Aritmia Baru2
Aritmia Baru2
PENDAHULUAN
1
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa definisi aritmia?
2. Apa saja macam-macam aritmia?
3. Apa saja etiologi klien dengan aritmia?
4. Apa faktor aritmogenik aritmia?
5. Bagiamana manifestasi klinis klien dengan aritmia?
6. Bagaimana patofisiologi aritmia?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang klien dengan aritmia?
8. Bagaimana pentalaksanaan medis klien dengan aritmia?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan aritmia?
1.4 Tujuan
1. Mengetahui definisi aritmia.
2. Mengetahui macam-macam aritmia.
3. Mengetahui etiologi klien dengan aritmia.
4. Mengetahui faktor aritmogenik aritmia.
5. Mengetahui manifestasi klinis klien dengan aritmia.
6. Mengetahui patofisiologi aritmia.
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang klien dengan aritmia.
8. Mengetahui pentalaksanaan medis klien dengan aritmia
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan aritmia.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Aritmia adalah kelainan dalam kecepatan, irama, tempat asal dari impuls,
ataukelainan elektrofisiologi jantung yang dapat disebabkan oleh gangguan system
konduksi jantung serta gangguan pembentukan atau penghantaran impuls yang
menyebabkanperubahan dalam urutan normal aktivitas atrium dan ventrikel ( H.V
Huikuri, 2007 )
Sumber :elmanbilonx.blogspot.com
3
Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead.
Gambar :
2. Takikardia Sinus
Ciri-cirinya):
Sama dengan sinus bradikardia, yang membedakanya adalah frekwensi jantung
(HR) lebih dari 100x/menit.
Gambar :
3. Sinus Arrest
Ciri-cirinya:
Gel P dan komplek QRS normal
Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang muncul.
Gap ini jaraknya melebihi 2 kali RR interval.
Gambar :
4. Blok Sinoatrial
Ciri-cirinya :
Sama dengan sinus arrest yaitu adanya gap tanpa adanya gelombang yang
muncul, dimana jarak gapnya 2 kali dari RR interval.
Gambar :
4
5. Aritmia Sinus
Ciri-cirinya :
Sama dengan kriteria sinus rhytme, yang membedakannya adalah pada sinus
aritmia iramanya tidak teratur karena efek inspirasi & ekspirasi.
Gambar :
2. (Atrial Flutter)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Ciri utama yaitu gelombang P yang mirip gigi gergaji (saw tooth).
Komplek QRS normal, interval RR normal
Gambar :
5
3. (Atrial Takikardia)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Komplek QRS normal
PR interval <0,12detik dan
Frekwensi jantungnya > 150x/menit
Apabila gambaran EKG dari normal tiba tiba berubah menjadi Atrial
takikardia maka gambaran ini dinamakan paroksimal atrial takikardia
(PAT).
Gambar :
Gamabar:
6
C. Jenis aritmia yang berasal dari nodus AV
1. (Junctional Rhytm)
Ciri-cirinya :
Irama teratur
]Frekwensinya 40-60 x/menit
Gelombang P bisa tidak ada, bisa terbalik (tidak bakal positip)
Kompleks QRS normal
Kalau frekwensinya lebih dari 40x/menit dinamakan slow junctional
rhytm.
Gambar :
2. (Junctional Takikardia)
Ciri-cirinya:
Sama dengan junctinal rhytm, bedanya frekfensi atau HR pada junctional
takikardia lebih dari 100 x/menit.
Gambar :
3. (Accelerated Junctional)
Ciri-cirinya :
Sama dengan junctional rhytm, bedanya frekwensi atau HR pada accelerated
junctional antara 60-100 x/menit.
Gambar :
7
Irama tidak teratur
Ada premature beat sebelum waktunya, dengan adanya gel P yang
terbalik atau tidak adanya gel P.
Gambar :
8
v. Consekuti atau Cauplet VES/PVC ---> yaitu VES yang muncul secara
beruntun
vi. VES/PVC R on T ----> yaitu VES yang muncul persis di gelombang T
Gambar :
2. Acceleration Idiovetrikular
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi antara 40 - 100 x/menit
Tidak ada gel P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal, RR interval regular
Gamabar :
9
3. VT (ventrikel takikardia)
Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi 100-250x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal
Gambar :
4. VF (ventrikel fibrilasi) dan hal ini membutuhkan akan resusitasi jantung RJP
Ciri-cirinya :
Irama chaotic atau kacau balau
No denyut jantung.
Gambar :
5. Torsade de pointes
Ciri-cirinya :
Irama irregular
Frekwensi lebih dari 200x/menit
Komplek QRS lebar
Keadaan ini sangat cepat dan berubah ke VF atau asystoleVentrikel
Ekstra sistole
Gambar :
10
1. AV Blok derajat 1
Ciri-cirinya :
Irama teratur
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS normal, RR interval regular
PR interval > 0,20 detik atau > 5 kotak kecil
Panjang PR interval harus sama di setiap beat !! Misalkan panjang PR
intervalnya 0,24detik, maka di tiap beat PR intervalnya harus sama
yaitu 0,24detik.
Gambar :
12
Menurut Woodward dalam Greenberg et al.(2007)
Patofisiologi :
Sumber : jantungarea.com
Gejala Klinis : Apnea, rasa tidak nyeman didada, nafas pendek, diaphoresis, kepala
ringan, dan hilang kesadaran.
Diagnosis : pada EKG denyutfusi, capture beat dan disosiasi atrioventrikular (AV)
menunjukkan VT.
Sumber : dokterpost.com
13
Gejala klinis : denyut ventrikel cepat (palpitasi 26%, nyeri dada 34%, kepala ringan
19%), penurunan curah jantung (dispnea 52%, gagal jantung, kelelahan) atau
peristiwa CVA(cerebrovascular accident), emboli atrial distal.
Diagnosis : pada EKG irama atrial yang kacau pada gelombang P dan irama
ventrikular sempt iregular secara iregular (irregulary irregulary)
Sumber : jantungarea.com
4. Flutter atrial
Gejala klinis : palpitasi, nyeri dada, gagal jantung, nafas pendek, sinkop, atau
kelelahan.
Patofisiologi : Flutter atrial terjadi pada penyakit hipertensi, penyakit arteri koroner,
penyakit katup jantung, sick sinus syndrome, dan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Flutter disebabkan oleh sirkuit re-entri tunggal dalam atrium kanan. Nadi
atrial biasanya 300 denyut/ menit dan regular.Konduksi ventrikel biasanya 2:1.
Sumber
14 : youtube.com
5. Takikardia Atrial Multifokal (MAT, multifical atrial tachycardia)
Patofisiologi : penyakit yang mnedasari terjadinya MAT ialah penyakit apru obstruktif
kronik (PPOK) (55%), gagal jantung kongesif (CHF) (28%), hipokalemia (23%),
hipomagnesemia, atau hipoksemia (43%). MAT didefinisikan sebagai nadi atrial yang
lebih dari 100 denyut/menit yang sekurang-kurangnya 3 gelombang P berbeda secara
morfologis, interval PP dan PR irregular, serta garis dasr isoelektrik (tidak ada tanda
fibrilasi). MAT terjadi jika adanya denyut atrial yang disebabkan oleh
afterdepolarization lambat (DAD/ delayed afterdepolarization). Apabila DAD
mencapai nilai ambang, timbul denyut atrial dini, ektopik, diikuti aktivasi nodus
atrioventrikular (AV) dan denyut ventrikel sempit dan normal. Faktor yang
menyebabkan resiko MAT berhubungan dengan kelebihan kalsium intraselular dan
DAD : katekolamin, teofilin, asidemia, hipoksemia, hipokalemia, dan
hipomagnesemia.
Diagnosis : pada EKG perubahan interval PR dan PP, dengan QRS kompleks sempit
Sumber : ina-ecg.com
15
melambat selama 6 tahun berikutnya.Frekuensi sinus saat istirahat pada orang dewasa
ialah 65-85 denyut/menit.
Diagnosis : pada EKG kompleks QRS normal dengan nadi lebih dari 100 kali/menit.
Gelombang P normal interval PR berkurang dengan meningkatnya nadi.
Sumber : ina-ecg.com
8. Torsades de Pointes
Gejala klinis : palpitasi atau henti jantung, sinkop, nyeri dada, atau nafas pendek. Nadi
berkisar 200-240 kali/menit
Patofisiologi : Torsades biasanya terjadi pada klien penyakit jantung serius yang
mengalami repolarisasi ventrikular memanjang dan tidak sama seta interval QT
memanjang. Pemanjangan dapat bersifat kongenital yang diakibatkan oleh
hipokalemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, atau berbagai obat (quanitidin,
prokainamid, fenotiazin, amiodaron, butirofenom, dan antidepresan trisiklik)
Sumber : en.wikipedia.com.com
9. Blok atrioventrikular (AV)
16
fibrotik kronik sistem konduksi jantung. Penyebab AV lain ialah farmakologik
(misalnya β bloker atau bloker kanal kalsium, glikosida jantung)
Sumber : jantungarea.com
2.3 Etiologi
17
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung)
Aritema tidak disadari pasiennya dan ditemukan secara tidak sengaja lewat
pemeriksaan fisik rutin atau EKG. Namun, aritma sering menampakan salah satu dari
beberapa gejalanya yang khas.
18
Gejala yang pertama dan terpenting adalah palpitasi, yaitu kesadaran seseorang
terhadap denyut jantungnya sendiri.Pasiennya mungkin akan mengatakan bahwa denyut
jantung nya sesekali bertambah cepat dan lambat, atau denyut jantung selalu cepat dan
sifatnya bisa teratur atau tidak teratur. Sensasinya dapat berupa sekedar gangguan ringan
atau malah pengalaman yang menakutkan.
Gejala yang lebih berat adalah gejala penurunan curah jantung, yang dapat terjadi bila
aritmia sudah mengganggu fungsi jantung, seperti pusing dan sinkop (pingsan
mendadak).
EKG semakin sering di gunakan untuk mengenali berbagai keadaan yang merupakan
factor predisposisi jenis-jenis aritma yang membahayakan serta kematian mendadak,
sehingga tindakan yang mampu menyelamatkan nyawa dapat di kerjakan sebelum
peristiwa naas itu terjadi. Bebagai keadaan ini bisa saja di turunkan atau didapat.Jenis
keadadan yang peling umum adalah kelainan repolarisasi yang memperpanjang interval
QT; inilah bahan baku dari aritmia yang berpotensi mematikan
(Herman, 2011)
2.6 Patofisiologi
Aritmia dapat disebabkan oleh bebrapa factor diantaranya ialah Peradangan jantung,
ganguan sirkulasi coroner, intoksifikasi, gangguan keseimbangan elektrolit, gangguan
pada pengaturan susunan saraf autono, ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat,
gangguan metabolik (asidosis, alkalosis), gangguan endokrin (hipertiroidisme,
hipotiroidisme), gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung,
gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung).
Faktor tersebut akan menyebabkan aritmia yang karena kegagalan dalam kelistrikan
jantung. Kegagalan dalam kelistrika jantung dipicu oleh gangguan pembentukan impuls
atau gangguan konduksi.Aritmia menyebabkan kegagalan dalam pompa jantung hingga
menyebabkan perubahan volume sekuncup dan suplai O2 & nutrisi ke sel tubuh
berkurang. Keadaan perubahan volume sekuncup dapat mengakibatkan tekanan arteri dan
19
turunnya curah jantung sehingga dapat menyebabkan masalah keperawatan penurunan
curah jantung, sedangkan pada tekanan arteri akan menyebabkan rupture pembuluh darah
otak yang dapat menyebabkan naiknya tekanan pada intracranial ditandai dengan
penurunan kesadaran/pusing sehingga dapat menyebabkan masalah keperawatan resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Berkurangnya suplai O2 & nutrisi ke sel yang
kurang akan menyebabkan ketidakseimbangan jaringan dan suplai miokard, pasokan O2
ke paru berkurang, dan suplai darah ke jaringan menurun. Ketidakseimbangan jaringan
dan suplai miokard akan menyebabkan ketidakseimbangan metabolisme, kelemahan otot
ekstremitas/keletihan sehingga memunculkan masalah keparwatan intoleransi aktivitas.
Pada ketidakseimbangan metabolisme menyebabkan produksi asam laktat hingga
menyebabkan keluarnya mediator sehingga dapat memunculkan masalah keperawatan
nyeri akut.Berkurangnya pasokan O2 ke paru menyebabkan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi sehingga memunculkan masalah keparawatan hambatan pertukaran gas.
Penurunan suplai darah ke jaringan menurun akan menyebabkan seseorang terlihat pucat
sehingga memunculkan masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
20
2.7 Pathway
Aritmia
Penurunan curah Ketidakseimbangan jar. & Pasokan O2 paru Suplai darah ke jar.
jantung sumplai O2 miokard berkurang menurun
Hambatan pertukaran
Peningkatan TIK
gas
pusing
Ketidakseimbangan Kelemahan otot
metabolisme / keletihan
Resiko
ketidakefektifan
perfusi jar. serebral Produksi asam laktat Intoleransi
aktivitas
21
Pengeluaran mediator
2.8 PemeriksaanPenunjang
Sumber : healthlibrarypromedica.com
Sumber : radiopaedio.com
22
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
menyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan Obat : Dapat menyebabkan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat, contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan Tiroid : Peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan meningkatnya disritmia.
9. Laju Sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut.
Contoh, endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. ABG/Nadi Oksimetri : Hipokalsemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia
a. Terapi Medis
23
Verapamil, indikasi Supraventrikular aritmia.
b. Terapi Mekanis
Pasien Tn B dirawat diruang CCU ( Coronary care unit ) dengan gangguan irama
jantung. Tn B mengeluh pusing yang disertai pingsan, akral dingin dan berkeringat,
mengeluh sesak nafas, setelah diperiksa Tn B mengalami denyutan nadi lemah, TD : 100/60
mmHg, sianosis, EKG : Ventrikel ekstra sistol. Diagnosa utama apa yang tepat untuk Tn B
dan bagaimana intervensinya ?
Jawab :
Diagnosa yang tepat adalah penurunan curah jantung karena ketidakadekuatan yang dipompa
oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Tn B mengalami sinkop, terdapat
sesak nafas, dipsneu, denyutan nadi lemah.
Intervensi :
24
3. Catat tanda dan gejala yang mengarah pada penurunan kardiak output
Rasional : penurunan kardiak output akan sangat berpengaruh terhadap sisitem
tubuh, mencatat itu berguna dalam memberikan pengarahan dalam melakukan
tindakan keperawatan
4. Intruksikan kepada pasien tentang pentingnya menginformasikan jika terdapat
ketidaknyaman pada dada
Rasional : perawat dan tenaga medis bisa memberikan penangan dan
pengobatan yang tepat
5. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas terhadap perubahan: nafas pendek, nyeri,
palpitasi, pusing
Rasional : untuk melihat keterbatasan klien yang diakibatkan penyakit yang
diderita klien, dan dapat ditegakkan grede dari suatu gangguan klien
6. Auskultasi bunyi nafas : bunyi tambahan dan bunyi jantung :murmur
Rasional : s4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanaya
hipertrofi atrium, sehingga kita bisa mengetahui keadaan klien
7. Kolaborasi pemberian kalsium antagonis
Rasional : memenuhi kebutuhan klien atas pengobatan dan mempercepat proses
penyembuhan.
25
BAB III
3.1 Pengkajian
Pengkajian primer :
1. Airway
a. Kaji ada tidaknya peningkatan sekret.
b. Kaji ada tidaknya suara nafas tambahan(krekels).
2. Breathing
a. Ada atau tidak distress penafasan.
b. Ada atau tidak hipoksemia berat.
c. Ada atau tidak retraksi otot interkosta dan despnea.
d. Ada atau tidak bunyi nafas tambahan whezing.
e. Ada tidaknya sianosis.
f. Kaji adanya takipnea.
3. Circulation
a. Ada atau tidanya takikardia.
b. Ada atau tidaknya takipnoe.
c. Kaji adanya penurunan haluaran urin.
d. Kaji adanya penurunan TD.
e. Kaji kapilery refill.
f. Ada atau tidaknya sianosis.
4. Dissability
a. Kaji perubahan tingkat kesadaran
b. Kaji pupil terhadap rangsang cahaya
5. Foley cateter
a. Kaji adanya penurunan haluarin urin.
Pengkajian sekunder
26
c. Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
d. Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati penyakit katup jantung,
hipertensi
e. Makanan atau obat yang terakhir dimakan yang dapat memicu terjadinya aritmia
f. Bagaimana kondisi klien bisa seperti sekarang.
Pengkajian fisik
a. Aktivitas : kelelahan umum
b. Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit
warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema;
haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat.
c. Integritas ego : cemas, takut, gelisah.
d. Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan,
mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
e. Neurologis : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
f. Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak
dengan obat antiangina, gelisah
g. Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi)
mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
h. Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
27
Gelisah ventilasi-perfusi
Samnolen
Takikardia Ketidakseimbanga
ventilasi perfusi
Sesak nafas
Hambatan pertukaran
gas
Peningkatan tekanan
intracranial
Pusinng
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral
2. DS : Klien mengatakan nyeri ekstremitas Daya ejeksi ventrikel Ketidakefektifan perfusi
DO : berkurang jaringan perifer
Penurunan nadi perifer
Edema Suplai O2 & nutrisi ke sel
28
Perubahan karakteristik kulit tubuh berkurang
Warna kulit pucat saat elevasi
Warna tidak kembali ke tungkai 1 Suplai darah ke jaringan
menit setelah tungkai diturunkan menurun
Pucat
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
4. DS : klien mengatakan nyeri dibagian dada Agens cidera biologis Nyeri akut
kanan/kiri, nyeri seperti ditusuk/ tertimba
beban berat, nyeri dirasa sepanjang Daya ejeksi berkurang
waktu/hilang timbul, skala nyeri 1-10
DO :
Perubahan selera makan Suplai O2 & nutrisi ke sel
Diaforesis berkurang
Ekspresi wajah nyeri/menyeringai
Sikap tubuh melindungi area nyeri Ketidakseimbangan jar.
Nyeri akut
5. DS : Klien mengatakan merasa lemas Daya ejeksi ventrikel Intoleransi aktivitas
DO : berkurang
Tekanan darah abnormal setelah
beraktivitas Suplai O2 & nutrisi ke sel
Frekuensi jantung abnormal berkurang
terhadap aktivitas
Perubahan EKG Ketidakseimbangan jar.
Keletihan
Kelemahan otot/keletihan
29
Kelemahan umum
Intoleransi aktivitas
3.3 Intervensi
a. Diagnosa Keperawatan
Hambatan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan pertukaran teratasi.
c. Kriteria Hasil
Bebas dari tanda-tanda distress pernafasan
Suara nafas bersih
Tidak ada dispnea dan sianosis
Bernafas dengan mudah
Tidak ada pursed lips
RR rentang normal
Anak 16-22 x/menit
Dewasa 12-20 x/menit
d. Intervensi:
1. Awasi tanda vital dan irama jantung.
Rasional : Memantau tanda vital dan irama jantung, sehingga jika terjadi suatu
perburukan dapat cepat terdeteksi
2. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Cacat penggunaan otot aksesori, nafas
bibir, ketidakmampuan bicara/ berbincang.
Rasional : Mengetahui perkembangan kesehatan klien
3. Kaji/ awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Rasional : Segera mengetahui jika terjadinya kelainan
4. Auskultasi bunyi nafas, catat areaa penurunan aliran udara dan/ bunyi
tambahan.
30
Rasional : Mengetahui suara yang abnormal sehingga bisa merencanakan
tindakan selanjutnya
5. Palpasi fremitus
Rasional : Mengetahui apakah dada bisa bergetar secara bersamaan atau tidak
Diagnosa keperawatan
Penurunan curah jantung b.d gangguan irama jantung
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam penurunan curah jantung
teratasi.
Kriteria hasil
Tanda vital dalam batas normal
TD
Anak : 100/60 mmHg
Dewasa : 120/80 mmHg
Lansia : 130/80 mmHg
Nadi
Anak : 80-110 mmHg
Dewasa : 60-100
RR
Anak : 16-22 x/menit
Dewasa : 12-20 x/menit
Suhu :
Bayi : 36,5-37,50C
Dewasa : 36,6-37,2 0C
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
Tidak ada penurunan kesadaran
AGD dalam batas normal
Tidak ada distensi vena jugularis
Warna kulit normal
Intervensi
8. Evaluasi nyeri dada ( seperti intensitas,lokasi, radiasi, durasi,dan presipitasi dan
faktor yang memberatkan
31
Rasional: melihat karakteristik nyeri yang dialami klien, sehingga akan
mempengaruhi tindakan keperawatan dan diagnosa yang akan ditegakkan
9. Dokumentasi adanya disritmia jantung
Rasional : dokumentasi ditujukan sebagai bukti tertulis dalam tindakan
keperawatan tentang kondisi dan tindakan yang telah diberikan kepada pasien
10. Catat tanda dan gejala yang mengarah pada penurunan kardiak output
Rasional : penurunan kardiak output akan sangat berpengaruh terhadap sisitem
tubuh, mencatat itu berguna dalam memberikan pengarahan dalam melakukan
tindakan keperawatan
11. Intruksikan kepada pasien tentang pentingnya menginformasikan jika terdapat
ketidaknyaman pada dada
Rasional : perawat dan tenaga medis bisa memberikan penangan dan
pengobatan yang tepat
12. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas terhadap perubahan: nafas pendek, nyeri,
palpitasi, pusing
Rasional : untuk melihat keterbatasan klien yang diakibatkan penyakit yang
diderita klien, dan dapat ditegakkan grede dari suatu gangguan klien
13. Auskultasi bunyi nafas : bunyi tambahan dan bunyi jantung :murmur
Rasional : s4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanaya
hipertrofi atrium, sehingga kita bisa mengetahui keadaan klien
14. Kolaborasi pemberian kalsium antagonis
Rasional : memenuhi kebutuhan klien atas pengobatan dan mempercepat proses
penyembuhan.
a. Diagnosa
Resiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral
b. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral teratasi.
c. Kriteria hasil
Tekanan sistol dan diastol normal
Anak 100/60 mmHg
Dewasa 120/80 mmHg
Lansia 130/80 mmHg
32
Tidak ada hipertensi
Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial
Berkomunikasi jelas
Tingkat kesadaran komposmentis
Tidak ada gerakan involunter
d. Intervensi:
1. Evaluasi status mental
Rasional : Untuk mengetahui status mental yang sedang dialami klien
2. Kaji TTV
Rasional : Mengetahui keadaan umum klien
3. Berikan lingkungan tenang, kaji alasan untuk membatasi aktifitas selama fase
akut.
Rasional : Memberikan suasana yang nyaman untuk proses penyembuhan
4. Berikan O2 secar adekuat.
Rasional : Meningkatkan status kesehatan klien serta mencega terjadinya
perburukan
a. Diagnosa Keperawatan
Gangguan perfusi jaringan perifer b.d sianosis, hipoksia.
b. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer teratasi.
c. Kriteria Hasil
Tekanan sistol dan diastol rentang normal
Anak 100/60 mmHg
Dewasa 120/80 mmHg
Lansia 130/80 mmHg
Tidak ada hipertensi
Tidak ada peningkatan intra kranial
Berkomunikasi jelas dan sesuai kemampuan
Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
Tingkat kesadaran membaik
Tidak ada gerakan involunter
33
d. Intervensi:
a. Kaji tanda-tanda sianosis
Rasional : Mengetahui awal dari sianosis dan mencegah kondosi yang lebih
buruk
b. Berikan O2 yang adekuat
Rasional : Mempertahan kan suplai o2 serta mencegah sianosis
c. Berikan posisi fowler/ semi fowler
Rasional : Memberikan posisi nyaman kepada klien untuk membantu proses
penyembuhan
d. Kolaborasi dalam tes analisa gas darah
Rasional : Untuk mengetahui kondisi dari klien serta penaganan utama yang
perlu dilakukan
a. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut b.d agens cidera biologis
b. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri akut berkurang atau
teratasi.
c. Kriteria Hasil ;
Mampu menggunakan teknik nonfarmakologi nafas dalam
Melaporkan nyeri berkurang dengan manajemen nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
d. Intervensi:
34
a. Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
b. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan intoleransi aktivitas dapat
teratasi.
c. Kriteria Hasi
Adanya peningkatan aktivitas tanpa adanya peningkatan TD dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
Status kardiopulmonari adekuat
Pertukaran gas dan ventilasi adekuat
d. Intervensi:
a. Berikan posisi fowler/ semi fowler
Rasional : Memberikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan klien
b. Berikan O2 sesuai kebutuhan.
Rasional : Membantu klien saat bernafas, agar bisa bernafas secara maksimal
c. Motivasi pasien untuk bedrest
Rasional : Agar klien mendapat dorongan untuk istirahat serta manfaat yang
didapat jika bedrest
d. Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktifitas pasien sehari-hari.
Rasional : Klien bisa melakukan kegiatan dengan bebas bersama kelurga tanpa
perasaan takut
(Sumber : Doenges, 1999 ; Nurarif, 2015; Herdman 2018, DeLaune et al. 2002
dalam Debora 2012)
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aritmia adalah kelainan dalam kecepatan, irama, tempat asal dari impuls,
ataukelainan elektrofisiologi jantung yang dapat disebabkan oleh gangguan system
konduksi jantung. Aritmia dapat diklasifikasikan menjadi irama sinus abnormal, blok
konduksi, kontraksi preniatur, takikardia paroksimal, fibrilasi ventrikel, fibrilasi atrium,
fluter atrium, dan henti jantung. Klien dengan arimia dapat ditandai dengan gejala denyut
jantung bertambah cepat dan lambat, denyut jantung cepat sifatnya dapat teratur atau
tidak, pusing, mendadak pinsan. Diagnosis aritmia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
EKG, monitor holter, foto dada, scan pencitraan miokardia, tes stres latihan, elektrolit,
pemeriksaan obat, pemeriksaan tiroid, laju sedimenetasi, GDA nadi oksimetri. Terapi
medis aritmia dapat diberika dengan obat aritmia kelas 1 (Sodium Cahnnel Blocker),
aritmia kelas 2( Beta Adrenergik Blokade), aritmia kelas 3 (Prolog Repolarisation),
aritmia kelas 4 (Calsium Channel Blocker). Sedangkan terapi mekanis dapat diberikan
kardioversi, defibrilasi, defibrilator Kardioventer Implantabel, dan terapi pacemaker.
Aritmia menimbulkan munculnya masalah keperawatan yaitu resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, nyeri akut, hambatan
pertukaran gas, dan intoleransi aktivitas.
4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiwa Akademi
Keperawatan Pemkab Ngawi.Kami menyadari bahwa makalah ini balum sempurna, oleh
karena itu kritik/saran yang membangun dari pembaca diharapkan oleh kelompok kami.
36
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC
Thaler, Malcolm S. 2014. Satu-satunya Buku EKG yang Anda Perlukan, edisi 7. Jakarta :
EGC
Debora, Oda. 2013. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. : Salemba Medika
37