Anda di halaman 1dari 7

TUNGAU DEBU RUMAH

Halo manteman, kembali lagi bersama kami geng parasitors! Udah 2 modul ini, departemen parasit
adem ayemmm banget, tapi semoga tentir dari kami tetap bisa menemani wan kawan belajar yaa!

>>>> PENDAHULUAN <<<<

Kalian pasti tau penyakit asma kan? Nah salah satu faktor pencetus munculnya asma ini adalah si
tungau debu rumah. Salah satu tujuan dari pengobatan asma adalah untuk menghilangkan gejala
penyakit dengan bronkodilator. Namun, dilemma nih. Kalo obat-obatan tadidipakai terus menerus
dalam jangka waktu yang lama, malah bakal memperberat penyakit itu. Terus gimana dong
caranyaa????

Caranya, mengurangi, mencegah, atau menghindari si allergen tadi biar asmanya tuh ndak kumat,
jadi ndak perlu minum obat terus menerus, begicyuu.

Langsung yuk, kita ke tersangka utamanya TDR ini, gak Cuma selebgram, TDR pun ada yang hits
juga, yaituuu :

1. Dermatophagoides pteronyssinus
2. Dermatophagoides farinae

Tak kenal maka tak saying, salah satu cara mengenalinya adalah melalui morfologinya.

TDR jantan, memilik ukuran 370-430 mikron. Sedangkan yang betina agak sedikit pendek,
panjangnya 300-350 mikron. Terus, apa sih yang beda kan TDR ini saat menjadi larva sama saat
dah jadi dewasa? Kalo yang larva, tungau Cuma punya 3 pasang kaki, sedangkan yang dewasa,
nambah sepasang kaki lagi menjadi 4 pasang. Badan tungau ini juga berbulu yaa.

Biar lebih jelas, ini taksonomi dan klasifikasi TDR :

Superkingdom : Eukaryota

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa

Filum : Arthropoda

Subfilum : Chelicerata
Kelas : Arachnida

Ordo : Acariformes

Subordo : Astigmata

Famili : Pyroglyphidae

Genus : Dermatophagoides

Spesies : Dermatophagoides pteronyssinus


Dermatophagoides farina

Di atas nih, bentuk beserta penjelasan anggota tubuh si tungau ya, bisa dibaca sendiriii
Dua gambar ini merupakan TDR jenis Dermatophagoides farinae yaa
Kalo 3 gambar di atas namanya Dermatophagoides pteronyssinus, seram yaaa wkwkw, gak usah
pusing, buat bedainnya yang farinae tuh 2 capit depannya agak genduttt

Kita lanjut ke daur hidupnya ya. Pertama tama, tungau debu ini bersifat ovipar, atau bertelur.
Tungau betina bakal mulai meletakkan telurnya 3 sampai 4 hari setelah masa kopulasi, dan akan
mengalami 3 kali masa oviposisi

1. Oviposisi 1, berlangsung selama 20 hari. Telur yang dihasilkan bisa mencapai 25-50 butir,
perharinya bakal produksi telur sebanyak 2-3 telur
2. Oviposisi II. Bisa menghasilkan 15-30 butir trlut

Bisa disimpulkan, jumlah tidur akan semakin berkurang jumlahnya pada oviposisi berikutnya.
Nih skemanya
Dimana aja sih tungau ini bisa ditemuin ?

Tungau ini banyak ditemukan pada debu yang terdapat pada berbagai peralatan rumah tangga,
khususnya perabotan yang terdapat di sekitar kamar tidur, seperti kasur, seprei, selimut, wool dan
peralatan lain. Mengapa banyak terdapat di sekitar kamar tidur. Hal ini disebabkan oleh debu di
sekitar kamar tidur biasanya banyak terdapat makanan tungau tersebut, seperti skuama atau
rentuhan sel-sel kulit manusia yang banyak ditemukan di tempat tidur. Dermatophagoides
menyukai tempat yang hangat, kering dan lembab. Meskipun tungau ini tidak menggigit dan tidak
menularkan suatu penyakit, namun tungau ini menghasilkan material atau bahan yang bersifat
alergen. Material tersebut berukuran sangat kecil dan ringan sehingga mudah terbang dan bersatu
dengan debu di udara. Bila terhisap dapat menimbulkan reaksi alergi pada orang yang sensitif,
sehingga menimbulkan pembengkakan pada saluran pernafasan yang akan memicu munculnya
serangan asma, terutama bagi individu yang sensitive.

Pathogenesis allergen TDR

Bagian dari tubuh TDR yang mengandung allergen atau dapat mencetuskan alergi antara lain :

1. Kutikula, melalui penetrasi kulit


2. Telur, sebanyak 50 telur
3. Organ seks
4. Dan saluran cerna (sebanyak 2000 feses/20 hari atau sebanyak 100 feses per harinya. Bisa
juga melalui inhalasi)

Apa sih bahayanya dari TDR ini?

Dermatophagoides farinae dan D. pteronyssinus adalah dua spesies tungau debu yang paling
umum dan paling banyak menjadi pencetus alergi yang tersebar di lingkungan di dalam perumahan
dan perkantoran di seluruh dunia dengan periode paparan allergen sepanjang tahun. Oleh karena
itu semua individu manusia baik di dalam rumah maupun di dalam kantor mempunyai kesempatan
terpapar tungau debu yang sama sepanjang tahun di Indonesia, khususnya. Hasil tes alergi terhadap
orang-orang menunjukkan bahwa tungau debu diakui sebagai penyebab alergi yang paling umum
dan sering ditemui di seluruh di dunia. Lebih dari 50% orang-orang yang diperiksa, peka terhadap
alergen tungau debu tersebut. Tungau debu bersama dengan sisa-sisa dan reruntuhan sel-sel kulit
manusia, berlimpah di kasur, kursi, karpet dan barang-barang rumah tangga lainnya, bahkan
tungau juga sering ditemukan di tempat-tempat kerja. Oleh karena itu perkembang biakan dan
sebaran tungau dan alergennya tidak hanya ditemukan di dalam rumah, tetapi juga di kantor
banyak dijumpai. Tidak heran kalau debu dan tungau debu merupakan pemicu asma yang luar
biasa

Bisa gak cegah dan memberantas TDR? BISA! Tapi gimana caranya?

Pertama, menjaga kebersihan. Mandi yang rajin, karan sisa sel kulit mati kita yang tidak terangkat
a.k.a daki kita merupakan makanan kesukaan si TDR ini, lalu memindahkan orang yang sudah di
serang TDR ini ke tempat lain (lebih tinggi), terus kelembaban diatur, TDR ini suka banget di
tempat yang lembab, dan penggunaan saat kimia.

Epidemiologi TDR :

• Populasi tungau tergantung

1. Tinggi rendahnya rumah dari permukaan laut

2. Daerah dengan musim panas yang lebih panjang dari musim hujan

3. Adanya berbagai macam binatang didalam rumah


4. Rumah yang kotor dan banyak debu

5. Suhu dan kelembaban optimal bagi pertumbuhan TDR

Anda mungkin juga menyukai