Anda di halaman 1dari 37

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 0-59 BULAN DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS 1 UBUD

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malnutrisi atau gizi buruk merupakan salah satu ancaman serius terhadap pembangunan kesehatan, khususnya pada generasi
mendatang yang biasanya disebut dengan istilah stunting . Mungkin tidak semua orang mengetahui tentang istilah Stunting, terutama
masyaratkat awam istilah stunting masih asing didengar. Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis pada anak yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah
atau pendek dari standar usianya.(Kemenkes RI, 2018).
Secara global pada tahun 2016, 22,9% atau 154,8 juta anak dibawah 5 tahun menderita stunting, yang didefinisikan oleh tinggi badan
rendah dari standar usianya. Stunting diukur dengan skor z-tinggi ke usia lebih dari 2 standar deviasi di bawah rata-rata Median Pertumbuhan
Anak Dunia Kesehatan (WHO).(World Health Organization, 2018)
Kondisi tubuh anak pendek sering kali dikatakan sebagai factor genetic dari kedua orang tuanya, sehingga orang tua menerima tanpa
melakukan apa-apa untuk mencegah terjadinya stunting. Padahal seperti yang kita ketahui, genetika merupakan factor determinan kesehatan
yang paling kecil pengaruhnya dibandingkan dengan factor perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting
merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah. Stunting dipengaruhi oleh aspek prilaku terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam
pemberian makan bagi bayi dan balita. Rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gisi, serta seringkali tidak beragam.
Istilah ''Isi Piringku'' dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam satu porsi makan,

1
setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih
banyak daripada karbohidrat. (Kemenkes RI, 2018)
Secara global pada 2016, sebanyak 22,9% atau 154,8 juta anak balita mengalami stunting. Di Asia terdapat sebanyak 87 juta Balita
stunting pada 2016, 59 juta di Afrika, serta 6 juta di Amerika Latin dan Karibia, Afrika Barat (31,4%), Afrika Tengah (32.5%), Afrika Timur
(36.7%), Asia Selatan (34.1%). Badan Kesehatan Dunia (WHO) membatasi masalah stunting di setiap negara, provinsi, dan kabupaten
sebesar 20%, sementara Indonesia baru mencapai 29,6%. (World Health Organization, 2017)
Hasil PSG 2016 mendapatkan presentase balita sangat pendek sebesar 8,6% dan pendek 19,0%. Targer presentase balita pendek dan
sangat pendek adalah kurang dari 20%. Provinsi dengan presentase balita pendek dan sangat pendek adalah Sulawesi barat (39,7%) dan
terendah adalah sumatera selatan (19,2%). Hanya provinsi sumatera dan bali yang kurang dari 20%.
Berdasarkan prevalensi dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali tentang tren masalah Gizi Bali 2017 menurut kabupaten atau kota yang ada
di provinsi bali menunjukan bahwa presentase tertinggi balita yang mengalami pendek/stunted terdapat di kabupaten buleleng sebesar 29,0%
sedangkan kabupaten yang memiliki nilai terendah adalah denpasar sebesar 9,5%. (Depkes, 2018)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmayani, 2014 menunjukan bahwa sebagian besar sampel (54,8%) memiliki masalah
stunting dan selebihnya (45,2%) memiliki status gizi normal. Untuk pola asuh ibu, terdapat sekitar 72,6% sampel dengan praktik pemberian
makanan yang baik, terdapat sekitar 71,0% sampel dengan rangsangan psikososial yang baik, sekitar 67,7% sampel dengan praktik
kebersihan atau hygiene yang baik, sekitar 53,2% sampel dengan sanitasi lingkungan yang baik dan terdapat sektar 66,1% sampel dengan
pemanfaatan pelayanan yang baik. (Rahmayana, Ibrahim, & Damayanti, 2014)
Stunting merupakan masalah yang cukup serius dan mencegah terjadinya peningkatan prevalensi stunting terutama pada masyarakat di
kabupaten Gianyar, diharapkan kepada orang tua terutama ibu atau pengasuh agar lebih intensif dalam mengasuh anak dimana pola asuh
menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting pada anak 0-59 bulan. Upaya dalam memperbaiki pola pemberian makan,
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), rangsangan psikososial dan pemanfaatan layanan kesehatan yang dari semuanya itu memiliki
peranan penting dalam pertumbunhan tinggi badan pada anak.
Dampak yang akan terjadi jika tidak tertanganinya masalah stunting pada anak, maka anak akan mengalami keterbatasan fungsi
kognitif, produktivitas kurang, berisiko mengalami penyakit tidak menular, dampak ekonomi karna kurangnya daya saing.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kejadian stunting pada balita usia 0-59 bulan di Wilayah kerja Puskesmas 1
Ubud Gianyar?
2. Bagaimana Pola asuh orang tua dalam praktik pemberian makanan pendamping asi pada balita 0-59 bulan di Wilayah kerja Puskesmas 1
Ubud Gianyar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap kejadian stunting pada balita usia 0-
59 bulan di wilayah kerja Puskesmas 1 Ubud Gianyar

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pola asuh orang tua
b. Mengidentifikasi kejadian stunting pada balita 0-59 bulan
c. Menganalisis hubungan pola asuh orang tua terhadap kejadian stunting pada balita 0-59 bulan

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan ilmu pengetahuan perawat khususnya dalam pemberian
asuhan keperawatan terhadap kejadian stunting

2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis yaitu berguna bagi orang tua anak khususnya ibu memahami pola asuh yang baik dan bagi perawat dapat
melakukan asuhan keperawatan, dan dapat diteliti lebih lanjut.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pola Asuh

4
2.1 Gizi

2.1.1 Definisi Gizi


Gizi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang makanan, zat gizi yang terdapat dalam makanan, unsur kimia lainnya, serta efek
makanan terhadap kesehatan. Sedangkan zat gizi diartikan sebagai unsur kimia yang digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, zat gizi,
dan pemeliharaan tubuh agar tetap sehat.1,2
2.1.2 Zat Gizi atau nutrisi

Tidak semua zat gizi (nutrisi) yang diperlukan oleh tubuh dapat disediakan melalui makanan, ada sebagian dari zat gizi (nutrisi) yang
dibuat oleh tubuh itu sendiri. Dikenal zat gizi (nutrisi) essensial dan zat gizi (nutrisi) non-essensial Perbedaan kedua tipe zat gizi (nutrisi)
ini adalah pada sumber zat gizi (nutrisi). Nutrisi essensial didapat dari makanan sedangkan nutrisi non-essensial tidak didapat dari
makanan, dengan kata lain nutrisi non-essensial terdapat dalam makanan dan digunakan oleh tubuh tetapi bukan merupakan bagian dari
makanan.Yang termasuk kedalam nutrisi essensial adalah karbohidrat, protein, lemak,vitamin, mineral, dan air. Dan yang termasuk
kedalam nutrisi non-essensial seperti kolesterol, kreatinin, dan glukosa. Nutrisi essensial dikelompokkan lagi menjadi makronutrien dan
mikronutrien.1

2.1.2.1 Makronutrien

Makronutrien merupakan nutrisi atau zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar, berguna dalam menyediakan kalori atau energi bagi
tubuh yang digunakan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan, metabolisme, dan menjalankan
fungsi tubuh lainnya. Terdapat tiga jenis makronutrien yaitu karbohidrat, protein,
dan lemak.1

2.1.2.1.1.1 Karbohidrat

5
Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom karbon,
hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat terdiri dari monosakarida, disakarida, dan
polisakarida. Yang termasuk kedalam monosakarida adalah glukosa ( dikenal juga
dengan sebutan gula darah atau dekstrosa), fruktosa, dan galaktosa. Disakarida
dibentuk dari dua molekul monosakarida, termasuk didalamnya adalah sukrosa
(gabungan dari glukosa dan fruktosa), maltosa (gabungan 2 molekul glukosa), dan
laktosa (gabungan glukosa dan galaktosa). Polisakarida dikenal sebagai
karbohidrat kompleks karena dibentuk oleh struktur kimiawi yang lebih kompleks
dibandingkan dengan karbohidrat sederhana, terdiri dari zat tepung atau kanji,
glikogen, dan serat. Semua jenis karbohidrat ini kecuali serat memberikan kalori
sebesar 4 kalori per gram. Karbohidrat merupakan makronutrien yang dibutuhkan
dalam jumlah paling besar dibandingkan dengan makronutrien lainnya. Menurut
Dietary reference Intakes yang dikeluarkan oleh USDA, 45-55 % kebutuhan
kalori berasal dari karbohidrat. Karbohidrat dibutuhkan sebagai sumber energi
bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh, melindungi protein agar tidak dibakar
sebagai penghasil energi, membantu metabolisme lemak dan protein, penyerapan
kalsium, pencernaan (memperlancar defekasi), dan detoksifikasi zat-zat toksik
tertentu bila berada di hati.1,3,4

2.1.2.1.2 Protein

6
Protein dapat digunakan oleh tubuh sebagai penghasil energi, dimana
protein memberikan kalori sebesar 4 kalori per gram. Namun protein sebagai
penghasil energi ini bukan merupakan fungsi yang utama dari protein. Fungsi
utama dari protein adalah dalam membangun jaringan seperti otot, tulang, enzim,
dan sel darah merah. Protein dibentuk dari rantai asam amino. Asam amino diklasifikasikan menjadi asam amino essensial dan non
essensial. Asam amino
essensial merupakan asam amino yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh, hanya
dapat dihasilkan melalui makanan. Yang termasuk kedalam asam amino essensial
yaitu histidine, isoleucine, leucine, lysine, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan,
dan valin. Sedangkan asam amino nonessensial merupakan asam amino yang
dapat di sintesis oleh tubuh dan tidak dihasilkan dari makanan, terdiri dari alanin,
aspargin, asam aspartat, asam glutamik, glutamine, glisin, hidroksiprolin,
hidroksilysin, prolin, dan serin.1,2

2.1.2.1.3 Lemak

Lemak adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Lemak dikenal juga dengan sebutan lipid. Semua lemak
merupakan kombinasi dari asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Lemak jenuh merupakan jenis lemak yang berasal dari sumber
makanan hewani. Lemak jenuh ini lebih berbahaya bagi kesehatan dibandingkan dengan lemak tak jenuh karena lemak jenuh dapat
meningkatkan kadar kolesterol dan low-density lipoprotein (LDL) dalam darah. Dimana peningkatan kadar kolesterol dan LDL dalam
darah dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovasculer. Disamping meningkatkan resiko penyakit kardiovasculer, lemak jenuh juga
dapat meningkatkan resiko penyakit diabetes melitus tipe 2. Lemak tak jenuh banyak ditemukan didalam minyak sayur. Ada dua jenis
lemak tak jenuh yaitu monounsaturated fats (contohnya minyak olive dan minyak canola) dan polyunsaturated fats (contohnya ikan,
7
bunga matahari, jagung, dan minyak yang berasal dari kacang kedelai). Meskipun lemak tak jenuh ini dapat menurunkan kadar kolesterol
darah, namun lemak tak jenuh ini banyak menghasilkan kalori sehingga konsumsi lemak tak jenuh ini juga harus dibatasi.5

2.1.2.2 Mikronutrien
Mikronutrien adalah nutrisi atau zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah
yang sedikit, zat gizi ini memungkinkan tubuh untuk memproduksi enzim, hormon, dan zat kimia lainnya yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Termasuk didalamnya adalah vitamin dan mineral.

2.1.2.2.1 Vitamin

Vitamin merupakan senyawa organik yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Hingga saat ini telah ditemukan sebanyak 13 jenis vitamin
yang diklasifikasikan berdasarkan kelarutannya yaitu larut dalam air dan tidak larut dalam air atau larut dalam lemak. Karakteristik yang
utama dari vitamin yaitu merupakan zat organik yang hanya diperlukan dalam jumlah kecil untuk metabolisme tubuh dan tidak dapat
diproduksi oleh tubuh, harus dihasilkan melalui makanan .1,2

2.1.2.2.2 Mineral

Mineral merupakan elemen anorganik yang banyak terdapat di alam, diklasifikasikan menjadi mineral mayor dan mineral minor.
Perbedaan dari kedua jenis mineral ini adalah dalam jumlah asupan sehari-hari. Mineral mayor diperlukan tubuh lebih dari 100 mg per
hari sedangkan mineral minor diperlukantubuh kurang dari 100 mg per hari. Yang termasuk kedalam mineral mayor adalah kalsium,
magnesium, fosfor, potassium (kalium), sodium (natrium), dan klorida. Sedangkan yang termasuk mineral minor adalah kromiun, copper,
iodium, besi, fluoride, mangan, selenium, dan seng (zinc). Iodium adalah elemen yang diperlukan dalam memproduksi hormon tiroid.
Iodium tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga kebutuhan iodium harus dipenuhi melalui makanan. Jika didalam tubuh tidak cukup
terdapat iodin, maka hormon tiroid tidak dapat diproduksi. Kekurangan iodium dapat mengakibatkan goiter, hipotiroid, dan retardasi

8
mental pada bayi dan anak-anak dengan ibu mengalami defisiensi iodine selama kehamilan .6

2.1.3 Status Gizi


Status gizi diartikan sebagai keadaan gizi seseorang yang diukur atau dinilai pada satu waktu.
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang
dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk
kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Komponen penilaian status gizi
meliputi asupan pangan, pemeriksaan biokimiawi, pemeriksaan klinis dan riwayat mengenai
kesehatan, pemeriksaan antropometris, dan data psikososial.
Anamnesis tentang asupan pangan merupakan tahap penilaian status gizi yang paling sulit.
Komponen anamnesis asupan pangan mencakup ingatan pangan 24 jam, kuesioner frekuensi
pangan, riwayat pangan, catatan pangan, pengamatan, dan konsumsi pangan keluarga.

a. Ingatan pangan 24 jam diartikan sebagai kegiatan mengingat kembali dan mencatat
jumlah serta jenis pangan dan minuman yang telah dikonsumsi selama 24 jam. Metode

ini merupakan metode pengumpulan data yang paling banyak dan paling mudah
digunakan.

b. Kuesioner frekuensi pangan (Food frequency Questionnaire/FFQ). Tujuan mengisi FFQ adalah melengkapi data yang tidak dapat
diperoleh melalui ingatan 24 jam. Data yang didapat dengan FFQ merupakan data frekuensi yakni beberapa kali sehari, seminggu,
atau sebulan. Pada umumnya FFQ digunakan untuk meranking orang berdasarkan besaran asupan zat gizi, tetapi tidak dirancang
untuk memperkirakan asupan secara absolut. Kelemahan cara ini adalah tidak dapat menghasilkan data kuantitatif tentang asupan

9
pangan karena pangan yang disantap tidak diukur dan pengisian kuesioner hanya mengandalkan ingatan.

c. Riwayat pangan (dietary history). Dengan cara ini data yang diperoleh akan lebih
lengkap. Keterangan yang didapat melalui metode ini adalah keadaan ekonomi,
kegiatan fisik, latar belakang etnis dan budaya, pola makan dan kehidupan rumah
tangga, nafsu makan, kesehatan gigi dan mulut, alergi makanan dan makanan yang
tidak disukai, keadaan saluran pencernaan, penyakit menahun, obat yang digunakan,
perubahan berat badan, serta masalah pangan dan gizi. Metode riwayat pangan ini
merupakan penerapan ketiga komponen anamnesis asupan pangan yaitu ingatan
pangan 24 jam, kuesioner frekuensi pangan, dan catatan pangan.

d. Catatan pangan (food records). Catatan pangan harus rinci termasuk bagaimana cara makanan dipersiapkan dan dimasak.

e. Pengamatan. Pengamatan langsung terhadap apa yang dimakan merupakan cara yang paling tepat, meskipun membutuhkan waktu
lebih lama dan biaya lebih tinggi. Cara ini cocok diterapkan pada pasien rawat inap di rumah sakit.

f. Konsumsi pangan keluarga. Cara ini meliputi kunjungan keluarga secara berkala
dengan mencatat jumlah, serta jenis bahan makanan yang dibeli dan mencatat lamanya
bahan tersebut habis. Cara ini lazim digunakan dalam penelitian survei.

Pemeriksaan klinis yang dilakukan dalam penilaian status gizi meliputi pemeriksaan fisik
secara menyeluruh, termasuk riwayat kesehatan. Bagian tubuh yang harus lebih diperhatikan
adalah kulit, gigi, gusi, bibir, lidah, mata, dan alat kelamin (khusus laki-laki.7

10
Pemeriksaan antropometris merupakan pemeriksaan yang berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Parameter pemeriksaan antropometris meliputi umur, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, dan jaringan lunak. Cara pemaparan
indikator antropometris meliputi persentase, persentil, dan z-skor atau simpangan baku
terhadap nilai median acuan. Sedangkan indeks antropometri yang sering digunakan yaitu
berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks antropometri ini berguna dalam pengklasifikasian
status gizi.21

Dalam menentukan klasifikasi status gizi diperlukan ukuran baku atau reference. Baku
antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS yaitu penggolongan
status gizi berdasarkan indikator BB/TB, BB/U, dan TB/U.21

2.2 Stunting
2.2.1 Definisi

Stunting atau malnutrisi kronik merupakan bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan. Definisi
lain menyebutkan bahwa pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada
indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang
merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Kategori
status gizi berdasarkan indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan

11
menurut umur (TB/U) anak umur 0-60 bulan dibagi menjadi sangat pendek, pendek normal
tinggi. Sangat pendek jika Z-score < -3 SD, pendek jika Z-score -3 SD sampai dengan -2 SD normal jika Z-score -2 SD sampai dengan 2 SD dan
tinggi jika Z-score > 2 SD. Seorang anak yang mengalami kekerdilan (stunted) sering terlihat seperti anak dengan tinggi badan yang normal,
namun sebenarnya mereka lebih pendek dari ukuran tinggi badan normal untuk anak seusianya. Stunting sudah dimulai sejak sebelum kelahiran
disebabkan karena gizi ibu selama kehamilan buruk, pola makan yang buruk, kualitas makanan juga buruk, dan intensitas frekuensi menderita
penyakit sering. Berdasarkan ukuran tinggi badan, seorang anak dikatakan stunted jika tinggi badan menurut umur kurang dari -2 z score
berdasarkan referensi internasional WHO-NCHS. Stunting menggambarkan kegagalan pertumbuhan yang terjadi dalam jangka waktu yang
lama, dan dihubungkan dengan penurunan kapasitas fisik dan psikis, penurunan pertumbuhan fisik, dan pencapaian di bidang pendidikan
rendah.23,24
2.2.2 Epidemiologi

Satu dari tiga anak di Negara berkembang dan miskin mengalami stunted, dengan jumlah
kejadian tertinggi berada di kawasan Asia Selatan yang mencapai 46 % disusul dengan
kawasan Afrika sebesar 38 %, sedangkan secara keseluruhan angka kejadian stunted di
Negara miskin dan berkembang mencapai 32 %. Stunting ini disebabkan oleh kurangnya
asupan makanan yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dan frekuensi menderita
penyakit infeksi. Akibat dari stunting ini meliputi perkembangan motorik yang lambat,
mengurangi fungsi kognitif, dan menurunkan daya berpikir.8

Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak berusia dibawah 5 tahun mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh
UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk kedalam 5 besar negara dengan jumlah anak di bawah 5 tahun yang mengalami stunting tinggi.
Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan angka kejadian stunting secara nasional sebesar 36,7 % yang berarti 1 dari 3 anak d ibawah 5 tahun

12
mengalami stunted. Meskipun telah terjadi penurunan angka kejadian stunting pada Riskesdas 2010 menjadi 35,7 %, namun di beberapa
Provinsi di Indonesia terutama di kawasan timur Indonesia menunjukkan peningkatan angka kejadian stunting.24

2.2.3 Penyebab Stunting

2.2.3.1 Pendidikan Ibu

Penelitian mengenai hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian stunting yang
dilakukan di Kenya memberikan hasil bahwa anak-anak yangdilahirkan dari ibu yang
berpendidikan beresiko lebih kecil untuk mengalami malnutrisi yang dimanifestasikan
sebagai wasting atau stunting daripada anak- anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak
berpendidikan. Hasil yang sama juga diperlihatkan dari hasil penelitian yang dilakukan di
Mesir, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, resiko anak yang dilahirkan stunted
semakin kecil. Glewwe (1999) menjelaskan mengenai mekanisme hubungan antara
pendidikan ibu dengan kesehatan anak. Glewwe berpendapat bahwa mekanisme hubungan
pendidikan ibu dengan kesehatan anak terdiri dari tiga yaitu pengetahuan tentang kesehatan, pendidikan formal yang diperoleh ibu dapat
memberikan pengetahuan atau informasi yang berhubungan dengan kesehatan; kemampuan melek huruf dan angka, kemampuan melek huruf
dan angka yang diperoleh dari pendidikan formal memberikan kemampuan kepada ibu dalam membaca masalah kesehatan yang dialami oleh
anak dan melakukan perawatan; dan pajanan terhadap kehidupan modern, pendidikan formal menjadikan ibu lebih dapat menerima pengobatan
mdern. Dalam masyarakat dimana proporsi ibu berpendidikan tinggi,
memungkinkan untuk menyediakan sanitasi yang lebih baik, pelayanan kesehatan dan saling berbagi pengetahuan, informasi mengenai

13
kesehatan. Grossman dan Kaestner (1997) juga mengatakan bahwa ibu yang berpendidikan akan lebih mudah menerima dan memproses
informasi kesehatan dibandingkan dengan ibu yang tidek berpendidikan18,19,20

2.2.3.2 ASI Eksklusif


ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI
saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan
tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4
bulan, namun rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Asssembly (WHA) dan
banyak Negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan
makanan tambahan sampai usia 6 bulan. Pemberian makanan padat atau tambahan yang terlalu dini dapat menggangu pemberian ASI eksklusif
serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Tidak ada bukti yang memperlihatkan bahwa pemberian makanan padat atau tambahan pada usia
4 atau 5 bulan lebih menguntungkan. 23,24

2.2.3.3 Usia Anak

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), umur adalah lama waktu hidup seja seseorang dilahirkan. Umur merupakan salah satu faktor
yang penting untuk menentukan jumlah asupan yang dikonsumsi anak, sehingga makanan yang dikonsumsi anak akan sesuai dengan usianya ,
tidak kekurangan dan kelebihan karena apabila anak mengkonsumsi makanan kurang dari jumlah yang seharusnya secara akumulatif, anak
tersebut bisa menjadi terlalu kurus atau bahkan sampai mengalami kekurangan energy protein (KEP), sementara apabila terlalu berlebihan, anak

14
akan menjadi kegemukan bahkan ada yang sampai mengalami obesitas. Semakin bertambah umur, kebturuhan zat gizi seseorang relatif lebih
rendah tiap kilogram berat badannya. 27

2.2.3.4 Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi seseorang dimana laki-laki lebih banyak membutuhkan
energy dan protein dibandingkan dengan perempuan karena diasumsikan anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan
perempuan.27

2.2.3.5 Imunisasi

Imunisasi merupakan suatu proses yang menjadikan seseorang kebal atau dapat melawan
terhadap penyakit infeksi. Pemberian imunisasi biasanya dalam bentuk vaksin. Vaksin
merangsang tubuh untuk membentuk sistem kekebalan yang digunakan untuk melawan
infeksi atau penyakit. Ketika tubuh kita diberi vaksin atau imunisasi, tubuh akan terpajan oleh
virus atau bakteri yang sudah dilemahkan atau dimatikan dalam jumlah yang sedikit dan
aman. Kemudian sistem kekebalan tubuh akan mengingat virus atau bakteri yang telah
dimasukkan dan melawan infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri tersebut ketika
menyerang tubuh kita di kemudian hari .13

15
2.2.3.6 Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Berat bayi lahir rendah (BBLR) diartikan sebagai berat bayi ketika lahir kurang dari 2500
gram dengan batas atas 2499 gram. (WHO). Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian
BBLR terutama yang berkaitan dengan ibu selama masa kehamilan. Berat badan ibu kurang
dari 50 kg, keluarga yang tidak harmonis termasuk didalamnya adalah kekerasan dalam
rumah tangga dan tidak adanya. dukungan dari keluarga selama masa kehamilan, gizi ibu
buruk terutama selama masa kehamilan, kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari
7 kg, infeksi kronik, tekanan darah tinggi selama kehamilan, kadar gula darah ibu tinggi
selama kehamilan, merokok, alcohol, dan genetic merupakan beberapa faktor penyebab
bayi yang dilahirkan BBLR.17

Berat bayi lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak
terjadi di Negara-negara miskin dan berkembang. Diperkirakan 15 % dari seluruh bayi yang
dilahirkan merupakan bayi dengan berat lahir rendah. Berat bayi lahir rendah erat kaitannya
dengan mortalitas dan morbiditas janin dan bayi, penghambat pertumbuhan dan
perkembangan kognitif dan penyakit kronik ketika menginjak usia dewasa seperti diabetes
tipe 2, hipertensi, dan jantung .14

Kelompok BBLR menunjukan angka kematian dan angka kesakitan yang tinggi. Prevalensi BBLR diperkirakan15% dari seluruh kelahiran di
dunia, dengan batasan 3.3% - 38% dan lebih sering di negara-negara berkembang atau sosio ekonomi rendah. Angka kejadian BBLR di
Indonesia sangat bervariasi. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007, secara keseluruhan prevalensi BBLR di Indonesia

16
sebesar 11.5%. Lima propinsi mempunyai prevalensi BBLR tertinggi adalah Propinsi Papua sebesar 27%, Papua Barat sebesar 23.8%, Nusa
Tenggara Timur sebesar 20.3%, Sumatra Selatan sebesar 19.5%, dan Kalimantan Barat sebesar 16.6%. Lima propinsi dengan prevalensi BBLR
terendah adalah Bali (5.8%), Sulawesi Barat (7.2 %), Jambi (7.5%), Riau (7.6%), dan Sulawesi Utara (7.9%). Berdasarkan laporan
kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008, jumlah kasus BBLR mencapai 2.94%.26

2.2.3.7 Asupan Makanan (Konsumsi Energi dan Protein)

Asupan makanan berkaitan dengan kandungan nutrisi (zat gizi) yang terkandung didalam
makanan yang dimakan. Dikenal dua jenis nutrisi yaitu makronutrisi dan mikronutrisi.
Makronutrisi merupakan nutrisi yang menyediakan kalori atau energi, diperlukan untuk
pertumbuhan, metabolisme, dan fungsi tubuh lainnya. Makronutrisi ini diperlukan tubuh
dalam jumlah yang besar, terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Nutrisi (zat gizi)
merupakan bagian yang penting dari kesehatan dan pertumbuhan. Nutrisi yang baik
berhubungan dengan peningkatan kesehatan bayi, anak-anak, dan ibu, sistem kekebalan yang
kuat, kehamilan dan kelahiran yang aman, resiko rendah terhadap penyakit tidak menular
seperti diabetes dan penyakit jantung, dan umur yang lebih panjang.11

Tanpa nutrisi yang baik akan mempercepat terjadinya stunting selama usia 6-18 bulan, ketika
seorang anak berada pada masa pertumbuhan yang cepat dan perkembangan otak hampir

17
mencapai 90 % dari ukuran otak ketika anak tersebut dewasa. Periode-periode ini merupakan
periode dimana mulai diperkenalkannya makanan pendamping ASI.15

2.2.3.8 Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa. Bakteri ini berupa batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Penyebab terjadinya penyakit tuberculosis. Penyebab terjadinya penyakit tuberculosis
adalah basil tuberculosis yang termasuk dalam genus Mycobacterium. Mycobacterium adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk
batang, non motil, habitatnya di tanah. Cara penularannya biasanya melalui udara yang tercemar dengan bakteri tersebut, lalu masuk kedalam
paru-paru dan dapat berkembang biak disana kemudian dapat menyebar melalui pembuluh darah dan kalenjar getah bening. Oleh sebab itu,
infeksi TBC dapat menginfeksi hamper seluruh organ tubuh seperti : paru-paru, otak,ginjal, saluran pencernaan, tulang, kalenjar getah bening,
dan lain-lain, meskipun organ yang paling sering terkena adalah bagian paru-paru. Diagnosa pasti untuk penyakit tuberculosis adalah dengan
ditemukannya kuman TBC dari bahan yang diambil dari penderita misalnya dahak,bilasan lambung,biopsy dan lain-lain. Tetapi pada anak hal ini
sulit dan jarang didapat. Sehingga sebagian besar diagnose TBC anak didasarkan pada gambaran klinis, gambaran rontgen dada,dan uji
tuberkulin.33

2.2.3.9 Diare kronis

Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekwensi lebih
dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, di sebut sebagai Diare Akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau
lebih, maka digolongkan pada Diare Kronik
Pada feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala ikutan dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, tenesmus, demam
dan tanda-tanda dehidrasi.30,31

18
Kemungkinan penyebab diare kronik sangat beragam, dan tidak selalu disebabkan kelainan pada usus. Di negara maju, sindrom usus iritatif dan
penyakit radang usus non spesifik (inflamatory bowel disease) merupakan penyebab utama diare kronik. Dinegara berkembang infeksi dan
parasit masih menjadi penyebab tersering. Diare kronis dapat terjadi pada kelainan endokrin, kelainan pankreas, kelainan hati, infeksi,
keganasan, dan sebagainya. Berdasarkan mekanisme patofisiologi yang mendasari terjadinya, diare kronis diklasifikasikan menjadi 3 golongan
yaitu: diare sekretorik, diare osmotik dan diare inflamasi. Klasifikasi lain ada juga yang membagi menjadi 3 jenis yaitu diare cair (watery
diarrhea), yang mencakup diare sekretorik dan diare osmotik, diare imflamasi dan diare berlemak (fatty diarrhea).31

2.2.3.10 Jumlah Anggota Keluarga

Menurut Hurlock (1990) dalam Sumarwan dkk (1996), keluarga besar adalah keluarga dengan jumlah anak lebih dari enam. Pada keluarga
dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak yang amat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah. Apabila pendapatan keluarganya
pas-pasan sedangkan jumlah anak pada keluarga tersebut banyak, maka pemerataan dan kecukupan makanan didalam keluarga kurang bisa
dijamin.
Menurut Suhardjo (1986) dalam Salimar dkk (2009) besar keluarga sangat penting apabila dilihat dari terbatasnya bahan makanan yang tersedia
terutama pada keluarga yang berpendapatan rendah. Jika anggota keluarga bertambah, biasanya konsumsi pangan hewani akan berkurang dan
bahan makanan pokok akan diganti dengan makanan pokok lain yang lebih murah atau dapat pula berkurang sehingga asupan energy dan protein
setiap anggota keluarga juga akan berkurang. Menurut Srimuljati dkk pada data SKRT 2004 dikemukan bahwa pada balita urutan kelahiran ke
delapan atau lebih ditemukan sebanyak 62,5% mengalami hambatan pencapaian pertumbuhan. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas pengasuhan
dan status ekonomi.27

2.2.3.11 Pengeluaran Rumah Tangga untuk Makanan

19
Pengeluaran keluarga merupakan salah satu indikator kesejahteraan
keluarga yang berimplikasi terhadap kemampuan pemenuhan kebutuhan pangan dan nonpangan anggota keluarga .28 Kemampuan keluarga
untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri serta
tingkat pengelolaan sumberdaya lahan dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas, besar kemungkinan kurang dapat memenuhi
kebutuhan makanannya sesuai yang diperlukan tubuh. Setidaknya kurangnya keanekaragaman bahan makanan memang pasti terjadi
pada kelompok keluarga dengan pendapatan terbatas, karena dengan pendapatan yang terbatas, terbatas pula kemampuan daya belinya serta
tidak banyak pilihan dalam membeli bahan pangan.Dalam hal pengeluaran keluarga terhadap pangan, tingkat pendidikan berhubungan
dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan
daya beli makanan .28 Menurut Suhardjo(2003), keluarga yang termasuk dalam kategori berpendapatan terbatas menggunakan
sebagian besar dari pendapatan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan untuk keluarga. 29 Di Negara berkembang dengan
populasi rumah tangga lebih banyak rumah tangga berpendapatan rendah sebagian besar pengeluaran rumah tangganya dialokasikan untuk
29
makanan.

2.2.3.12 Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau
jasa manusia bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota
rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji atau
upah usaha rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang dapat diukur dengan
menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tanggaselama jangka waktu
tertentu. (Samuelson
dan Nordhaus, 2002). 32
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan

20
maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga
masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli
faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor
produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan
permintaan. 32

2.2.3.13 Tinggi badan/Panjang Badan menurut umur

Tinggi badan memberikan gambaran pertumbuhan tulang yang sejalan dengan pertambahan umur. Berbeda dengan berat badan, maka tinggi
badan tidak banyak terpengaruh oleh keadaan yang mendadak. Tinggi badan pada suatu waktu merupakan hasil pertumbuhan secara komulatif
semenjak lahir, dan karena itu memberikan gambaran riwayat status gizi masa lalu. Indeks TB/U juga sangat tergantung pada ketepatan umur.35
Ukuran Tinggi Badan digunakan untuk anak umur diatas 24bulan yang diukur berdiri. Bila anak berumur lebih dari 24 bulan diukur terlentang,
maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm. Sedangkan Panjang badan digunakan untuk anak umur 0- 24 bulan yang
diukur terlentang. Bila anak umur 0-24 bulan diukur berdiri maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm. Menurut WHO
(Z score) bila Tinggi badan atau panjang badan menurut umur <-3 SD maka dikategorikan sangat pendek, -3 SD sampai dengan <-2 SD
dikategorikan pendek, -2 SD sampai dengan 2 SD dikategorikan normal, dan bila > 2 SD maka dikategorikan Tinggi. 34

21
BAB III

A. KERANGKA KONSEP

FAKTOR ORANGTUA:

Pendidikan ibu

Penghasilan
FAKTOR ANAK:
Pengeluaran Rumah
Usia
tangga
Jenis kelamin
Jumlah anggota
keluarga ASI eksklusif
Pemberian
STUNTING
Diare kronis

TB 22

Imunisasi
Asupan makanan (energi
dan protein)

B. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel Terikat
Stunting pada balita usia 0-59 bulan

2. Variabel Bebas

a. Pola Asuh Orang Tua


Pola asuh orang tua terhadap pemberian makanan pada balita 0-59

C. DEFINISI OPERASIONAL
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Referensi

Pola Asuh Orang Ukuran posisi tubuh Tinggi badan Diukur dengan Dikategorikan Ordinal CDC. 2000 CDC
Tua berdiri (vertikal) diukur dengan membandingkan Growth Charts for the
1. Kurang
dengan kaki meteran tinggi badan United States: Methods
2. Normal
menempel pada (stature meter) responden dengan and Development.Vital
3. Lebih
lantai, posisi kepala tinggi badan ideal and Health Statistics
dan leher tegak, berdasarkan umur [serial on the internet].

23
pandangan rata rata responden sesuai 2002;11(246):1-28.
air, dada dengan CDC. Available from:
dibusungkan, perut http://www.cdc.gov/nc
datar dan tarik nafas hs/data/series/sr_11/sr1
beberapa saat. 1_246.pdf

Status pendidikan Kuesioner kode 1 = Tidak


Pendidikan ibu formal tertinggi Riskesdas Menggabungkan Ordinal Ritkesdas 2010
pernah sekolah.
yang telah 2010 No. beberapa jenjang
ditamatkan oleh RKD10.RT.IV. Kode 2 = Tidak http://www.riskesdas.lit
pendidikan yang
ibu responden kolom 8. tamat SD. bang.depkes.go.id/201
setara ke dalam
Termasuk tidak 0/download/pedoman/P
satu kelompok
tamat Madrasah ed_Kues_RKD10.pdf
Ibtidaiyah (MI).
Kode 3 = Tamat
SD. Termasuk
tamat Madrasah
Ibtidaiyah/ Paket
A dan tidak
tamat SLTP/
MTs.
Kode 4 = Tamat
SLTP. Termasuk
tamat Madrasah
Tsanawiyah
(MTs)/ Paket B
dan tidak tamat
SLTA/ MA.
Kode 5 = Tamat
SLTA. Termasuk
tamat Madrasah
Aliyah (MA)/

24
Paket C
Kode 6 = Tamat
D1, D2, D3, atau
mahasiswa strata
1 drop-out.
Kode 7 = Tamat
Perguruan
Tinggi. Termasuk
tamat Strata-1,
Strata-2, Strata-3.
Banyaknya anggota Kuesioner Observasi data 0= kecil, jika ≤
Jumlah Anggota keluarga dalam Riskesdas 4 orang ordinal Ritkesdas 2010
Keluarga satu rumah 2010 No. Riskesdas 2010 1= besar jika > 4
termasuk kepala RKD10.RT.II.2 orang http://www.riskesdas.lit
rumah Kolom 2 bang.depkes.go.id/201
tangga dan 0/download/pedoman/P
pembantu yang (BKKBN, 2010) ed_Kues_RKD10.pdf
menjadi
tanggung jawab
kepala keluarga
(Riskesdas, 2010)
Pengeluaran Besarnya Kuesioner Observasi data 0 = Tinggi, > Ordinal
Rumah Tangga pengeluaran rumah Riskesdas Riskesdas 2010 Rp.994.286,- Ritkesdas 2010
tangga 2010 No. dari total http://www.riskesdas.lit
untuk Makanan yang dikeluarkan RKD10.RT.VII pengeluaran bang.depkes.go.id/201
untuk makanan A rumah tangga 0/download/pedoman/P
dalam satu bulan kolom 2. untuk ed_Kues_RKD10.pdf
(rupiah). Terhadap makanan
total pendapatan 1 = Rendah, ≤
keluarga dalam satu Rp.994.286,-
bulan (rupiah) dari total
pengeluaran
rumah tangga
untuk
makanan (BPS,
2008)
Pendapatan Biaya yang kuesioner Pendapatan rumah pendapatan Nominal www.hukumonline.co

25
rumah tangga digunakan untuk tangga dilihat rendah m/klinik/detail/lt51090
konsumsi semua dengan cara <2.200.000 d37c8d4b/ump-jakarta-
anggota rumah membandingkan 2013-dan-komponen-
tangga selama pendapatan pendapatan upah-minimum
sebulan, baik yang perkapita masing – tinggi >2.200.000
berasal dari masing rumah
pemberian, tangga
pembelian, maupun dibandingkan
produksi sendiri dengan median
dibagi dengan jumlah dari pendapatan
seluruh rumah tangga perkapita tersebut,
dalam rumah tangga pendapatan tinggi
tersebut jika ≥ median,
pendapatan rendah
jika < median

ASI eksklusif Air susu ibu yang Kuesioner ASI eksklusif jika ASI tidak Nominal Ritkesdas 2010
diberikan kepada responden eksklusif http://www.riskesdas.lit
Ritkesdas 2010
bayi lahir sampai diberikan ASI dan bang.depkes.go.id/201
bayi berusia 6 bulan No. tidak diberikan ASI eksklusif 0/download/pedoman/P
tanpa diberikan makanan lain ed_Kues_RKD10.pdf
RKD10.IND
makanan dan selama 6 bulan
minuman lain VIII

Usia atau lama waktu Kuesioner Observasi data 0 = 24 - 36 bulan


Umur hidup responden Riskesdas 1 = 37 - 59 bulan Ordinal Ritkesdas 2010
dihitung dalam 2010 No. Riskesdas 2010 (Klasifikasi umur http://www.riskesdas.lit
bulan sejak lahir RKD10.RT.IV dalam AKG, bang.depkes.go.id/201
sampai ulang bulan kolom 7. 2004) 0/download/pedoman/P
terakhir

26
ed_Kues_RKD10.pdf
Identitas yang Kuesioner Observasi data 0 = perempuan
Jenis Kelamin dibedakan secara Riskesdas Nominal Ritkesdas 2010
fisik berdasarkan 2010 No. Riskesdas 2010 1 = laki - laki
organ genitalia KD10.RT.IV http://www.riskesdas.lit
eksternal bang.depkes.go.id/201
kolom 4. 0/download/pedoman/P
ed_Kues_RKD10.pdf

IDAI. Jadwal
Imunisasi dasar Pemberian imunisasi kuesioner Imunisasi dasar tidak menerima nominal
Imunisasi Anak Umur
awal untuk mencapai diukur terhadap imuniasasi dasar
0-18 Tahun.
kadar kekebalan responden yang
menerima Rekomendasi Ikatan
diatas ambang berumur 9 bulan
imunisasi dasar Dokter Anak
perlindungan, ke atas dengan
Indonesia. 2011.
meliputi hepatitis B, memperhatikan
Available from:
BCG, polio, DPT, apakah responden
http://idai.or.id/wp-
dan campak menerima kelima
content/uploads/2013/0
jenis imunisasi
2/Jadwal_Imunisasi_ID
dasar
AI2011.pdf . Accessed
on: September, 26th
2013.

Tuberkulosis adalah Apakah [NAMA]


TB Kuesioner Ya atau Tidak nominal Ritkesdas 2010
penyakit infeksi yang pernah didiagnosis
disebabkan oleh ritkesdas 2010 menderita TB Paru http://www.riskesdas.lit
bakteri melalui bang.depkes.go.id/201
NO. RKD 10.
Mycobacterium pemeriksaan dahak 0/download/pedoman/P
IND. VIII dan/atau foto paru, ed_Kues_RKD10.pdf
tuberculosis (Mtb)
oleh tenaga
yang termasuk ke
kesehatan (dokter/
dalam jenis bakteri

27
tahan asam perawat/ bidan)?

Diare atau mencret Library.usu.ac.id/down


Diare kronis kuesioner Apakah pernah Ada diare kronis nominal
didefinisikan sebagai load/fk/penydalam-
menderita diare atau tidak
buang air besar umar4.pdf
yang
dengan feses yang Accessed on:
berkepanjangan
tidak berbentuk Desember, 9th 2013
lebih dari minggu
(unformed stools) atau lebih?
atau cair dengan
frekwensi lebih dari 3
kali dalam 24 jam
yang berlangsung
lebih dari 2 minggu
atau lebih.
Jumlah konsumsi Kuesioner Observasi data 0 = Cukup, Ordinal
Asupan Energi energi total dari Riskesdas Riskesdas 2010 konsumsi energi Ritkesdas 2010
Total makanan dalam 2010 No. ≥ 80% AKG http://www.riskesdas.lit
kkal/hari kemudian RKD 1 = Kurang, bang.depkes.go.id/201
dibandingkan 10.RT.IX. konsumsi energi 0/download/pedoman/P
dengan angka < 80% AKG ed_Kues_RKD10.pdf
kecukupan energi (WNPG, 2004)
yang dianjurkan
menurut umur.
WHO
Berat Bayi Lahir Berat Bayi saat Lahir Kuesioner BBLR diukur BBLR Nominal
http://www.who.int/ceh
Rendah kurang dari 2500 dengan cara
tidak BBLR /indicators/iugrnewbor
gram menanyakan pada
n.pdf, accessed on Dec
ibu berapa berat
7th, 2013
lahir anak

28
29
D. Hipotesis

BAB IV METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2010. Desain yang digunakan dalam
penelitian ini sesuai dengan desain Riskesdas 2010 yaitu cross sectional.
Variabel independen dan dependen diukur pada saat bersamaan pada waktu
Riskesdas berlangsung.

30
B. Alur Penelitian

C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan November 2013 – Desember 2013.

E. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi Penelitian
Populasi terjangkau adalah seluruh balita ( < 5 tahun ) di Kelurahan Manggarai
periode November 2013 – Desember 2013 sebanyak 804 orang dengan subjek
penelitian adalah seluruh balita yang termasuk ke dalam populasi terjangkau dan
memenuhi kriteria penelitian 211 orang.

2. Sampel Penelitian

3. Jumlah dan Besar sampel


Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
rumus.

Rumus populasi infinit:


No = Zα2 x P x Q
d2
Zα = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96
P = Prevalensi kelompok balita yang stunting = 24.5%*
Q = Prevalensi/proporsi yang tidak mengalami peristiwa yang diteliti = 1 –
0.245 = 0.755
d = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10% adalah 0.05
No = (1.96)2 x 0.245 x 0.755= 284.24~ pembulatan285
(0.05)2
*Data balita yang mengalami stunting 2013

Rumus populasi finit:


n = n0
(1 + n0/N)
n = Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit.
n0 = Besar sampel dari populasi yang infinit

31
N = Besar sampel populasi finit
Karena jumlah seluruh balita di Kelurahan Manggarai selama periode 2013-2014
berjumlah 804 orang maka:
n = 285
(1 + 285/804)

= 211 anak

4. Teknik Sampling

F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data yang dikumpulkan

2. Metode Pegumpulan data

3. Instrumen Pengumpulan Data

G. Penelolaan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

2. Teknik Analisa data

H. Etika Penelitian

1. Autonomy/menghomati harkat dan martabat

2. Confidentiality/Kerahasiaan

3. Justice/Keadilan

4. Beneficience dan non maleficience

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder, data primer
didapatkan secara langsung dari responden atau sampel penelitian dengan cara menjawab
kuesioner yang diberikan. Data sekunder didapatkan dari data jumlah anak di bawah 5

32
tahun yang terdapat di wilayah Kelurahan Manggarai selama bulan November 2013 –
Desember 2013.

5Skema 4.4.1 Cara Pengambilan Sampel

Populasi anak < 5 th di


Kelurahan Manggarai
November - Desember 2013
sebanyak 804 anak

Dilakukan pemilihan sampel


berdasarkan cluster sample
dari RW 1-14

RW 1 RW 2 RW 3 RW 4 RW 5 RW 6 RW 7 RW 8 RW 9 RW 10 RW 11 RW 12 RW 13 RW 14

RW 4 RW 6 RW 8 RW 10 RW 12

Responden di wawancara
dan di berikan kuesioner

Didapatkan sample sejumlah


211 orang
33
4.2 INSTRUMEN PENELITIAN

No. INSTRUMEN FUNGSI RUJUKAN


INSTRUMEN
1. Timbangan Untuk CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States:
injak mengetahui Methods and Development.Vital and Health Statistics
berat badan [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available
from:
http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf

2. Stature meter Untuk CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States:
mengetahui Methods and Development.Vital and Health Statistics
tinggi badan [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available
from:
http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf

3. Grafik CDC Untuk CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States:
mengetahui Methods and Development.Vital and Health Statistics
status gizi [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available
from:
http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf

4. Jadwal Untuk IDAI. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun.


imunisasi mengetahui Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011.
kelengkapan Available from: http://idai.or.id/wp-
imunisasi content/uploads/2013/02/Jadwal_Imunisasi_IDAI2011.pdf
dasar . Accessed on: September, 26th 2013.

4.6 CARA PENGOLAHAN DATA


3.1 Data entry

Setelah data di peroleh maka dilakukan pengolahan dengan tahapan sebagai berikut

1. Editing
Memeriksa kelengkapan data yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara
2. Koding
Memberi Kode pada masing-masing jawaban untuk dilakukan pengolahan data
3. Entri Data
Pemindahan data ke dalam media komputer agar di peroleh data masukan yang
siap diolah
3.2 Analisa data

34
a. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi dan
persentase pada variabel – variabel yang diteliti.
b. Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas
dengan variabel tergantung. Dalam analisis ini, dilakukan uji statistik Chi-square, bila
syarat Chi-squaretidak terpenuhi maka menggunakan uji Fisher untuk tabel 2x2 dan
Kolmogorov-Smirnovuntuk tabel selain 2x2 sehingga dapat diketahui ada tidaknya
hubungan antara variabel.Semua analisa dilakukan dengan menggunakan program
SPSS Statistics 20.0.

4.6.3 Penyajian data


Data yang telah terkumpul dan diolah akan disajikan dalam bentuk :
Narasi : Penyajian adta hasil penelitian menggunakan kalimat
Tabular : Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel
Tekstular : Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat

4.7 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN


Waktu Dalam Minggu
Tahapan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A Perencanaan
1 Orientasi dan Identifikasi Masalah

35
2 Pemilihan Topik
3 Penelurusan kepustakaan
4 Pembuatan Proposal
5 Konsultasi dengan pembimbing
6 Pembuatan questionnaire
7 Presentasi Proposal
B Pelaksanaan
1 Ujicoba questionnaire
2 Pengumpulan data dan Survey
3 Pengolahan data
4 Analisis data
5 Konsultasi dengan Pembimbing
C Pelaporan Hasil
1 Penulisan laporan sementara
2 Diskusi
3 Presentasi hasil laporan sementara
4 Revisi
Presentasi Hasil akhir
5 (puskesmas dan trisakti)
6 Penulisan laporan akhir

4.8 ORGANISASI PENELITIAN


1. Pembimbing dari Kedokteran Universitas Trisakti
Dr. Novia IS, M.Epid
2. Pembimbing Puskesmas Kecamatan Tebet
Dr.Vera
3. Penyusun dan Pelaksana Penelitian
Arina Mana Sikana
Ines Damayanti Octaviani
Yasmine Marella

36
Daftar Pustaka

Kemenkes RI. (2018). Cegah stunting dengan perbaikan pola makan, pola asuh dan
sanitasi (2), (2), 10–11.

Rahmayana, Ibrahim, I. A., & Damayanti, D. S. (2014). Hubungan Asupan Zat Gizi Dan
Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Stunting Anak Usia 24-59 Bulan Di Posyandu
Asoka Ii Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Makassar, XVIII(2), 70–77.
https://doi.org/10.9734/EJNFS/2015/20911

World Health Organization. (2017). Status of the health-related SDGs. Geneva: World
Health Organization, 29–35. https://doi.org/ISBN 978-92-4-156548-6

World Health Organization. (2018). REDUCING STUNTING IN CHILDREND.

37

Anda mungkin juga menyukai