Anda di halaman 1dari 7

REVIEW PERENCANAAN TATA RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA GEOLOGI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geologi Lingkungan


Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, MT

Disusun oleh:

Erma Maulana Putri Polycarpus Mayanggaseta


21040114130113 21040114140075

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
REVIEW PERENCANAAN TATA RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA GEOLOGI GUNUNG
SINABUNG

A. Studi Kasus
1. Kesesuaian Lahan
Gunungapi Sinabung adalah gunungapi strato berbentuk kerucut, dengan tinggi
puncaknya 2460 m dpl. Lokasi Gunungapi Sinabung secara administratif masuk ke dalam
Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak pada posisi 3o10’
Lintang Utara dan 98o23,5’ Bujur Timur. Kesesuaian lahan di sekitar Gunung Sinabung
baik untuk digunakan sebagai lahan pertanian. Sedangkan untuk pembangunan daerah
permukiman sebaiknya dilakukan di radius lebih dari 5 km dari kaki Gunung Sinabung
agar masyarakat yang terkena dampak dari erupsi Gunung Sinabung semakin sedikit.
2. Bencana Geologi
Bencana geologi yang dihadapi adalah letusan gunung berapi akibat aktivitas
vulkanik Gunung Sinabung. Pada awalnya Gunung Sinabung adalah Gunung Api strato
tipe B atau sejarah letusannya tidak tercatat meletus sejak tahun 1600-an. Namun untuk
pertama kali setelah lebih dari 400 tahun tidak ada aktivitasnya, kemudian terjadi
letusan freatik pada 27 Agustus 2010.
a. Letusan 27 Agustus 2010
Letusan Gunung Sinabung pada 27 Agustus 2010 dikategorikan tipe
letusan freatik yang diikuti jatuhan abu vulkanik yang menyebar ke timur-
tenggara Gunung Sinabung dan menutupi Desa Sukameriah, Gungpitu, Sigarang-
garang, Sukadebi, dan Susuk. Sejak saat itu Gunung diklarifikasikan tipe
b. Sejarah Erupsi
- Agustus 2010:
Tanggal 27-28 Agustus letusan abu/freatik dari kawah puncak.
Pada 29-30 Agustus 2010 letusan abu dari puncak disertai suara dentuman
dan kolom abu berkisar 1500-2000 meter
- September 2010:
Pada 3 dan 7 September letusan abu dengan tinggi kolom abu berkisar
2000-5000 meter.
- September-November 2013:
Sejak 15 September-25 September sudah terjadi 107 kali letusan abu yang
kadang-kadang disertai lontaran pasir-kerikil (terjauh lk 5 km) dan aliran
awan panas dengan jarak luncur terjauh lk 1,5 km.
Erupsi abu dengan kolom abu tertinggi (lk 10.000 m) terjadi pada 19
November 2013. Erupsi abu yang diikuti awan panas dengan jarak luncur
terjauh ke arah lereng tenggara sejauh 1500 meter terjadi pada 11, 24, dan
25 November 2013.
c. Aktivitas Vulkanik Gunung Sinabung 2013
- September 2013:
Pada 15 September pukul 02.51 WIB terjadi erupsi abu yang diikuti lontaran
batu pijar di sekitar kawah, statusnya dinaikkan statusnya menjadi Siaga.
Pada 17 dan 18 September terjadi erupsi abu, tinggi 3.000 dan 1.500 meter,
diikuti lontaran batu pijar dan jauh di sekitar kawah.
Pada 29 September status diturunkan menjadi Waspada.
- Oktober 2013:
Pada 15, 23, 24, 25, 26, 29, 30, dan 31 terjadi erupsi abu, tinggi 700 hingga
5.000 meter. Sebagian erupsi diikuti lontaran batu pijar dan jatuh di sekitar
kawah.
- November 2013:
Pada 1, 3, 4 November terjadi erupsi abu, tinggi 700 hingga 7.000 meter dan
tersebar ke arah barat daya-barat, umumnya disertai gemuruh. Sebagian
erupsi diikuti lontaran batu pijar dan jatuh di sekitar kawah.
Pada 3 November status dinaikkan menjadi siaga.
Pada 5-14, 17-20, 23 dan 24 terjadi erupsi abu, tinggi 500 hingga 10.000
meter dan tersebar ke arah barat daya-barat, timur-tenggara, umumnya
disertai suara gemuruh. Sebagian besar erupsi diikuti awan panas ke arah
tenggara dengan jarak luncur 500-1500 meter. Erupsi pada 24 mencapai 20
kejadian, statusnya dinaikkan menjadi Awas pada pukul 10.00 WIB.
3. Kerawanan dan Kerentanan
Mengingat potensi Gunung Sinabung yang memiliki tingkat erupsi yang cukup tinggi,
berpengaruh terhadap tata ruang yang ada di sekitar wilayah Gunung Sinabung. Tata
ruang yang yang ada di Gunung Sinabung sebenarnya mendukung untuk bertahan hidup.
Masih mendukung untuk bertahan hidup bila daerah hunian masih berada di dalam zona
aman yaitu radius lebih dari 5km. Jika berada kurang dari radius tersebut, kerentanan
dari masyrakatnya terkena dampak dari bencana letusan Gunung Sinabung semakin
besar. Jika masyarakat melewati zona aman dari Gunung Sinabung, dampak yang
dirasakan oleh masyarakat dapat lebih buruk lagi.
Penderitaan masyarakat akibat letusan gunung berapi yang dapat menelan korban
jiwa, terluka atau harus mengungsi dari rumahnya untuk sementara harus tinggal di
tempat yang sangat terbatas fasilitasnya. Dibutuhkan logistik makanan untuk para
pengungsi, selain pangan mereka juga butuh pakaian, selimut agar tidak kedinginan,
bahkan kamar mandi untuk kebersihan diri. Letusan gunung juga menyebabkan
perubahan kegiatan ekonomi daerah tersebut, harga-harga sayuran dan produksi
pertanian segera meningkat sedangkan pengungsi sendiri tidak memperoleh
pendapatan selama kondisi bencana. Kemungkinan terjadi pergerakan manusia dari
daerah bencana menuju kota atau daerah lain, sedangkan lokasi gunung yang meletus
untuk sementara tertutup untuk semua kegiatan pertanian, wisata yang secara umum
berpengaruh kepada aktivitas ekonomi bahkan pendapatan daerah tersebut. Ancaman
selanjutnya akan berlanjut terhadap kesehatan penduduk akibat abu letusan yang
terbawa angin, kemungkinan banjir pada saat hujan karena sedimentasi yang sangat
besar volumenya. Bahkan sering terjadi adanya letusan gunung berapi seperti ini
menyebabkan ancaman terhadap keselamatan penerbangan yang berakibat terhadap
aktivitas perekonomian regional ataupun nasional.
B. Mitigasi Letusan Gunung Sinabung
Letusan Gunung Sinabung dapat berakibat negatif terhadap kawasan sekitarnya. Melihat
bahaya tersebut perlu adanya mitigasi terhadap kawasan sekitar khususnya Kabupaten Karo.
Mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko
bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana yang dapat dilakukan
melalui berbagai cara salah satunya sebagai berikut:
1. Alokasi Wilayah Rentan Dampak Erupsi
Melihat tingginya aktivitas gunungapi Sinabung, maka perlu ada relokasi terhadap kawasan
pemukiman yang berada terlalu dekat dengan gunung tersebut. Untuk melakukan relokasi
wilayah, perlu ada tinjauan dan penilaian lebih lanjut terhadap wilayah yang akan dibangun.
Maka dari itu perlu ada juga pemetaan daerah kawasan rawan bencana yang dapat dibuat
oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Hal ini dapat dilakukan untuk
membangun pemukiiman yang dapat lebih terorganisir dan mempermudah evakuasi saat
terjadi erupsi.
2. Peringatan Dini
Peringatan dini berfungsi untuk menyampaikan informasi terkini status aktivitas Sinabung
dan tindakan-tindakan yang harus diambil oleh berbagai pihak terutama oleh masyarakat
yang terancam bahaya.
Ada 4 tingkat peringatan dini untuk mitigasi bencana letusan Sinabung yaitu Aktif Normal,
Waspada, Siaga dan Awas.
1. Aktif Normal : Tingkat ini menunjukkan aktivitas Sinabung berdasarkan data pengamatan
instrumental dan visual tidak menunjukkan adanya gejala yang menuju pada kejadian
letusan.
2. Waspada: Pada tingkat Waspada mulai dilakukan penyuluhan di desa-desa yang berada di
kawasan rawan bencana Sinabung.
3. Siaga: Dalam kondisi Siaga, penyuluhan dilakukan secara lebih intensif. Sasarannya adalah
penduduk yang tinggal di kawasan rawan bencana, aparat di jajaran SATLAK PB dan LSM
serta para relawan.
4. Awas: Pada kondisi Awas, masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana atau
diperkirakan akan terlanda awan panas yang akan terjadi sudah diungsikan menjauh dari
daerah ancaman bahaya primer awan panas.
3. Sirine Peringatan Dini
Salah satu upaya untuk mitigasi letusan gunung Sinabung terhadap kawasan sekitarnya
adalah dengan menggunakan sirine tanda bahaya. Sirine harus mampu menjangkau seluruh
kawasan pemukiman sekitar gunung, sehingga penduduk sekitar dapat mengungsi sebelun
terjadi bencana erupsi.
4. Forum Sinabung
Untuk mengurangi dampak dari terjadinya letusan gunung Sinabung, perlu ada
campur tangan dari semua pihak sesuai dengan kompetentsinya masing-masing. Maka dari
itu perlu dilakukan forum oleh masyarakat sekitar Sinabung. Forum Sinabung, dapat
membentuk kerjasama yang baik antara pemerintah dengan penduduk setempat.sehingga
terjadi peningkatan kapasitas kinerja pemerintah sebagai pemegang tanggungjawab utama
pengurangan risiko bencana.
Forum Sinabung dapat menjadi wadah bersama untuk menyatukan kekuatan,
menyelaraskan program dan menjembatani komunikasi antar pelaku dalam kegiatan
bersama untuk aksi pengurangan risiko bencana letusan G. Sinabung serta menjaga
kesinambungan daya dukung lingkungan bagi masyarakat sekitarnya.
5. Pelatihan
Salah satu upaya mitigasi adalah dengan melakukan pelatihan terhadap warga sekitar
kawassan Sinabung terkait tindakan saat terjadi erupsi. Tujuan pelatihan adalah
meningkatkan pengetahuan masyarakat akan potensi ancaman bencana, menciptakan dan
meningkatkan kesadaran akan resiko bencana.
6. Pembangaunan Infrastruktur
Untuk mengurangi dampak negatif khususnya angka korban akibat erupsi G. Sinabung, maka
perlu dibangun beberapa infrastruktur yang memadai. Infrastruktur tersebut dapat berupa:
1. Jalur Evakuasi
Jalur evkuasi berfungsi untuk memindahkan warga yang menjadi korban erupsi gunung
Sinabung keluar dari kawasan bencana. Jalur evakuasi harus dibangun berdasarkan
kawasan paling aman di sekitar G. Sinabung. Jalur evakuasi dapat membantu masyarakat
setempat untuk langsung menyelamatkan diri saat terjadi tand-tanda erupsi Sinabung.
2. Kawasan Pengungsian
Salah satu upaya untuk mengurangi resiko bencana letusan G. SInabung adalah dengan
membangun daerah pengungsian. Daerah pengungsian tesebut sebaiknya dibangun
sesuai dengan letak dan arah jalur evakuasi sehingga masyarakat dapat langsung
mengungsi setelah dievakuasi.
Kesimpulan
Untuk mengurangi dampak dari erupsi gunung Sinabung, penataan kawasan sesuai letak lahan atau
ruangnya merupakan langkah yang sangat penting untuk mengurangi dampak erupsi. Tindakan
mitigasi lainnya dapat dilakukan setelah terbentuk kawasan yang sesuai dengan fungsi dan kegunaan
ruangnya masing-masing. Penataan tersebut dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan daerah
rawan bencana lewat pemetaan sehingga apabila Gunung Sinabung meletus, pemerintah dapat
mengevakuasi masyarakat dengan lebih mudah dan lebih teratur.
Sumber:
Dinas Komunikasi, Informatika dan PDE Kabupaten Karo. Tanpa Angka Tahun. Gunung Sinabung.
http://www.karokab.go.id/in/index.php/potensi-daerah/pariwisata/tujuan-wisata/457-
gunung-sinabung Diakses pada 5 Juni 2015
Islahudin. 2013. Ini riwayat erupsi dan letusan Gunung Sinabung.
http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-riwayat-erupsi-dan-letusan-gunung-sinabung.html
Diakses pada 5 Juni 2015
Tanpa nama. 2014. Mitigasi Bencana Gunungapi. http://www.merapi.bgl.esdm.go.id/informasi_
merapi.php?page=informasi-merapi&subpage=mitigasi-aktivitas-merapi. Diunduh pada 5 Juni
2015.
Tindaon, F. Tanpa Angka Tahun. Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah.
http://www.academia.edu/5832055/Letusan_Gunung_Sinabung_Sumatra_Indonesia_Tingkat
kan_Kesuburan_Tanah. Diakses pada 5 Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai