Anda di halaman 1dari 162

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEHAMILAN

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin

mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Masa

kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama kehamilan

mulai dari ovulasi sampai partus. Kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak

lebih dari 300 hari (42 minggu).11

b. Tanda-Tanda Kehamilan Trimester III

Tanda – tanda kehamilan ada 3 sebagai berikut :

1) Tanda Persumtif / tanda tidak pasti

Tanda persumtif / tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan yang

dirasakan oleh ibu (subjektif) yang timbul selama kehamilan. Yang tidak

termasuk tanda persumtif / tanda tidak pasti hamil sebagai berikut :

a) Amenorhoe (tidak dapat haid)

Pada wanita yang sehat dan haid yang teratur, amenorhoe menandakan

kemungkinan kehamilan. Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita

hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid

terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan tafsiran tanggal

persalinan dengan memakai rumus dari naegle. Kadang-kadang amenorhoe

7
disebabkan oleh hal-hal lain. Diantaranya penyakit berat seperti TBC,thypus,

anemia atau karena pengaruh psikis.

b) Nausea (enek) dan emesis (muntah)

Enek terjadi umumnnya pada bulan-bulan pertama kehamilan sampai

akhir triwulan ertama disertai kadang-kadang oleh muntah. Sering terjadi

pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut morning

sickness. Dalam batas tertentu keadaan ini masih fisiologis, namun bila

terlampau sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut

hiperemesis gravidarum.

c) Mengidam

Sering terjadi pada bulan-bulan pertama dan menghilang dengan makin

tuannya kehamilan.

d) Mamae menjadi tegang dan membesar

Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang

merangsang duktus dan alveoli pada mamae, sehingga glabdula montglomery

tampak lebih jelas.

e) Anoreksia (tidak ada nafsu makan)

Terjadi pada bulan-bulan pertama tetapi setelah itu nafsu makan akan

timbul lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makan untuk

“dua orang” sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan tuannya

kehamilan.

f) Sering kencing

8
Terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama kehamilan

tertekan oleh uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir

triwulan gejala bisa timbul kembali karena janin mulai masuk ke rongga

panggul dan menekan kembali kandung kencing.

g) Obstipasi

Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh

hormon steroid.

h) Pigmentasi kulit

Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi,hidung, dan dahi

kadang-kadang deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai cloasma

gravidarum (topeng kehamilan). Aerola mamae juga menjadi lebih hitam

karena didapatkan deposit pigmen yang berlebihan. Daerah leher menjadi

lebih hitam dan linea alba. Hal ini terjadi karena pengaruh hormon kortiko

steroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.

i) Varises

Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat pada daerah genitalia

eksterna,fossa poplitea, kaki , dan betis. Pada multigravida kadang-kadang

varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu, kemudian timbul kembali

pada triwulan pertama. Kadang-kadang timbulnya carises merupakan gejala

pertama kehamilan muda.

2) Tanda Kemungkinan Hamil

Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan-perubahan yang

diobservasi oleh pemeriksa (bersifat oobjektif), namun berupa dugaan

9
kehamilan saja. Makin banyak tanda-tanda yang mungkin kita dapati, makin

besar kemungkinan kehamilan.

Yang termasuk tanda kemungkinan hamil yaitu :

a) Uterus Membesar

Terjadi perubahan bentuk, besar, dan konsistensi rahim, pada

pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin lama

makin bundar dan bentuknya.

b) Tanda Hegar

Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak,terutama

daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi

seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan

ismus menjadi panjang dan lebih lunak. Sehingga kalau kita letakkan 2 jari

dalam fornix posterior dan tangan satunya pada dinding perut diatas simpisis

maka ismus ini tidak teraba seolah-olah korpus uteri sama sekali terpisah dari

uterus.

c) Tanda chadwick

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak

lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Warna porsio pun tampak livide.

Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.

d) Tanda piscaseck

Uterus mengalami pembesaran. Kadang-kadang pembesaran tidak rata

tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan

uterus membesar ke salah satu jurusan pembesaran tersebut.

10
e) Tanda Braxton hicks

Bila uterus dirangsang akan mudah berkontraksi. Waktu palpasi atau

pemeriksaan dalam uterus yang tadinya lunak akan menjadi keras karena

berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa kehamilan.

f) Goodel Sign

Diluar kehamilan konsistensi serviks keras, kerasnya seperti kita merasa

ujung hidung, dalam kehamilan serviks menjadi lunak pada perabaan selunak

bibir atau ujung bawah daun telinga.

g) Reaksi kehamilan positif

Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic

gonadtropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari.

Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini

mungkin.

3) Tanda Pasti Hamil

Tanda pasti adalah tanda-tanda objektif yang didapatkan oleh

pemeriksan yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada

kehamilan.

Yang termasuk tanda pasti kehamilan yaitu :

a) Terasa gerakan janin

Gerakan janin pada primigravida, dapat dirasakan oleh ibunya pada

kehamilan 18 minggu. Sedangkan pada multigravida pada kehamilan 16

minggu karena telah berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Pada bulan IV

11
dan V janin itu kecil jika dibandingkan dengan banyaknya air ketuban, maka

kalau rahim didorong atau digoyangkan, maka anak melenting didalam

rahim, ballotement ini dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar maupun

dnegan jari yang melakukan pemeriksaan dalam. Ballotement diluar rahim

dapat ditimbulkan oleh tumor-tumor bertangkai dalam acites seperti fibroma

ovarii. Karena seluruh badan janin yang melenting maka ballotement

semacam ini disebut ballotement intoto untuk membedakan dengan

ballotement yang ditimbulkan oleh kepala saja pada kehamilan yang lebih

tua.

b) Teraba bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksa

dengan cara palpasi menurut leopold pada akhir trimester kedua.

c) Denyut jantung janin

Denyut jantung janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksaan

dengan menggunakan : fetal elektrocardiograph pada kehamilan 12 minggu,

sistem doppler pada kehamilan 12 minggu, stetoskop laenec pada kehamilan

18-20 minggu.

d) Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen.

e) Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa ukuran

kantong janin, panjangnya janin, dan diameter biparetalis hingga dapat

diperkirakan tuannya kehamilan.12

c. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada ibu hamil Trimester III

1) Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan Trimester III

12
a) Sistem Reproduksi

(1)Vagina dan Vulva

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan

persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan

,eningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat, hipertropi sel

otot polos. Perubahan ini mengekibatkan bertambah panjangnya dinding

vagina.

(2)Serviks Uteri

Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan lebih lanjut

dari konsentrasi kolagen. Konsentrasi nya menurun secara nyata dari keadaan

yang relatif dilusi dalam keadaan menyebar (dispersi). Proses perbaikan

serviks terjadi setelah persalinan sehingga siklus kehamilan yang berikutnya

akan berulang.

(3)Uterus

Pada akhir kehamilan uterus akan terus membesar dalam rongga pelvis

dan seiring perkembangannya uterus akan menyentuh dinding abdomen,

mendorong usus kesamping dan keatas, terus tumbuh hingga menyentuh hati.

Pada saat pertumbuhan uterus akan berotasi kearah kanan, dekstrorotasi ini

disebabkan oleh adanya rektosigmoid didaerah kiri pelvis.

(4)Ovarium

Pada trimester III korpus luteum sudah tidak berfungsi lagi karena telah

digantikan plasenta yang telah terbentuk.

b) Sistem Payudara

13
Pada Trimester III pertumbuhan kelenjar mamae membuat ukuran

payudara semakin meningkat. Pada kehamilan 32 minggu warna cairan agak

putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai

anak lahir, cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning, dan banyak

mengandung lemak. Cairan ini disebut kolostrum.

c) Sistem Endokrin

Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat

persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi.

Pengaturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat dengan magnesium,

fosfat, hormon tiroid, vitamin D dan kalsium. Adanya gangguan pada salah

satu faktor itu akan menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Konsentrasi

plasma hormon paratiroid akan menurun pada trimester pertama dan

kemudian akan meningkat secara progresif. Aksi penting dari hormon

paratiroid ini adalah untuk memasok janin dengan kalsium yang adekuat.

Selain itu, juga diketahui mempunyai peran dalam produksi peptida pada

janin, palsenta, dan ibu.

d) Sistem Perkemihan

Pada kehamilan kepala janin mulai turun ke PAP, keluhan sering BAK

akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kembali. Pada

kehamilan tahap lanjut pelvis kanan, dan ureter lebih berdilatasi dari pelvis

kiri akibat pergeseran uterus yang berat kekanan. Perubahn-perubahan ini

membuat pelvis dan ureter mampu menampung urin dalam volume yang

lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urin.

14
e) Sistem Pencernaan

Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang

meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya tekanann

uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam

perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, kearah atas dan lateral.

f) Sistem Muskuloskeletal

Sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit bergerak. Perubahan tubuh

secara bertahan dan peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan

cara berjalan wanita berubah secara menyolok. Peningkatan distensi abdomen

yang membuat panggul miring kedepan, penurunan tonus otot dan

peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan

penyusuaian ulang. Pusat gravitasi wanita bergeser kedepan.

g) Sistem Kardiovaskular

Selama kehamilan jumlah leukosit meningkat yakni berkisar anatara

5000-12000 dan mencapai puncaknya pada saat persalinn dan masa nifas

berkisar 14000-16000. Penyebab peningkatan ini belum dikethui. Respon

yang sama diketahui terjadi selama dan setelah melakukan latihan yang berat.

Distribusi tipe sel juga akan mengalami perubahan. Pada kehamilan, terutama

trimester ke 3, terjadi peningkatan jumlah granulosit dan limfosit dan secara

bersamaan limpfosit dan monosit.

h) Sistem Integumen

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara

15
dan paha perubahan ini dikenal dengan striae gravidarum. Pada multipara

selain striae kemerahan itu sering kali ditemukan berwarna perak berkilau

yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya. Pada kebanyakan perempuan

kulit digaris pertengahan perut akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang

disebut linea nugra. Kadang-kadang muncul noda kehitaman pada wajah dan

leher yang disebut dengan cloasma atau malesma gravidarum, selain itu pada

areola dan daerah genitalia juga akan terlihat pigmentasi yangberlebihan.

Pigmentasi yang berlebihan biasanya akan hilang setelah persalinan.

i) Sistem Metabolisme

Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi. BMR

meningkat hingga 15-20% yang umunya terjadi pada triwulan terakhir. Akan

tetapi bila dibutuhkan lemak ibu digunakan untuk mendapat kalori dalam

pekerjaan sehari-hari. BMR kembalia setelah hari ke 5 atau ke 6 pasca

partum. Peningkatan BMR mencerminkan kebutuhan oksigen pada janin,

plasenta, uterus serta peningkatan konsumsi oksigen akibat peningkatan

kerjad jantung ibu. Pada tahap awal kehamilan banyak wanita mengeluh

merasa lemah dan letih setelah melakukan aktivitas ringan. Dengan terjadi

kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana

kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan

memberikan ASI.perubahan metabolisme adalah metabolisme basal naik

sebesar 15-20% dari awal kehamilan, terutama pada trimester ke III.

16
(1)Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq perliter

menajdi 145 mEq perliter disebabkan hemodulasi sarah dan kebutuhan

mineral yang dibutuhkan janin.

(2)Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan janin dan persiapan

laktasi . dalam makanan diperlukan protein tinggi ½ gr/kg BB atau sebutir

telur ayam sehari.

(3)Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.

(4)Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil meliputi:

(a) Um 1,5 gr setiap hari, 30-40 gr untuk pembentukkan tulang janin

(b)Fosfor rata-rata 2 gr dalam sehari

(c) Zat besi, 800 mgr atau 30-50 mgr sehari

j) Sistem Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh

Kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg dan sampai akhir kehamilan 11-12

kg. Cara yang pakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi badan

adalah dengan menggunakan indeks masa tubuh, yaitu dengan rumus berat

badan dibagi tinggi badan pangkat dua.

k) Sistem Darah dan Pembekuan Darah

(1)Sistem Darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan

interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat

unsur-unsur padat, sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira 5

17
liter. Sekitar 55% nya adalah cairan sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel

darah. Susunan darah terdiri dari air 91,0%, protein 8,0% dan mineral 0,9%.

(2)Pembekuan Darah

Pembekuan darah adalah proses yang majemuk dan berbagai faktor

diperlukan untuk melaksanakan pembekuan dara sebagaimana telah

diterangkan.

Trombin adalah alat dalam mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin.

Trombin tidak ada dalam darah normal yang masih dalam pembuluh. Tetapi

yang ada adalah zat pendahulunya, protombin yang kemudian diubah menjadi

zat aktif trombin oleh kerja trombokinase. Trombokinase atau

trombokiplastin adalah zat penggerak yang dilepaskan kedarah ditempat yang

luka.

Diduga terutama tromboplastin terbentuk karena terjadi kerusakan pada

trombosit, yang selama ada garam kalsium darah, akan mengubah protombin

menjadi trombin sehingga terjadi pembekuan darah.

l) Sistem Persyarafan

(1)Kompresi saraf panggul atau statis vaskular akibat pembesaran uterus dapat

menyebabkan perubahan sensori tungkai bawah.

(2)Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyri akibat tarikan pada saraf atau

kompresi akar saraf.

(3)Edema yang melibatkan saraf periver dapat menyebabkan carpal tunnel

syndrome selama trimester akhir kehamilan. Edema menekan saraf median

bagian bawah ligamentum kerpalis pergelangan tangan. Sindrom ini ditandai

18
dengan parestesia (sensasi abnormal seperti rasa terbakar atau gatal akibat

gangguan pasa saraf sensori) dan nyeri pada tangan yang menjalar kesiku.

(4)Akroestesia (gatal ditangan) yang timbul akibat posisi bahu yang

membungkuk, dirasakan pada beberapa wanita selama hamil. Kedaan ini

berkaitan dengan tarikan pada segmen fleksus drakialis.

(5)Nyeri kepal akibat ketegangan umum timbul pada saat ibu merasa cemas dan

tidak pasti tentang kehamilannya. Nyeri kepala dapa juga dihubungkan

dengan gangguan penglihatan, seperti kesalahan refraksi, sinusitis atau

migran.

m) Sistem Pernapasan

Pada minggu ke 32 keatas karena usus-usus tertekan uterus yang

membesar kearah diagfragma sehingga diagfragma kurang leluasa untuk

bergerak mengakibatkan wanita hamil kesulitan bernafas. (suryati romauli,

2011)

2) Perubahan Psikologis Pada Kehamilan Trimester 3

a) Rasa tidak nyaman timbul kembali

b) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak hadir tepat waktu

c) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,

khawatir akan keselamatan

d) Kahawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang

mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya

e) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya

f) Merasa kehilangan perhatian

19
g) Perasaan mudah terluka (sensitif)

h) Libido menurun 13

d. Tanda bahaya dalam kehamilan Trimester III

1) Bengkak Pada Odema Muka Atau Tangan

Sebagian ibu hamil mengalami bengkak / odema yang normal pada

kaki,biasanya muncul pada sore hari atau hilang setelah istirahat atau

menaikan kaki lebih tinggi. Bengkak bisa menyembakan adanya tanda serius

jika muncul pada muka atau tangan, tidak hilang setelah istirahat dan akan

diikuti dengan keluhan fisik lainnya.Hal ini bisa merupakan gejala

anemia,gagal jantung atau preeklasmsia.

2) Nyeri Abdomen Yang Hebat

Nyeri abdomen yang tidak ada berhubungan dengan persalinan adalah

tidak normal. Nyeri abdomen yang dapat mengancam jiwa adalah nyeri yang

hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Hal ini bisa disebakan

karena Appendictis, kehamilan eptofik, aborsi, radang pelvic, peralina pre-

term, grastritis, penyakit kandung empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta,

infeksi saluran kemih atau lainnya.

3) Berkurangnya gerak janin

ibu mulai merasakan gerak bayinya mulai bulan ke-5 atau bulan ke-6

kadang lebih awal. Bayi harus bergerak sedikitnya 3 kali dalam 3 jam,

gerakan bayi akan lebih mudah terasa saat ibu berbaring atau berisitrahat dan

atau jika ibu makan atau minum dengan baik.

4) Pendarahan Pervginaam

20
Pada akhir kehamilan,pendarahan yang tidak normal adalah merah,

jumlah nya banyak dan kadang tai tidak selalu disertai dengan rasa nyeri.

5) Sakit kepala berat

Sakit kepala selama kehamilan merupakan hal yang umum, seringkali

merupakan keluah yang normal dalam kehamilan . sakit kepala yang

menunjukan suatu permasalahan yang serius adalah sakit kepala yang

menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Kdang2 dengan sakit kepala

yang hebat tersebur , ibu dapat menemukan penglihatannya menjadi kabur

atau berbayang, sakit kepal dalam kehamilan merupakan gejala dan

preeklamsia.

6) Pegelihatan kabur

Karena pengaruh hormonal, ketajaman pengelihatan ibu dapat berubah

dalam kehamilan. Perubahan yang kecil adalah normal. Masalah penglihatan

yang menunujukan keaadan yang dapat mengancam jiwa adalah perubahan

penglihatan mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang. Perubahan

penglihaan ini disertai dengan sakit kepala yang hebat. 14

e. Ketidaknyamanan dalam kehamilan pada Trimester III

Memasuki Tri semester III, posisi dan ukuran bayi semakin membesar

sehingga ibu hamil merasa tidak nyaman. Adapun secara umum

ketidaknyamanan pada priode ini yaitu:

1) Sesak nafas

Fisiologi: Diafragma terdorong ke atas

Intervensi : Posisi badan bila tidur menggunakan exstara bantal

21
2) Insomnia

Fisiologi : Gerak janin menguat,Keram otot,Sering buang air kecil

Intervensi :Sering berkomunikasi dengan kerabat atau suami

3) Rasa khawatir dan cemas

Fisiologi : Gangguan Hormonal, penyesuaian hormonal dan khawatir

berperan sebagai ibu setelah melahirkan

Intervensi : Relaksasi, masase perut, minum susu hangat, tidur dengan ekstra

bantal

4) Rasa tidak nyaman dan tertekan pada bagian perineum

Fisiologi : pembesaran uterus terutama waktu berdiri dan jalan serta akibat

gemeli

Intervensi : Istirahat, relaksasi

5) Kontraksi Braxton Hick

Fsiologi : Kontraksi usus menyiapkan persalinan

Intervensi : Istirahat gunakan teknik bernafas yang benar

6) Keram betis

Fisiologi : Karena penekanan pada saraf yang terkait denga uterus yang

membesar. Perubahan kadar kalsium, fosfor, keadaan ini diperparah oleh

kelenjar sirkulasi darah tepi yang buruk

Intervensi : Cek apakah ada tanda homan, bila tidak ada lakukan massage

dan kompres hangat pada otot yang terkena

7) Edema kaki sampai tungkai

22
Fisiologi : Karena berdiri dan duduku lama, postur tubuh jelek, tidak latihan

fisik, baju ketat, cuaca panas

Intervensi : Asupan cairan di batasi hingga berkemih secukupnya saja

8) sakit kepala yang terjadi selama kehamilan

Fisiologi : ketegangan otot,pengaruh hormon, tegang mata, kongesti hidung,

dan dinamika cairan saraf yang berubah

Intervensi : Lakukan teknik relaksasi dengan menghirup nafas dalam 15

f.Kebutuhan psikologis ibu hamil Trimester III

1) Suport Keluarga

a) Keluarga dan suami dapat memberikan dukungan dengan memberikan

keterangan tentang persalinan.

b) Tetap memberikan semangat dan perhatian pada ibu selama menunggu

persalinanya.

c) Bersama mematangkan persiapan persalian dengann tetap mewaspadai

koplikasi yang mungkin terjadi.

2) Suport dari tenaga kesehatan

a) memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan oleh ibu adaah normal.

b) menenangkan ibu

c) embicarakan kembali dengan ibu bagaimana tanda persalinan yang

sebenarnya.

d) meyakinkan bahwa anda akan selalu bersama ibu untuk membantu

melahirkan bayi.

3) Rasa aman dan nyaman selama kehamilan

23
Unutk menciptakan rasa nyaman dapat ditempuh dengan senam untuk

memperkuat otot-otot,mengatur posisi duduk utnuk mengatasi nyeri

punggung akibat janin,mengatur berbagai sikap tubuh untuk meredakan nyeri

dan pegal,skiap dir yang membuat bayi leluasa

4) Persiapan menjadi orang tua

a) Berasama dengan psanagan selama kehamilan dan saat melahirkan untuk

saling berbagi pengalaman yang unik tentang setiap kejadian yang dialami

oleh masing masing.

b) Berdiskusi dengan pasangan tenatang apa saja yang akan di hadapi saat

menjadi orang tua.

5) Persiapan sibiling

a) Menceritakan menceritakan dengan calon adik yang disesuaiakin denan usia

dan kemampuan untuk memahami, tetapi tidak pada usia kehamilan karena

anak akan bosan.

b) Jangan sampai dia mengetahui tentang calon adiknya dari orang lain

c) Biarkan dia merasakan gerakan dan bunyi jantung adiknya

d) Gunakakn gambar mengenai cara oerawatan bayi

e) Sediakan buku yang menjelaskan dengan mudah tentang kehamilan,persalina

dan merawat bayi.

f) Memperkenlankan pengasuh.

g) Beri kesempatan suamai agar ikut mengurusinya agara anak sadar bahwa

bukan ibu yang hanya dapat mrnyiapkan makan nya dll.

h) Perlihatkan cinta ibu pada anak yang tertua.

24
Apabila sang kakak mengatakan ketidaksukaan pada sang adik,maka jangan

panik.

i) Tidak boleh memberikan kesan bahwa adalah hal yang mungkin anak rasakan

tapi tidak dapat dibicarakan.

j) Tetapkan jadwal mandi dan waktu tidur berasama-sama beberaa bulan

sebelum dia melahiirkan , dan sehingaa anak terbiasa dengan rutinas yang ada

setelah melahirkan.

k) Jika ada kesemptan, mulailah menempatan anak pada kelompok bermain

sebelum lahiran.

l) Upayakan waktu untuk berjauhan dengan anak seingkat mungkin.

m) Ajaklah anak unutk mengunjungi adiknya di RS, dengan memastikan bahwa

ibu tidak sedang mnyusui,tetapi biarkan bayi tetap di boxnya.

n) Ketika anak mengunjungi adiknya di RS tunjukan lah perhatian paada anak ,

dankatakanlah bahwa ibu sangat rindu kepadanya, atau berikan hadiah kecil

dari adiknya. 15

g. Kebutuhan Fisiologis ibu hamil Trimester III

1) Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk ibu

hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi saat hamil sehingga akan

mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh

pada bayi yang dikandung.

Untuk mencegah hal tersebut diatas dan untuk memenuhi kebutuhan

oksigen maka ibu hamil perlu:

25
a) Latihan nafas melalui senam hamil

b) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi

c) Makan tidak terlalu banyak

d) Kurangi atau hentikan merokok

e) Konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernafasan seperti asma

dan lain-lain

2) Nutrisi

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi

bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal harganya. Gizi

pada waktu hamil harus di tinggkatkan hingga 300 kalori perhari, ibu hamil

seterusnya mengonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, dan

minum cukup cairan (menu seimbang).

a) Kalori

Untuk proses pertumbuhan, janin memerlukan tenaga. Oleh karena itu,

saat hamil, ibu memerlukan tambahan jumlah kalori. Sumber kalori utama

adala hidrat arang dan lemak. Bahan makanan yang banyak mengandung

hidrat arang adalah golongan padi-padian, golongan umbi-umbian, dan sagu.

Selain sebagai sumber tenaga, bahan makan yang tergolong padi-padian

merupakan sumber protein, zat besi, fosfor dan vitamin.

Pada trimester ke tiga, janin mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan jani yang pesat ini terjadi

pada 20 minggu terakhir kehamilan. Umumnya nafsu makan ibu akan sangat

baik dan ibu merasa cepat lapar.

26
b) Protein

Protein adalah zat utama untuk membangun jaringan tubuh. Seiring

dengan perkembangan dan pertumbuhan janin serta perkembangan payudara

ibu, keperluan protein pada waktu hamil sangat meningkat. Kekurangan

protein dalam makanan ibu hamil mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil

dari normal. Kekurangan tersebut juga mengakibatkan pembentukkan air

susu dalam masa laktasi kurang sempurna.

Sumber zat protein yang berkualitas tinggi adalah susu. Susu

merupakan minuman yang berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan

wanita hamil terhadap zat gizi karena mengandung protein, kalsium, fosfat,

vitamin A, serta vitamin B1, dan B2. Sumber lain meliputi sumber protein

hewani dan sumber protein nabati.

c) Mineral

Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makanan-

makanan sehari-hari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan susu. Hanya zat

besi yang tidak dapat terpenuhi dengan makanan sehari-hari. Kebutuhan

besi pada pertengahan kehamilan kira-kira 17 mg/hari. Untuk memenuhi

kebutuhan ini dibutuhkan suplemen besi 30 mg sebagai ferosus ,

ferofumarat atau feroglukonat perhari. Kebutuhan kalsium umunya

terpenuhi dengan meminum susu. Satu liter susu mengandung kira-kira 0,9

gr kalsium. Bila ibu hamil tidak dapat minum susu, suplemen kalsium dapat

diberikan dengan dosis satu gram perhari. Pada umunya dokter selalu

27
memberi suplemen mineral dan vitamin prenatal untuk mencegah terjadinya

defisiensi.

d) Vitamin

Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makanan sayur dan buah-

buahan, tetapi dapat pula diberikan ekstrea vitamin. Pemberian asam folat

terbukti mencegah kecacatan pada bayi.

Kebutuhan makanan bagi ibu hamil banyak dari pada kebutuhan untuk

wanita tidak hamil. Kegunaan makanan tersebut adalah:

(1)Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan

(2)Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan ibu sendiri

(3)Agar supaya luka-luka persalinan lekas sembuh dalam masa nifas

(4)Guna mengadakan cadangan untuk masa laktasi

Caranya :

(a) Ibu harus makan teratur 3 kali sehari

(b)Hidangan harus tersusun dari hidangan makanan yang bergizi yang terdiri

dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran, dan buah-buahan dan diusahakan

minum susu 1 gelas setiap hari

(c) Pergunakan aneka ragam makanan yang ada

(d)Pilihlah, belilah, berbagai macam bahan makanan yang segar

Beberapa bahan makanan yang dibutuhkan, bila kondisi badan si ibu

terganggu, maka jumlah atau besar makanan yang dapat simakan dapat diatur.

Pada trimester III makanan harus disesuaikan dengan keadaan badan ibu. Bila

ibu hamil memiliki berat badan berlebihan, maka makanan pokok dan

28
tepung-tepung dikurangi, dan memperbanyak sayur-sayuran dan buah-buahan

segar untuk menghindari sembelit.

3) Personal Hygiene

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil . mandi di anjurkan

sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung banyak mengeluarkan

keringat, menjaga kebersihan terutama lipatan kulit dengan cara dibersihkan

dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut, perlu mendapat

perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi berlubang, terutama pada ibu

yang kekurangan kalsium. rasa mual selama masa hamil dapat mengakibat

perburukan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi.

4) Pakaian

Pemakaian pakaian dan kelengkapannya yang kurang tepat akan

mengakibatkan beberapa ketidaknyamanan yang akan mengganggu fisik dan

psikologis ibu.

Beberapa hal yang perlu dipertahankan dalam pakaian ibu hamil adalah

memenuhi kriteria berikut ini:

(a) Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah

perut

(b)Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat

(c) Pakailah bra yang menyokong payudara

(d)Memakai sepatu dengan hak yang rendah

(e) Pakaian dalam yang selalu bersih

5) Eliminasi

29
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi

adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Konstipasi terjadi karena adanya

pengaruh hormonprogesteron yang mempunyai efek rileks terhadap otot

polos, salah satunya otot usus. Selain itu, desakan usus oleh pembesaran janin

juga menyebabkan bertambahanya konstipasi.

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan

mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih, terutama

ketika lambung dalam keadaan kosong. meminum air putih hangat ketika

perut dalam keadaan kosong dapat merangsang gerak peristaltik usus. Jika

ibu sudah mengalami dorongan, maka segeralah utuk buang air besar agar

tidak terjadi konstipasi.

Pada trimester III terjadi pembesaran janin yang juga menyebabkan

desakan pada kantong kemih. Tindakan mengurangi asuhan cairan untuk

mengurangi keluhan ini sangat tidak di anjurkan, karena akan menyebabkan

dehidrasi.

6) Seksual

Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir

kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak lagi

berhubungan seks selama 14 hari menjelang kelahiran. Koitus tidak

dibenarkan bila terdapat perdarahan pervaginam, riwayat abortus berulang,

abortus/partus prematurus imminens, ketuban pecah sebelum waktunya.

Pada saat orgasme dapat dibuktikan bahwa adanya fetal bradycardia

karena kontraksi uterus dan para peneliti berpendapat wanita yang melakukan

30
hubungan seksual dengan aktif menunjukkan insidensi fetal distress yang

lebih tinggi. Pria yang menikmati kunikulus (stimulasi oral genitalia wanita)

bisa kehilangan gairahnya ketika mendapati bahwa sekret vagina bertambah

dan mengeluarkan bau berlebih selama masa hamil. Pasangan yang

melakukan kunikulus harus berhati-hati untuk tidak meniupkan udara

kedalam vagina. Apabila serviks sedikit terbuka (karena sudah mendekati

aterm), ada kemungkinan udara akan terdesak diantara ketuban dan dinding

rahim. Udara kemungkinan bisa memasuki danau plasenta, dengan demikian

ada kemungkinan udara memasuki jaringan vaskular maternal.

7) Mobilisasi

ibu hamil boleh melakukan kegiatan/ aktifitas fisik biasa selama tidak

terlalu melelahkan. Ibu hamil dapat dianjurkan untuk melakkukan pekerjaan

rumah dengan dan secara berirama dengan menghindari gerakan menyentak,

sehingga mengurangi ketegangan pada tubuh dan menghindari kelelahan. Ibu

dapat dianjurkan untuk melakukan untuk melakukan tugas dengan posisi

duduk lebih banyak daripada berdiri.

8) Body Mekanik

Secara anatomi, ligamen sendi putar dapat meningkatkan pelebaran/

pembesaran rahim pada ruang abdomen. Nyeri pada ligamen ini terjadi

karena pelebaran dan tekanan pada ligamen karena adanya pembesaran rahim

pada ligamen ini merupakan suatu ketidaknyamanan pada ibu hamil. Sikap

tubuh yang perlu diperhatikan oleh ibu hamil :

a) Duduk

31
Duduk adalah posisi yang paling lazim dipilih, sehingga postur yang

baik dan kenyamanannya penting. Ibu harus di ingatkan untuk duduk

bersandar dikursi dengan benar, pastikan bahwa tulang belakang tersangga

dengan baik. Bantal kecil atau gulungan handuk dapat digunakan untuk

mencapai tujuan tersebut. Paha harus tertopang kursi, kaki dalam posisi datar

dilantai. Bila perlu, kaki sedikit ditinggikan diatas bangku kecil bila kaki anda

tidak dapat menyentuh lantai dengan nyaman. Kursi dengan sandara tinggi

akan menyokong kepala dan bahu serta tungkai dapat relaksasi. Biola bangkit

dari posisi duduk, otot trasversus dan dasar panggul harus di aktivasi.

b) Berdiri

Aspek postur tegak yang baik harus di diskusikan. Posisi kepala

penting, kepala harus dipertahankan tegak dengan dagu rata dan bahu turun

relaks. Berdiri diam terlalu lama dapat menyebabkan kelelahan dan

ketegangan. Oleh karena itu lebih baik berjalan tetapi tetap memperhatikan

aspek yang baik, postur tegak harus diperhatikan.

c) Berjalan

Ibu hamil penting untuk tidak memakai sepatu berhak tinggi atau tanpa

hak. Hindari juga sepatu bertumit runcing karena mudah menghilangkan

keseimbangan. Bila memiliki anak balita, ushakan supaya tinggi pegangan

keretanya sesuai untuk ibu.

d) Tidur

Karena resiko hipotensi akibat berbaring terlentang. Bila ibu memilih

berbaring terlentang pada awal kehamilan, dengan meletakkan bantal

32
dibawah kedua pangkal paha akan memberi kenyamanan. Sejalan dengan

bertambahnya usia kehamilan, biasanya ibu merasa makin sulit mengambil

posisi yang nyaman, karena peningkatan ukuran tubuh dan berat badannya.

Untuk posisi setengah duduk, ekstra beberapa bantal atau penyangga

cukup dapat meninggikan kepala dan bahan atau satu bantal dibawah paha

akan mencegah peregangan punggung bawah dan lutut. Kebanyakan ibu

menyukai posisi berbaring miring dengan sanggaan dua bantal dibawah

bantal kepala dan satu di bawah lutut atas serta paha untuk mencegah

peregangan pada sendi sakroiliaca. Sebuah bantal kecil atau gulungan handuk

menambah rasa nyaman bila di letakkan dibawah pinggang atau abdomen,

terutama bila alas tempat tidur tidak terbuat dari bahan yang tidak terlalu

keras. Bila memilih posisi berbaring miring, tambahan satu bantal harus

diberikan untuk menopong lengan atas. Nyeri dan peregangan pada simpisis

pubis dan sendi sakroiliaka dapat dikurangi bila ibu menekuk lututnya keatas

dan menambahnya bersama-sama ketika berbalik ketempat tidur.

e) Bangun dan baring

Untuk bangun dari tempat tidur, geser dulu tubuh ibu ke tepi tempat

tidur, kemudian tekuk lutut. Angkat tubuh ibu perlahan dengan kedua tangan,

putar tubuh lalu perlahan turunkan kaki ibu. Diamlah dulu dalam posisi

duduk beberapa saat sebelum berdiri. Lakukan setiap kali ibu bangun dan

berbaring.

f) Membungkuk dan mengangkat

33
Saat hamil hindari untuk mengangkat benda berat. Bila harus

mengangkat, kaki harus diregangkan satu kaki didepan kaki yang lain,

pangkal paha dan lutut menekuk dengan punggung serta otot trasversus

dikencangkan. Barang yang akan diangkat perlu dipegang sedekat mungkin

dan ditengah tubuh, dan lengan serta tungkai digunakan untuk mengangkat.

Lakukan gerakn dengan urutan terbalik ketika akan menaruh benda

yang berat. Memutar badan ketika mengangkat harus dihindari hanya ketika

dalam posisi tegak ketika kaki di pindah kearah yang dituju. Hindari

mengangkat benda dalam keadaan membungkuk.

9) Istirahat

Wanita hamil dianjurkan unruk merencanakan istirahat yang teratur

khususnya seiring kemajuan kehamilannya. Jadwal istirahat dan tidur perlu

diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur yang teratur dapat

meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan

perkembangan dan pertumbuhan janin. Tidur pada malam hari selama kurang

lebih 8 jam dan istirahat dalam keadaan rilaks pada siang hari selama 1 jam.

10) Imunisasi

Imunisasi selama kehamilan sangat penting, imunisasi yang diberikan

adalah Tetanus Toxoid (TT) yang dapat mencegah penyakit tetanus.

Imunisasi TT pada ibu hamil harus terlebih dahulu ditentukan status

kekebalan/imunisasinya. Ibu hamil yang belum pernah mendapatkan

imunisasi TT berstatus T0, jika telah mendapat interval minimal 4 minggu

atau pada masa balitanya telah mendapatkan imunisasi DPT 3 kali maka

34
statusnya adalah T2, bila telah mendapat dosis TT yang ke 3(interval minimal

dari dosis ke-2) maka statusnya T3, status T4 didapat bila telah mendapat 4

dosis (interval minimal 1 tahun dari dosis ke3) dan status T5 didapatkan bila

5 dosis telah didapat (interval minimal 1 tahun dari dosis ke-4).

Selama kehamilan bila ibu hamil statusnya T0 maka hendaknya

mendapatkan minimal 2 dosis (TT1 dan TT2 dengan interval 4 minggu dan

bila memungkinkan untuk mendapatkan TT3 sesudah 6 bulan berikutnya. Ibu

hamil dengan status T1 diharapkan mendapatkan suntikan TT2 dan bila

memungkinkan juga diberikan TT3dengan interval 6 bulan. Bagi ibu hamil

dengan status T2 maka bisa diberikan 1 kali suntikan bila interval suntikan

sebelum lebih dari 6 bulan. Bila statusnya T3 maka suntikan selama hamil

cukup 1 kali dengan jarak minimal 1 tahun dari suntikkan sebelumnya. Ibu

hamil dengan status T4 pun dapat diberikan sekali suntikkan (TT5) bila

suntikan terakhir tidak perlu disuntik TT karena telah mendapatkan kekebalan

seumur hidup (25 tahun).

11) Traveling

Meskipun dalam keadaan hamil, ibu masih membutuhkan rekreasi

untuk menyegarkan pikiran dan perasaan, hal-hal yang dianjurkan apabila ibu

hamil berpergian adalah sebagai berikut :

a) Hindari pergi kesuatu tempat yang ramai, sesak dan panas, serta berdiri

terlalu lama ditempat itu karena akan dapat menimbulkan sesak nafas sampai

akhirnya jatuh pingsan

35
b) Apabila berpergian selama kehamilan, maka duduk dalam jangka waktu lama

harus dihindari karena dapat menyebabkan peningkatan resiko beuan darah

vena dalam tronboflebitis selama kehamilan

c) Wanita hamil dapat mengendarai mobil maksimal 6 jam dalam sehari

d) Sabuk pengaman sebaiknya selalu dipakai, sabuk tersebut tidak diletakkan

dibawah perut ketika kehamilan sudah besar

12) Persiapan Laktasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan payudara adalah

sebagai berikut:

a) Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu ketatdan yang

menggunakan busa, karena akan mengganggu penyerapan keringat payudara

b) Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga payudara

c) Hindari membersihkan puting dengan sabun mandi karena akan

menyebabkan iritasi. Bersihkan puting susu dengan minyak kelapa lalu bilas

dengan air

d) Jika ditemukan pengeluaran cairan berwarna kekuningan dari payudara

berarti produksi ASI sudah dimulai

13) Persiapan Persalinan dan kelahiran Bayi

Ada 5 komponen penting dalam rencana perslainan, antara lain:

a) Membuat rencana persalinan

b) Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika terjadi

kegawatdaruratan pada saat pengambilan keputusan utama tidak ada

c) Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan

36
d) Membuat rencana atau pola menabung

e) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk persalinan

14) Memantau Kesejahteraan Janin

Untuk melakukan penilaian terhadap kesejahteraan janin dan rahim bisa

menggunakan stetoskop leanek, untuk mendengarkan DJJ secara manual.

Pemantauan gerakan janin minumal dilakukan selama 12 jam, mislanya ibu

hamil setiap merasakan janin bergerak mencatat dengan tanda tally pada kartu

pergerakan janin.

15) Ketidaknyamanan dan Cara Mengatasinya

a) Sering buang air kecil

Cara mengatasi:

(1)Kurangi asupan karbohidrat murni dan makanan yang mengandung gula

(2)Batasi minum kopi, teh dan soda

b) Hemoroid

Cara mengatasi:

(1)Makan makanan yang berserat serta banyak minum air putih

(2)Lakukan senam hamil untuk mencegah hemoroid

(3)Jika hemoroid menonjol keluar, oleskan lotion witch hazel

c) Keputihan

Cara mengatasi:

(1)Tingkatkan kebersihan dengan mandi tiap hari

(2)Memakai pakaian dalam dari bahan katun yang mudah menyerap

(3)Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah dan sayur

37
d) Keringat bertambah

Cara mengatasi:

(1)Pakailah pakaian yang tipis dan longgar

(2)Tingkatkan asupan cairan

(3)Mandi secara teratur

e) Napas sesak

Cara mengatasi:

(1)Jelaskan penyebab fisiologisnya

(2)Merentang tangan diatas kepala serta menarik nafas panjang

(3)Mendorong postur tubuh yang baik

f) Nyeri ligamentum rotundum

Cara mengatasi:

(1)Berikan penjelasan mengenai penyebab nyeri

(2)Tekuk lutut kearah abdomen

(3)Mandi air hangat

(4)Gunakan sebuah bantal untuk menopang uterus dan bantal lainnya letakkan

dianatara lutut sewaktu dalam posisi berbaring miring

g) Sembelit

Cara mengatasi:

(1)Minum 3 liter cairan tiap hari terutama air putih atau sari buah

(2)Makan makanan yang kaya serat dan juga vitamin C

(3)Lakukan senam hamil

(4)Membiasakan BAB seacara teratur

38
h) Panas perut

Cara mengatasi:

(1)Makan sedikiti tapi sering

(2)Hindari makan berlemak dan berbumbu tajam

(3)Hindari berbaring setelah makan

(4)Hindari minum air putih saat makan

(5)Tidur dengan kaki ditinggikan

i) Perut kembung

Cara mengatasi:

(1)Hindari makan yang mengandung gas

(2)Mengunyah makanan secara teratur

(3)Lakukan senam secara teratur

j) Pusing/sakit kepala

Cara mengatasi:

(1)Bangun secara perlahan dari posisi istirahat

(2)Hindari berbaring dalam posisi terlentang

k) Sakit punggung atas

Cara mengatasi:

(1)Posisi/sikap tubuh yang baik selama melakukan aktifitas

(2)Hindari mengangkat benda berat

(3)Gunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan punggung

l) Varises pada kaki

Cara mengatasi:

39
(1)Istirahat dengan menaikkan kaki setinggi mungkin untuk membalikkan efek

gravitasi

(2)Jaga agar kaki tidak bersilangan

(3)Hindari berdiri atau duduk terlalu lama

16) Kunjungan Ulang

Pada umumnya kunjungan ulang dijadwalkan tiap 4 minggu sampai

umur kehamilan 28 minggu. Selanjutnuya tiap 2 minggu hingga umur

kehamilan 36 minggu dan seterusnya tiap minggu sampai bersalin. Jadwal ini

tidaklah kaku dan penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa ANC

sebanyak 4 kali selama kehamilan dengan distribusi yang merata memberikan

pregnancy outcome yang baik.

17) Pekerjaan

Seorang wanita hamil boleh mengerjakan pekerjaan sehari-hari asal hal

tersebut tidka memberikan gangguan rasa tidak enak. Bagi wanita pekerja, ia

boleh tetap masuk kantor sampai menjelang partus. Pekerjaan jangan

dipaksakan sehingga istirahat yang cukup selama kurang lebih 8 jam sehari.

18) Tanda Bahaya Dalam Kehamilan

Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam

kehamilan lanjut adalah:

a) Perdarahan pervaginam

b) Sakit kepala hebat

c) Penglihatan kabur

d) Bengkak pada muka dan jari tangan

40
e) Keluar cairan pervaginam

f) Gerakan janin tidak terasa 9

h. Asuhan Antenatal

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan

obsetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian

kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.

Pelayanan/Asuhan Standar vMinimal Asuhan Kehamilan termasuk

dalam "14T"

1) Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ). Dalam keadaan normal

kenaikan berat badan ibu dari sebelu hamil dihitung dari TM I sampai TM III

yang berkisar anatar 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang

tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Pengukuran

tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap

kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul.

2) Ukur Tekanan Darah ( T2). Tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90

mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya Preeklampsi.

3) Ukur Tinggi Fundus Uteri ( T3 ) Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan

tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu

dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid

terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal

harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT

4) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan ( T4 )

41
5) Pemberian Imunisasi TT ( T5 ) Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di

berikan pada saat seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama

dan dilakukan pada minggu ke-4.

6) Pemeriksaan Hb ( T6 ) Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan

pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. bila kadar Hb < 11 gr% Bumil

dinyatakan Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As.

Folat hingga Hb menjadi 11 gr% atau lebih.

7) Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab. ) ( T7 )

pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali daambil

spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. apabila hasil test positif maka

dilakukan pengobatan dan rujukan..

8) Pemeriksaan Protein urine ( T8 ) dilakukan untuk mengetahui apakah

pada urine mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala

Preeklampsi.

9) Pemeriksaan Urine Reduksi ( T9 ) untuk Bumil dengan riwayat DM.

bila hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk

memastikan adanya DMG.

10) Perawatan Payudara ( T10 ) senam payudara atau perawatan payudara

untuk Bumil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia

kehamilan 6 Minggu.

11) Senam Hamil ( T11 )

42
12) Pemberian Obat Malaria ( T12 ) diberikan kepada Bumil pendatang dari

daerah malaria juga kepada bumil dengan gejala malaria yakni panas tinggi

disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif.

13) Pemberian Kapsul Minyak Yodium ( T13 ) diberikan pada kasus

gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis yang dapat berefek

buruk terhadap Tumbuh kembang Manusia.

14) Temu wicara / Konseling ( T14 )

Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:

1) Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan

2) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang

dikandungnya

3) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya

4) Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi

5) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan dan merawat bayi

6) Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan

membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya1

Jadwal Kunjungan Asuhan Antenatal

Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan

harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal, jadwal asuhan cukup empat

kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini

diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan

antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4. Hal ini berarti, minimal

43
dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia 28 minggu, sekali

kunjungan antenatal selma kehamilan 28-36 minggu.

Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil

akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya

memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan

adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin

dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan

diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomik dan fisiologik kehamilan

seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji

hormonl kehamilan dengan menggunakan metode yang tersedia. 16

2. Menejemen Asuhan Kebidanan

a. Langkah 1 : Pengkajian Data Dasar

1) Data Subyektif: (S)

a) Identitas Ibu dan Suami : nama, umur, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan,

alamat dan nomor HP.

b) Keluhan utama : keluhan yang umum terjadi pada trimester III seperti, nyeri

pinggang, susah BAB, susah BAK. Keluhan disebabkan karena

meningkatnya tekanan dan beban kehamilan, akibat gaya grafitasi janin

diperut. Rasa sesak dan nafas pendek serta rasa panas di uku hati yang

disebabkan oleh tekanan rahim yang makin membesar kearah atas.

c) Riwayat obsetrik

44
(1)Riwayat menstruasi: menarche 13-15 tahun, frekuensi menstruasi adalah 5-7

hari, banyaknya 3-4x ganti duk, siklus 28, 31, 35 hari, warna merah

kecoklatan.

(2)Riwayat pernikahan

(3)Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

(4)Riwayat kontrsespsi

(5)Riwayat kehamilan yang sekarang

(6)Riwayat kesehatan ibu

d) Pola kegiatan sehari-hari: nutrisi, personal hygiene, istirahat dan tidur siang,

senam hamil, body mekanik, kebiasaan yang merugikn ibu dan janin.

e) Riwayat bio, psik, dan kultural

2) Data Obyektif (O):

a) Pemeriksaan umum

(1)Keadaan umum: kehamilan normal disertai keadaan umum yang baik.

(2)Kesadaran: untuk mengetahui keadaan umum ibu meliputi tingkat kesadaran

(sadar penuh, apatis, gelisah, koma). Pasien dengan kehamilan normal

memiliki tingkat kesadaran penuh.

(3)Berat badan : penambahan berat badan dalam trimester III tidak boleh lebih

dari 1 kg/minggu

(4)Tekanan darah : tekanan darah yang normal pada ibu hamil dengan sistole

110-120/ mmHg dan systole 70-80/mHg

(5)Suhu : suhu normal pada ibu hamil 36,5˚C -37,00˚C.

(6)Nadi : nadi normal ibu hamil 60x/i-100x/i.

45
(7)Pernfasan : pernafasan pada ibu hamil 16x/i-24x/i.

(8)LILA : LILA normal pada ibu hamil lebih dari 23,5 cm.

b) Pemeriksaan khusus

(1)Kepala : bentuk, terdapat oedema/ tidak, bersih/tidak

(2)Wajah : wajah pucat atau tidak, oedema/tidak, terdapat cloasma gravidarum/

tidak

(3)Mata : mata simetris atau tidak, pada kehamilan normal sklera putih bersih

tidak bening, konjungtiva merah muda

(4)Hidung : simetris, tidak ada pengeluaran yang berlebihan

(5)Mulut bentuk bibir, pucat atau tidak, caries atau tidak

(6)Telinga : simetris atau tidak, lubang telinga, terdapat cairan atau tidak

(7)Leher : terdapat pembengkakan tiroid atau tidak, pembengkakan kelenjar

limfe atau tidak, dan pelebaran vena jugularis atau tidak

(8)Payudara : pada ibu hamil normal payudara simetris, puting susu menonjol,

cairan colostrum (+) massa (-) dimpling (-) retraksi (-)

(9)Perut : pada hamil normal pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan,

terdapat striae gravidarum atau tidak, terdapat luka bekas operasi atau tidak,

TFU normal pada kehamilan

Usia kehamilan TFU

12 minggu 1-2 jari atas sympisis

16 minggu Pertengahan antara sympisis-

pusat

20 minggu 3 jari bawah pusat

46
24 minggu Setinggi pusat

28 minggu 3 jari diatas pusat

32 minggu Pertengahan px-pusat

36 minggu 3 jari bawah px

40 minggu Pertengahan px-pusat

Tabel 1

Leopold I : untuk mengetahui bagian teratas janin dan usia kehamilan

Leopold II : untuk mengetahui letak punggung dan ekstremitas

Leopold III : untuk mengetahui presentase bawah janin

Leopold IV : untuk mengetahui apakah bagian terbawah janin sudah masuk PAP

DJJ : untuk menentukan keadaan janin, frekuensi DJJ normal pada janin yaitu

120x/i-160x/i dengan irama teratur

(10) Ekstremitas : pada kehamilan normal ekstremitas tidak oedema dan tidak

sianosis

c) Pemeriksaan penunjang

(1)Hasil pemeriksaan Laboratorium

(a) Golongan darah

(b)Pemeriksaan hemoglobin (Hb),Hb norml pada ibu hamil adalah >11 gr%

(c) Reduksi urine (glukosa urine) : (-)

(d)Albumin urine (protein urine) : (-)

(2)Hasil pemeriksaan USG

b. Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah

berdasarkan interpretasi yang akurat terhadap data-data yang telah

47
dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan di interpretasikan sehingga

dapat merumuskan diagnosisi dan masalah yang lebih spesifik.

a) Diagnosa : Ibu GPAH, usia kehamilan, anak hidung, tungal, intrauterin, V,

puka/puki, presentasi kepala, keadaan umum ibu dan janin

b) Masalah

c) Kebutuhan

Menjelaskan tentang :

(1)Informasi hasil pemeriksaan

(2)Istirahat

(3)Tanda-tanda persalinan

(4)Persiapan persalinan

(5)Tanda-tanda bahaya TM III

(6)Pendamping persalinan

(7)Pengambil keputusan

c. Langkah III : Identifikasi masalah/diagnosa potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa

potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah di identifikasi. Langkah

ini merupakan antisipasi, bila memungkinkan dilalukan pemcegahan. Bidan

diharapkan waspada dan bersiap mencegah diagnosis atau masaah potensial

yang mungkin terjadi, dalam langkah ini penting sekali melakukan asuhan.

d. Langkah IV : Indentifikasi masalah yang memerlukan tindakan segera,

kolaborasi dan rujukan

48
Bidan mengidentifikasi perlunya melakukan konsultasi atau

penanganan segera bersama dokter atau anggota tim kesehatan yang lain.

Langkah ke empat mencerminkan proses manajemen kebidanan, jadi

manajemen tidak hanya berlangsung selama asuhan primer periodic atau

kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan

bidan. Pada kehamilan normal yang tidak disertai penyulit tindakan segera,

kolaborasi dan rujukan tidak diperlukan.

e. Langkah V : Perencanaan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan

manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi. Pada

langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi, rencana

asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah terkait, tetapi juga

dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi ini

mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya, apakah

dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah bidan perlu merujuk klien bila

ada sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi, kultural, maupun psikososial.

f. Langkah VI : Implementasi

Pelaksanaan dari rencana yang sudah disusun berdasarkan diagnosa dan

atau masalah. Pada langkah ini pelaksanaan dari asuhan menyeluruh tersebut,

penatalaksanaan manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya

serta meningkatkan mutu dan asuhan pada klien.

49
g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah

diberikan, meliputi apakah pemenuhan kebutuhn terpenuhi sesuai dengan

diagnosis dan masalah. Rencana dianggap efektif jika memang benar efektif

pelaksanaannya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien.

3. Pendokumentasian

Laporan didokumentasikan dalam bentuk SOAP

B. Persalinan

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),

lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu

maupun janin. Persalinan atau partus adalah suatu proses pengeluaran hasil

konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. 17

b. Tanda-Tanda Persalinan

Persalinan dimulai bila ibu sudah dalam inpartu(saat uterus

berkontraksi menyebabkan perubahan pada serviks membuka dan menipis),

berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

Tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain : perasaan distensi

berkurang (lightening), perubahan serviks, blood show. 14

1) Perubahan serviks

50
Penipisan dan pembukaan serviks, hal ini terjadi akibat peningkatan intensitas

braxton hicks

2) Kontraksi uterus

Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks dengan frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit

3) Blood Show

Blood Show atau Blood slime adalah keluarnya lendir bercampur darah

melalui vagina. 18

c. Penyebab Mulainya Persalinan

Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori yang

kompleks, faktor humoral,pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi

uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai penyebab mulainya

persalinan. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak

mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus, antara lain penurunan

kadar hormon estrogen dan progesteron. Seperti diketahui bahwa progesteron

merupakan hormon penenang bagi otot- otot uterus. Menurunnya kedua kadar

hormon ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus. Kadar prostaglandin

dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga aterm meingkat, lebih-lebih

sewaktu partus.

Seperti yang telah dikemukakan plasenta menjadi tua dengan tua ya

kehamilan. Villi korialis mengalami perubahan-perubahan sehingga kadar

progesteron dan estrogen menurun.

51
Keadaan uterus yang membesar dan menjadi tegang mengakibatkan

iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat

mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami

degenerasi. Teori berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh

Hippocrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka

hasil konsepsi akan segera dikeluarkan. Faktor lain yang dikemukakan ialah

tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser yang terletak

dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan maka akan meningkatkan

kontraksi

Selanjutnya dengan berbagai tindakan, persalinan dapat pula dimulai

(induction of labor) misalnya merangsang fleksus Frankenhauser dengan

memasukkan ganggang laminaria dalam kanalis servikalis, pemecahan

ketuban, penyuntikkan oksitosin (sebaiknya dengan jalur intravena),

pemakaian prostaglandin, dan sebagainya. Dalam hal mengadakan induksi

persalina perlu diperhatikan bahwa serviks sudah matang, dan kanalis

servikalis telah terbuka 1 jari. 11

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi proses Persalinan

1) Power/ tenaga yang mendorong anak

Power atau tenaga yang mendorong anak adalah:

a) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. His persalinan yang

menyebabkan pendataran dan pembukaan serviks. Terdiri dari his

pembukaan, his melepaskan uri. His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap

serviks.

52
b) Tenaga mengedan

Kontraksi otot-otot dinding perut, kepala didasar panggul merangsang

mengejan, paling efektif saat kontraksi/his 20

2) Passage/Panggul

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulanng padat, dasar panggul,

vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak,

khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi,

tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus

berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh

karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan

dimulai. Anatomi jalan lahir, jalan lahir terdiri atas:

Jalan Lahir/ Panggul Keras

Bagian keras dibentuk oleh empat buah tulang yaitu:

1) 2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari os ilium, os iscium dan os pubis

2) 1 tulang kelangkang (os sacrum)

3) 1 tukang tungging (os cocygis)

Os Ilium (tulang usus)

1) Ukuran terbesar dibanding tulang lainnya. Sebagai batas dinding atas dan

belakang panggul/pelvis

2) Pinggir atas os ilium yang tumpul dan menebal : crista iliaka

3) Bagian terdepan crista iliaka : spina iliaka anterior posterior (SIAS) dan

beberapa centimeter dibawahnya menonjol: spina iliaka anterior inferior

(SIAI)

53
4) Bagian paling belakang dari crista iliaka: spina iliaka posterior superior

(SIPS)

5) Dibawah SIPS ada tonjoloan dinamakan spina iliaka posterior inferior (SIPI)

6) Lengkungan dibawah SIPI dinamakan incisura ischiadika mayor

7) Pada sisi dalam os ilium merupkan batas antara panggul mayor dan panggul

minor dinamakan linea innominata/linea terminalis

Os Ischium/Tulang Duduk

1) Posisi os ischium terletak dibawah os illium, pada bagian belakang terdapat

cuat duri dinamakan spina ischiadika.

2) Lengkungan dibawah spina ischiadika dinamakan incisura ischiadika minor.

3) Pada bagian bawah menebal, sebagai penompang tubuh saat duduk

dinamakan tuber ischiadikum.

Os Pubis/Tulang kemaluan

1) Membentuk suatu lubang dengan os ischium yaitu foramen obturatorium.

Fungsi didalam persalinan belum diketahui secara pasti.

2) Diatas foramen obturatorium dibatasi oleh sebuah tungkai dari os pubis yang

menggabungkan dengan os ischium disebut ramus superior ossis pubis,

sedang dinding bawah foramen dibatasi oleh ramus inferior ossis pubis.

3) Pada ramus superior ossis pubis kanan dan kiri terdapat tulang yang bersisir,

dinamakan pecten ossis pubis.

4) Kedua ramus inferior ossis pubis kanan dan kiri membentuk sudut yang

disebut arkus pubis. Pada panggul wanita normal sudut ini tidak kurang dari

90˚.

54
5) Pada bagian atas os pubis terdapat tonjolan yang dinamakan tuberkulum

pubic.

Os Sacrum/ Tulang Kelangkang

1) Bentuknya segitiga, dengan dasar segitiga diatas puncak segitiga pada ujung

dibawah.

2) Terdiri dari lima ruas yang bersatu, terletak diantara os coxae dan merupakan

dinding belakang panggul.

3) Permukaan belakang pada bagian tengah terdapat cuat duri yang dinamakan

crista iliaka.

4) Permukaan depan membentuk cekungan disebut arkus sakralia yang

memperlebar luas panggul kecil/ pelvis minor.

5) Dengan lumbal ke 5 terdapat artikulasio lumbosacralis.

6) Bagian depan paling atas dari tulang sakrum dinamakan promontorium,

dinama bagian ini bila dapat teraba pada waktu periksa dalam, berarti ada

kesempitan panggul.

Os Cocsygis/ Tulang Ekor

1) Dibentuk oleh 3-5 ruas tulang yang saling berhubungan dan berpadu dengan

bentuk segitiga.

2) Pada kehamilan tahap akhir, koksigeum dapat bergerak (kecuali jika struktur

tersebut patah).

Perhubungan Tulang-tulang Panggul

1) Didepan panggul terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri

yang disebut simpisis pubis.

55
2) Dibelakang panggul terdapat artikulo sakro iliaka yang menghubungkan os

sacrum dan os ilium.

3) Dibagian bawah panggul terdapat artikulasio sakro-koksigea yang

menghubungkan os sakrum dengan os koksigis.

Tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi dua bagian:

1) Panggul palsu/false pelvis (pelvis mayor). Panggul palsu adalah bagian diatas

pintu atas panggul dan tidak berkaitan dengan persalinan.

2) Panggul sejati/true pelvis (pelvis minor). Bentuk pelvis minor ini menyerupai

suatu saluran yang menyerupai sumbu melengkung kedepan.

3) Dalamostetri yang dimaksud pelvis minor teridir dari:

4) Pintu atas panggul (PAP) yang disebut juga pelvic inlet.

5) Bidang tengah panggul atau midpelvic terdiri atas bidang luas dan bidang

sempit panggul.

6) Pintu bawah panggul (PBP) atau disebut juga pelvic outlet.

Pintu Atas Panggul/PAP

1) Bagian anterior pintu atas panggul, yakni btas atas panggul sejati, dibentuk

oleh tepi atas tulang pubis.

2) Bagian lateralnya dibentuk oleh linea iliopektenea, yakni sepanjang tulang

inominata.

3) Bagian posteriornya dibentuk oleh bagian anterior tepi atas sacrum dan

promontorium sacrum.

Pintu Bawah Panggul

1) Adalah batas bawah panggul sejati

56
2) Jika dilihat dari bawah, struktur ini berbentuk lonjong, agak menyerupai

intan, dibagian anterior dibatasi oleh lengkung pubis, dibagian lateral oleh

tuberositas iskium, dan bagian posterior oleh ujung koksigeum.

Bidang-bidang hodge

Bidang-bidang hodge adalah bidang semua sebagai pedoman untuk

menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala

melalui pemeriksaan dalam/vagina toucher (VT).

Adapun bidang hodge sebagai berikut.

1) Hodge I adalah bidang yang setinggi PAP yang dibentuk oleh promontorium,

artikulasio sakro-iliaca, sayap sacrum, linea inominata, ramus superior os

pubis, tepi atas symfisis pubis.

2) Bidang hodge II adalah bidan setinggi pinggir bawah sympisis pubis

berhimpit dengan PAP (hodge I).

3) Bidang Hodge III adalah Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan

PAP (Hodge I).

4) Hodge IV adalah bidang setinggi os coccygis berhimpit dengan PAP (hodge

I).

Ukuran-ukurang Panggul

1) Panggul Luar

a) Distansia spinarum yaitu diameter antara kedua spina iliaka anterior superior

kanan dan kiri :24-26 cm

b) Distansia kristarum yaitu diameter terbesar antara krista iliaka kanan dan kiri

: 28-30 cm

57
c) Distansia boudeloque atau konjugata eksterna yaitu diameter antara lumbal

ke5 dengan tepi atas sympisis pubis 18-20 cm

d) Lingkar panggul, yaitu jarak antara tepi atas sympisis pubis ke pertengahan

antara trokhanter dan spina iliaka anterior superior kemudian ke lumbal ke 5

kembali ke sisi sebelahnya sampai kembali ke tepi atas sympisis pubis.

Diukur dengan metlin. Normal 80-90 cm

2) Panggul Dalam

a) Pintu Atas Panggul

(1)Konjugata Vera atau diameter antero posterior (diameter depan belakang)

yaitu diameter antara prommtorium dan tepi atas sympisis: 11 cm. Cara

pengukuran dengan periksa dalam akan memperoleh konjugata diagonalis

yaitu jarak dari tepi bawah sympisis pubis ke promontorium (12,5 cm)

dikurangi 1,5-2 cm. Konjugata obstetrika adalah jarak antara promontorium

dengan pertengahan sympisis pubis.

(2)Diameter transversa (melintang) yaitu jarak terlebar antara kedua linea

inominata : 13 cm

(3)Diameter oblik (miring) yaitu jarak antara artikulasi sakro iliaka degan

tuberkulum pubicum sisi yang bersebelah : 12 cm

b) Bidang Tengah Panggul

(1)Bidang luas panggul terbentu dari titik tengah sympisis, pertengahan

acetabulum dan ruas sacrum ke 2 dan ke 3. Merupakan bidan yang

mempunyai ukuran paling besar, sehingga tidak menimbulkan masalah dalam

58
mekanisme turunnya kepala. Diameter anteroposterior 12,75 cm, diameter

transversa 12,5 cm

(2)Bidang sempit panggul. Merupakan bidan yang berukuran kecil, terbentang

dari tepi bawah simpisis, spina ischiadika kanan dan kiri, dan 1-2 cm dari

ujung bawah sacrum. Diameter antero posterior: 11,5 cm, diameter tranversa

10 cm.

c) Pintu Bawah Panggul

(1)Terbentuk dari dua segitiga dengan alas yang sama, yaitu diameter tuber

ischiadikum. Ujung segitiga belakang pada ujung os sacrum, sedangkan

ujung segitiga depan arcus pubis

(2)Diameter entero posterior yaitu ukuran dari tepi bawah simfisis ke ujung

sacrum: 11,5cm

(3)Diameter transversa jarak antara tuber ischiadikum kanan dan kiri: 10,5 cm

(4)Diameter sagitalis posterior yaitu ukuran dari ujung sacrum ke pertengahan

ukuran transversa: 7,5 cm

Inklinatio Pelvis

Adalah kemiringan panggul, sudut yang terbentuk antara bidang semua PAP

dengan garis lurus tanah sebesar 55-60˚.

Sumbu Pannggul

Sumbu ini secara klasik adalah garis yang menghubungkan titik persekutuan

antara diameter transversa dan konjugata vera pada PAP dengan titik-titik

sejenis di hodge II,III,dan IV. Sampai dekat Hodge III sumbu itu lurus, sejajar

59
dengan sacrum, untuk seterusnya melengkung kedepan, sesuai dengn

lengkungan sacrum.

Pada ukuran tinggi badan yang berbeda, bentuk dan ukuran saluran panggul

juga berbeda. Diameter bidang pintu atas panggul tengah, pintu bawah dan

sumbu jalan lahir menentukan mungkin tidaknya persalinan pervaginam

berlangsung dan bagaimana janin dapat menurubi jalan lahir. Sudut subpubis

yang menunjukkan jenis lengkung pubis serta panjang ramus pubis dan

diameter intertuberositas, merupakan bagian terpenting. Karena pada tahap

awal janin harus melalui bagian bawah lengkung pubis maka sudut subpubis

yang sempit kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan lengkung

yang bulat dan lebar.

Empat jenis panggul dasar dikelompokkan sebagia berikut

1) Ginekoid (tipe wanita klasik)

2) Android (mirip panggul pria)

3) Antropoid (mirip panggul kera anthropoid)

4) Platipeloid (panggul pipih)

Bagian Lunak Panggul

Bagian ini tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri vagina, muskulus

dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul.

1) Permukaan belakang panggul dihubungkan oleh jaringan ikat antara os

sacrum dengan ilium dinamakan dengan ligamentum sacro iliaca posterior,

bagian depan dinamakan ligamentum sacro iliaca anterior

60
2) Ligamentum yang menghubungkan os sacrum dan spina ischium dinamakan

ligamentum sacro spinosum

3) Ligamentum antara os sacrum dan os tuber ischiadikum dinamakan

ligamentum sacro tuberosum

4) Pada bagian bawah sebagai dasar panggul. Dasar panggul/diagfragma pelvis

terdiri dari bagian otot disebut muskulus levator ani

5) Bagian membran disebut diagfragma urogenital

6) Muskulus levator ani menyelubungi rektum, terdiri atas muskulus pubo

coccygeus, muskulus iliococcygeus, dan muskulus ischio coccygeus

7) Ditengah-tengah muskulus pubococcygea kanan dan kiri ada hiatus

urogenitalis merupakan celah terbentuk segitiga. Hiatus ini dibatasi sekat

yang menyelubungi PBP sebelah depan. Pada wanita sekat ini merupakan

tempat keluarnya uretra dan vagina

8) Fungsi diagfragma pelvis adalah untuk menjaga agar genitalia interna tetap

pada tempatnya. Bila muskulus ini menurun fungsinya, maka akan terjadi

prolaps atau turunnya alat genitalia interna

Perineum

Merupakan daerah yang menutupi pintu bawah panggul, terdiri dari:

1) Regio analis, sebelah belakang. Spinter ani eksterna yaitu muskulus yang

mengelilingi anus berada disini

2) Regio urogenitalis terdiri atas muskulus bulbo cavernosus, ischiocavernosus

dan transversus perinei superficialis

61
Jaringan lunak sebelum persalinan dimulai uterus terdiri dari korpus

uteri dan serviks uteri. Saat persalinan dimulai kontraksi uterus menyebabkan

korpus uteri berubah menjadi dua bagian, yakni bagian atas yang teba dan

berotot dan bagian bawah yang berotot pasid dan berdinding tipis. Suatu

cincin retaksi fisiologis memisahkan kedua segmen ini. Segmen bawah uterus

secara bertahap membesar karena mengakomodasi isi dalam rahm, sedangkan

bagian atas menebal dan kapasitas akomodasiya menurun. Kontraksi korpus

uteri menyebabkan janin tertekan kebawah, terdorong kearah serviks. Serviks

kemudian menipis dan berdilatasi (terbuka) secukupnya sehingga

memungkinkan bagian pertama janin turun memasuki vagina. Dasar panggul

adalah lapisan otot yang memisahkan rongga panggul dibagian atas dari

ruang perineum dibawahnya. Struktur ini membantu janin beortasi kearah

anterior saat menuruni jalan lahir. Vagina kemudian mengembang, berdilatasi

untuk mengakomodasi sehingga memungkinkan janin kedunia luar. 21

3) Passanger (Janin dan Plasenta)

Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat

interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap,

dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia

dianggap juga sebagai bagian dari passanger yang menyertai janin. Namun

plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.

Tulang-tulang kepala janin terdiri dari:

a) Bagian tengkorak

(1)Os frontal/tulang dahi

62
(2)Os parietal/tulang ubun-ubun

(3)Os occipital/tulang belakang kepala

(4)Os temporal/tulang pelipis

b) Bagian muka

(1)Os nasal/tulang hidung

(2)Os maxilaris/tulang rahang atas

(3)Os mandibularis/tulang rahang bawah

(4)Os zygmatic/tulang pipi

c) Sutura

Merupakan sela ruang antara dua tulang

(1)Sutura fontalis: antara kedua tulang frontal

(2)Sutura sagitalis: antara kedua tulang parietal kiri dan kanan

(3)Sutura koronaris: antara tulang parietal dan frontal

(4)Sutura lamboidea: anatara tulang parietal

d) Fontanel/Ubun-ubun

Rongga tulang tengkorak, merupakan pertemuan beberapa sutura.

(1)Fontanel mayor/fontanel anterior/ubun-ubun besar

Merupakan pertemuan antara sutura sagitalis, sutura frontalis, dan

sutura koronaria, berbentuk segiempat panjang. Fontanel ini menutup pada

usia bayi 18 bulan.

(2)Fontanel minor/fontanel posterior/ubun-ubun kecil.

Berbentuk segitiga dengan puncak segitiga runcing searah muka janin

dan dasar segitiga searah dengan punggung janin, merupakan pertemuan

63
antara sutura sagitalis dengan sutura lamboidea. Fontanel ini menutup pada

usia 6-8 minggu.

Dalam persalinan, setelah selaput ketuban pecah, pada pemeriksaan

dalam fontanel dan sutura dipalpasi untuk menentukan presentasi, posisi, dan

sikap janin. Pengkajian ukuran janin memberi informasi usia dan

kesejahteraan bayi baru lahir.

Sutura dan fontanel membuat tengkorak fleksibel, sehingga dapat

menyesuaikan diri terhadap otak bayi, yang beberapa lama setelah lahir terus

tumbuh. Jika belum menyatu dengan kuat, tulang-tulang ini dapat saling

tumpang tindih. Keadaan ini disebut molase, struktur kepala yang terbentuk

selama persalinan. Molase dapat berlangsung berlebihan, tetapi pada

kebanyakan bayi, kepala akan mendapatkan bentuk normalnya dalam tiga

hari setelah lahir. Kemampuan tualng untuk saling menggeser

kemungkinannya beradaptasi terhadap berbagai diameter panggul ibu.

Meskipun dalam kenyataan ukuran bahu janin dapat mempengaruhi proses

kelahiran, namun posisi bahu yang satu dapat lebih rendah dari pada bahu

yang lain. Hal ini membuat diameter bahu yang lebih kecil dapat melalui

jalan lahir.

e) Ukuran Kepala Janin

(1)Diameter

(a) Diameter Sub Occipito bregmatika 9,5 cm

(b)Diameter occipitofrontalis. Jarak antara tulang oksiput dan frontal ±12 cm

64
(c) Diameter vertikomento / supraoksipitomental / mento occipitalis ± 13,5 cm,

merupakan diameter terbesar, terjadi pada presentasi dahi

(d)Diameter submentobregmatika ±9,5 cm / diameter anteroposterior pada

presentasi muka

f) Ukuran circumferensia (keliling)

(1)Circumferensia fronto occipitalis ±34 cm

(2)Circumferensia mento occipitalis ±35 cm

(3)Circumferensia suboccipito bregmatika ±32 cm

g) Ukuran badan lain:

(1)Bahu

Jaraknya ±12cm (jarak antara kedua akromion)

Lingkaran bahu ±34 cm

(2)Bokong

Lebar bokong (diameter intertrokanterika), ±12 cm

Lingkaran bokong ±27 cm

h) Presentasi Janin

Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu atas

panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapat aterm. Tiga

presentasi janin yang utama adalah kepala (96%), bokong (3%), bahu (1%).

Bagian presentasi adalah bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari

pemeriksa saat melakukan pemeriksaan dalam. Faktor-faktor yang

menentukan bagian presentasi adalah letak janin, sikap janin, dan ekstensi

atau fleksi kepala janin.

65
i) Letak Janin

Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung janin terhadap

sumbu panjang (punggung ibu). Ada dua macam letak (1) memanjang atau

vertikal, dimana sumbu panjang janin parallel dengan sumbu panjang ibu, (2)

melintang atau horizontal dimana sumbu panjang janin membentuk suduh

terhadap sumbu panjnag ibu. Letak memanjang dapat berupa presentasi

kepala atau presentasi sacrum. Presentasi ini tergantung pada struktur janin

yang pertama memasuki panggul ibu.

j) Sikap Janin

Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian tubuh

yang lain. Janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada dalam

rahim. Hal ini sebagian merupakan akibat pola pertumbuhan janin dan

sebagian akibat penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim. Pada

kondisi normal punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi ke arah dada, dan

paha fleksi kearah sendi lutut. Sikap ini disebut fleksi umum. Tangan

disilangkan didepan toraks dan tali pusat terletak diantara denngan dan

tungkai. Penyimpangan sikap normal dapat menimbulkan kesulitan bagi anak

dilahirkan. Masalnya pada presentasi kepala, kepala janin dapatberada dalam

sikap ekstensi atau fleksi yang menyebabkan diameter kepala berada dalam

posisi yang tidak menguntungkan terhadap batas-batas panggul ibu. Diameter

biparietal adalah diameter lintang tersebar kepala janin. Dari semua diameter

anteroposterior, terlihat bahwa sikap ekstensi atau fleksi memungkinkan

bagian presentasi dengan berbagai ukuran diameter memasuki panggul ibu.

66
Kepala yang berada dalam sikap fleksi sempurna memungkinkan diameter

masuk suboksipitobregmatika (diameter terkecil), memasuki panggul sejati

dengan mudah.

k) Posisi Janin

Posisi adalah hubungan antara bagian pesentasi (oksiput, sacrum,

mentum/dagu, sinsiput/puncak kepala yang defleksi/menengadah) terhadap

empat kuadran panggul. Yaitu posisi oksipito anterior posterior kanan (OAKa),

oksipito transversa kanan (OTKa), oksipito posterior kanan (OPKa), oksipito

anterior kiri (OAKi).

Engagement menunjukkan bahwa diameter transerva terbesar

bagian presentasi telah memasuki pintu atas panggul atau panggul sejati. Pada

presentasi kepala yang fleksi dengan benar, diameter biparietal merupakan

diameter terbesar. Engagement dapat diketahui melalui pemeriksaan abdomen

atau pemeriksaan dalam. Station adalah hubungan antara bagian presentasi

janin dengan garis imajiner (bayangan) yang ditarik dari spina ischiadika ibu.

Station dinyatakan dalam centimeter, yakni diatas atau dibawah spina. Apabila

bagian presentasi setinggi spina, maka stationnya adalah 0. Akan tetapi jika

bagian presentasi 1 cm dibawah spina, maka stationnya adalah +1. Kelahiran

akan segera berlangsung jika bagian presentasi adalah +4 sampai +5. Untuk

mendapatkan dokumentasi laju penurunan janin yang akurat selama persalinan,

maka station bagian presentasi tersebut harus ditentukan saat persalinan

mulai.22

4) Psikologis

67
Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak

memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan kepadanya.

Wanita bersalin biasanya akan mengutarakan kekhawatirannya jika ditanya.

Perilaku dan penampilan wanita serta pasangan nya merupakan petunjuk

berharga tentang jenis dukungan yang akan diperlukannya. Membantu wanita

berpartisipasi sejauh yang di inginkan dalam melahirkan, memenuhi harapan

wanita akan hasil akhir persalinnya, membantu wanita menghemat tenaga,

mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam mengurangi

kecemasan pasien. Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat akan

membantu memperlancar proses persalinan yang sedang berlangsung.

Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan suasana yang

nyaman dalam kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi penenangan yeri

non farmakologi, memberikan analgesia jika diperlukan dan yang paling

penting berada disisi pasien adalah bentuk-bentuk dukungan psikologis.

Dengan kondisi psikologis yang positif proses persalinan akan berjakan lebih

mudah. 21

5) Penolong

Penolong persalinan merupakan salah satu bagian dari pelayanan

antenatal care. Peningkatan pelayanan antenatal, menerima gerakan keluarga

berencana, melaksanakan persalinan yang bersih dan aman dan meningkatkan

pelayanan obsetrik esensial dan darurat yang merupakan pelayanan kesehatan

primer.

Jenis-jenis penolong persalinan

68
a) Dukun

Jenis dukun terbagi atas 2:

(1)Dukun terlatih

(2)Dukun tidak terlatih

b) Bidan

c) Dokter

Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemilihan penolong persalinan

a) Keyakinan dan kepatuhan mengikuti adat

b) Akses terhadap informasi kesehatan

c) Persepsi tentang jarak

d) Dukungan suami dan keluarga 23

e. Mekanisme Persalinan

1) Engagement

Pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada saat persalinan dimulai

kepala masuk lewat PAP, umunya dengan presntasi biparietal (diameter lebar

yang paling panjang berkisar 8,5-9,5 cm atau 70% pada panggul ginekoid

Masuknya kepala :

a) Pada primi terjadi pada bulan terakhir kehamilan

b) Pada multi terjadi pasa permulaan persalinan

Kepala masuk PAP dengan sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan

pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan PAP

(asinklitismus anterior/posterior)

69
Masuknya kepala dalam PAP dengan fleksi ringan, sutura sagitalis melintang,

bila sutura sagitalis ditengah-tengah jalan lahir disenbut synklitismus, bila

sutura sagitalis tidak ditengah-tengah jalan lahir disebut asynklitismus, bila

sutura sagitalis mendekati simpisis disebut asynklitismus posterior, bila

mendekati promontorium disebut asynklitismus anterior.

2) Descent

Penurunan kepala janin sangat tergantung pada arsitektur panggul

dengan ukuran kepala dan ukuran pelvis sehingga penurunan kepala

berlangsung lambat. Kepala turun kedalam rongga panggul, akbitanya terjadi

tekanan langsung dari his dari daerah fundus kearah daerah bokong, tekanan

dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut dan diagfragma(mengejan)

dan badan janin terjadi ekstensi dan menegang.

a) Dimulai dari onset persalinan/inpartu. Penurunan kepala terjadi bersamaan

dengan mekanisme lainnya.

b) Kekuatan yang mendukung menurut Cuningham dalam buku Obstetri Willian

yang diterbitkan tahun 1995 dan ilmu kebidanan varney 2002:

(1)Tekanan cairan amnion

(2)Tekanan langsung fundus pada bokong

(3)Kontraksi otot-otot abdomen

(4)Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang janin 19,20

3) Flexion

Pada umunya terjad fleksi penuh/sempurna sehingga sumbu panjang

kepala sejajar sumbu panggul. Fleksi adalah kepala janin fleksi, dagu

70
menempel ke toraks, posisi kepala berubah menjadi diameter oksipito

frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito bregmatika (belakang

kepala). Dengan majunya kepala mengakibatkan fleksi bertambah sehingga

ukuran kepala yang melalui jalan lahir lebih kecil (diameter suboksipito

bregmatika menggantikan suboksipito frontalis). Fleksi terjadi karena anak

didorong maju, sebaliknya juga mendapat tahanan dari PAP, serviks, dinding

panggul/dasar panggul.

a) Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala

janin terhambat oleh serviks, dinding panggul atau dasar panggul.

b) Pada kepala janin, dengan adanya fleksi maka maka diameter

oksipitofrontalis 12 cm berubah menjadi sub oksipitobregmatika 9 cm.

c) Posisi dagu bergeser ke arah dada janin.

d) Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba daripada ubun-

ubun besar.

4) Internal Rotation

Rotasi interna (putaran paksi dalam) selalu disertai turunnya kepala,

putara ubun-ubun kecil kearah depan (kebawah simpisis pubis) mebawa

kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis. Putaran

kepala dari samping kedepan atau kearah posterior (jarang terjadi) disebabkan

oleh adanya his selaku tenaga atau gaya pemutar dan ada dasar panggul

beserta otot-otot dasar panggul selaku tahanan. Pemutaran bagian depan anak

sehingga bagian terendah memutar kedepan ke bawah simpisis. Hal ini

mutlak perlu terjadi karena untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir,

71
terjadi dengan sendirinya selalu bersamaan dengan majunya kepala, tidak

terjadi sebelum sampai di hodge III. Sebab-sebab putaran paksi dalam yaitu

pada letak fleksi bagian belakang kepala merupakan bagian terendah, bagian

terendah mencari tahanan paling sedikit, yaitu didepan atas (terdapat hiatus

genitalis), ukuran terbesar pada bidang tengah panggul yaitu diameter

anteroposterior.

5) Extention

Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makin turun dan

menyebabkan perineum distensi. Pada sat ini punck kepala berada di simpisis

dan dalm keadaan seperti ini kontraksi ibu yang kuat mendorong kepala

ekspulsi dan melewati introitus vagina. Terjadi defleksi kepala, pada kepala

bekerja 2 kekuatan yaitu mendesak kepala kebawah dan tahanan dasar

oanggul yang mneolak keatas, pusat pemutaran hipomoklion, ekstensi terjadi

setelah kepala mencapai vulva, terajdi ekstensi setelah oksiput melewati

bawah simpisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut dari oksiput,

brega, hadi, hidung, mulut dan dagu.

6) External Rotation

Setelah seluruh kepala lahir terjadi putaran kepala ke posisi pada saat

engagement. Dengan demikian bahu depan dan belakang dilahirkan lebih

dahulu dan di ikuti dada, perut, bokong dan seluruh tungkai. Setelah kepala

lahir maka akan terjadi putaram kemballi kearah punggung untuk

menghilangkan torsi pada leher, selnjutnya putaran dilanjutkan sampai

belakang kepala berhadapan dengan tuber isciadikum. Putaran paksi luar

72
disebabkan ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter anteroposterior

dari PAP, setelah putaran paksi luar bahu depn dibawah simpisis menjadi

hipomoklion kelahiran bahu belakang. Bahu depan menyusul lahir di ikuti

seluruh badan anak.

7) Explusion

Setelah putaran paksi luar bahu depandibawah simpisis menjadi

hipomoklion kelahiran bahu depan menyusul lahir, di ikuti seluruh badan

anak. 21,24

f. Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari

penggunaan partograf adalah untuk :

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui periksa dalam.

2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Dengan demikian juga

dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadi partus lama.

3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,

grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikkamentosa yang

diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan

atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada

status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu

penolong persalinan untuk

73
1) Mencatat kemajuan persalinan

2) Mencatat kondisi ibu dan janinnya

3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran

4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit

persalinan

5) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang

sesuai dan teapt waktu.

Partograf harus digunakan :

1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persallinan dan merupakan

elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk

semua persalinan baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu

penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan

klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan

penyulit.

2) Selama persalian dan kelahiran bayi disemua tempat

3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan

persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya.

Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan

bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta

membantu mencegah terjadinya penyulit yang mengancam keselatan jiwa

meraka.

74
Pencatatan Selama Fase Laten Kala Satu Persalinan

Seperti yang sudah dibahas diawal bab ini, kala satu persalinan terdiri

dari dua fase, yatu fase laten dan fase aktif yang diacu pada pembukaan

serviks:

1) Fase laten: pembukaan serviks kurang dari 4 cm

2) Fase aktif: pembukaan serviks 4-10 cm

Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus

dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik dicatatan kemajuan

persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu hamil. Tanggal dan

waktu harus dituliskan setiap kali membuat ctatan selama fase laten

persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga harus dicatatkan.

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu:

1) Denyut jantung janin setiap setengah jam

2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap setengah jam

3) Nadi setiap setengah jam

4) Pembukaan serviks setiap 4 jam

5) Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam

6) Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam

7) Produksi urin, aseton, dan protein setiap 2 sampai 4 jam

Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus

lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis

75
disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi

berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi

aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawat daruratan atau

penyulis, ibu boleh pulang dengan intruksi untuk kembali jika kontraksi

teratur, intensitasnya semakin kuat dan frekuensi meningkat. Apabila asuhan

persalinan dilakukan dirumah, penolong persalinan hanya boleh

meninggalkan ibu setekah dipastikan bahwa kondisi ibu dan bayinya baik.

Pesankan kepada ibu dan keluarga untuk kembali menghubungi penolong

persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke fasilitas

kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari 8 jam.

Pencatatan Selama Fase Aktif Persalianan

Halaman depan partograf mengintruksikan observasi dimulai pada fase aktif

persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil

pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu:

Informasi tentang Ibu

1) Nama, umur

2) Gravida,para, abortus

3) Nomor catatan medik/nomor puskesmas

4) Tanggal dan waktu mulai dirawat (bila dirumah, tanggal dan waktu penolong

persalinan mulai merawat ibu)

5) Waktu pecahnya selaput ketuban

Kondisi Janin

76
1) DJJ

2) Warna dan adanya ketuban

3) Penyusupan (molase kepala janin)

Kemajuan persalinan

1) Bumbukaan serviks

2) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin

3) Garis waspada dan garis bertindak

Jam dan waktu

1) Waktu mulainya fase aktif persalinan

2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian

Kontraksi uterus

1) Frekuensi kontraksi dalam waktu10 menit

2) Lama kontraksi

Obat-obatan dan cairan yang diberikan

1) Oksitosin

2) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan

Kondisi Ibu

1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh

2) Urin (volume, aseton atau protein)

Mencatat temuan pada partograf

Informasi tentang Ibu

77
Lengkapi bagian awal partograf secara teliti pada saat memulai asuhan

persalinan. Waktu kedatangan dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam

fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.

Kondisi Janin

Bagian atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan DJJ, air ketuban

dan penyusupan (kepala janin)

Denyut Jantung janin

Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering bila dalam keadaan gawat

janin). Setiap kontraksi dibagianatas partograf menunjukkan waktu 30 menit.

Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan

memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan

DJJ. Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas

dan bersambung. Kisaran DJJ normal terpapar pada partograf diantara garis

tebal padaangka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ

mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160.

Warna dan Adanya Air Ketuban

Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna

air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak

yang sesuai dibawah lajur DJJ, dengan menggunakan lambang-lambang

berikut : U bila selaput ketuban masih utuh (belum pecah), J bila selaput

78
ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih, M bila selaput ketuban sudah

pecah dan air ketuban bercanpur mekonium, D bila selaput ketuban telah

pecah dan air ketuban bercampur darah, K bila selaput ketuban telah pecah

tetapi air ketuban sudah tidak mengalir lagi (kering).

Mekonium dalam air ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin.

Jika terdapat mekonium pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-

tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin

maka ibu harus segera dirujuk. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera

rujuk ibu ke tempat yang memiliki kemampuan penatalaksanaan

gawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.

Penyusupan (Molase) Tulang Kepala Janin

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat

menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar

derajat penyusupan atau tumpang tindih antara tulang kepala semakin

menunjukkan rasio disporporsi antara kepala dan panggul (CPD).ketidak

mampuan berakomodasi atau disporporsi ditunjukkan melalui penyusupan

kepala atau tumpang tindih (molase) yang berat sehingg tulang kepala yang

saling menyusup sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan sidporporsi

kepala-panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta

kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan

rujuk ibu dengan dugaan disporporsi kepala-panggul. Ke fasilitas kesehatan

rujukan.

79
Seiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase)

kepala janin. Catat temuan-temuan yang ada dikotak yang sesuai dibawah

lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini : 0 tulang-tulang

kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dipalpasi, 1 tulang-tulang kepala

janin hanya saling bersentuhan, 2 tulang-tulang kepala janin saling tumpang

tindih tapi masih dapat dipisahkan, 3 tulang-tulang kepala janin saling

tumpang tindih tapi tidak dapat dipisahkan.

Kemajuan Persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan

persalinan. Angka 0-10 yang tertera dikolom paling kiri adalah besarnya

dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks

dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri. Perubahan

nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan

dilatasi serviks sebesar 1cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan

bagian terbawah janin tercantum angka 1-5 yang sesuai dengan metode

perlimaan. Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan waktu 30 menit

untuk pencatatan waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus

dan frekuensi nadi ibu.

Pembukaan Servik

Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika

ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan , catat

pada partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus

80
dicantumkan digaris waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan

serviks.

Perhatikan :

1) Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan

besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari

hasil periksa dalam.

2) Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan , temuan dari hasil

periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang

sesuai dengan bukaan serviks dan cantumkan tanda “X” pada ordinat atau

titik silang garis dilatasi serviks fan garis waspada.

3) Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak

terputus)

Penurunan Bagian Terbawah Janin

Setiap kali melakukan periksa dalam (4 jam sekali), atau lebih sering (jika

ditemukan tanda-tanda penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan

kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin

telah memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan

pembukaan serviks selalu di ikuti dengan turunnya bagian terbawah janin.

Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah

pembukaan serviks mencapai 7 cm.

Tulisan “turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera disisi yang

sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda “O” yang ditulis pada

garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh jika hasil pemeriksaan palpasi

81
kepala diatas simfisis pubis adalah 4/5 makatuliskan tanda “O” digaris angka

4. Hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.

Garis Waspada dan Garis Bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik

dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju permukaan adalah 1

cm perjam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai digaris

waspada. Jika pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada

(pembukaan kurang 1 cm per jam), harus dipertimbang jika adanya penyulit

(misalnya: fase aktif yang memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri

hipotonik dan lain-lain). Petimbangkan perlunya melakukan intervensi

bermanfaat yang diperlukan, misalnya : persiapan rujukan ke fasilitas

kesehatan rujukan (rumah sakit/puskesmas) yang memkiliki kemampuan

untuk menatalaksanakan penyulit atau gawatdarurat obstetri. Garis bertindak

tertera sejajar dan disebalah kanan (jarak 4 jam) garis waspada jika

pembukaan serviks telah melampaui dan telah berada disebelah kanan garis

bertindak maka hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk

menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, Ibu harus berada ditempat rujukan

sebelum garis berindak terlampaui.

Jam dan Waktu

Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan

Dibagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera

kotak-kotak yang diberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan 1 jam sejak

dimulainya fase aktif persalinan.

82
Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilain

Dibawah lajur kotak untuk memulainya fase aktif, tertera kotak-kotak

untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak

menyatakan 1 jam penuh dan berkaitan dengan 2 kotak waktu 30 menit yang

berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ dibagian

atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu dibagian bawah. Saat ibu masuk dalam

fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks digaris waspada

kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini dikotak waktu yang sesuai.

Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan dalam menunjukan pembukaan

serviks adalah 6cm pada pukul 15.00, cantumkan tanda “X” digaris waspada

sesuai lajur angka 6 yang tertera pada sisi kolom paling kiri dan catat waktu

aktual di kotak pada lajur waktu dibawah lajur pembukaan (kotak ketiga dari

kiri).

Kontraksi Uterus

Dibawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan

“kontraksi per 10 menit” disebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak

menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi

dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah

kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak

kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mengcerminkan

temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi. Sebagai contoh jika ibu mengalami

3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3

kotak kontraksi. Nyatakan lamanya kontraksi dengan :

83
1) Beri titik-titik dikotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya

kurang dari 20 detik

2) Beri garis-garis dikotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang

lamanya 20-40 detik

3) Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih

dari 40 detik

Obat-obatan dan Cairan yang Diberikan

Oksitosin

Jika tetesan (drip) oksitpsin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit

jumlah unit oksitosin yang diberikan pervolume cairan IV dan dalam satuan

tetesan permenit.

Obat-obatan lain dan cairan IV

Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak

yang sesuai dengan kolom waktunya.

Kondisi Ibu

Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat

kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu

selama persalinan.

Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh

Angka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan

darah ibu.

84
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih

sering jika diduga ada penyulit). Beri tanda titik (•) pada kolom waktu yang

sesuai.

Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan

Volume urin, protein dan aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urin sedikitnya setiap 2 jam (Setiap kali

ibu berkemih). Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan

pemeriksaan aseton dan protein dalam.

Asuhan< pengamatan dan keputusan klinik lainnya

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik disisi luar

kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan.

Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan. Asuhan,

pengamatan dan atau keputusan klinis mencangkup:

1) Jumlah cairan per oral yang diberikan

2) Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur

3) Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgin, bidan, dokter umum)

4) Persiapan sebelum melakukan rujukan

5) Upaya, jenis dan lokasi fasilitas rujukan

Pencatatan pada lembar belakang partograf

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang

terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan

yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah

85
sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Nilai dan catatkan

asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa nifas (terutama pada kala

empat persalinan) untuk memungkin penolong persalinan mencegah

terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi

ini sangat penting, terutama untuk membuat keputusan klinik (misalnya,

pencegahan perdarahan pada kala IV persalinan). Selain itu catatan persalinan

(lengkap dan benar) dapat digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana

pelaksaan asuhan persalinan yang aman dan bersih telah dilakukan.

Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:

Data atau informasi umum

1) Kala I

2) Kala II

3) Kala III

4) Bayi baru lahir

5) Kala IV

Cara pengisian

Berbeda dengan pengisian halaman depan (harus segera diisi disetiap akhir

pemeriksaan), pengisian data dilembar belakang partograf baru dilengkapi

setelah seluruh proses persalinan selesai. Informasi yang dicatatkan.

Dihalaman belakang partograf akan meliputi unsur-unsur berikut ini:

Data Dasar

86
Data dasar tertidiri dari tanggal, nama, bidan, tempat persalinan, alamat,

tempat persalinan, catatan dan alasan merujuk, tempat rujukan dan

pendamping pada saat merujuk. Isikan data pada masing-masing tempat yang

telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda √ pada kotak disamping

jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 5, lingkari jawaban yang

sesuai dan untuk pertanyaan nomor 8 jawaban bisa lebih dari satu.

Kala 1

Kala 1 terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang Partograf saat melewati

garis waspada, masalah-masalah lain yang timbul, penatalaksanaannya, dan

hasil penatalaksanaan tersebut. Untuk pertanyaan nomor 9, lingkari jawaban

yang sesuai. Pertanyaan lainnya hanya di isi jika terdapat masalah lainnya

dalam persalinan.

Kala II

Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin,

distosia bahu, masalah lain, penatalaksanaan masalah dan hasilnya. Beri tanda

√ pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Bila pertanyaan nmor 13,

jawabannya “Ya”, tulis indikasinya. Untuk nomor 15 dan 16 jika jawabannya

“Ya” , isi tindakan yang dilakukan. Khusus pada nomor 15, ditambahkan

ruang baru untuk menekankan upaya deteksi dini terhadap gangguan kondisi

kesehatan janin selama kala II dan harus dicatatkan apa hasil pemantauan

tersebut (normal, gawat janin, atau tidak dapat dievaluasi). Bagian ini dapat

menjadi pelengkap bagi informasi pada kotak “Ya” maupun “Tidak” untuk

87
pertanyaan nomor 15. Jawaban untuk pertanyaan nomor 14, mungkin lebih

dari 1. Untuk masalah lain pada nomor 17 harus dijelaskan jenis masalah yan

terjadi.

Kala III

Data untuk kala III terdiri dari lamanya kala III, pemberian oksitosin,

penegangan tali pusat terkendali, rangsangan pada fundus, kelengkapan

plasenta saat dilahirkan, retensio plasenta, laserasi, atonia uteri, jumlah

perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawan pada

tempat yang disediakan dan beri tanda √ pada kota disamping jawaban yang

sesuai. Untuk nomor 25, 26 dan 28 lingkari jawaban yang benar.

Bayi Baru Lahir

Informasi yang perlu diperoleh dari bagian bayi baru lahir adalah berat dan

panjang badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI.

Masalah lain dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri

tanda √ pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor

36 dan 37, lingkari jawaban yang sesuai. Untuk nomor 38, jawabannya

mungkin lebih dari satu.

Kala IV

Kala IV berisi tentang tekanan darah, nadi, temperatur, tinggi fundus,

kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.pemantauan kala IV ini

sangat penting, terutama untuk menilai deteksi dini resiko atau kesiapan

88
penolong mengantisipasi komplikasi perdarahan pasca persalinan.

Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama setelah

melahirkan dan setiap 30 menit pada 1 jam berikutnya. Isikan hasil

pemeriksaan pada kotak atau ruang yang sesuai. Bila timbul masalah selama

kala IV, tuliskan jenis dan cara menangani masalah tersebut pada bagian

masalah kala IV dan bagian berikutnya. Bagian yang digelapkan tidak usah di

isi.18

g. Tahapan persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0

sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga

dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengedan,

janin didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala urie,

plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari

lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi

apakah terjadi post partum.

1) Persalinan Kala I

Persalinan Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his kala

pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu/wanita masih dapat

berjalan-jalan. Klinis dapat dinyatakan mulai terjadi partus jika timbul his dan

wanita tersebut mengeluaran lendir yang bersemu darah (bloody slime).

Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena

serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darah berasal dari

89
pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis tersebut

pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses ini

berlangsung kurang lebih 18-24 j am, yang terbagi menjadi dua fase, yaitu

fase laten (8jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, dan fase

aktif (7jam) dari pembukaan 3cm sampai pembukaan 10 cm. Dalam fase aktif

ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu fase akselerasi dimana dalam waktu

2 jam pembukaan 3cm menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal, yakni dalam

waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari pembukaan 4cm

menjadi 9cm, dan fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat

kembali, dalam 2 jam dari pembukaan 9cm menjadi 10cm. Kontraksi menjadi

lebih kuat dan lebih sering pada fase aktif. Keadaan tersebut dapat dijumpai

baik pada primigravida maupun multigravida, akan tetapi pada multigravida

fase laten, fase aktif dan fase akselerasi terjadi lebih pendek. Berdasarkan

kurve Fridman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan

pembukaan pada multigravida 2cm/jam. Dengan demikian waktu pembukaan

lengkap dapat diperkirakan. Mekanisme membukanya serviks berbeda antara

primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan

membuka terlebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis.

Kemudian ostium uteri eksternum membuka.

Pada multigravida ostium uteri internum sudah membuka sedikit,

sehingga ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran

serviks terjadi dalam waktu yang bersamaan.

2) Persalinan Kala II

90
Dimulai dari pembukaa lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Proses ini

berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala

ini his menajdi lebih kuat dan cepat, kurang lebih 2-3 menit sekali. Dalam

kondisi yang normal pada kala ini kepala janin sudah masuk dalam ruang

panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul

yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa adanya

tekenan pada rektum dan seperti akan buang air besar. Kemudian perineum

mulai menonjol dan menjadi lebar dengan membuka anus. Labia mulai

membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada

saat ada his. Jika dasar panggul sudah berelaksi, kepala janin tidak masuk lagi

diluar his. Dengan keuatan his dan mengedan maksimal kepala janin

dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dagu

melewati perineum. Setelah his istirahat sebentar, maa his akan mulai lagi

untuk mengeluarkan anggota badan bayi.

3) Persalinan Kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras

dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus

berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.

4) Persalinan Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.

Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama

persalinan dalam upaya mencapai upaya mencapai pertolongan persalinan

91
yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang

bayi.

Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah:

1) Tingkat kesadaran penderita

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah, nadi dan pernafasan

3) Kontraksi uterus

4) Terjadi perdarahan

Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai

500 cc. 21,22

h. Perubahan fisiologis pada masa persalinan

Perubahan Fisiologis pada Kala I Persalinan

a) Perubahan Tekanan Darah

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan

sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg.

Diantara kontraksi-kontraksi uterus, tekanan darah akan menurun seperti

sebelum masuk persalinan dan akan naik kembali bila terjadi kontraksi. Arti

penting kejadian ini adalah untuk memastikan tekanan darah yang

sesungguhnya, sehingga diperlukan pengukuran diantara kontraksi. Jika

seorang ibu dalam keadaan sangat takut pertimbangkan kemungkinan rasa

takutnya lah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah. Dalam hal ini perlu

dilakukan pemeriksaan lainnya untuk mengesampingkan preeklamsia, oleh

karena itu diperlukan asuhan yang mendukung yang dapat menimbulkan ibu

rileks/santai.

92
Posisi tidur terlentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan

uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan

sirkulasi darah baik untuk ibu maupun janin akan terganggu, ibu dapat terjadi

hipotensi dan janin dapat asfiksia. Oleh karena itu posisi tidur ibu selama

persalinan yang terbaik adalah menghindari posisi tidur terlentang.

Untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya maka diperlukan

pengukuran tekanan darah diluar kontraksi.

b) Perubahan Metabolisme

Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobikk maupun

anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan

karena oleh kecemasan serta kegiatan otot kerangka tubuh. Kegiatan

metobilsme yang meningkat tercermin dari kenaikan suhu badan, denyut

nadi, pernafasan, kardiak output dan kehilangan cairan

c) Perubahan Suhu Badan

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu mencapai

tertinggi selama persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan ini

dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1˚C. Suhu badan yang naik sedikit

merupakan keadaan yang wajar, namun bila keadaan ini berlangsung lama,

kenaikan suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi. Parameter lainnya

harus dilakukan antara lain selaput ketuban sudah pecah atau belum, karena

hal ini bisa merupakan tanda infeksi.

d) Denyut Jantung

93
Perubahan yang menyolok selama kontraksi dengan kenaikan denyut

jantung, penurunan selama acme sampai satu angka yang rendah dan angka

antara kontraksi. Penurunan yang menyolok selama acme kontraksi uterus

tidak terjadi jika ibu dalam posisi mirip tidak dalam posisi terlentang. Denyut

jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode

persalinan atau sebelum masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan

dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang

sedikit naik merupakan keadaan yang normal, meskipun normal perlu

diontrol secara periode untuk mengidentifikasi adanya infeksi.

e) Pernafasan

Pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum

persalinan, kenaikan pernafasan ini dapat disebabkan karena adanya rasa

nyeri, kekhawatiran serta penggunaan teknik pernafasan yang tidak benar.

Untuk itu diperlukan tindakan untuk mengendalikan pernafasan (untuk

menghindari hiperventilasi yang ditandai oleh adanya perasaan pusing).

f) Perubahan renal

Polyuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh kardiak

outout yang meningkat, serta disebabkan karena filtrasi glomelurus serta

aliran plasma ke renal. Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang,

yang mempunyai efek mengurangi aliran urine selama kehamilan. Kandung

kencing harus sering dikontrol (setiap 2 jam) yang bertujuan agar tidak

menghambat penurunan bagian terendah janin dan trauma pada kandung

kemih serta menghindari retensi urine (+1) selama persalinan merupakan hal

94
yang wajar, tetapi protein urin (+2) merupakan hal yang tidak wajar, keadaan

ini lebih sering pada ibu primipara, anemia, persalinan lama atau pada kasus

pre eklamsia.

g) Perubahan gastrointestinal

Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat

berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama persalinan

dan menyebabkan konstipasi. Lambung yang penuh dapat menimbulkan

ketidaknyamanan, oleh karena itu ibu dianjurkan tidak makan terlalu banyak

atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum semaunya untuk

mempertahankan energi dan hidrasi.

h) Perubahan hematologis

Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100ml selama persalinan dan

kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama setelah persalinan apabila

tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan, waktu koagulasi berkurang

dan akan mendapat tambahan plasma selama persalinan. Jumlah sel-sel darah

putih meningkat secara progessif selema kala satu persalinan sebesar 5000 s/d

15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap, hal ini tidak

beerindikasi adanya infeksi. Setelah itu turun lagi kembali ke keadaan

semula. Gula darah akan turun selama persalinan dan akan turun secara

menyolok pada persalinan yang mengalami penyulit atau persalinan lama, hal

ini disebabkan karena kegiatan uterus dan otot-otot kerangka tubuh.

Penggunaan uji laboratorium untuk penapisan ibu yang menderita diabetes

melitus akan memberikan hasil yang tidak tepat dan tidk dapat diandalkan.

95
i) Kontraksi uterus

Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos

uterus dan penurunan hormon progesteron yang dapat menyebabkan

keluarnya hormon oksitosin. Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri

menjalar kebawah, fundus uteri bekerja kuat dan lama untuk mendorong janin

kebawah, sedangkan uterus bagian bawah pasif hanya mengikuti tarikan dan

segmen atas rahim, akhirnya menyebabkan serviks menjadi lembek dan

membuka. Kerjasama antara uterus bagian atas dan uterus bagian bawah

disebut polaritas.

j) Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim

Segmen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan

sifat otot yang lebih tebal dan konraktif. Pada bagian ini terdapat banyak otot

serong dan memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai ishmus uteri.

Segmen Bawah Uterus (SBR) terbentng diuterus bagian bawah antara

ishmus dengan serviks, dengan sifat otot yang tipis dan elastis, pada bagian

banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.

k) Perkembangan retraksi ring

Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR, dalam

keadaan persalinan normal tidak nampak dan akan kelihatan pada persalinan

abnormal, karena kontraksi uterus yang berlebihan, retraksi ring akan tampak

sebagai garis atau batas yang menonjol diatas simpisis yang merupakan tanda

dan ancaman ruptur uterus.

l) Penarikan serviks

96
Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi Ostium Uteri Internum

(OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan

menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang karena canalis

servikalis membesar dan atas dan membentuk Ostium Uteri Eksterna (OUE)

sebagai ujung dan bentuknya menjadi sempit.

m) Pembukaan ostium uteri interna dan ostium uteri externa

Pembukaan serviks disebabkan oleh karena membesarnya OUE karena

otot yang melingkar disekitar ostium merenggang untuk dapat dilewati

kepala. Pembukaan uteri tidak saja karena penarikan SAR akan tetapi juga

karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion. Pada primigravida

dimulai dari ostium uteri internum terbuka lebih dahulu baru ostium eksterna

membuka pada saat persalinan terjadi. Sedangkan pada multigravida ostium

uteri internum dan eksternum membuka secara bersama-sama pada saat

persalinan terjadi.

n) Show

Show adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dari sedikit lendir

yang bercampur darah, lendir ini berasal dari ekstruksi lendir yang

menyumbat canalis servikalis sepanjang kehamilan, sedangkan darah berasal

dan desidua vera yang lepas.

o) Tonjolan kantong ketuban

Tonjolan kantong ketuban ini disebabkan oleh adanya rengangan SBR

yang menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada uterus,

dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi cairan yang

97
menonol ke ostium uterus internum yang terbuka. Cairan ini terbagi dua yaitu

fore water dan hind water yang berfungsi untuk melindungi selaput amnion

agar tidak terlepas seluruhnya. Tekanan yang diarahkan ke cairan sama

dengan tekanan ke uterus sehingga akan timbul generasi fluodpresur. Bila

selaput ketuban pecah maka cairan tersebut akan keluar, sehingga plasenta

akan tertekan dan menyebabkan fungsi plasenta terganggu. Hal ini akan

menyebabkan fetus kekurangan oksigen.

p) Pemecahan kantong ketuban

Pada akhir kala satu bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada

tahanan lagi, ditambah dengan kontraksi yang kuat serta desakan janin yang

menyebabkan kanton ketuban pecah, di ikuti dengan proses kelahiran bayi.

Perubahan Fisiologis Kala 2 Persalinan

1) Kontraksi, dorongan otot-otot dinding

Kontraksi uterus pada persalinan mempunyai sifat tersendiri. Kontraksi

menimbulkan nyeri, merupakan satu-satunya kontraksi normal muskulus.

Kontraksi ini dikendalikan oleh syaraf intrinsik, tidak disadari, tidak dapat

diatur oleh ibu bersalin, baik frekuensi maupun lama kontraksi. Sifat khas :

1) Rasa sakit dari fundus merata keselluruh uterus sampai berlanjut ke punggung

bawah

2) Penyebab rasa nyeri belum diketahui secara pasti. Beberspa dugaan penyebab

antara lain, pada saat kontraksi terjadi 02 pada miometrium, penekanan

ganglion syaraf diserviks dan uterus bagian bawah, peregangan serviks akibat

98
dari pelebaran serviks, dan peregangan peritoneum sebagai organ yang

menyelimuti uterus.

Pada waktu selang kontraksi/periode relaksasi diantara kontraksi memberikan

dampak berfungsinya sistem-sistem dalam tubuh, yaitu :

a) Memberikan kesempatan pada jaringan otot-otot uterinee untuk beristirahat

agar tidak menurunkan fungsinya oleh karena kontraksi yang kuat secara

terus menerus.

b) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk istirahat, karena rasa sakit selama

kontraksi

c) Menjaga kesehatan janin karena pada saat kontraksi uterus mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah plasenta sehingga bila secara terus menerus

berkontraksi, maka akan menyebabkan hipoksia, anoksia dan kematian janin.

Pada awal persalinan kontraksi uterus terjadi selama 15-20 detik. Pada

saat memasuki fase aktif, kontraksi terjadi selama 45-90 detik rata-rata 60

detik. Dalam satu kali kontraksi terjadi 3 fase, yaitu fase naik, puncak, dan

turun. Pada saat fase naik lamanya 2 kali fase lainnya. Pemeriksaan kontraksi

uterus meliputi, frekuensi, durasi/lama, intensitas/ kuat lemah. Frekuensi

dihitung dari awal timbulnya kontraksi sampai muncul kontraksi berikutnya.

Pada saat memeriksa durasi/ lama kontraksi, perlu diperhatikan bahwa cara

pemeriksaan kontraksi uterus dilakukan dengan cara palpasi pada perut.

Karena bila berpedoman pada rasa sakit yang dirasakan ibu bersalin saja

kurang akurat. Pada awal kontraksi biasanya ibu bersalin belum merasakan

sakit, begitu juga pada saat kontraksi sudah berakhir, ibu bersalin masih

99
merasakan sakit. Begitu juga dalam menentukan intensitas kontraksi uterus/

kekuatan kontraksi uterus, hasil pemeriksaan yang disimpulkan tidak dapat

diambil dari seberapa reaksi nyeri ibu bersalin pada saat kontraksi. Ambang

rasa nyeri tiap individu berbeda. Pada ibu bersalin yang belum siap

menghadapi persalinan, kurang matang psikologis, tidak mengerti proses

persalinan yang ia hadapi akan bereaksi serius dengan berteriak keras saat

kontraksi walaupun kontraksinya lemah. Sebaliknya ibu bersalin yang sudah

siap menghadapi persalinan, mempunyai ketabahan, kesabaran yang kuat,

pernah melahirkan, didampingi keluarga dan didukung oleh penolong

persalinan yang profesional, dapat menggunakan teknik pernafasan untuk

relaksasi, maka selama kontraksi yang kuat tidak akan berteriak. Intensitas

dapat diperiksa dengan cara jari-jari tangan ditekan pada perut, bisa atau tidak

uterus ditekan pada kontraksi yang lemah akan mudah dilakukan, tetapi pada

kontraksi yang kuat, hal itu tidak mudah dilakukan. Bial dipantau dengan

monitor janin, kontraksi uterus yang paling kuat pada fase kontraksi puncak

tidak akan melibih 40 mmHg.

Selanjutnya, kesimpulan pemeriksaan kontraksi uterus tidak hanya

meliputi, frekuensi, durasi/lama, intensitas/kuat lemah tetapi perlu

diperhatikan juga pengaruh dari ketiga hal tersebut mulai dari kontraksi yang

belum teratur hingga akhir persalinan. Misalnya pada awal persalinan,

kontraksi uterus setiap 20-30 menit selama 20-25 detik, intensitas ringan

lama-kelamaan menjadi 2-3 menit, lama 60-90 detik, kuat, maka hal ini akan

menghasilkan pengeluaran janin. Bila ibu bersalin mulai berkontraksi selama

100
5 menit selama 50-60 detik dengan intensitas cukup kuat maka dapat terjadi

kontraksi tidak dapa teratur, frekuensi lebih sering, durasi lebih lama.

Terkadang dapat terjadi disfungsi uterin, yaitu kemajuan proses persalinan

yang meliputi dilatasi serviks/pelebaran serviks, mekanisme penurunan

kepala memakan waktu yang lama, tidak sesuai dengan harapan.

Kontraksi uterus bervariasi pada setiap bagian akrena mempunyai pola

gradien. Kontraksi yang kuat mulai dari fundus hingga berangsur-berangsur

berkurangdan tidak ada sama sekali kontraksi pada serviks. Hal ini

memberikan efek pada uterus sehingga uterus terbagi menjadi dua zona, yaitu

zona atas dan zona bawah uterus. Zona atas merupakan zona yang berfungsi

mengeluarkan janin karena merupakan zona yang berkontraksi dan menebal,

dan sifatnya aktif. Zona ini terbentuk akibat mekanisme kontraksi otot. Pada

saat relaksasi panjang otit tidak bisa kembali ke ukuran semula, ukuran

panjang otot selama masa relaksasi semakin memendek dan demikian

seterusnya setiap kali terjadi relaksasi sehingga zona atas semakin menebal

dan mencapai batas tertentu pada zona bawah semakin tipis dan luas.

Sedangkan zona bawah terdiri dari istmus dan serviks uteri. Pada saat

persalinan istmus uteri disebut segmen bawah rahim. Zona ini sifatnya pasif

tidak berkontraksi seperti zona atas. Zona bawah menjadi tipis dna membuka

akibat dari sifat pasif dan pengaruh dari kontraksi pada zona atas sehingga

janin dapat melewatinya. Jika zona bawah ikut berkontraksi seperti zona atas

maka tidak dapat terjadi dilatasi/ pembukaan serviks, hal ini dapat

mempersulit proses persalinan.

101
2) Uterus

Terjadi perbedaan pada bagian uterus:

a) Segmen atas: bagian yang berkontraksi, bila dilakukan palpasi akan teraba

keras saat kontraksi

b) Segmen bawah: terdiri atas uterus dan serviks, merupakan daerah yang

terenggang, bersifat pasif. Hal ini mengakibatkan pemendekan segmen bawah

uterus.

c) Batas antara segmen atas rahim dan segmen bawah rahim: membentuk

lingkaran cincin retraksi fisiologis. Pada keadaan kontraksi uterus

inkoordinasi akan membentuk cincin retraksi patologis yang dinamakan

lingkaran bandl.

Perubahan bentuk uterus menjadi oval yang disebabkan adanya

pergerakan tubuh janin yang semual membungkuk menjadi tegap, sehingga

uterus bertambah panjang 5-10 cm.

3) Perubahan ligamentum rotundum

Pada saat kontraksi uterus ligamentum rotundum yang mengandung

otot-otot polos ikut berkontraksi sehingga ligamentum rotundum menjadi

pendek.

Faal ligamentum rotundumn dalam persalinan

a) Fundus uteri pada saat kehamilan bersandar pada tulang belakang, ketika

persalinan berlangsung berpindah kedepan mendesak dinding perut bagian

depan ke depan pada setiap kontraksi. Perubahan ini menjadikan sumbu

rahim searah dengan sumbu jalan lahir.

102
b) Fundus uteri terhambat karena adanya kontraksi ligamentum rotundum pada

saat kontraksi uterus, hal ini menyebabkan fundus tidak dapat naik keatas.

Bila pada waktu kontraksi fundus naik keatas maka kontraksi itu tidak dapat

mendorong anak kebawah.

4) Effasment dan dilatasi serviks

Pengaruh tidak langsung dari konraksi uterus adalah terjadinya

effasment dan dilatasi serviks. Effasment merupakan pemendekan/pendataran

ukuran dari panjang kanalis servikalis. Ukuran normal kanalis servikalis 2-3

cm. Ketika effasment ukuran panjang kanalis servikalis menjadi semakin

pendek dan akhirnya hilang. Pada pemeriksaan dalam teraba lubang dengan

pinggir yang tipis. Proses effasment ini diperlancar dengan adanya

pengaturan seperti ada celah endoserviks yang mempunyai efek membuka

dan meregang. Pemeriksaan kemajuan persalinan untuk menilai proses

effasment 100% berarti sudah terjadi total effasment.

Dilatasi adalah pembesaran ukuran OUI yang kemudian disusul dengan

pembesaran OUE. Pembesaran ini berbeda antara primigravida dan

multigravida. Ostium uteri interna sudah sedikit membuka pada multigravida.

Proses dilatasi ini dibantu/ dipermudah oleh tekanan hidrostatik cairan

amnion. Tekanan hidrostatik cairan amnion terjadi akibat dari kontraksi

uterus.

Pada proses persalinan effasment awal dan dilatasi tidak sama antara

primigravida dan multigravida. Pada primigravida terjadi effasment 50%-

60% pada pembukaan 1 cm sebelum persalinan sebagai akibat dari kontraksi

103
braxton hicks. Hal ini merupakan proses kematangan serviks sebagai tanda

premonitori persalinan, kemajuan perubahan serviks selama persalinan pada

umunya terjadi secara berurutan, kemudian terjadi kombinasi effasment dan

dilatasi serviks 1-2 cm atau tergantung paritas, biasanya tidak terjadi atau

sedikit terjadi effasment. Effasment dan dilatasi merupakan salah satu

indikator seorang ibu masuk persalinan awal atau masih dalam tanda-tanda

persalinan palsu.

Perubahan Fisiologi Kala III

Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta/uri. Rata-rata

lama kal aIII 15-30 menit, baik pada primipara maupun multipara. Tempat

implantasi plasenta sering pada dinding depan dan belakang korpus uteri atau

dinding lateral. Sangat jarang terdapat pada fundus uteri. Bila terletak pada

segmen bawah rahim/SBR, keadaan ini disebut plasenta previa.

Fase-fase kala III

Pelepasan Plasenta

Setelah bayi lahir, terjadi kontraksi uterus. Hal ini mengakibatkan

volume rongga uterus berkurang. Dinding uterus menebal. Pada tempat

implantasi plasenta juga terjadi penurunan luas area. Ukuran plasenta tidak

berubah, sehingga menyebabkan plasenta terlipat, menebal dan akhirnya

terlepas dari dinding uterus. Plasenta terlepas sedikit demi sedikit. Terjadi

pengumpulan perdarahan diantara ruang plasenta dan desidua basalis yang

disebut retroplacenter hematom. Setelah palsenta terlepas, plasenta akan

menempati segmen bawah uterus atau vagina.

104
Macam-macam pelepasan plasenta

1) Mekanisme Schultz

Pelepasan plasenta yang dimulai dari sentral sehingga terjadi bekuan

retroplasenta. Cara pelepasan plasenta ini paling sering terjadi. Tanda

pelepasan dari tengah ini mengakibatkan perdarahan tidak terjadi sebelum

plasenta lahir. Perdarahan tidak terjadi sebelum plasenta lahir.

2) Mekanisme Duncan

Terjadi pelepasan plasenta dari pinggir atau bersamaan dari pinggir dan

tengah plasenta. Hal ini mengakibatkan terjadi semburan darah sebelum

plasenta lahir.

Tanda-tanda pelepasan plasenta

1) Perubahan bentuk uterus. Bentuk uterus yang semula discoid menjadi

globuler akibat dari kontraksi uterus.

2) Semburan darah tiba-tiba

3) Tali pusat memanjang

4) Perubahan posisi uterus. Setelah plasenta lepas dan menepati segmen bawah

rahim, maka utrerus muncul pada rongga abdomen

Pengeluaran plasenta

Plasenta yang sudah lepas dan menepati segmen bawah rahim,

kemudian melalui cerviks, vagina dan dikeluarkan melalui introitus vagina.

Pemeriksaan Pelepasan Plasenta

105
Kustner: Tali pusat diregangkan dengan tangan kanan, tangan kiri menekan

atas sympisis. Penilaian tali pusat masuk berarti belum lepas, tali pusat

bertambah panjang atau tidak masuk berarti lepas

Pengawasan perdarahan

1) Selama hamil aliran darah ke uterus 500-800 ml/mnt

2) Uterus tidak berkontraksi dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak

350-500 ml.

3) Kontraksi uterus akan menekan pembuluh darah uterus diantaranya anyaman

miomerium.

Perubahan Fisiologis Kala IV

Perlu diperhatikan bahwa kontraksi uterus mutlak diperlukan untuk

mencegah terjadinya perdarahan dan pengembalian uterus ke bentuk normal.

Kontraksi uterus yang tidak kuat dan terus menerus dapat menyebabkan

terjadinya atonia uteri yang dapat menggnaggu keselamatan ibu. Untuk itu

evaluasi terhadap uterus pasca pengeluaran plasenta sangat penting untuk

diperhatikan. Untuk membantu uterus tidak menjadi lembek dan mampu

berkontraksi dengan kuat. Kalau dengan usaha ini uterus tidak mau

berkontraksi dengan kuat. Kalau dengan usaha ini uterus tidak mau

berkontraksi dengan baik dapat diberikan obat oksitosin dan harus diawasi

sekurang-kurangnya selama satu jam sambil mengamati terjadinya

perdarahan postpartum. 21,22

i. Kebutuhan dasar ibu bersalin

1) Kebutuhan Fisiologis

106
a) Oksigen

b) Makan dan minum

c) Istirahat selama tidak ada his

d) Kebersihan badan terutama genetalia

e) Buang air kecil dan buang air besar

f) Pertolongan persalinan yang tersandar

g) Penjahitan perineum bila perlu

2) Kebutuhan Rasa Aman

a) Memilih tempat dan penolong persalinan

b) Informasi tentang proses persalinan atau tindakan yang akan dilakukan

c) Posisi tidur yang dikehendaki ibu

d) Pendampingan oleh keluarga

e) Pantauan selama persalinan

f) Intervensi yang diperlukan

3) Kebutuhan Dicintai dan Mencintai

a) Pendampingan oleh suami/keluarga

b) Kontak fisik (Memberi sentuhan ringan)

c) Masase untuk mengurangi rasa sakit

d) Berbicara dengan suara yang lemah, lembut serta sopan

4) Kebutuhan Harga Diri

a) Merawat bayi sendiri dan menetekinya

b) Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privasi ibu

c) Pelayanan yang bersifat empati dan simpati

107
d) Informasi bila akan melakukan tindakan

e) Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu lakukan

5) Kebutuhan Aktualisasi Diri

a) Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan

b) Memilih pendamping selama persalinan

c) Bonding attachment

d) Ucapan selamat atas kelahiran anaknya

Pemenuhan Kebutuhan Dasar IbunSelama Persalinan

1) Pemenuhan kebutuhan fisiologis selama persalinan

a) Mengatur sirkulasi udara dalam ruangan

b) Memberi makan dan minum

c) Menganjurkan istirahat diluar his

d) Menjaga kebersihan badan terutama daerah genitalia (bila memungkinkan ibu

disuruh untuk mandi atau membersihkan daerah kemaluan)

e) Menganjurkan ibu untuk buang air kecil atau air besar

f) Menolong persalinan sesuai standar

2) Pemenuhan kebutuhan rasa aman

a) Memberikan informasi tentang proses persalinan atau tindakan yang akan

dilakukan

b) Menghargai pemilihan posisi tidur

c) Menentukan pendampingan selama persalinan

d) Melakukan pantauan selama persalinan

e) Melakukan pembicaraan dengan suara lemah lembut dan sopan

108
3) Pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai

a) Menghormati pemilihan pendampingan selama persalinan

b) Melakukan kontak fisik/memberi sentuhan ringan

c) Melakuka masase untuk mengurangi rasa sakit

d) Melakukan pembicaraan dengan suara lemah, lembut dan sopan

4) Pemenuhan kebutuhan harga diri

a) Mendengarkan keluhan ibu dengan penuh perhatian/ menjadi pendengar yang

baik

b) Memberi asuhan dengan memperhatikan privasi ibu

c) Memberi pelayanan dengan empati

d) Memberitahu pada setiap tindakan yang akan dilakukan

e) Memberitahu pada setiap tindakan yang akan dilakukan

f) Memberi pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang telah dilakukannya

5) Pemenuhan kebutuhan aktualisasi

a) Memilih tempat dan penolong persalinan sesuai keinginan

b) Menentukan pendamping selama persalinan

c) Melakukan bounding and attachment

d) Memberi ucapan selamat setelah persalinan selesai 25

j. Evidence Based Kebidanan dalam Persalinan

1) Tampon Vagina

Tampon vagina menyerap darah tidak menghentikan perdarahan, bahkan

perdarahan tetap terjadi dan dapat menyebabkan infeksi.

2) Gurita dan sejenisnya

109
Selama 2 jam pertama atau selanjutnya penggunaan gurita akan

menyebabkab kesulitas pemantauan involusi uterus.

3) Memisahkan ibu dan bayi

Bayi benar-benar siaga selama 2 jam pertama setelah kelahiran. Ini

merupakan waktu yag tepat untuk melakukan kontak kulit ke kulit untuk

mempererat bonding attachment serta keberhasilan pemberian ASI

2. Manajemen Asuhan Persalinan

1) Askeb Kala I

a) Langkah I : Pengkajian

(1)Subjektif

(a) Biodata

Biodata pasien dan suami pasien, meliputi nama, umur, agama, pendidikan,

pekerjaan dan alamat.

(b)Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan BBL yang lalu

Menanyakan hamil ke berapa, jenis persalinn yang lalu, berat dan panjang

lahir anak sebelumnya, dan apakah ada komplikasi pada kehamilan,

persalinan, nifas dan BBL yang lalu atau tidak.

(c) Riwayat Kehamilan Sekarang

Menayakan usia kehamilan dimana tempat pemeriksaan antepartal komplikasi

antepartal, obat-obat yang dikonsumsi selama kehamilan.

(d)Menanyakan Mengenai Kontraksi

Kapan mulai terasa, lokasi ketidaknyaman, kontraksi hilang atau tidak jika

dibawa berjalan.

110
(e) Menanyakan Pengeluaran Pervaginam

Adanya perdarahan pervaginam, apakah ada keluar lendir bercampur darah,

apakah air ketuban keluar jika ada tanyakan kapan, warna, bau, dan jumlah

(f) Menanyakan Gerakan Janin

(g)Pola Kegiatan Sehari-hari

Menanyakan makan dan minum terakhir ibu sebelum ke petugas kesehatan,

Bila BAB dan BAK terakhir, Istirahat Terakhir Ibu berapa lama

(2)Objektif

(a) Melakukan pemeriksaan umum berupa kesadaran, emosional dan tanda-tanda

vital (TD, Nadi, Suhu, dan Pernafasan), berat badan.

(b)Melakukan pemeriksaan khusus

Kepala dan mata : Pernyataan untuk mengetahui sakit kepala, gangguan

visual (penglihatan kabur atau berkunang-kunang).

Mulut dan tenggorokan : Pemeriksaan bibir, lidah dan urofaring.

Leher : Pemeriksaan gugus nodus limfe, kelenjar tiroid dan vena jugularis.

Payudara : Pernyataan untuk mengetahui penyakit payudara,inspeksi putting

dan palpasi payudara pada posisi supine.

Melakuakan pemeriksaan abdomen:

Inspeksi : luka bekas operasi, striae/ linea

Palpasi : menentukan TFU dan bagian apa yang teraba pada fundus,

menentukan bagian yang teraba disisi kiri dan kanan ibu, menentukan bagian

terbawah janin da penurunan bagian terbawah janin, menentukan posisi

tangan (convergen, divergen atau sejajar), memeriksa his/kontraksi

111
Auskultasi : mendengarkan DJJ

Melakukan pemantauan Kontraksi

Melakukan pemeriksaan dalam yaitu mengenai : pengeluaran pervaginam,

penipisan serviks, pembukaan, ketuban, presentasi, posisi, penurunan bagian

terbawah janin, dan adanya penumbungan atau tidak

b) Langkah II : Interpretasi Data

Diagnosa : Ibu Inpartu Kala I

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan :

(1)Informasikan hasil pemeriksaan

(2)Lakukan inform choice pendamping

(3)Pemenuhan kebutuhan nutrisi

(4)Pemenuhan kebutuhan eliminasi

(5)Atur posisi Ibu

(6)Ajarkan ibu teknik relaksasi

(7)Pantau kala I dengan partograf

(8)Persiapan Alat

c) Langkah III : Identifikasi masalah/ diagnosa potensial

Tidak ada

d) Langkah IV : Identifikasi masalah yang memerlukan tindakan segera,

kolaborasi dan rujukan

Tidak ada

e) Langkah V : Perencanaan

112
(1)Informasikan hasil pemeriksaan

(2)Lakukan inform choice pendamping

(3)Pemenuhan kebutuhan nutrisi

(4)Pemenuhan kebutuhan eliminasi

(5)Atur posisi Ibu

(6)Ajarkan ibu teknik relaksasi

(7)Pantau kala I dengan partograf

(8)Persiapan Alat

f) Langkah VI : Implementasi

(1)Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik

(2)Melakukan inform choice pendamping

(3)Melakukan pemenuhan kebutuhan nutrisi

(4)Melakukan pemenuhan kebutuhan eliminasi

(5)Mengatur posisi ibu

(6)Mengajarkan ibu teknik relaksasi

(7)Melakukan pemantauan kala I dengan partograf

(8)Mempersiapkan Alat

g) Langkah VII : Evaluasi

Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan

dari asuhan yang diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.

2) Askeb Kala II (masuk Catatan Perkembangan)

a) Langkah I : Pengkajian

(1)Subyektif

113
Yaitu data yang didapatkan dari pernyataan yang disampaikan, biasanya

ibu mengatakan ada rasa ingin mengedan, cemas atau takut

(2)Obyekif

(a) Abdomen : his, DJJ, Lingkaran bandl, perlimaan

(b)Genitalia : pengeluaran blood show semakin banyak, anus dan vulva

membuka, perineum menonjol, biasanya ketuban sudah pecah jika belum

maka dilakukan amniotomi

b) Langkah II : Interpretasi Data

Diagnosa : Ibu Inpartu Kala II Normal

Masalah : tidak ada

Kebutuhan :

(1)Informasikan hasil pemeriksaan

(2)Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan

(3)Penuhi kebutuhan istirahat

(4)Bimbing ibu meneran

(5)Atur posisi ibu kala II

(6)Pimpinan persalinan

(7)Perawatan segera pada bayi baru lahir

(8)IMD

c) Langkah III : identifikasi masalah/ diagnosa potensial

Tidak ada

d) Langkah IV : identifikasi memerlukan tindakan segera, rujukan, dan

kolaborasi

114
Tidak ada

e) Langkah V : Perencanaan

(1)Informasikan hasil pemeriksaan

(2)Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan

(3)Penuhi kebutuhan istirahat

(4)Bimbing ibu meneran

(5)Atur posisi ibu kala II

(6)Pimpinan persalinan

(7)Perawatan segera pada bayi baru lahir

(8)IMD

f) Langkah VI : Implementasi

(1)Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa pembukaan ibu sudah lengkap

(2)Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu

(3)Memenuhi kebutuhan istirahat ibu dengan meminta ibu istirahat ketika tidak

ada rasa ingin meneran

(4)Membimbing ibu meneran bila ibu merasa ingin meneran

(5)Mengatur posisi kala II

(6)Melakukan pimpinan persalinan

(7)Melakukan perawatan bayi baru lahir

(8)Melakukan IMD

g) Langkah VII : Evaluasi

Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan dari

asuhan yang diberikan yang mengacu pada kriteria keberhasilan

115
3) Askeb Kala III (masuk Catatan Perkembangan)

a) Langkah I : Pengkajian

(1)Subyektif

Yaitu data yang didapatkan dari peryataan yang disampaikan, biasanya ibu

mengatakan mules pada perut.

(2)Obyektif

(a) Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu.

(b)Pemeriksaan khusus:

Abdomen: memeriksa apakah ada janin kedua, memeriksa konsistensi uterus

diskoid/lembek

Gentialia : adanya tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu keluar darah secara

tiba-tiba, tali pusat bertambah panjang.

b) Langkah II : Interpretasi Dasar

Diagnosa : Ibu inpartu kala III Normal

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan :

(1)Informasikan hasil pemeriksaan

(2)Lakukan manajemen aktif kala III

c) Langkah III : Identifikasi masalah/diagnosa

Tidak ada

d) Langkah IV : Identifikasi memerlukan tindakan segera, rujukan, dan

kolaborasi

Tidak ada

116
e) Langkah V : Perencanaan

(1)Informasikan hasil pemeriksaan

(2)Lakukan manajemen aktif kala III

f) Langkah VI : Implementasi

(1)Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik dan bayi sudah

lahir

(2)Melakukan manajemen aktif kala III

(a) Menyuntikkan oksitosin

(b)Melakukan peregangan tali pusat terkendali

(c) Masase uterus

g) Langkah VII : Evaluasi

Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan dari

asuhan yang diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.

4) Askeb kala IV(masuk Catatan Perkembangan)

a) Langkah I : Pengkajian

(1)Subyektif

Yaitu data yang didapatkan dari pertanyaan yang disampaikan atau dari

pernyataan yang diberikan ibu.

(2)Obyektif

Mengukur tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, tinggi fundus uteri,

kontraksi, kandung kemih dan perdarah. Pemantauan kala IV ini dilakukan

selama 2 jam.

b) Langkah II : Interpretasi Data

117
Diagnosa : Ibu inpartu kala IV normal

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan

(1)Informasikan hasil pemeriksaan

(2)Penuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

(3)Penuhi kebutuhan eliminasi

(4)Lakukan jahitan laserasi

(5)Penuhi kebutuhan personal hygiene

(6)Penuhi kebutuhan istirahat ibu

(7)Lakukan pemantauan kala IV selama 2 jam

c) Langkah III : Identifikasi masalah/diagnosa potensial

Tidak ada

d) Langkah IV : Perencanaan

(1)Informasikan hasil pemeriksaan

(2)Penuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

(3)Penuhi kebutuhan eliminasi

(4)Lakukan jahitan laserasi

(5)Penuhi kebutuhan personal hygiene

(6)Penuhi kebutuhan istirahat ibu

(7)Lakukan pemantauan kala IV selama 2 jam

e) Langkah V : Implementasi

(1)Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan bayi dalam

keadaan baik

118
(2)Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

(3)Memenuhi kebutuhan eliminasi

(4)Melakukan penjahitan laserasi

(5)Memenuhi kebutuhan personal hygiene

(6)Memenuhi kebutuhan istirahat

(7)Melakukan pemantauan kala IV selama 2 jam

f) Langkah VII Evaluasi

Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan dari

asuhan yag diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil

3. Pendokumentasian

Laporan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP

C. Bayi Baru Lahir (BBL)

1) Konsep Dasar

a. Pengertian

Menurut Saifuddin, 2002 Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir

selama satu jam pertama kelahiran. Menurut Depkes RI, 2005 Bayi baru lahir

normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42

minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Menurut M. Sholeh

Kosim, 2007 Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000

gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan

congenital (cacat bawaan) yang berat.

b. Perubahan fisiologis bayi segera setelah lahir

1) Termoregulasi

119
Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami stres fisik

akibat perubahan suhu diluar uterus. Fluktuasi (naik turunnya) suhu didalam

uterus minimal, rentang maksimal hanya 0,6 derajat celcius, sangat berbeda

dengan kondisi diluar uterus.

Tiga faktor yang paling berperan dalam kehilangan panas tubuh bayi

a) Luas permukaan tubuh bayi

b) Pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum berfungsi secara sempurna

c) Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas

Pada lingkungan yang dingin, pembetukkan suhu tanpa mekanisme

menggigil merupakan usaha utama bagi seorang bayi yang kedinginan untuk

mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini

merupakan hasil dari penggunaan lemak coklat yang terdapat diseluruh tubuh,

dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh hingga 100%. Untuk membakar

lemak coklat seorang bayi menggunakan glukosa untuk mendapatkan energi

yang akan k coklat ini tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir, dan

cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singat dengan adanya stres

dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak

coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mengalami hipoglikemia,

hipoksia dan acidosis. Oleh karena itu, upaya pencehan kehilangan panas

merupakan prioritas utama. Berikut adalah empat mekanisme kemungkinan

hilangnya panas tubuh dari bayi bru lahir:

a) Konduksi

120
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda disekitarnya yang kontak

langsung dengan tubuh bayi, contohnya bayi ditimbang tanpa ada alas

timbangan.

b) Konveksi

Panas hilang dari bayi ke udara sekitar yang sedang bergerak,

contohnya menempatkan bayi baru lahir dekat dengan jendela.

c) Radiasi

Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluarnya tubuh ke lingkungan

yag lebih dingin, contohnya bayi baru lahirkan dibiarkan dalam ruangan ber

AC (Air conditioner), bayi dibiarkan telanjang, dan lain-lain.

d) Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan tergantung pada kecepatan dan

kelembaban udara (pemindahan panas antar dua objek yang memiliki suhu

yang berbeda). Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat

kelembaban udara, aliran udara yang melewati. 26

2) Sistem pernafasan

Perkembangan sistem pulmoner terjadi sejak masa mebrio, tepatnya

pada umur kehamilan 24 hari. Pada umur kehamilan 24 hari ini bakal paru-paru

terbentuk. Pada umur kehamilan 26-28 hari kedua bronchi membesar. Pada

umur kehamilan 6 minggu terbentuk segmen bronchus. Pada umur kehamilan

12 minggu terjadi diferensiai lobus. Pada umur kehamilan 24 minggu terbentul

alveolus. Pada umur kehamilan 28 minggu terbentuk surfaktan. Pada umur

kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru matang, artinya paru-paru sudah

121
bisa mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat

oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas

harus melalui paru-paru bayi.

Rangsangan gerakan pernafasan perama terjadi karena tekanan mekanik

dari toraks sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik), penurunan PaO2

dan kenaikan PaCO2 merangsang kemoreseptor yang terletak disinus karotikus

(stimulasi kimiawi), rangsangan dingin disekitar muka dan perubahan suhu

sidalam uterus (stimulasi sensorik) dan refleks deflasi hering breur.

Pernafasa pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit

pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahan tekanan

alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan

nafas dengan merintih sehingga udara tertahan didalam. Respirasi pada

neonatus biasanya pernafasan diagfragmatik dan abdominal, sedangkan

frekuensi dan dalamnya belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka

alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis. Dalam

keadaan anoksia neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya karena

adanya kelanjutan metabolisme aneaerobik. 27

3) Sistem pencenaan

Bila dibandingkan dengan ukuran tubuh, saluran pencernaan pada

neonatus cenderung lebih berat dan panjang dibandingkan orang dewasa. Pada

masa neonatus, traktus digestivus mengandung zat-zat yang berwarna hitam

kehijauan yang terdiri dari mukopolosakarida yang disebut mekonium. Pada

masa neonatus saluran pencernaan mengeluarkan tinja pertama biasanya dalam

122
24 jam pertama berupa mekonium. Dengan adanya pemberian susu, mekonium

mulai digantikan oleh tinja pada hari ke 3 sampai ke 4 yang berwarna coklat

kehijauan.

Frekuensi pengeluaran tinja pada neonatus erat hubungannya dengan

frekuensi pemberian makan atau minum. Enzim dlam saluran pencernaan

biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali emilase pankreas, aktifitas

lipase telah ditemukan pada janin tujuh sampai delapan bulan kehamilan.

Adapun adaptasi pada saluran pencernaan adalah

a) Pada hari ke 10 kapasitas lambung menjadi 100 cc

b) Enxim tersedia untuk mengkatalisis protein dan karbohidrat sederhana yaitu

monosacarida dan disacarida

c) Difesiensi lifase pada pankreas menyebabkan terbatasnya absorpsi lemak

sehingga kemampuan bayi untuk mencerna lemak belum mtang, maka susu

formula sebaiknya tidak berikan pada bayi baru lahir

d) Kelenjar lidah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak mengeluarkan

ludah sampai usia bayi 2-3 bulan

4) Sistem Kardisovaskuler dan Darah

Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem.

Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi tidak ada dan

menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya.

Karena tali pusat diklem, sistem bertekanan rendah yang berada pada

unit janin plasenta terputus sehingga berubah menjadi sistem sirkulasi tertutup,

bertekanan tinggi, dan berdiri sendiri. Efek yang terjadi segera setelah tali

123
pusat diklem adalah peningkatan tahanan pembuluh darah dan tarikan nafas

pertama terjadi secara bersamaan. Oksigen dari napas pertama tersebut

menyebabkan sistem pembuluh darah menjadi sistem pembuluh darah

berelaksasi dan terbuka sehingga paru-paru menjadi sistem bertekanan rendah.

Kombinasi teknanan yang meningkat dalam sirkulasi sistemik dan

menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran darah

dalam jantung. Tekanan akibat peningkatan aliran darah disisi kiri jantung

menyebabkan foramen ovale tertutup, duktus arteriousus yang mengalirkan

darah terogsigenasi ke otak janin kini tak lagi diperlukan. Dalam 48 jam,

duktus ini akan mengecil dan secara fungsional menutup akibat penurunan

kadar prostaglandin E2, yang sebelumnya disuplai oleh plasenta. Darah

teroksigenasi yang secara rutin mengalir melalui duktus arteriousus serta

foramen ovale melengkapi perubahan radikal pada anatomin dan fisiologi

jantung. Darah yang tidak kaya akan oksigen masuk ke jantung bayi menjadi

teroksigenasi sepenuhnya didalam paru, kemudian dipompakan keseluruh

bagian tubuh.

Ketika janin dilahirkan segera bayi menghirup udara dan menangis

kuat. Dengan demikian paru-paru berkembang, tekanan paru-paru mengecil

dan darah mengalir dari paru-paru.

Dampak hemodinamik dari berkembang nya paru-paru bayi adalah:

a) Aliran darah menuju paru dari ventrikel kanan bertambah sehingga tekanan

darah pada atrium kanan menurun karena tersedot oleh ventrikel kanan,

akibatnya tekanan darah pada atrium kiri makin meningkat.

124
b) Tekanan darah pada atrium kiri meningkat sehingga secara fungsional

foramen ovale tertutup.

c) Penutupan secara otomatis masih berlangsung lama sekitar 2 sampai 3 bulan.

d) Pada saat bayi baru lahir, umbilicus akan dipotong sehingga aliran darah vena

umbilikalis menuju vena kava inferior akan berhenti total.

Bentuk penyesuaian neonatus pada sistem peredaran darah adalah

sebagai berikut:

a) Penutupan obliterasi sel paru, voramen oval, duktus venosus, suktus

arteriosus.

b) Suktus venosus berfungsi dalam pengendalian tahanan vaskuler plasenta

terutama pada saat janin mengalami hipoksia.

c) Duktus venosusmenutup beberapa menit pertama setelah lahir dan penutupan

anatomis yang lengkap terjadi pada hari ke-20 setelah lahir.

d) Pada neonatus darah tidak bersirkulasi dengan mudah, pada kaki dan tangan

sering berwarna kebiruan dan terasa dingin.

e) Duktus arteriosus merupakan peran vasukuler yang penting sirkulasi fetus

dan melakukan peran darah dari arteri pulmonalis ke aorta desenden (melalui

paru), selama kehidupan fetal tekanan arteri pulmonalis sangat tinggi dan

lebih dari tekanan aorta dan penutupan duktus arteriosus disebabkan oleh

peningkatan tegangan oksigen dalam tubuh.

5) Metabolisme Glukosa

Energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama

sesudah lahir, diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar

125
gula darah mencapai 120 mg/100 ml. Apabila oleh sesuatu hal mislanya bayi

dari ibu yang menderita DM dan BBLR perubahan glukosa menjadi glikogen

akan meningkat atau tejadi gangguan pada metabolisme asam lemak yang

tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi

akan menderita hipoglikemi.

Untuk memfungsikan otak, bayi baru lahir memerlukan glukosa dalam

jumlah tertentu. Setelah tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat

lahir, seorang bayi harus memulai mempertahankan kadar glukosa darahnya

sendiri. Pada setiap baru lahir glukosa darah akan turun dalam waktu cepat

(1-2 jam).

Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

a) Melalui penggunaan ASI

b) Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis)

c) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak

(glukoneogenesis)

Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang

cukup akian membuat glukosa dari glikogen, hal ini hanya terjadi jika bayi

mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan

menyimpan glukosa sebagai glikogen terutama dalam hati selama bulan-

bulan terakhir kehidupan dalam rahim.

6) Sistem Ginjal

Pada neonatus fungsi ginjal belum sempurna, hal ini karena

a) Jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa

126
b) Tidk seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus

proksimal

c) Aliran darah ginjal pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan

orang dewasa

Hingga bayi berumur 3 hari ginjalnya belum dipengaruhi oleh

pemberian air minum, sesudah 5 hari barulah ginjalnya mulai memproses air

yang didapatkan setelah lahir.

Bayi baru lahir cukup bulan memiliki beberapa difisit struktural dan

fungsional pada sistem ginjal. Banyak dari kejadian defisit tersebut akan

membaik pada bulan pertama kehidupan dan merupakan satu-satunya

masalah untuk bayi baru lahir yang akut atau mengalami stres. Keterbatasan

fungsi ginjal menjadi konsekuensi khusus jika bayi baru lahir memerlukan

cairan intravena atau obat-obatan yang meningkatkan kemungkinan kelebihan

cairan. Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan

penurunan kecepatan filtrasi glomerules, kondisi ini mudah menyebabkan

retensi cairan dan intosikasi air. Fungsi tubules tidak matur sehingga dapat

menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah besar dan ketidak

seimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak dapat mengonsentrasikan

sedikit urine dengan baik, tercermin dari berat jenis urin (1,004) dan

osmolalitas urine yang rendah. Semua keterbatasan ginjal ini lebih buruk

pada bayi kurang bulan. Bayi baru lahir mengekresikan sedikit urin pada 48

jam pertama kehidupan, yaitu hanya 30-60 ml. Normalnya dalam urine tidak

127
terdapat protein atau darah, debris sel yang banyak dapat mengidentifikasikan

adanya cedera atau iritasi dalam sistem ginjal. 28

c. Asuhan bayi baru lahir dalam 2 jam pertama :

1) Penilaian Awal pada bayi segera setelah lahir

Segera setelah bayi diperut bawah ibu atau dekat perineum (harus

bersih dan kering) cegah kehilangan panas dengan menutupi tubuh bayi

dengan kain/handuk yang telah disiapkan sambil melakukan penilaian dengan

menjawab 2 pertanyaan:

a) Apakah bayi menangis kuat, tidak bernafas, atau megap-megap?

b) Apakah bayi lemas?

Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru lahir

perlu resusitasi, segera lakukan tindakan yang diperlukan. Penundaan

pertolongan dapat membahayakan keselamatan bayi. Jepit dan potong tali

pusat dan pindahkan bayi ke tempat resusitasi yang telah disediakan.

Lanjutkan dengan langkah awal resusitasi.

(1)Penilaian

Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:

(a) Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada presentasi

kepala

Segera setelah bayi lahir:

(a) Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur, bernafas megap-megap

atau tidak bernafas

(b)Apakah bayi lemas atau lunglai

128
(2)Keputusan

(a) Putuskan perlu dilakukan tindakan resusitasi apabila:

(b)Air ketuban bercampur mekonium

(c) Bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap

(d)Bayi lemas atau lunglai

(3)Tindakan

Segera lakukan tindakan apabila:

(a) Bayi tidak bernafas atau megap-megap atau lemas lakukan langkah-langkah

resusitasi BBL.

2) Pemotongan tali pusat

Pengikatan dan pemotongan tali pusat segera setekah persalinan banyak

dilakukan secara luas diseluruh dunia, tetapi penelitian menunjukkan hal ini

tidak bermanfaat bagi ibu ataupun bayi, bahkan dapat berbahaya bagi bayi.

Penundaan pengikatan tali pusat memberikan kesempatan bagi terjadinya

transfusi fetomaternal sebanyak 20%-50%(rata-rata 21%) volume darah bayi.

Variasi jumlah darah transfusi fetomaternal ini tergantung dari lamanya

penundaan pengikatan tali pusat dan posisi bayinya dari ibunya (apakah bayi

diletakkan lebih tinggi atau lebih rendah dari ibu). Transfusi berlangsung

paling cepat dalam menit pertama, yaitu 75% dari jumalh transfusi, dan

umunya selesai dalam 3 menit. Penelitian, pada bayi dengan penundaan

pengikatan tali pusat sampai pulsasi tali pusat berhenti, dan diletakkan pada

perut ibunya menunjukkan bayi-bayi tersebut memiliki 32% volume darah

129
lebih banyak dibandingkan dengan bayi-bayi dengan pengikatan dini tali

pusat.

Peningkatan hemoglobin dan hemotokrit dan status besi (Fe) mencegah

terjadinya anemia pada bayi terutama dalam 2-3 bulan pertama. Pada bayi

prematur, penundaan pengikatan tali pusat memiliki manfaat yang lebih besar

selain mencegah anemia, yaitu mengurangi resiko perdarahan intraventrikular

dan mengurangi kebutuhan transfusi darah. Komplikasi yang dikhawatirkan

akan terjadi, berupa polisitemia dan jaundice tidak terbukti secara bermakna.

Penundaan pengikatan dan pemotongan tali pusat selama 2-3 menit juga

memfasilitasi terjadinya konta dini antara ibu denngan bayi, dimana bayi

diletakkan diatas perut ibu sebelum tali pusat dipotong. Selain itu penundaan

pemotongan tali pusat sampai pulsasi tali pusat berhenti dapat mengurangi

resiko transmisi HIV pada petugas dikamar bersalin, karena mengurangi

kemungkinan terjadinya percikan/semprotan darah dari tali pusat.

Penanganan tali pusat dikamar bersalin harus dilakukan secara asepsis

untuk mencegah infeksi tali pusat dan tetanus neonaturum. Cuci tangan

dengan sabun dan air bersih sebelum mengikat dan memotong tali pusat. Tali

pusat di ikat pada jarak 2-3 cm dari kulit bayi, dengan menggunakan klem

yang terbuat dari plastik, atau menggunakan tali yang bersih (lebih baik bila

steril) yang panjangnya cukup untuk membuat ikatan yang cukup kuat (± 15

cm). Kemudian tali pusat dipotong pada ± 1 cm di distal tempat tali pusat di

ikat, menggunakan instrumen yang steril dan tajam. Penggunaan instrumen

130
yang tumpul dapat mengakibatkan risiko terjadinya infeksi karena terjadi

trauma yang lebih banyak pada jaringan. 11

3) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Pada tahun 1992 WHO/UNICEF mengeluarkan protokol tentang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai salah satu dari Evidance for thr ten

steps to succesful breasfeeding yang harus diketahui oleh setiap tenaga

kesehatan. Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau diperut atas

ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi

untuk mencari dan menemukan puting susunya.

Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernafasan,

mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator,

menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi

nasokomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran

mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru

lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga

didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan bayi cepat

meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Bagi ibu, IMD dapat

mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin, dan secara

psikologis dapat menguatkan ikatan batin anatara ibu dan bayi.

Pada protokol ini, setelah bayi lahir hanya perlu dibersihkan

secukupnya dan tidak perlu membersihkan vernik atau mengeringkan tangan

bayi, karena bau cairan amnion pada tangan bayi akan membantu bayi

mencari puting ibu. Dengan waktu yang diberikan, bayi akan memulai

131
menendang dan bergerak menuju puting. Bayi yang siap menyusu akan

menunjukkan gejala refleks menghisap seperti membuka mulut dan mulai

mengulum puting. Refleks menghisap pertama ini timbul 20-30 menit setelah

lahir dan menghilang cepat. Dengan protokol IMD ini, bayi dapat langsung

menyusu dan mendapat kolostrum yang kadarnya maksimal pada 12 jam

pasca persalinan. 11

d. Evidence Based Kebidanan dalam neonatus

1) Penggunaan gurita

Akan mengganggu sistem pernafasan bayi, karena bayi menggunakan

pernafasan perut

2) Perawatan tali pusat terbuka

Akan mempercepat penyembuhan dan pelepasan tali pusat bayi dan

mengurangi kejadian infeksi

2. Menejemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi baru Lahir

Menejemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dibedakan menjadi

yaitu Asuhan Kebidanan Pada Bayi Segera setelah lahir sampai dengan 2

(dua) jam dan setelah 2 (dua) jam setelah lahir

Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi segera setelah lahir

a) Langkah I : Pengkajian

Bayi lahir spontas, segera menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit merah

muda

b) Langkah II : Interpretasi Data

Diagnosa : Bayi Baru Lahir 0 jam Normal

132
Masalah : Tidak Ada

Kebutuhan :

1) keringkan bayi,

2) potong dan rawat tali pusat,

3) lakukan IMD,

4) berikan salep mata

5) berikan injeksi Vit K1 0,5 mg IM

6) berikan Imunisasi HB0

7) monitoring keadaan umum bayi

c) Langkah III : identifikasi masalah / diagnosa potensial

tidak ada

d) Langkah IV : identifikasi memerlukan tindakan segera, rujukan dan

kolaborasi

tidak ada

e) Langkah V : Perencanaan

1) keringkan bayi,

2) potong dan rawat tali pusat,

3) lakukan IMD,

4) berikan salep mata

5) berikan injeksi Vit K1 0,5 mg IM

6) berikan Imunisasi HB0

7) monitoring keadaan umum bayi

f) Langkah VI Implementasi.

133
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari semua rencana asuhan, sehingga

semua perencanaan terlaksana dengan baik.

g) Langkah VII : Evaluasi.

3. Pendokumentasian

Laporan didokumentasikan dalam bentuk SOAP

Klien mengerti dengan hasil pemeriksaan, seluruh rencana asuhan telah

diberikan pada bayi.

Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi setelah 2 jam

a. Pengkajian.

1) Subjektif

a) Identifikasi bayi dan orang tua

Nama anak untuk mengenal dan menghindari kekeliruan terdiri dari

nama bayi, umur,tanggal lahir,jenis kelamin, panjang badan dan berat badan,

identitas orang tua terdiri dari nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,

suku, alamat dan nomor Hp.

b) Anamnesa dan subjektif

(1)Keluhan Utama

(2)Riwayat Ibu Dan Perinatal

Ditolong oleh siapa, jenis persalinan, tempat persalinan, usia kehamilan, anak

ke berapa, masalah atau komplikasi selama kehamilan dan persalinan.

(3)Riwayat Faktor Genetik

Keturunan kembar dan cacat secara genetik.

(4)Riwayat Sosial

134
tempat tinggal ibu, keadaan psikis ibu dan keluarga.

(5)Faktor Lingkungan

Sumber air, pelihara hewan/ternak, jarak rumah ke tempat pembuangan

sampah, ventilasi rumah.

(6)Riwayat Neonatal

Keadaan menangis saat lahir, tonus otot, warna kulit, komplikasi.

(7)Riwayat Laktasi

Ada atau tidaknya IMD, frekuensi menyusui, tercukupi nya kebutuhan bayi

terhadap ASI, dan masalah.

(8)Riwayat Eliminasi

Menanyakan tentang riwayat eliminasi bayi, sudah berapa kali buang air

besar dan buang air kecil, juga masalah yang terjadi

2) Objektif

a) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan Tanda-tanda Vital yang terdiri dari pernafasan, nadi, dan suhu.

Pemeriksaan sekilas terdiri dari warna kulit, tangis bayi, tonus otot dan

proporsi antara kepala, badan dan ekstremitas.

b) Pemeriksaan khusus

(1)Kepala

Melakukab pemeriksaan terhadap ubu-ubun, sutura, molase, trauma

kelahiran, kelainan kongenital, lingkar kepala

(2)Wajah

135
Melakukan pemeriksaan terhadap ukuran wajah, kelainan yang khas pada

wajah, trauma kelahiran

(3)Telinga

Hubungan letak telinga, mata dan kepala, perkembangan tulang rawan

telinga, gangguan pendengaran, dan tanda infeksi.

(4)Mata

Jumlah mata, posisi mata, bentuk mata, tanda infeksi, perdarahan pada bola

mata, reflet glabela, reflek mata bola.

(5)Hidung dan mulut

Bentuk hidungdan mulut, letak hidung dan mulut, pernafasan cuping hidung,

pengeluaran sekret, labio skizis, palato skizis dan naso skizis, reflek rooting,

reflek sucking, dan reflek swallowing.

(6)Leher

Pembengkakan kelenjar tiroid, pembengkakkan kelenjar limfe, pelebaran

vena jugularis, trauma kelahiran, pergerakan abnormal, dan reflek tonick

neck.

(7)Lengan dan tangan

Kesimetrisan tangan, gerakan, kelengkapan jari tangan, refleks moro, reflek

palmar grasp, dan lingkar lila.

(8)Dada

Bentuk dada, mamae, tarikan dalam saat bernafas, pola permafasan, fraktur

klavikula dan lingkar dada.

(9)Abdomen

136
Bentuk perut, massa pada perut, pembengkakan pada tali pusat saat bayi

menangis, perdarahan tali pusat, dan lingkar perut.

(10) Genitalia

Pada perempuan : labia mayora telah menutupi labia minora, terdapat

orivisium vagina, dan terdapat sekret pada orivisium vagina.

Pada laki-laki : terdapat penis, testis telah berda didalam skrotum, terdapat

lubang diujung skrotum.

(11) Panggul

Melihat adanya kelainan dipanggul.

(12) Tungkai dan kaki

Kesimetrisan kaki, gerakan, kelengkapan jari kaki, refleks magnet, reflek

babinski, dan reflek plantar

(13) Punggung dan anus

Pembengkakan, cekungan, reflek galant, dan ada atau tidaknya anus.

(14) Kulit

Vernix caseosa, bercak hitam, warna kulit dan tanda lahir.

b. Interpretasi Data

Diagnosa : Bayi baru lahir 12 jam normal

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan :

1) Informasikan hasil pemeriksaan

2) Menjaga kehangatan, rasa aman, dan nyaman

3) Perawatan tali pusat

137
4) Memandikan bayi

5) Penkes tanda bahaya bayi baru lahir

c. Langkah III : Identifikasi Masalah/ diagnosa Potensial

Tidak ada

d. Langkah IV : Identifikasi memerlukan tindakan segera, rujukan dan

kolaborasi

Tidak ada

e. Langkah V : Perencanaan

1) Informasikan hasil pemeriksaan

2) Menjaga kehangatan, rasa aman, dan nyaman

3) Perawatan tali pusat

4) Memandikan bayi

5) Penkes tanda bahaya bayi baru lahir

f.Langkah VI : Implementasi.

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan sehat

2) Menjaga kehangatan bayi dengan membedong bayi, melakukan rawat gabung

agar bayi merasa nyaman dan aman

3) Melakukan perawatan tali pusat

4) Memandikan bayi

5) Memberikan penkes tanda-tanda bahaya byi baru lahir

g. Langkah VII : Evaluasi.

138
Klien mengerti dengan hasil pemeriksaan, seluruh rencana asuhan telah

diberikan pada bayi.

3. Pendokumentasian

Laporan didokumentasi dalam bentuk SOAP

D. Nifas

1. Konsep dasar

a. Pengertian

Masa Nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama

setelah kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebgian besar

menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang

relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh

banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin

hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius juga dapat

terjadi. 26

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. 5

Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas adalah masa segera

setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif

anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. 26

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa

nifas 6-8 minggu. (Sinopsis Obsetri)

139
Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini

disebut pueroerium yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous

melahirkan. Jadi Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi.

b. Perubahan fisiologis masa nifas

1) Sistem Vaskular

a) Penurunan volume darah (sesudah melahirkan pervaginam)

b) Peningkatan nilai hematokrit

c) Pengaktifan faktor pembekuan darah secara ekstensif

d) Pemulihan volume darah pada tingkat antenatal dalam waktu 3 minggu

e) Pengurangan/resesi varises (meskipus tidak pernah kembali sepenuhnya

kepada keadaan kondisi antenatal)

f) Pemulihan tanda vital pada parameter sebelum hamil

2) Sistem Reproduksi

a) Involusi dan desensus uterus yang cepat untuk kembali kepada posisi

antenatal didallam rongga pelvis. Involusi uterus atau pengerutan uterus

merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hail

dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri dapat juga dikatakan proses

kembalinya uterus pada keadaan semula. Involusi uterus melibatkan

reorganisasi dan penaggalan decidua/ endometrium dan pengelupasan lapisan

pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat

serya perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lokhia. Proses involusi

uterus adalah sebagai berikut:

(1)Iskemia miometrium

140
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus

setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemi dan menyebabkan

serat otot atrofi.

(2)Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi

didalam otot uterin. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang

telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali

lebar dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai

pengrusakan secara langsung jaringan hipertopi yang berlebihan hal ini

disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.

(3)Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin

sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya

suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau

tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan

permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan

cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan

pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada

permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar

yang tersumbat oleh thrombus. Biasanya luka yang demikian sembuh dengan

menjadi parut. Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh dengan cara

dilepaskan dari dasarnya tetapi di ikuti pertumbuhan endometrium baru

141
dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga

dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.

Regenerasi endometrium terjadi ditempat implantasi plasenta selama

sekitar 6 minggu. Epitelium berproliferasi meluas kedalam dari sisi tempat ini

dan dari lapisan sekitar uterus serta dibawah tempat implantasi plasenta dari

sisa-sisa kelenjar basilar endrometrial didalam decidua basalis. Pertumbuhan

kelenjar endometrium ini berlangsung didalam decidua basalis. Pertumbuhan

kelenjar ini pada hakekatnya mengkikis pembuluh darah yang membeku pada

tempat implantasi plasenta yang menyebabkan menjadi terkelupas dan tidak

dipakai lagi pada pembuangan lokhia.

3) Perubahan Serviks

Mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang

terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk servik yang akan menganga

seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat

mengadakan kontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus

dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah

kehitaman karena penuh pembuluh darah. Beberapa hari setelah persalinan,

ostium eksternumdapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi

retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama

hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan

dengan bagian atas dari canalis servikalis.

Pada serviks terbentuk sel-sel otot baeu yang mengakibatkan serviks

memanjang seperti celah. Karena hyperpalpasi ini dank area retraksi dari

142
serviks, robekan serviks menjadi sembuh. Walaupun begitu, setelah involusi

selesai, ostium externum tidak serupa dengan keadaan sebelum hamil, pada

umumnya ostium externum lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan-

robekan pada pinggirnya. Oleh robekan kesamping ini terbentuk bibir depan

dan bibir belakanh pada serviks.

4) Perubahan pada vulva, vagina dan perineum

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama persalinan, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses

tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3

minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae

dalam vagina secara berangsur angsur akan muncul kembali sementara labia

akan lebih menonjol.

Segera setelah persalinan perineum akan menjadi kendur karena

sebelumnya terengang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada

post partum hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar

tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

5) Pelepasan dinding uterus dan pembentukan lokhia

Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari decidua yang

mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan

keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan decidua

tersebut dinamakan Lochia. Lochia adalah eksresi cairan rahim selama masa

nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.

143
Lochia memiliki bau yang amis meskipun tidak terlau menyengat dan

volumenya berbeda-beda disetiap wanita. Secret mikroskopik Lochia terdiri

dari eritrosit, peluruhan decidua, sel epitel dan bakteri. Lochia mengalami

perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lochia dapat dibagi

berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya :

a) Lochia Rubra

Lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa

postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan

mengandunng darah dari perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari

decidua dan chorion. Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo,

sisa mekoneum dan sisa darah.

b) Lochia Serosa

Lochia ini muncul pada hari kelima sampai kesembilan post partum.

Warnanya biasanya kekunigan atau kecoklatan. Lochia ini terdiri dari lebih

sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosiit dan robekan

laserasi plasenta.

c) Lochia Alba

Lochia ini muncul lebih dari hari kesepuluh postpartum. Warnanya

lebih pucat, putih kekuningan dan lebih banyak mengandung leukosit, selaput

lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

6) Penghentian produksi progesteron sampai ovulasi yang pertama

7) Penurunan kadar hormon kehamilan seperti Human Chorionic Gonadotropin

(HCG), human placental lactogen, progestin, estrogen, dan estradiol

144
8) Perubahan permanen bentuk os servisis eksterna dari bentuk lingkaran

menjadi bentuk celah memanjang dengan robekan

9) Regenerasi endometrium dalam waktu 6 minggu post partum

10) Pemulihan tonus otot vagina dan dasar panggul

Ligamen-ligamen dan diagfragma pelvis serta fasia yangmeregang

sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut

kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi

kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula

wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena

ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi agak kendor.

11) Pembangunan jaringan payudara untuk laktasi

12) Sistem Gastro Intestinal

a) Gerakan usus yang melambat karena penurunan tonus otot intestinal dan

ketidaknyamanan perineum

b) Rasa haus yang bertambah karena kehilangan cairan selama persalinan

c) Rasa lapar yang bertambah sesudah bersalin dan melahirkan

d) Reaktivitas proses pencernaan dan pencernaan makanan

e) Pemulihan secara gradual otot abdomen, dinding abdomen dan tonus ligamen

f) Penurunan berat badan akibat diuresis yang cepat dan aliran lokhia

13) Sistem Urogenital

a) Keluaran urin yang meningkat selama 24 jam pertama post partum akibat

diuresis masa nifas yang membebaskan tubuh dari akumulasi cairan yang

berlebihan dan mengurangi penambahan volume darah akibat kehamilan

145
b) Kapasitas kandung kemih yang meningkat

c) Proteinuria akibat proses katalisis yang terjadi dalam involusi (pada 50% Ibu)

d) Perasaan sepenuhnya kandung kemih yang berkurang akibat pembengkakan

dan memar jaringan

e) Pemulihan ureter dan pelvis renis yang berdilatasi kembali pada ukuran

antenatal dalam waktu 6 minggu

14) Sistem Endokrin

a) Fungsi tiroid yang meningkat

b) Produksi hormon gonadtropin hipofise anterior yang meningkat

c) Produksi estrogen, aldosteron, progesteron, HCG, kortikoid, dan 17-

ketosteroid yang menjadi berkurang

d) Kenaikan produksi follicle-stimulating hormon (FSH) yang memulihkan

kembali ovulasi dan siklus menstruasi

15) Sistem Integumen dan muskuloskeletal

Perubahan yang terjadi meliputi berkurangnya striae gravidarum, kloasma

gravidarum, dan linea nigra.

Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi

biasanya pulih dalam waktu 6 minggu. Kadang-kadang pada wanita yang

asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis sehingga sebagian

dari dinding perut digaris tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis

dan kulit. Tempat yang lebah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.

Kulit abdomen

146
Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak

melonggar dan mengendur sampai berminggu0minggu atau bahkan berbulan-

bulan yang dinamakan striae. Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding

abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu.

Striae

Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna

melainkan dalam bentuk garis lurus yang samar. Ibu post partum memiliki

tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rectus abdominalis

tersebut dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali normal.

Perubahan ligamen

Ligamen-ligamen dan diagfragma pelvis serta fasia yang meregang

sewaktu kehamilan dn partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut

kembali seperti sediakala. 19, 29, 30, 31

c. Kebutuhan pada masa nifas

Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan

berangsur-angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil. Untuk membantu

mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas

membutuhkan hal-hal sebagai berikut.

1) Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama

kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat

kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh

kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan

147
meningkat, integritas kulit baik, tonus otot, serta kebiasaan makan yang

memuaskan. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya,

yang terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang

berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.

a) Kebutuhan kalori selama menyusi proporsional dengan jumlah air susu ibuu

yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibandingkan selama

hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi

baik adalah 70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap

100ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari

untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk

menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengonsumsi 2.3000-

2.7000 kal ketika menyusui. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk

melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi

ASI, serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk

pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu

emenuhi syarat, seperti susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan

teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, serta tidak mengandung

alkohol nikotin, bahan pengawet dan pewarna.

b) Ibu memerlukan tambahan 20gr protein diatas kebutuhan normal ketika

menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal yang dinjurkan.

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak

atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein

nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu dan

148
keju. Sementara itu, protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe,

kacang-kacangan dan lain-lain.

c) Nutrisi lain diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu menyusi

dianjurkan minum 2-3 liter perhari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah.

Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan

penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme didalam tubuh. Sumber zat

pengtur tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar.

d) Pil zat besi (Fe) harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama

40 hari pasca persalinan.

e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam

setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASI.

Kekurangan gizi pada ibu menyusui dapat menimbulkan gangguan

kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbuh

kembang anak, bayi mudah sakit, dan mudah terkena infeksi. Kekurangan

zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang.

2) Ambulasi

Pada masa lampau, perawatan puerperium sangat konservatif, dimana

puerperal harus tidur terlentang selama 40 hari. Kini perwatan puerperium

lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini.

Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan, yaitu sebagai

berikut.

a) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium.

149
b) Mempercepat involusi uterus.

c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin.

d) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI

dan pengeluaran sisa metabolisme.

Ambulasi dini dalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbing secepat

mungkin untuk berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi

dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring ke kiri atau kekanan untuk

mencegah adanya trimbosit). Keuntungan lain dari ambulasi dini adalah

sebagai berikut.

a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat

b) Faal usus dan kandung kemih lebih baik

c) Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu merawat/memelihara anaknya

d) Tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal

e) Tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka parut

f) Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio

Ambulasi dini dilakukan secara berangsur-angsur, maksudnya bukan

berarti ibu diharuskan langsung bekerja (mencuci, memasak dan sebagainya)

setelah bangun.

3) Eliminasi

Buang Air Kecil (BAK). Setelah ibu melahirkan, terutama kali

melahirkan akan terasa pedih bila BAK. Keadaan ini kemungkinan

disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan sehingga

150
penderita taut BAK. Bila kandung kemih penuh, maka harus di usahakan agar

penderita dapat buang air kecil sehingga tidak memerlukn penyadapan karena

penyadapan bagiamanapun kecilnya akan membawa bahaya infeksi.

Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Ibu diusahakan

mampu BAK sendiri, maka dilakukan tindakan berikut ini.

a) Dirangsang dengan mengalirkan air keran didekat klien.

b) Mengompres air hangat diatas simpisis.

c) Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK.

Bila tidak berhasil dengan cara diatas, maka dilakukan kateterisasi. Hal

ini dapat membuat klien merasa tidak nyaman dan risiko imfeksi saluran

kemih tinggi. Oleh sebab itu, kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat enam

jam postpartum.

Buang Air Besar (BAB). Defekasi (buang air besar) harus ada dalam 3

hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprotase hingg skibala (fase

yang mengeras) tertimbun direktum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi

hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui

mulut).

Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga dapat

memengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya bila penderita tidak BAB

sampai 2 hari sesudah persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit

gliserine/diberikan obat-obatan.

Biasanya 2-3 hari postpartum masih susah BAB, maka sebaiknya

diberikan laksan atau paraffin (1-2 hari postpartum), atau pada hari ketiga

151
diberi laksan supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar

dapat BAB dengan teratur.

a) Diet teratur

b) Pemberian carian yang banyak

c) Ambulasi yang baik

d) Bila takut BAB maka diberikan suppositoria

4) Kebersihan Diri dan Perineum

a) Personal Higiene

Mandi ditempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri

dikamar mandi. Bagian yang paling utama dibersihkan adalah puting susu

dan mammae.

(1)Puting susu

Harus diperhatikan kebersihannya dan luka pecah (rhagade) harus

segera diobati karena kerusakan puting susu merupakan port de antree dan

dapat menimbulkan mastitis. Air susu yang menjadi kering akan menjadi

kerak dan akan merangsang kulit sehingga timbul enzema. Oleh karena itu,

sebaiknya puting susu diberikan dengan air yang telah masak, tiap kali

sebelum dan sesudah menyusukan bayi, diobati dengan salep penisilin,

lanolin dan sebagainya.

(2)Partum lokia

Lokia adalah cairan yang keluar dari vagina pada masa nifas yang tidak

lain adalah sekret dari rahim terutama luka plasenta. Pada dua hari pertama,

lokia berupa darah disebut lokia rubra. Setelah 3-7 hari merupakan darah

152
encer disebut lokia serosa, dan pada hari ke-10 menjadi cairan putih atau

kekuning-kuningan yang disebut lokia alba.

Lokia yang berbau amis dan lokia yang berbau busuk menandakan

adanya infeksi. Jika lokia berwarna merah setelah 2 minggu ada kemungkinan

tertinggalnya sisi plasentaatau karena involusi yang kurang sempurna yang

sering disebabkan oleh retrolexio uteri.

Tanda-tanda pengeluaran lokia yang menunjukkan keadaan yang

abnormal adalah sebagai berikut.

(a) Pendrahan berkepanjangan

(b)Pengeluaran lokia tertahan

(c) Rasa nyeri yang berlebihan

(d)Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber pendarahan

(e) Terjadi infeks intrauterine

(3)Perineum

Bila sudah buang air besar atau buang air kecil, perineum harus

dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut

minimal sekali sehari. Biasanya ibu akan takut jahitan akan lepas, juga

merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan dan tidak dicuci. Cairan

sabun yang sangat hangat atau sejenisnya dipakai setelah ibu BAK atau BAB.

Sesusah atau sebelum mengganti pembalut harus cuci tangan dengan sabun.

Ibu perlu diberi tau cara mengganti pembalut, yaitu bagian dalam jangan

sampai terkontaminasi dengan tangan. Cara memakainya yaitu dengan cara

153
dari depan kebelakang. Langkah-langkah penanganan kebersihan diri adalah

sebagai berikut.

(a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

(b)Ajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.

Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersikan daerah sekitar vulva

terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian dibersihkan daerah

sekitar anus.

(c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua

kali sehari.

(d)Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air, sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

(e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk

menghindari untuk menyentuh luka.

Beberapa langkah untuk menjaga kebersihan bayi adalah sebagi berikut.

(a) Memandikan bayi

Tujuan dari memandikan bayi adalah untuk menjaga

kebersihan,memberikan rasa segar, dan memberikan rangsangan pada kulit.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat memandikan bayi adalah sebagai

berikut.

(b)Mencegah kedinginan

(c) Mencegah masuknya air kedalam mulut, hidung dan telinga

(d)Memperhatikan adanya lecet pada pantat, lipatan-lipatan kulit (ketiak bayi,

lipatan paha, dan punggung bayi).

154
(e) Memberikan pakaian pada bayi.

Bahan pakaian yang kana dikenakan oleh bayi hendaknya yang lembut

dan mudah menyerap keringat

(f) Personal Hygiene pada bayi

Setiap kali buang air kecil dan besar, bersihkan daerah perinealnya serta

keringkan dengan baik. Kotoran bayi dapat menyebabkan infeksi sehingga

harus dibersihkan.

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, akan terasa lebih

lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah

ia mampu merawat anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini

mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur

karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau

mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Berikut adalah

hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu

(a) Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelah yang berlebihan

(b)Sarankan untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak berat

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal,

diantaranya adalah sebagai berikut.

(a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

(b)Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdrahan

(c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirimu

sendiri.

(4)Seksual

155
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8

minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah

merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari kedalam vagina

tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan

ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai melakukan hubungan suami

istri kapan saja ibu siap.

Banyak budaya yang mempunyai tradisi memulai hubungan suami istri

sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 60 hari setelah

melahirkan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.

Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah

sembuh dan lokia telah berhenti. Sebainya hubungan seksual dapat ditunda

sedapt mungkin hingga 40 hari setelah persalinan karena pada saat itu

diharapkan organ-organ tumbuh tekah pulih kembali. Ibu mengalami ovulasi

dan mungkin mengalami kehamilan sebelum haid yang pertama setelah

persalinan. Oleh karena itu, bila senggama tidak mungkin menunggu sampai

40 hari, suami/istri perlu melakukan usaha untuk mencegah kehamilan. Pada

saat inilah waktu yang tepat untuk memberikan konseling untuk pelayanan

KB.

(5)Keluarga Berencana

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan

dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel

sperma yang mengakibatkan kehamilan. Tujuan dari kontrasepsi adalah

mencegah/menghindari terajadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan

156
antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Kontrasepsi yang

cocok pada masa nifas adalah Metode Amenorhea Laktasi (MAL), pil

progestin ( minipil), suntikan progestin, kontrasepsi implan, dan alat

kontrasepsi dalam rahim.

(6)Latihan Senam Nifas

Senam Nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan

setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk

mempercepat invokusi, penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi serta

memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot

perut.

Pada saat hamil, otot perut dan sekitar rahim, serta vagina telah

teregang dan melemah. Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu

mengencangkan otot-otot tersebut. Hal ini untuk mencegah terjadinyanyeri

punggung dikemudian dan terjadinya kelemahan otot panggul sehingga dapat

mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK. Gerakan senam nifas ini

dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit. Sebaiknya

dilakukan secara bertahap dan terus menerus (kontinu). Lakukan pengulangan

setiap 5 gerakan dan tingkatkan setiap hari sampai 10 kali. 24

d. Tahapan masa nifas

1) Puerperium Dini (immediate puerperium)

Terjadi pada 0-24 jam post partum . Masa kepulihan, yaitu masa ketika

ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan

2) Puerperium intermedial (early puerperium)

157
Terjadi pada 1-7 hari post partum. Masa kepulihan menyeluruh organ

genitalia. Waktu yang dibutuhkan sekitar 6-8 minggu

3) Remote Puerperium (later puerperium)

Terjadi 1-6 minggu postpartum. Waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau pada saat persalinan

mengalami komplikasi (masa nifas fisiologis)

e. Kunjungan

Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus

melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru

lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalh-masalah yang

terjadi.

Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa

nifas, ada beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan

kebidanan pada ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan

tahapan perkembanganya antara lain dalam literatur Saifudin (2006):

1) Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan) : mencegah perdarahan masa

nifas karena atonio uteri, involusi uterus, mendeteksi dan merawat penyebab

lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada

ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa

nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, bidan mendorong ibu untuk

memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan

fisik, komunikasi dan rangsangan, menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermia, jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus

158
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran

atau sampai ibu dan bayi dalam keaadaan sehat, pembahasan tentang

kelahiran dengan kaji perasaan ibu dan adakah pertanyaan tentang proses

tersebut, dan bidan memberikan penyuluhan mengenai tanda-tanda bahaya

baik bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadapi keadaan.

2) Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan) memastikan involusi uterus

berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan

istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3) Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), bidan memberikan informasi

mengenai makanan yang seimbang, banyak mengandung protein, makanan

berserat dan air sebanyak 8-10 gelas per hari untuk mencegah komplikasi,

kebersihan/perawatan diri sendiri, senam nifas, kebutuhan akan istirahat,

bidan mengkaji adanya tanda-tanda pos- partum blues, pembicaraan awal

tentang masa subur dan melanjutkan hubungna seksual setelah selesai masa

nifas, kebutuhan akan pengendaian kehamilan, dan perjanjian untuk

pertemuan berikutnya.

4) Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan), menanyakan pada ibu tentang

penyullit-penyulit yang ia atau bayi alami, memberikan konseling untuk KB

secara dini dan evaluasi fisik dan panggul spesifik tambahan yang berkaitan

dengan kembalinya saluran reproduksi dan tubuh pada status tidak hamil.

159
Secara garis besar, tahap evaluasi meliputi hal-hal berikut :

a) Persepsi ibu tentang persalinan dan kelahiran, kemampuan koping ibu

sekarang dan bagaimana ia berespon terhadap bayi barunya.

b) Kondisi payudara meliputi kongesti, apakah ibu menyusui atau tidak,

tindakan kenyamanan apa yang ia gunakan untuk mengurangi

ketidaknyamanan. Selain itu, jika ibu menyusui, penampilan puting susu dan

areola, apakah ada kolostrum atau air susu, pengkajian proses menyusui.

c) Asupan makan dan cairan, mengkaji baik kualitas dan kuantitasnya.

d) Nyeri, kram abdomen, dan fungsi bowel.

e) Adanya kesulitas atau ketidaknyamanan dengan urinasi dan apakah ia

mengalami diuresis.

f) Jumlah, warna dan bau perdarahan lokia.

g) Nyeri pembengkakan, kemerahan perineum, dan jika ada jahitan, lihat

kerapatan jahitan.

h) Adanya hemoroid

i) Adanya edema, nyeri, dan kemerahan pada ekstremitas bawah.

j) Apakah ibu mendapatkan istirahat yang cukup, baik sing maupun malam.

k) Bagaimana kelurga menyesuaikan diri untuk mempunyai bayi baru dirumah.

l) Tingkat kepercayaan diri ibu saat ini dalam kemampuan untuk merawat bayi.

m) Tingkat aktivitas saat ini, dalam hal perawatan bayi baru lahir, tuga-tugas

rumah tangga, latihan, dan apakah ia telah mulai melakukan latihan Kegel

dan latihan pengencangan abdomen.26

f.Tujuan Asuhan Pada Ibu Nifas

160
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis dimana

dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan

pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu

terjaga.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah secara dini,

mengobti atau merujuk bila terjadi komplikasi baik pada ibu maupun bayinya

dimana bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa

nifas secara sistematis yaitu mulai pengajian data subjektif, objektif maupun

penunjang.

3) Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus menganalisa

data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah

yang terjadi pada ibu dan bayi.

4) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya,

yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk ke

langkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan.

5) Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu yang berkaitan dengan

perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada

bayi, dan perawatan bayi sehat

6) Memberikan pelayanan KB

7) Meberikan kesehatan emosional pada Ibu 29,30

b. Evidence Based Kebidanan dalam Nifas

1) Tampon Vagina

161
Tampon vagina menyerap darah tidak menghentikan perdarahan, bahkan

perdarahan tetap terjadi dan dapat menyebabkan infeksi.

2) Gurita dan sejenisnya

Selama 2 jam pertama atau selanjutnya penggunaan gurita akan menyebabkab

kesulitas pemantauan involusi uterus.

3) Memisahkan ibu dan bayi

Bayi benar-benar siaga selama 2 jam pertama setelah kelahiran. Ini

merupakan waktu yag tepat untuk melakukan kontak kulit ke kulit untuk

mempererat bonding attachment serta keberhasilan pemberian ASI 12

2. Manajemen Asuhan kebidanan

Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu nifas

a. Langkah I : Pengkajian.

1) Subjektif

a) Identitas

Nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat

b) Alasan kunjungan

c) Keluhan utama

d) Riwayat kehamilan sekarang

Menanyakan anak ke berapa, usia kehailan dan komplikasi selama kehamilan

e) Riwayat persalinan sekarang

Menanyakan tanggal persalinan, penolong persalinan, tempat bersalin, jenis

persalinan, laserasi, dan komplikasi selama persalinan dan sesudah persalinan

f) Riwayat bayi

162
Menanyakan jenis kelamin bayi, PB/BB, keadaan lahir menangis atau tidak,

dan komplikasi yang dialami bayi

g) Riwayat laktasi

Menanyakan ada atau tidaknya inisiasi menyusu dini, frekuensi menyusu,

kucukupan dan keluhan yang dialami

h) Ibu konsumsi zat besi dan vitamin a

i) Menkonsumsi obat-obatan tertentu

j) Riwayat nutrisi dan cairan

Menanyakan apa saja yang dimakan, berapa kali makan, apakah ada

pantangan makanan terhadap makanan tertentu, dan apakah ada keluhan

k) Riwayat eliminasi

Menanyakan tentang riwayat eliminasi terdiri dri frekuensi BAK/BAB,

karakteristik BAK/BAB dan keluhan yang dialami

l) Personal hygiene

Menanyakan tentang berapa kali mandi, menggosok gigi, keramas, ganti

pakaian dalam, ganti pakaian dalam, ganti duk, dan cara menjaga vulva

hygiene

m) Riwayat istirahat tidur

Menanyakan tentang lamanya istirahat siang, lamanya istirahat malam dan

keluhan yang dialami

n) Kegiatan olahraga/ senam nifas

o) Hubungan seksual

163
Menanyakan rencana mulainya hubungan seksual, kenyamanan fisik,

kenyamanan emosi dan keluhan yang dialami dalam hubungan seksual

p) Rencana kontrasepsi

Mananyakan kapan akan memulai menggunakan kontrasepsi dan jenis

kontrasepsi yang akan digunakan

q) Tanda-tanda bahaya

Menanyakan adanya tanda-tanda bahaya seperti dmema, nyeri atau

merasa panas saat BAK, sembelit, hemoroid, sakit kepala terus menerus,

nyeri abdomen, cairan vagina/ lokhia yang berbau busuk, pembengkakan

pada payudara, pembesaran puting/puting pacah-pecah, kesulitan dalam

menyusui, persaan sedih yang berlebihan, merasa kurang mampu merawat

bayi dan rabun senja.

r) Kondisi psikososial

Menanyakan tentang kondisi psikososial ibu terdiri dari bagaimana

penerimaan ibu terhadap kelahiran dan bagaimana penerimaan keluarga

terhadap kelahiran.

2) Objektif

a) Pemeriksaan umum

Melakukan pemeriksaan terhadap keadaan umum ibu, kesadaran, tanda-tanda

vital terdiri dari tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan.

b) Pemeriksaan khusus

Muka : apakah terdapat oedema, muka pucat atau tidak

164
Mata : untuk mengetahui warna konjungtiva pucat atau tidak, sklera putih

atau ikterik

Mamae : untuk mengetahui adanya pembesaran mamae, simetris atau tida,

puting susu menonjol atau tidak, adanya dimpling atau retraksi, ada masa,

adanya pengeluaran ASI

Abdomen : untuk mengetahui TFU, untuk mengetahui kontraksi, untuk

mengetahui diastasi recti

Genitalia : untuk mengetahui apa ada varises pada vagina, dan adakah

pengeluaran pervaginam yaitu pengeluaran lokhea (warna, bau, banyaknya,

konsistensi) serta melihat keadaan jahitan bekas episiotomi

Anus : untuk mengetahui ada nya hemoroid

Ekstremitas : untuk mengetahui adakah oedema, varises, pucat ataupun

sianosis, pada ekstremitas bawah dapat dilakukan pemeriksaan tanda homan/

trombo plebitis

b. Langkah II : Interpretasi Data

Diagnosa : Ibu post partum 1 hari normal

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan :

1) Informasi hasil pemeriksaan

2) Penkes nutrisi dan cairan

3) Penkes eliminasi

4) Penkes istirahat

165
5) Penkes ASI Ekslusif

6) Penkes perawatan payudara

7) Penkes senam nifas

8) Penkes personal hygiene

c. Langkah III : Identifikasi masalah/diagnosa potensial

Tidak ada

d. Langkah IV : identifikasi memerlukan tindakan segera, rujukan dan

kolaborasi

Tidak ada

e. Langkah V : Perencanaan

1) Informasi hasil pemeriksaan

2) Penkes nutrisi dan cairan

3) Penkes eliminasi

4) Penkes istirahat

5) Penkes ASI Ekslusif

6) Penkes perawatan payudara

7) Penkes senam nifas

8) Penkes personal hygiene

f.Langkah VI : Implementasi

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dalam keadaan

baik

2) Memberikan penkes nutrisi dan cairan

3) Memberikan penkes eliminasi

166
4) Memberikan penkes istirahat

5) Memberikan penkes ASI ekslusif

6) Meberikan penkes perawatan payudara

7) Memberikan penkes senam nifas

8) Memberikan penkes personal hygiene

g. Langkah VII : Evaluasi

Klien mengerti dengan hasil pemeriksaan, seluruh rencana asuhan telah

diberikan pada bayi.

a. KERANGKA PIKIR

Berdasarkan tinjauan teori tentang masa hamil, bersalin, nifas, dan kunjungan

ulang masa nifas maupun bayi baru lahir maka peneliti dapat menyusun

kerangka pikir seperti yang tercantum pada gambar 1 yang disajikan pada

halaman 167-168

1. Pengkajian
2. Perumusan
Diagnosa Dan
Atau Masalah
Kebidanan
3. Perencanaan
Ibu Hamil 28 sesuai dengan 1. Kesehatan Ibu
Minggu teori 2. Kesehatan Janin
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Laporan
Pelaksanaa
Asuhan
Kebidanaan

167
1. Pengkajian
2. Perumusan
Diagnosa Dan
Atau Masalah
Kebidanan 1. Kesehatan Ibu
3. Perencanaan 2. Kesehatan Bayi
sesuai dengan segera setelah
Ibu Bersalin teori lahir s/d 2 jam
4. Implementasi dan setelah 2
5. Evaluasi jam
6. Laporan
Pelaksanaa
Asuhan
Kebidanaan

1. Pengkajian
2. Perumusan
Diagnosa Dan
Atau Masalah
Kebidanan
3. Perencanaan
Ibu Nifas sesuai dengan 1. Kesehatan Ibu
teori 2. Kesehatan Bayi
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Laporan
Pelaksanaa
Asuhan
Kebidanaan
Gambar 1::Kerangka pikir asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ibu
hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir

168

Anda mungkin juga menyukai