Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Manusia sesuai dengan kodratnya itu menghadapi tiga persoalan yang bersifat
universal,[1] dikatakan demikian karena persoalaan tersebut tidak tergantung pada kurun waktu
ataupun latar belakang historis kultural tertentu. Persoalan itu menyangkut tata hubungan atar
dirinya sebagai mahluk yang otonom dengan realitas lain yang menunjukkan bahwa manusia
juga merupakan makhluk yang bersifat dependen. Persoalaan lain menyangkut kenyataan bahwa
manusia merupakan makhluk dengan kebutuhan jasmani yang nyaris tak berbeda dengan
makhluk lain seperti makan, minum, kebutuhan akan seks, menghindarkan diri dari rasa sakit
dan sebagainya tetapi juga sebuah kesadaran tentang kebutuhan yang mengatasinya,
menstrandensikan kebutuhan jasmaniah, yakni rasa aman, kasih sayang perhatian, yang
semuanya mengisyaratkan adanya kebutuhan ruhaniah dan terakhir, manusia menghadapi
problema yang menyangkut kepentiangan dirinya, rahasia pribadi, milik pribadi, kepentingan
pribadi, kebutuhan akan kesendirian, namun juga tak dapat disangkan bahwa manusia tidak dapat
hidup secara “soliter” melainkan harus “solider” , hidupnya tak mungkin dijalani sendiri tanpa
kehadiran orang lain. Belum lagi manusia dalam konsep Islam mempunyai tugas dan tanggung
jawab yang sangat berat yaitu “Abdul Allah “ (hamba Allah) satu sisi dan sekaligus
sebagai “Kholifah fil Ardli” (wakil Allah di muka bumi).

2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pandangan filsafat pendidikan tentang manusia dengan alam?
2. Bagaimana pandangan filsafat pendidikan tentang tanggung jawab pendidikan?
3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pandangan filsafat pendidikan tentang manusia dengan alam.
2. Untuk mengetahui pandangan filsafat pendidikan tentang tanggung jawab pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pandangan Filsafat Pendidikan Tentang Manusia Dengan Alam.


Pemikiran filsafat mencakup ruang lingkup yang berskala makro yaitu: kosmologi,
ontology, philosophy of mind, epistimologi, dan aksiologi.[2]Untuk melihat bagaimana
sesungguhnya manusia dalam pandangan filsafat pendidikan, maka setidaknya karena
manusia merupakan bagian dari alam semesta (kosmos). Berangkat dari situ dapat kita
ketahui bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang pada hakekatnya sebagai abdi penciptanya
(ontology). Agar bisa menempatkan dirinya sebagai pengapdi yang setia, maka manusia diberi
anugerah berbagai potensi baik jasmani, rohani, dan ruh (philosophy of mind). Sedangkan
pertumbuhan serta perkembangan manusia dalam hal memperoleh pengetahuan itu berlajan
secara berjenjang dan bertahap (proses) melalui pengembangan potensinya, pengalaman
dengan lingkungan serta bimbingan, didikan dari Tuhan (epistimologi), oleh karena itu
hubungan antara alam lingkungan, manusia, semua makhluk ciptaan Allah dan hubungan
dengan Allah sebagai pencita seluruh alam raya itu harus berjalan bersama dan tidak bisa
dipisahkan. Adapun manusia sebagai makhluk dalam usaha meningkatkan kualitas sumber
daya insaninya itu, manusia diikat oleh nilai-nilai illahi (aksiologi), sehingga dalam pandangan
FPI, manusia merupakan makhluk alternatif (dapat memilih), tetapi ditawarkan padanya
pilihan yang terbaik yakni nilai illahiyat. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa manusia itu
makhluk alternatif (bebas) tetapi sekaligus terikat (tidak bebas nilai).

Manusia adalah subyek pendidikan, sekaligus juga obyek pendidikan. manusia


dewasa yang berkebudayaan adalah subyek pendidikan yang berarti bertanggung jawab
menyelenggareakan pendidikan. mereka berkewajiban secara moral atas perkembangan
probadi anak-anak mereka, yang notabene adalah generasi peneruis mereka. manusia
dewasa yang berkebudayaaan terutama yang berfrofesin keguruan (pendidikan) bertanggung
jawab secara formal untuk melaksanakan misi pendidikan sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai
yang dikehendaki ,asyarakan bengsa itu.
Manusia yang belum dewasa, dalam proses perkembangan kepribadiannya, baik
menuju pembudayaan maupun proses kematangan dan intregitas, adalah obyek pendidikan.
Artinya mereka adalah sasaran atau bahan yang dibina. Meskipun kita sadarai bahwa
perkembangan kepribadian adalah self development melalui self actifities, jadi sebagai subjek
yang sadar mengembangkan diri sendiri.

Alam semesta adalah media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang digunakan oleh
menusia untuk melangsungkan proses pendidikan. Didalam alam semesta ini manusia tidak
dapat hidup dan “mandiri” dengan sesungguhnya. Karena antara manusia dan alam semesta
saling membutuhkan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dimana alam
semesta ini butuh manusia untuk merawat dan memeliharanya sedangkan manusia butuh
alam semesta sebagai sarana berinteraksi dengan manusia lainnya.[3]
Proses pendidikan yang berlangsung didalam antar aksi yangh pruralistis (antara
subjek dengan lingkungan alamiah, sosial dan cultural) amat ditentukan oleh aspek
manusianya. Sebab kedudukan manusia sebagai subyek didalam masyarakat, bahkan didalam
alam semesta, memberikan konsekuensi tanggung jawab yang besar bagi diri manusia.
Manusia mengembang amanat untuk membimbing masyarakat, memelihara alam lingkungan
hidup bersama. bahkan manusia terutama bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannyu
(human dignity).
Sejarah usaha manusia untuk mengerti dirinya sendiri, kepribadian manusia, sudah
ada sejak ilmu pengetahuan itu ada. Ilmu jiwa (Psikologi) yang mula-mula sebaga ilmu jiwa
metafisika adalah salah satu usaha tersebut. Makin mendalam manusia menyelidiki
kepribadiannya, makin banyak problemanya yang timbul serta makin banyak rahasia yang
minta jawaban. Karena manusia adalah mahluk yang unik dan penuh misteri dan rahasia.
Manusia sebagai subyek dihadapkan kepada fenomena baru dalam kesadarannya,
yakni menghadapi problem yang jauh lebih sulit dari pada problem-problem sebelumnya.
manusia mulai bertanya, siapakah atau apakah aku ini sebenarnya. Manusia sebagai subyek
menjadikan dirinya sendiri (pribadi dan keutuhan) sebagai obyek yang menuntut pengertian,
pengetahuan atau pemahaman. “Kenalilah dirimu” adalah kata-kata klasik yang tetap
mengandung makna yang ideal, khususnya amat bersifat pedagogis disamping bernilai
filosofis. Sedemikian jauh manusia masih belum yakin bahwa ia telah mengenali dirinya
sendiri. Bahkan makin dalam ia menyelami dan memahami kepribadiannya, makin sukar ia
mengerti identitasnya. Apa yang ia mengerti tentang kepribadiannya makin ia sadari sebagai
suatu asumsi yang amat “dangkal’ dan relatif, bahkan juga amat subjektif.[4]
Untuk mengerti dan mengenali diri sendiri manusia dengan jujur mengakui kesukaran-
kesukarannya, apa yang ia akui sebagai pengertian hanyalah suatu kesimpulan yang masih
kabur dan belum representatif. Dari kenyataan ini manusia berkesimpulan pula bahwa jauh
lebih amat sulit untuk mengerti dan memahami kepribadian orang lain.
Perwujudan kepribadian seseorang nampak dalam keseluruhan pribadi manusia dalam
antar hubungan dan antar aksinya dengan lingkungan hidupnya. Penafsiran kita tentang
tingkah laku belum menjamin pengertian kita tentang kepribadian manusia. Karena itu, realita
demikian amat jauh dari sempurnaan. Tetapi usaha untuk mengerti dan memahami manusia
ini jauh lebih baik daripada pengertian dan kesimpulan- kesimpulan yang kita miliki tentang
manusia. Apa yang kita simpulkan sebagai pengertian itu lebih bersifat statis, sedangkan
usaha untuk mengerti manusia secara aktif dan terus-menerus didalam antar hubungan dan
antar aksi sesama itu bersifat dinamis. Asas dinamis ini merupakan essensi watak manusia,
yang terus berkembang, bertumbuh dan menuju integritas kepribadiannya. Demikian pula
kita tentang seseorang, tentang kepribadiannya selalu berkembang. itulah sebabnya
dikatakan “Tak kenal maka tak cinta”. Bahkan “Cinta itu tumbuh dari sebuah
pengenalah”. Artinya makin kita mengenalnya, makin kita memahami kepribadiannya yang
positif makin pula kita mencintainya. Implikasi pandangan ini adalah jagan tergesa-gesa
menjauhi atau membenci seseorang, karena kita belum mengenal seorang itu. Bahkan
sesungguhnya, adalah kewajiban kita untuk mengerti tingkah laku, kepribadian seseorang
didalam antar hubungan dan antar aksi sosial. Dan sesuai dengan asas –asas nilai demokrasi
kita wajib menghormati martabat pribadi orang lain. Prinsip self respect, menghormati pribadi
orang lain merupakan pangkal untuk mengormati diri sendniri. Artinya usaha untuk dihormati,
hormati lebih dahulu orang lain.[5]

2. Pandangan Filsafat Pendidikan Tentang Tanggung Jawab Pendidikan


3. Pada hakikatnya, tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawabyang besar dan
penting karena pada tatanan operasionalnya, pendidikanmerupakan pemberian bimbingan,
pertolongan, dan bantuan dari orang dewasa atauorang yang bertanggung jawab atas
pendidikan kepada anak yang belum dewasa.Pendidikan merupakan bagian dari proses
pendewasaan rohaniah dan jasmaniah. Kewajiban mendidik diarahkan pada ruang lingkup
objek pendidikan yang jelas,yaitu: 1. pendidikan dalam keluarga; 2. pendidikan di sekolah; 3.
pendidikan di lingkungan masyarakat. Seorangayahdan ibu berkewajiban mendidik,
mengajarkan,dan menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak-anaknya. Anak adalah
amanatTuhan yang dibebankan kepada kedua orangtuanya. Oleh karena itu, orangtua harus
menjaga, memelihara, dan menyampaikan amanah tersebut. Orangtua harus mengantarkan
anaknya melalui bimbingan, pengarahan, dan pendidikan untuk mengabdi kepada Allah
SWT, keluarg masyarakat, dan bangsa. Tanggung jawab yang paling menonjol dan
mendapat perhatian besar dalam pendidikan adalah tanggung jawab orangtua terhadap
anak-anaknya yang berwenang memberikan pengarahan, pengajaran, dan pendidikan.
dtangtua memiliki hubungan terdekat dengan anak-anaknya dan mewariskan karakter
terntentu sehingga orangtua wajib meluruskan sifat-sifat anaknya yang buruk menurut nilai-
nilai yang berlaku. Kaitannya dengan hal tersebut, dalam ajaran islam, ada lah orangtua
wajib menyuruh dan mendidik untuk mendirikan shalat. Pokok-pokok pendidikan yang baik
dalam keluarga harus membantu anak-anak memahami posisi dan perannya masing-
masing, membantu anak- anakmengenal danmemahaminorma-norma kehidupanyanglayak

 2. diaplikasikan.Penanggung jawab pendidikan adalah sebagai berikut:1. Seluruh manusia


bertanggung jawab untuk mendidik dirinya sendiri.2. Orang tua bertanggung jawab terhadap
pendidikan anak -anaknyadalam keluarga.3. Pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah karena
memperolehpendidikan merupakan hak rakyat yang dilindungi oleh Undang -undang Dasar 1945.4.
Pendidikan merupakan kewajiban guru di sekolah.5. Pendidikan merupakan kewajiban seluruh
anggota masyarakat.Semua warga masyarakat berkewajiban mendukung wajib belajarSembilan
tahun. Sehubungan dengan tanggung jawab orangtua di atas, sebaiknya orangtua mengetahi apa
dan bagaimana cara mendidik anak. Pengetahuan tersebutsekurang-kurangnya dapat menjadi
penuntut dan rambu-rambu bagi orangtuadalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya kepada
anak. Beberapa hal yang perlu dipahami orangtua sebagai berikut:1. Anak sebagai peserta didik
bukan miniatur orang dewasa.2. Anak mempunyai peridoe perkembangan tertentu dan mempunyai
pola perkembangan serta tempo dan iramanya.3. Anak memiliki kebutuhan dan menuntut untuk
memenuhi kebutuhan semaksimal mungkin.4. Anak sebagai peserta didik memiliki perbedaan
dengan anak lain, baik perbedaan oleh faktor endogen (fitrah) maupun eksogen (lingkungan).5.
Anak dipandang sebagai kesatuan sistem manusia.6. Anak merupakan objek pendidikan yang aktif
dan kreatif serta produktif.Peranan orangtua sebagai pendidika adalah:1. korektor, yaitu bagi
perbuatan yang baik dan yang buruk agar anak
 3. memiliki kemampuan memililih yang terbaik bagi kehidupannya;2. inspirator, yaitu yang
memberikan ide-ide positif bagi pengembangankreativitas anak;3. informator, yaitu memberikan
ragam informasi dan kemajuan ilmupengetahuan kepada anak agar ilmu pengetahuan anak didik
semakin luas danmendalam;4. organisator, yaitu memiliki kemampuan mengelola kegiatan pem-
belajaran anak dengan baik dan benar;5. motivator, yaitu mendorong anak semakin aktif dan kreatif
dalambelajar;6. inisiator, yaitu memiliki pencetus gagasan bagi pengembangan dankemajuan
pendidikan anak;7. fasilitator, yaitu menyediakan fasilitas pendidikan dan pembelajaran bagikegiatan
belajar anak;8. pembimbing, yaitu membimbing dan membina anak ke arah kehidupan
yangbermoral, rasional, dan berkepribadian luhur sesuai dengan nilai nilai ajaranIslam dan semua
norma yang berlaku di masyarakat. Perkembangan anak memerlukan bimbingan orangtuanya
sehinggaorangtuanya harus melakukan hal-hal: 1. memberi teladan yang baik; 2. membiasakan
anak bersikap baik; 3. menyajikan cerita-cerita yang baik; 4. menerangkan segala hal yang baik; 5.
membina daya kreatif anak; 6. mengontrol, membimbing, dan mengawasi perilaku anak dengan
baik; 7. memberikan sanksi yang bernilai pelajaran dengan baik.B. Tanggung Jawab Pendidik dan
Pemerintah dalam Pendidikan Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualisifikasi sebagai
guru, dosen,konselor, pamongbelajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
danmenyelenggarakan pendidikan.
 4. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI tentang pendidikandan Tenaga
Kependidikan pada Pasal 39 dikatakan sebagai berikut: 1. Tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan,pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang prosespendidikan pada satuan pendidikan. 2. Pendidik merupakan tenaga professional
yang bertugas merencanakan danmelaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukanpembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdiankepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Dalam Undang-undang Guru dan Dosen
pasal 1 dinyatakan sebagai berikut: 1. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar,membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi pesertadidik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikandasar, dan pendidikan
menengah. 2. Dosen adalah pendidik professional dan ilmuwan dengan tugas
utamamentransformasikan,mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmupengetahuan, teknologi,
dan seni melalui pendidikan, penelitian, danpengabdian kepada masyarakat. 3. Guru besar atau
professor yang selanjutnya disebut professor adalah jabatanfungsional tertinggi bagi dosen yang
masih mengajar di lingkungan satuanpendidikan tinggi. 4. Professional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorangdan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian,kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau normatertentu
serta memerlukan pendidikan profesi. 5. Penyelenggaran pendidikan adalah pemerintah,
pemerintah daerah, ataumasyarakat yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur
pendidikanformal. Guru dan dosen sebagai tenaga professional wajib melaksanakan
sistempendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya
 5. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada TuhanYang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadiwarga negar yang
demokratis dan bertanggung jawab (Pasal 6). Untuk mengembangkan kedudukan, fungsi, tugas,
guru, dan dosen yang sangatmulia, eksistensinya harus didukung oleh kualitas intelektual yang
professional. Olehkarena itu, dalam Undang-Undang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa kedudukan
gurudan dosen berpegang pada prinsip professional, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 7,yaitu
sebagai berikut:(1) Profesi guru dan prodesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan
idealism. b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutupendidikan, keimanan,ketakwaan, dan
akhlak mulia. c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai denganbidang
tugas. d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. e. Memiliki
tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan f. Memperoleh penghasilan yang
ditentukan sesuai dengan prestasi kerja g. Memiliki kesempatan untuk
mengembangkankeprofesionalan secaraberkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. h. Memiliki
jaminanperlindunganhukumdalam melaksanakantugaskeprofesionalan dan memiliki organisasi
profesi yang mempunyai kewenanganmengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalan guru.Pemerintah pun mencanangkan Wajib Belajar Sembilan tahun atau Wajar
yangbiayanya SPP-nya digratiskan dan diberikan Dana Bantuan Operasional Sekolah (DanaBOS).
Tanggung jawab pemerintah berkaitan dengan pernyataan Undang-undangtentang Guru dan Dosen
Pasal 44 adalah sebagai berikut:1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membina dan
mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
 6. 2. Penyelenggaraan pendidikan oleh masyarakatberkewajiban membina danmengembangkan
tenaga kependidikanpada satuan pendidikanyangdiselenggarakannya.3. Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib membantu pembinaan dan pengembangantenaga kependidikan pada
satuan pendidikan formal yang diselenggarakan olehmasyarakat. Pertimbanan utama pembinaan
dan pemberdayaan guru dan dosen olehpemerintah adalah karena pembangunan nasional dalam
bidang pendidikan merupakanupaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas
manusia Indonesiayang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, serta menguasai ilmu
pengetahuan,teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur,
danberadab berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negar Republik IndonesiaTahun
1945. Dengan pertimbangan tersebut, untuk menjamin perluasan dan pemerataanakses,
peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik danakuntabilitas pendidikan
yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutanperubahan kehidupan local, nasional,
dan global, pemerintah perlu melakukanpemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen
secara terencana, terarah, danberkesinambungan. Pembinaan dan pengembangan guru dan dosen,
meliputi pembinaan danpengembangan profesi dan karier. Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2005tentang Guru dan Dosen, dalam pasal 32 ayat (2) sampai dengan ayat (4) disebutkansebagai
berikut:1. Pembinaan dan pengembangan profesi guru dan dosen, meliputi
kompetensipedagogic,kompetensi pendidikan,kompetensi sosial,dan kompetensiprofessional.2.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru dilakukan melalui jabatan fungsional.3. Pembinaan dan
pengembangan karier guru, meliputi penugasan, kenaikan pangkatdan promosi. Kebijakan strategis
pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru pada
 7. satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, ataumasyarakat
ditetapkan dengan Peraturan Menteri (Pasal 33). Di samping dan tanggung jawab pemerintah,
undang-undang pun menetapkantanggung jawab dan kewajiban warga Negara dan masyarakat
dalam penyelenggaraanpendidikan. Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 6 yang menyebutkan sebagai berikut:1.
Setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajibmengikuti pendidikan
dasar.2. Setiapwarga Negara bertanggung jawabterhadap keberlangsunganpenyelenggaraan
pendidikan. Dalam Pasal 8 dinyatakan, “Masyarakat berhak berperan serta dalamperencanaa,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.” Demikianpula dalam pasal 9
ditegaskan, “Masyarakat berkewajiban memberikan dukungansumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan.” Tanggung jawab dan kewajiban pengembangan pendidikan merupakan hakmasyarakat
yang harus diterima dari seluruh warga Negara, para pendidik, danpemerintah. Dengan demikian,
semua pihak ikut terlibat demi kemajuan pendidikan,terutama masyarakat sendiri yang memahami
arti pentingnya ilmu pendidikan untuktujuan yang lebih mulia dan abadi.
X
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang
diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai kewenangan
dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa diminta
pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan
makhlukNya yang patut diberi amanat itu, taitu MANUSIA. Dan oleh karenanya manusia adalah
makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang sangat mendasar, yaitu kekuatan fisi dan kekuatan
rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya ini adalah amanat Allah yang
kelak akan minta pertanggungjawaban dari seluruh manusia yang selama hidupnya di dunia ini pasti
terlibat dalam amanat itu.
Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi melalui proses
panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti Allah tidak mampu atau tidak
kuasa menciptakannya sealigus. Akan tetapi justru karena ada proses itulah maka tercipta dan
muncul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi manusia itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang
juga diberi hidup oleh Allah, yakni flora dan fauna.
Kehidupan yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan seimbang yang
saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya utamanaya flora dan fauna, dalam suatu
“tata nilai” maupun “tatanan” yang disebut ekosistem. Tata nilai dan tatanan itulah yang disebut pula
“moral dan etika kehidupan alam” yang sering dipengaruhi oleh paradigma dinamis yang berkembang
dalam komunitas masyarakat disamping pengaruh ajaran agama yang menjadi sumber inspirasi moral
dan etika itu.
DAFTAR PUSTAKA

 Achmad Charris Zubair, Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia (Kajian Filsafat
Ilmu), Cet. I, Yogyakarta, LESFI, 2002.

 Prof. H.M. Arifin, M. Ed., Filsafat Pendidikan Islam,Cet. VI, Remaja Rosdakarya, Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2000.

 Noor Syam, Mohammad, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filasafat Pendidikan


Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1986.

 Ali, Hamdani, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Kota Kembang, 1986.

 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Anda mungkin juga menyukai