapat 32 data kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini.

4.1 Gambaran karakteristik responden


Responden dalam penelitian ini adalah warga desa yang menderita TB Paru di
wilayah kerja Puskesmas Citeureup. Karakteristik umum responden penelitian
berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan disajikan dalam tabel
4.1 hinga tabel 4.4
4.1.1 Karakteristik Usia
Tabel 4.1 menyajikan hasil penelitian yang meliputi rerata usia, nilai tengah
usia, kelompok usia yang sering muncul, serta usia minimal dan maksimal pada
penelitian ini.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Mean Median Modus Min-Maks
Umur 25,9 25 19 1-72

Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh hasil bahwa didapatkan rerata usia responden
adalah 25,9 tahun dengan nilai tengah usia responden adalah 25 tahun dan usia
paling sering muncul adalah 19 tahun. Umur termuda 1 tahun dan umur tertua 72
tahun.
4.1.2 Karakteristik Jenis Kelamin
Tabel 4.2 menyajikan hasil penelitian yang meliputi perbedaan jumlah laki-
laki dan perempuan pada penelitian ini.

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

33
Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase(%)
Laki-laki 18 56,25
Perempuan 14 43.75
Total 32 100.0

Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.


Tabel tersebut menunjukan bahwa responden perempuan sebanyak 14 orang
(43,75%) dan laki-laki sebanyak 18 orang (56,25%).
4.1.3 Karakteristik pendidikan
Tabel 4.3 menyajikan hasil penelitian yang meliputi tingkat pendidikan pada
penelitian ini.

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Terakhir Jumlah (orang) Persentase (%)


Tidak bersekolah 4 12.5
Tamat SD 9 28.12
Tamat SMP 11 34.37

Tamat SMA/SMK 8 25 ,1
Total 32 100.0

Tabel 4.3 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat


pendidikan. Tabel ini menunjukkan dari 32 responden, 4 orang (12.5%) tidak
menempuh pendidikan, berpendidikan dasar 9 orang (28,12%), berpendidikan
SMP 11 orang (34,37%), dan berpendidikan SMA sebanyak 8 orang (25,1%).

4.1.4 Karakteristik Pekerjaan


Tabel 4.4 menyajikan hasil penelitian yang meliputi pekerjaan para responden
pada penelitian ini.

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
Tidak berkerja 8 25 %
Ibu rumah tangga 9 28,12%
Pegawai swasta 3 9,37%

Wiraswasta 4 12,50%
Buruh 8 25%
Total 32 100.0

Tabel 4.4 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan.


Responden yang tidak bekerja sebanyak 8 orang (25%), Ibu Rumah Tangga
sebanyak 9 orang (28,12%), pegawai swasta sebanyak 3 orang (9,37%),
wiraswasta sebanyak 4 orang (12,50%), bekerja sebagai buruh sebanyak 8 orang
(25%).

4.2 Analisis univariat


4.2.1 Gambaran Rutinitas Kontrol Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Citeureup
Tabel 4.5 menyajikan hasil penelitian berupa rutinitas penderita TB paru untuk
kontrol ke Puskesmas Citeureup
Tabel 4.5 Gambaran Rutinitas Penderita TB Paru untuk Kontrol ke Puskesmas
Citeureup

Rutin control Jumlah (orang) Persentase (%)


Tidak 3 9,37 %
Ya 29 90,62 %
Total 32 100.0

Tabel 4.5 menunjukan rutinitas responden untuk kontrol ke Puskesmas


Citeureup. Responden yang menyatakan rutin melakukan kontrol ke Puskesmas
Citeureup sebanyak 29 orang (90,62%) dan sebanyak 3 orang (9,37%) tidak rutin
melakukan kontrol ke Puskesmas Citeureup.
4.2.2 Gambaran kepatuhan minum Obat Penderita Tuberkulosis Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Citeureup
Tabel 4.6 menunjukan tingkat kepatuhan minum obat penderita TB paru.
Tabel 4.6 merupakan hasil tingkat kepatuhan dari kuisioner Morisky Medication
Adherence Scale (MMAS-8).
Tabel 4.6 Tingkat kepatuhan minum obat anti tuberkulosis berdasarkan kuisioner
Morisky

Tingkat Kepatuhan Jumlah (orang) Persentase (%)


kepatuhan rendah 3 9,37%
kepatuhan sedang 4 12,5%
kepatuhan tinggi 25 78,12%
Total

Tabel 4.6 menunjukan bahwa 25 orang (78.12%) memiliki kepatuhan tinggi


dalam minum obat anti tuberkulosis, 4 orang (12.5%) meiliki kepatuhan sedang
dan 3 orang (9,37%) memiliki kepatuhan rendah.
Empat poin pertanyaan kami ajukan dalam kuesioner untuk mengetahui luaran
kepatuhan minum obat pada responden, yaitu (1) apakah responden selalu
mematuhi petunjuk petugas kesehatan dan PMO, (2) apakah selama fase intensif
selalu minum obat, (3) apakah selama fase lanjut selalu minum obat, (4) apakah
selalu mematuhi jadwal pemeriksaan dahak dan pengambilan obat. Tabel 4.7
menunjukan gambaran kepatuhan minum obat pada responden penelitian ini.

Tabel 4.7 Gambaran Kepatuhan Minum Obat


Pertanyaan Kategorik Jumlah (orang) Persentase (%)
Apakah Anda selalu Ya 32 100
mematuhi petunjuk petugas Tidak 0 0
kesehatan dan PMO dalam
menelan obat?
Apakah selama pengobatan Ya 31 96,87
tahap awal (2 bulan) Anda Tidak 1 3.12
meminum obat setiap hari?
Apakah selama pengobatan Ya 29 90,62
tahap lanjutan (4 bulan) Anda Tidak 3 9,37
selalu meminum obat 3x
seminggu?
Apakah Anda selalu Ya 29 90,62
mematuhi jadwal Tidak 3 9,37
pemeriksaan dahak dan
pengambilan obat yang telah
ditetapkan?

Berdasarkan tabel 4.7, seluruh responden menyatakan selalu mematuhi


petunjuk petugas kesehatan dan PMO dalam menelan obat. Poin pertanyaan kedua
menunjukan bahwa sebanyak 31 responden (96,62%) yang selalu minum obat
selama fase intensif. Sedangkan, 1 responden (3,12%) responden tidak minum
obat fase intensif. Satu responden menyatakan tidak melanjutkan pengobatan TB
Paru karena merasa tidak nyaman dan selalu lupa dalam meminum obat. Hasil ini
sesuai dengan hasil penelitian oleh Pameswari yang menyatakan bahwa 95,18%
responden patuh minum obat dalam fase intensif.
Poin pertanyaan ketiga menunjukan bahwa 29 responden (90,62%) selalu
minum obat selama fase lanjut. Sedangkan, 3 responden (9,37%) tidak minum
obat fase lanjut. Hal ini dikarenakan 1 responden masih dalam pengobatan fase
intensif, 1 responden menyatakan pernah lupa minum obat, dan 1 responden tidak
melanjutkan pengobatan TB Paru karena merasa tidak nyaman. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Pameswari yang menyatakan bahwa
81,67% responden patuh minum obat dalam fase lanjut. 12 Hasil kepatuhan
pengobatan fase lanjut (90,62%) yang lebih rendah dibandingkan kepatuhan
pengobatan fase intensif (96,87%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yuni pada pasien tuberkulosis di Puskesmas Perak Timur
Surabaya yaitu ketidakpatuhan minum obat akan lebih tinggi apabila pasien
berada pada fase lanjut OAT.13
Poin pertanyaan keempat menunjuka bahwa 29 responden (90,62%) selalu
mematuhi jadwal pemeriksaaan dahak dan pengambilan obat yang telah
ditetapkan. Sedangkan, 3 responden (9,37%) tidak mematuhi jadwal pemeriksaan
dahak dan pengambilan obat. Hal ini dikarenakan ketidaknyaman dalam
mengikuti pengobatan TB Paru.

4.2.3 Gambaran Pengawas Menelan Obat Penderita Tuberkulosis Paru di


Wilayah Kerja Puskesmas Citeureup
Tabel 4.8 menunjukan gambaran kepemilikan PMO dan 4.8.1 peran PMO
dalam pengobatan.
Ya Tidak
15 17
PMO

Berdasarkan Tabel 4.8 jumlah total 32 responden, 15 orang mempunyai PMO


dan 17 orang tidak mempunyai PMO. Maka hanya 15 orang responden yang
dilanjutkan pertanyaan selanjutnya mengenai PMO

Tabel 4.8 Gambaran kepemilikan PMO dan Peran PMO dalam Pengobatan
Pertanyaan kategotik Jumlah (orang) Persentase (%)
Apakah PMO selalu Ya 12 80
Tidak 3 20
memberikan dorongan
kepada Anda untuk berobat?
Apakah PMO selalu Ya 12 80
Tidak 3 20
mengingatkan Anda untuk
mengambil obat dan
memeriksakan dahak sesuai
dengan jadwal yang telah
ditentukan?
Apakah PMO selalu Ya 5 33.33%
Tidak 10 66,66%
mengawasi Anda dalam
menelan obat?
Apakah PMO selalu menegur Ya 5 33,33%
Tidak 10 66,66%
Anda, bila Anda tidak mau
atau lalai minum obat?

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa 15 responden (46,87%) memiliki


PMO, responden memilih salah satu anggota keluarganya sebagai PMO yang
tinggal dalam satu rumah, dan 17 responden (53,12%) tidak memiliki PMO. Oleh
karena itu, hanya responden yang memiliki PMO yang selalu mendapatkan
dorongan agar responden berobat. PMO yang selalu mengingatkan responden
untuk mengambil obat dan memeriksa dahak sesuai jadwal adalah 12 responden
(80%) dan 3 PMO (20%) yang tidak mengingatkan responden untuk mengambil
obat dan mmeriksa dahak. PMO yang selalu mengawasi responden untuk menelan
obat sebanyak 5 responden (33,33%) dan sebanyak 10 responden (66,66%) tidak
mengawasi responden, PMO yang menegur responden bila tidak mau atau lalai
minum obat sebanyak 5 responden (33,33%) dan 10 PMO (66,66%) tidak
menegur responden. Hal ini dikarenakan anggota keluarga dari 10 responden
tersebut berkerja sehingga tidak selalu mengawasi.
Berdasarkan hasil gambaran kepemilikan PMO dan peran PMO dalam
pengobatan. Peneliti membuat penilaian terhadap tingkat pengawasan menelan
obat. Tabel 4.9 menyajikan tingkat pengawasan dalam pengawasan rendah,
pengawasan sedang, dan pengawasan tinggi.

Tabel 4.9 tingkat pengawasan menelan obat anti tuberkulosis

Tingkat Pengawasan Jumlah Persentase (%)

tingkat pengawasan rendah 8 53,33%


tingkat pengawasan cukup 4 26,66%

tingkat pengawasan tinggi 3 20,01%


Total 32 100.0
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa 3 responden (20,01%) mendapatkan
tingkat pengawasan tinggi. Hal ini dikarenakan PMO pada responden adalah salah
satu anggota keluarga responden yang tinggal satu rumah dengan responden.
Penelitian ini menunjukan bahwa 4 responden (26,66%) mendapatkan tingkat
pengawasan cukup. Hal ini dikarenakan PMO responden tersebut tidak
mengingatkan responden untuk mengambil obat atau memeriksa dahak dan PMO
jarang menegur responden bila tidak mau minum obat dan 8 responden (53,33%)
yang mendapatkan pengawasan rendah dikarenakan responden selalu pencatat
jadwal minum obat sendiri dan anggota keluarga tidak sempat mengawasi
responden untuk minum obat karena sibuk berkerja
4.2.4 Gambaran Faktor Pelayanan Kesehatan Tuberkulosis Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Citeureup
Puskesmas Citeureup sebagai pelayanan kesehatan telah melakukan berbagai
upaya agar penderita TB dapat mengerti dengan penyakit yang diderita dan
berupaya agar penderita TB mudah mendapatkan pengobatan. Berikut adalah
respon dari penderita TB paru terhadap pelayanan di Puskesmas Citeureup.
Tabel 4.10 dan 4.11 menunjukan bahwa seluruh responden menyatakan obat
anti tuberkulosis selalu tersedia dan kualitas obat dalam keadaan baik. Tingkat
penyuluhan TB Paru dinilai baik oleh 32 responden (100%) hasil tersebut
disajikan pada tabel 4.12. Responden yang menilai cukup menyatakan bahwa
tidak mendapat penjelasan mengenai efeks samping dari OAT dan hal-hal yang
dapat memperburuk keadaan penderita TB paru. Tabel 4.13 menyatakan bahwa
seluruh responden menilai sikap petugas terhadap responden adalah baik.

Tabel 4.10 ketersediaan obat anti tuberkulosis

Obat anti tuberculosis selalu tersedia Jumlah Persentase (%)


Ya 32 100.0

Tabel 4.11 Kualitas obat anti tuberkulosis

Kualitas obat selalu baik Jumlah Persentase (%)


Ya 32 100.0

Tabel 4.12 Tingkat penyuluhan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Citeureup

Penyuluhan Kesehatan TB Paru Jumlah Persentase (%)


penyuluhan baik 32 100.0

Tabel 4.13 Sikap Petugas Kesehatan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Citeureup

Sikap Petugas Jumlah Persentase (%)


Baik 32 100.0

POPULASI
Jumlah
penderita TB 32
orang

BUDAYA
SUMBER DAYA ALAM HEREDITAS PELAYANAN Pengambil
-Kepadatan rumah kurang Genetik (-) KESEHATAN keputusan : Sikap
baik 4.3 Diagram BLUM Pelayanan masyarakat dalam
-Komponen rumah dan kesehatan pada menangapi
sarana sanitasi kurang baik
wilayah kerja penyakit TB masih
-Perilaku pengawas
menelan obat TB masih TB Paru puskesmas kurang
kurang dalam menjalankan LINGKUNGAN Cimareme
tugasnya. - Kondisi rumah sudah baik
masih cukup PERILAKU
baik. Kepatuhan
minum obat TB
pada Pasien TB
paru di wilayah
kerja
puskesmas KESEHATAN MENTAL
KESEIMBANGAN Cimareme Baik
EKOLOGI masih rendah
4.4 Analisis SWOT
Analisis SWOT pada gambaran kepatuhan minum obat dan pengawas menelan
obat pada pasien TB paru di wilayah kerja puskesmas Citeureup, yakni sebagai
berikut:
1. Strenght: pelaksanaan waktu pengobatan dilakukan setiap hari kerja
2. Weakness: sumber daya (PMO) pelaksana program TB yang masih kurang
3. Opportunity: letak puskesmas yang cukup strategis mudah dijangkau dengan
kendaraan umum
4. Threat: waktu pengobatan TB yang lama memudahkan ketidakpatuhan dalam
meminum obat TB

Anda mungkin juga menyukai