BAB II
TUNTUNAN IBADAH HAJI DAN UMRAH
I. IBADAH HAJI WAJIB BAGI
ORANG YANG MAMPU
Ibadah Haji adalah berkunjung ke Ka’bah untuk
melakukan beberapa amal ibadah pada hari dan
syarat-syarat tertentu, untuk memenuhi
panggilan Allah dan mengharapkan ridha Allah.
Hukum haji wajb ( fardhu ain ) atas orang kuasa
satu kali seumur hidup.
Dasar hukumnya :
Firman Allah s.w.t dalam surat Ali Imran 97 :







Artinya : Mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang
sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
Sabada Rasulullah :
Diriwayatkan oleh Mutafaqun ‘Alaih, Artinya :
Islam itu ditegakkan atas 5 dasar : (1)
Menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan yang hak
patut disembah melainkan Allah,
bahwasanya Nabi Muhammad itu pesuruh Allah
(2) Mendirikan shalat lima waktu (3) Membayar
zakat (4) Mengerjakan haji (5) Berpuasa bulan
Ramadhan”
Sarat-syarat wajib haji :
1. Beragama Islam
2. Berakal
3. Baligh.
4. Istithaah
HAJI BAGI ORANG YANG MAMPU
Pengertian Istithaah (sanggup/mampu ) :
1. Mempunyai biaya perjalanan keberangkatan,
selama berada di Arab Saudi dan biaya
kepulangan serta biaya yang ditinggalkan.
2. Adanya kendaraan keberangkatan, kepu-
langan dan selama di Arab Saudi.
3. Kepastian keamanan.
4. Bagi perempuan ada muhrimnya.
5. Sehat.
6. Wajib mendaftar jika sudah memenuhi No 1
s.d 5 dan berangkat jika sudah termasuk
dalam quota/penugasan tahun itu.
HAJI BAGI ORANG YANG LEMAH.
Orang yang lemah yang tidak kuat pergi
mengerjakan haji disebabkan sudah tua,
penyakit lemah tidak berdaya, atau dengan
sebab lain, kalau ia mampu membayar ongkos
jika dikerjakan oleh orang lain menghajikannya,
maka ia wajib haji. Maka dia wajib haji, ia
termasuk orang yang kuasa.
Sabda Rasulullah yang diriwayatkan Jamaah
ahli hadits. Hadits dari Ibnu Abbas, Artinya :
“Seorang perempuan dari Kabilah Khasy’am
telah bertanya kepada Nabi s.a.w, sesungguh-
nya bapak saya telah mendapat kewajiban haji
sedangkan ia sudah tua, tidak dapat tetap di
atas untanya. Jawab Rasulullah s.a.w
“Hendaklah engkau kerjakan hajinya”.
Kalau orang lain, dijelaskan dalam buku “Fiqh
Islam” yang disusun oleh H. Sulaiman Rasyid :
“Kalau orang lain - baik anak atau lainnya – yang
suka menolong untuk memberi uang buat
ongkos haji seseorang, tidaklah wajib diterima
karena pemberian uang itusering akan menjadi
kemegahan bagi yang memberi, disebut-sebut
sampai menyakiti yang ditolong; kecuali dengan
pertolongan tenaga, berarti orang itu sanggup
mengerjakan hajinya, maka ia wajib menerima,
karena pertolongan tenaga ada lebih muda, dan
celaanya kurang dari pada pertolongan uang.
Dasar Hukum Melaksanakan Haji ;
dan UMRAH.
Hukum umrah “fardhu ain” atas setiap laki-laki
maupu perempuan, sekali seumur hidup sama
dengan haji,
Dasar Hukumnya :
Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 196.



Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah
karena Allah
Rukun Umrah :
1. Ihram beserta niat.
2. Thawaf
3. Sa’i diantara bukit safa dan marwa
4. Bercukur atau berguting.
5. Menertibkan rukun.
Miqat Umrah.
- Miqat zamani = sepanjang masa.
- Miqat makani = sama dengan miqat haji
Kecuali orang yang bermasud umrah dari
Makkah, ia harus keluar dari tanah haram.
30
 PELAKSANAAN GABUNGAN RUKUN, WAJIB
II. PELAKSANAAN IBADAH HAJI HAJI DAN UMRAH WAJIB
DAN UMRAH
Pelaksanaan Umrah wajib.
Hukum Ibadahhaji dan umrah adalah wajib Waktunya : p
bagi yang mampu dan dilaksanakan satu kali Sebelum, sama atau sesudah waktu yang
dalam se umur hidup. ditentukan dalam haji.
Dilaksanak 3 cara :
1. Haji Tamattu’ Pelaksanaan Haji
Ialah melakukan umrah terlebih dahulu Waktu yang ditentukan dalam pelaksaanaan
baru kemudian mengerjakan haji, cara haji itu, tgl 08 – 14 Zulhijjah.
ini dikenakan dam ( dam nusuk )
2. Haji ifrad Gabungan pelaksanaan rukun dan wajib haji
Ialah mengerjakan haji terlebih dahulu Waktu Rukun Haji Wajib Haji
baru kemudian melakukan umrah. Cara (1a)
ini tidak dikenakan dam. Sebelum --- Ihram di miqat
3. Haji qiran 09 Zulhijjah untuk umrah
Ialah mengerjakan haji dan melakukan (1) (1b)
umrah sekaligus. Cara ini dikenakan 08 Zulhijjah Ihram ( niat ) Berpakaian
dam ( dam nusuk ) di tempat ting- ihram di tempat
gal di Makkah tinggal Makkah
RUKUN HAJI utk haji tamattu’
1. Ihram ( niat ) (2) (2)
2. Wuquf di Arafah
09 Zulhijjah Wuquf di Bermalam di
3. Thawaf ifadhah
Arafah. Muzdalifah
4. Sa’i
Waktu dari ter- Waktu terbenam
5. Tahalul ( bercukur/menggunting rambut)
gelincir mata mata hari s.d
6. Tertib.
hari s.d terbe- larut malam
Apabila tidak melaksanakan salah satu
nam mata hari
rukun haji tersebut maka hajinya tidak sah.
(3)
Ulangi lagi tahun depan.
10 Zulhijjah Boleh setelah Mabid di mina 2
melontar jum- malam atau 3
WAJIB HAJI
rah Aqabah di malam
1. Ihram haji di miqat
lanjutkan :
2. Mabit di Muzdalifah
(3) (4a)
3. Mabit di Mina
Thawaf ifadah Melontar jumrah
4. Meluntar jamrah
(4) Aqabah
5. Menghindari perbuatan yang dilarang
Sa’i
dalam pelaksanaan ihram.
(5)
6. Tawaf wadhak yang akan meninggalkan
Tahalul
Makkah.
(4b)
Apabila meninggalkan salah satu wajib haji,
11 Zulhijjah --- Melontar jumrah
maka hajinya sah akan tetapi wajib
ulla, wusta dan
membayarkan dam. Meninggalkan thawaf
aqabah
wadhak bagi jamaah haji yang uzur ( sakit
(4c)
atau sedang haid ) tidak dikenakan dam.
--- Melontar jumrah
UMRAH WAJIB 12 Zulhijjah ula, wustha dan
Rukun umrah : aqabah. Nafar
awal selesai
1. Ihram ( niat ) di miqat
Sebaiknya (4d)
2. Thawaf
13 Zulhijjah pelaksanaan Melontar jumrah
3. Sa’i rukun (3) s.d (5) ula, wustha dan
4. Tahalul ( bercukur/menggunting rambut) bagi nafar awal aqabah. Nafar
5. Tertib. tsani selesai
Apabila tidak melaksanakan salah satu rukun
Sebaiknya (5)
umrah tersebut maka umrahnya tidak sah. pelaksanaan
14 Zulhijjah Menghindari la-
dan rukun (3) s.d (5) rangan ihram
Umrah wajib ialah umrah yang baru pertama bagi nafar tsani
sesudah- (6)
kali dilaksanakan (disebut juga umrah Islam) nya (6) Tawaf Wadhak
atau umrah yang dilaksanaan karena nazar Tertib

31
 III. IHRAM DAN MIQAT
Ihram adalah niat mengerjakann ibadah haji
atau umrah, dengan menghindari hal-hal yang
dilarang dalam pelaksanaan haji atau umrah.
Miqatdisegi bahasa dapat diartikan batas, di
segi ibadah haji, dibagi kepada miqat zamani
dan miqat makani.
Miqat zamani yaitu waktu yang dijadikan batas
dalam pelaksanaann haji.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 197.
Artinya : Musim haji adalah beberapa bulan
yang ditentukan.
Ibnu Umar menafsirkan bulan haji itu ialah bulan
Syawal, Zulkaidah dan 9,5 hari pada awal bulan
Zulhijjah, artinya miqat zamani haji itu waktu
yang tersedia untuk berniat ( ihram) 2 bulan dan
9,5 hari, dapat juga diartikan mulai 01 Syawal
s.d sebelum tergelincir mata hari pada hari
Arafah, yaitu waktu yang tersedia untuk
memasang niat ( ihram ) haji.
Miqat makani ialah tempat dijadikan batas
untuk memulai ihram haji atau umrah.
a. Orang Makkah miqatnya dari rumah masing-
masing.
b. Orang yang datang dari arah Madinah dan
negeri-negeri yang sejajar dengan Madinah
miqatnya di Zulhulaifah 403 km, termasuk
gelombang I Jamaah Haji Indonesa. Masjid di
Bir Ali terletak di Daerah Zulhulaifah.
c. Orang-orang yang datang dari arah Syam,
Mesir, Maghribi, dan negeri-negeri sejajar
dengannya arah barat dari Kota Makkah,
miqatnya di Juhfah atau Rabigh. 161 km
d. Orang-orang yang datang dari arah Yaman,
India, Indonesia dan negeri-negeri yang
sejajar dengannya melalui laut merah dari
arah selatan Kota Makkah, miqatnya di
Yalamlam 80 km
Yalamlam adalah nama suatu bukit dari
beberapa bukit Tuhmah.
Dulu, ketika orang Indonesia dan orang India
kapalnya jika sudah setantang melewati bukit
Yalamlam, jamaah calon haji sudah mandi,
berpakaian ihram, shalat sunat ihram dan
ihram di atas kapal.
Sekarang, Jamaah calon haji yang berasal
dari Indonesia gelombang II dan India
dengan pesawat udara tidak dapat dipastikan
melewati di atas bukit Yalamlam atau di atas
bukit Qarnul Manazil atau tidak, berkenaan
dengan itu Majelis Ulama Indonesia sesuai
dengan fatwanya tgl 28 Maret 1980 yang
dikukuhkan kembali tanggal 19 September
1981 menetapkan bahwa miqatnya jamaah
calon haji dan Umrah dari Indonesia di
Bandara King Abdul Aziz Jeddah setelah
pesawat landing.
32
e. Orang-orang yang datang dari arah Najdil-
Yaman dan Najdil Hijaz arah selatan Kota
Makkah dan negeri-negeri, yang sejajar
dengan itu, miqatnya di Qarnul Manazail
adalah sebuah bukit jauhnya 80 km lebih dari
arah Selatan Kota Makkah
f. Orang-orang yang datang dari arah Irak dan
negeri yang sejajar dengan itu arah Utara dari
Kota Makkah. Miqatnya di Zatu ‘Iraqi, adalah
nama sebuah bukit jaraknya kurang lebih 80
km dari Kota Makkah.
g. Bagi penduduk negeri-negeri yang ada di
antara Makkah dan miqat-miqat tersebut,
miqat mereka ialah di negeri masing-masing
PAKAIAN IHRAM MULAI DI MIQAT
- Pakaian ihram bagi laki-laki adalah dua
potong kain yang tidak berjahit, satu potong
ferfungsi sebagai sarung dan satu potong lagi
untuk salendang.
- Pakaian ihram bagi wanita adalah pakaian
biasa yang menutup seluruh badan kecuali
muka dan telapak tangan dari pergelangan
hingga ujung jari.
LARANGAN SELAMA BERPAKAIAN IHRAM
a. Larangan bagi laki-laki saja.
1. Memakai pakaian biasa, pakaian berjahit,
sudah pakai bentuk seperti kain sarung,
baju kaus, singlet, celana dalam dan
sejenisnya.
2. Memakai kaos kaki atau sepetu yang
menutupi mata kaki dan tumit.
3. Menutup kepala yang melekat, seperti
topi, peci, sorban, payung yang menem-
pel di kepala
b. Larangan bagi perempuan saja.
1. Menutup telapak tangan,
2. Menutup muka.
c. Larangan bagi laki-laki dan perempuan.
1. Memakai wangi-wangian kecuali yang
sudah dipakai sebelumnya
2. Memotong kuku dan bercukur atau
mencabut rambut dan bulu badan.
3. Memburu, menganiaya dan membunuh
binatang dengan acara apapun kecuali
binatang yang membahayakan boleh di
bunuh.
4. Menikah, menikahkan, atau meminang
perempuan untuk dinikahi.
5. Bercumbu atau bersetubuh.
6. Mencaci, bertengkar atau mengucapkan
kata-kata kotor.
Jika telanggar salah satu dari huruf a s.d c di
atas, jamaah yang berpakaian ihram untuk
umrah mapun haji wajib kepadanya membayar
dam ( denda ). Pembayaran dam dijelaskan
pada item tersendiri.
33

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM BERIHRAM, sbb :
- Wajib memasuki Kota Makkah dalam keada
an ihram, akan tetapi dianjurkan isythirat
( ihram bersyarat ). Apabila karena penyakit
terpaksa tidak dapat menyelesaikan hajinya,
maka boleh bertahalul tanpa membayar dam
dan apabila akan melaksanakan hajinya
nanti dia mengambil miqat dari rumah sakit
atau rumah
- Apabila jamaah calon haji sakit memasuki
kota Makkah dengan keadaan ihram dan
mati dalam keadaan ihram, maka ia telah
mendapatkan pahala hajinya. Dan apabila
memsuki Kota Makkah tanpa ihram, maka ia
mati bukan dalam keadaan berhaji ( Hadits
dari Ibnu Abbas )
- Menanggalkan pakain ihram hanya boleh di
tempat tertutup dan hanya bisa kelihatan
oleh yang punya badan, misalnya dalam
kamar mandi atau toilet/WC.
- Pakaian ihram boleh terbuka untuk keper-
luan berobat, setelah itu ditutup kembali.
- Pelaksanaan mulai berihram haji/umrah
boleh sebelum sampai di Miqat, misalnya
berpakaian ihram sebelum naik pesawat bagi
jamaah haji Indonesia gelombang ke II. Atau
berihram di Madinah ketika masih berada di
Hotel sebelum berangkat.
- Konsisten berpakaian ihram kadang-kadang
terlupa ketika hendak ke WC umum, toilet
umum, kamar wudhuk umum, di Arafah,
Muzdalifah dan Mina, sehingga bagi ibu-ibu
anggota wudhuk tanpa disadari terbuka.
- Boleh bersetubuh suami-istri jika tidak
sedang berihram dan sudah tahalul tsani.
- Boleh sedang berihram memakai cincin, jam
tangan dan sabuk karena peralatan tidak
termasuk pakaian.
- Boleh menggosok gigi dengan pastal gigi
karena bertujuan untuk membersihkan gigi
dan merawat kesehatan gigi karena itu tidak
masuk berharum-haruman.
- Bolehmembunuh nyamuk, lalat dan binatang
lain yang menggangu dalam berihram.
- Sebaiknya jangan menyisir rambut ketika
berihram karena dikhawatirkan akan
putus/tercabut rambut, kecuali di yakini tidak
akan putus/tercabut rambut.
34
IV. THAWAF
- Thawaf ialah mengelilingi ka’bah sebanyak 7
kali, dimana ka’bah selalu berada di sebelah
kiri, dimulai dan diakhiri pada arah sejajar
dengan Hajar Aswad.
- Ababila memungkinkan setiap masuk Masjidil
Haram dilanjutkan dengan thawaf
sebagaipengganti shalat sunat tahyatul
masjid.
Syarat Thawaf :
1. Setiap orang yang akan thawaf harus suci
dari hadats besar dan hadats kecil, oleh
karena itu sebelum thawaf diwajibkan
berwudhuk terlebih dahulu.
2. Menutup Aurat
3. Dimulai dan diakhiri pada arah sejajar
dengan Hajar Aswad.
4. Berkeliling Ka’bah 7 kali, dengan posisi
Ka’bah disebalah kiri
5. Thawaf di dalam Masjidil Haram
- Ketika memulai thawaf sebaiknya badan
sepenuhnya menghadap ka’bah, serta
melambaikan tangan dan mengecupnya
sambil mengucapkan Bismillahi Allahu Akbar.
- Tetapi kalau keadaan tidak memungkinkan
cukup dengan memiringkan badan dan
memalingkan mungka ke arah Hajar Aswad
serta melambaikan tangan dan mengecupnya
sambil mengucapkan Bismillahi Allahu Akbar.
- Bacaan do’a setiap putaran berbeda-beda,
oleh sebab itu ikuti saja do’a putaran yang
dituntun dalam buku “Doa dan dzikir” yang
disusun oleh Kemenag RI.
- Setiap melewati rukun ( sudut ) Yamani
disunatkan melambaikan tangan tidak
mengecupnya ke arah rukun Yamani
- Jika whuduknya batal, perbaharui wudhuk
kembali, tidak perlu mengulang putaran tawaf
dari awal, cukup melanjutkan putaran thawaf
yang terputus dengan start kembali dari arah
yang sejajar dengan Hajar Aswad.
Bersentuhan kulit laki-laki dengan perempuan
tidak mambatalkan wudhuk dalam tahwaf
karena darurat syar’i.
- Apabila waktu shalat wajib masuk, maka
thawaf dihentikan ikuti shalat berjamaah di
Masjidil Haram, dan lanjutkan putaran thawaf
yang masih tersisa setelah selesai shalat di
tempat berhenti memasuki shaf shalat tadi.
- Apabila sudah selesai tawaf, finish di sejajar
dengan arah Hajar Aswad, ada 3 kegiatan
yang di sunatkan sebelum Sa’i yaitu :
(1) Berdo’a di Multazam,
Begeser ke kanan sedikit dari arah Hajar
Aswad, cari posisi yang sejajar dengan
arah antara pintu Ka’bah dengan Hajar
Aswad, posisi itu disebut Multazam .
 NAMA-NAMA KOMPONEN YANG ADA DI KA’BAH
berdo’alah, fuokuskan fikiran dan minta-
lah kepada Allah, karena berdo’a
diMultazam suatu tempat yang mustajab.
Multazam adalah tempat yang terletak
antara Hajar Aswad dengan pintu Ka’bah.
Bermunajat dan berdoa di Multazam
dengan cara merapatkan diri pada
multazam kalau memungkinkan, kalau
tidak memungkinkan dapat dilaksanakan
dengan mengambil jarak di depan ( se
arah lurus ) multazam. Bermunajat dan
berdo’a di multazaam disunatkan sesudah
thawaf dan sunat kapan saja.
(2) Shalat sunat Thawaf.
Selesai berdo’a di Multazam, cari lokasi
yang sejajar dengan arah Maqam Ibrahim,
kalau tidak memungkinkan lokasi yang
dimaksud, cukup pada tempat berdo’a di
Multazam tadi, lajutkan shalat sunat di
Maqam Ibrahim, 2 rakaat, shalat sunat ini
disebut juga shalat sunat thawaf.
Bacaan ayat pada shalat sunat thawaf
pada rakaat pertama setelah al-fatihah
sebaiknya membaca surat al-kafirun, dan
pada rakaat ke dua setelah al-fatihah
dibaca surat al-ikhlas.
Selesai shalat sunat thawaf dilajutkan
dengan do’a, konsentrasi dan meminta
kepada Allah, baca buku tuntunan
Maqam Ibrahim adalah batu tempat
berpijak Nabi Ibrahim a.s pada saat
membangun Ka’bah, dan terletak antara
rukun hajar Aswad dan rukun Syami,
bangunannya berbentuk sangkar burung
dan di atas batu tersebut diabadikan
bekas telapak kedua kaki Nabi Ibrahim.
35
.
PENJELASAN
1. Hajar Aswad
2. Lawang ka'bah
3. Talang pancuran
4. Syadzarwan
5. Hijir Ismail
6. Multazam
7. Maqam Ibrahim
8. Rukun Hajar Aswad
9. Rukun Yamani ( arah Selatan
10. Rukun Syami ( arah Barat)
11. Rukun Iraqi ( arah Timur )
12. Kiswah ( Kain Penutup/
Selimut Ka’bah )
13. Garis start & finish Thawaf
14. Lokasi Thawaf
(3) Shalat sunat muthlak di Hijir Ismail
Sesudah berdo’a, kelau memungkinkan
Shalat di Hijir Ismail, faedahnya kalau
shalat di Hijir Ismael sama dengan shalat
dalam Ka’bah.Shalat di Hijir Ismail tidak ada
kaitannya dengan Thawaf.
Hijir Ismail adalah bahagian bangunan dari
Ka’bah yang ditandai dengan tembok
berbentuk setengah lingkaran, terletak
antara rukun Syami dengan rukun Iraqi.
Dapat dilaksanakan kapan saja, kecuali
ketika shalat fardhu.
Mengingat lokasi di Hijir Ismail sangat
terbatas sekali tempatnya, ukurannya
hanya beberapa meter saja, maka
penjagaan petugas sangat ketat, kesem-
patan untuk jamaah haji sangat sedikit
sekali, dibuka pada waktu-waktu tertentu
saja terutama ketika keramaian di Ka’bah
agak mulai berkurang, tujuannya untuk
menjaga keselamat jamaah, berebut sama
dengan resiko. Untuk menghindari resiko,
kesempatan dikurangi.
(4) Minum Air Zam-zam
Rangkaian kegiatan sunat thawaf terakhir
adalah minum air zam-zam, disediakan
dalam galon khusus ada yang dingin
dicampur ice dan ada yang tidak dingin,
yang dilengkapi gelas praktis sekali pakai.
Galon itu disusun rapi terletak tidak jauh
dari lokasi arah multazam, dan di tempat-
tempat lain dalam Masjidil Haram
Ambil air zamzam dengan tangan kanan
dan sebelum meminum berselawat dan
berdo’a, mudah-mudahan penyakit yang
ada dalam tubuh kita akan terobati, amin.

AIR ZAM-ZAM DI MASJIDIL HARAM
Jika kita habis melaksanakan thawaf air Zam-Zam
ini merupakan penghilang dahaga yang mujarab.
Selain menyegarkan karena rasanya yang dingin juga
mengandung berbagai khasiat untuk kesehatan tubuh
kita. Adapun tempat air Zam-zam ini sangat mudah
dijangkau dan tidak begitu jauh dari Ka’bah. Semua
jamaah haji yang selesai melaksanakan thawaf pasti
mampir dan minum air zam-zam ini.
Air Zam-Zam ini ditempatkan dalam wadah khusus
yang bisa diambil dari kran-kran yang tinggal kita
pencet saja. Gelas plastic telah disediakan dalam
jumlah yang banyak sehingga para jamaah haji tinggal
ambil diisi lalu diminum selanjutnya gelas itu kita
buang pada tempat sampah yang telah disediakan.
Niat Thawaf.
- Thawaf Ifadhah dan thawaf Umrah niatnya
sudah terkandung dalam niat iharam.
- Thawaf Qudum, Thawaf Wadhak, Thawaf
Nazar dan Thwaf Sunnat niatnya tersendiri
sebelum thawaf.
- Karena niat merupakan syarat syah thawaf.
Macam-macam Thawaf.
1. Thawaf Qudum/Thawaf umrah haji tamattu’
2. Tawaf Ifadhah
3. Thawaf Umrah
4. Thawaf Wada’
5. Thawaf Nazar
6. Thawaf Sunnat.
36
1. Thawaf Qudum/Thawaf umrah haji
tamattu’
- Thawaf Qudum adalah thawaf yang
dilakukan oleh orang yang baru tiba di
Makkah berihram sebagai penghormatan
terhadap ka’bah sekaligus sebagai shalat
tahyatul Masjid.
- Tamattu’ adalah mendahulukan menye-
lenggarakan umrah dari melaksanakan
haji. Pelaksanaannya baru tiba Makkah
dalam keadaan berihram langsung melak
sanakan umrah, yaitu thawaf, sai’ dan
tahalul.
- Jika melaksanakan haji tamattu’ maka
thawaf qudumnya sudah termasuk dalam
Thawaf umrahnya.
2. Thawaf Ifadhah
Thawaf ifadhah disebut juga thawaf sadr
(inti) ialah thawaf rukun haji, waktunya
dilaksana-kan setelah melontar Jumrah
aqabah sampai dengan musim haji tahun
yang bersangkutan selesai. Kalau tidak
dilaksana-kan Thawaf ifadhah hajinya tidak
sah. Ketinggalan thawaf ifadhah tidak bisa
diganti dengan dam, artinya diulangi lagi
tahun depan.
3. Thawaf Umrah.
Ialah thawaf yang dikerjakan berihram
merupakan salah satu rukun umrah baik
dalam umrah wajib maupun umrah sunnah.
4. Thawaf Wada’
Ialah thawaf pamitan yang dilakukan setiap
orang yang telah selesai melaksanakan haji
atau umrah dan akan meninggalkan kota
Makkah.
- Thawaf wadha’ adalah hukumnya wajib
karena merupakan rangkain ibadah haji,
jika tidak dilaksanakan dikenakan dam
berupa menyemblih 1 ekor kambing.
- Thawaf wadha’ pada perinsipnya thawaf
pamitan langsung meninggalkan Kota
Makkah, namun boleh kembali kepengi-
napan berkemas-kemas menyatu dengan
rombongan dan pergi.
- Bagi Wanita yang sedang haid dan orang
tua yang sudah lemah dan orang sakit
tidak wajib melaksanakan thawaf. Bagi
wanita haid cukup berdo’a datang sam-
pai dipintu Masjidil Haram.
5. Thawaf Nazar
Ialah thawaf wajib disebabkan karena ada
nazar.
6. Thawaf Sunnat.
Ialah thawaf yang dilakukan setiap saat
ketika seseorang berada di Masjidil Haram,
tidak diikuti dengan sa’i dan berpakaian
biasa.
 V. SA’I
Sa’i ialah berlari-lari kecil atau berjalan antara
bukit Shafa dengan bukit Marwa dan sebaliknya,
sebanyak 7 kali yang terakhir di bukit Marwa.
Perjalanan dari bukit Shafa ke bukit Marwa
dihitung satu kali dan juga dari bukit Marwa ke
bukit Shafa dihitung satu kali, bagi yang uzur
boleh menggunakan kursi roda.
Syarat-syarat sa’i
1. Hendaklah di mulai dari bukit Shafa dan
disudahi di bukit Marwa.
2. Hendaklah sa’i itu 7 kali
3. Waktu sa’i itu sesudah Thawaf
Ada 2 do’a sebelum sa’i di mulai :
1. Doa ketika mendaki bukit Shafa,
2. Do’a setiba di atas bukit Shafa, mengha-dap
Qiblat
Do’a Perjalanan : 1 s.d 7
1. Do’a setiap turun dari bukit Shafa dan turun
dari bukit Marwah, lafaz do’anya berbeda-
beda. Ada 7 kali kita turun, artinya 7 kali kita
membaca do’a yang berlainan.
2. Do’a di antara pilar hijau, lafaz do’anya
sama
3. Do’a setiap naik bukit Shafa maupun
Marwa, lafaz do’anya sama
Do’a setelah selesai.
Do’a di bukit Marwa selesai Sa’i
Do’a Tahalul
1. Do’a ketika rambut kita digunting
2. Do’a setelah bergunting
Lafaz do’a setiap naik bukit Shafa maupun naik
bukit Marwa, lafaz do’anya sama, terdapat dalam
Surat Al-Baqarah ayat 158










Artinya : Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah
sebahagian dari syi'ar Allah. Maka Barangsiapa yang TAHALUL
beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, Maka
tidak ada dosa baginya menge-rjakan sa'i antara
keduanya. dan Barang-siapa yang mengerjakan suatu Tahalul adalah menghalalkan beberapa larangan yang
kebajikan dengan kerelaan hati, Maka Sesungguhnya ditandai dengan menggunting rambut. Orang yang
Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha sudah tahalul adalah keadaan seseorang yang sudah
mengetahui.
- Sebelum melaksanakan sa’i tidak diwajibkan
berwudhuk terlebih dahulu.
- Bagi Laki-laki disunatkan lari-lari kecil ketika
melewati pilar hijau (lampu hijau) sedangkan bagi
perempuan tidak disunatkan
- Mengingat jalur sa’i berada di dalam Masjidil
Haram, jika waktu shalat fardhu datang, yang
ditandai dengan iqamah, semua jamaah yang
melakukan sa’i berhenti ditempat untuk
bergabung dengan jamaah lain untuk shalat
berjamaah, walaupun sebenarnya boleh
melanjutkan sa’i, dan shalat fardhu dilaksanakan
setelah sa’i selesai. Namun jalur sa’i biasanya
dipenuhi oleh jamaah yang hendak shalat fardhu.
VI .TAHALUL
Tahalul adalah menghalalkan beberapa larangan yang
ditandai dengan menggunting rambut. Orang yang
sudah tahalul adalah keadaan seseorang yang sudah
bebas dari ihramnya karena telah menyelesaikan
amalan-amalan manasik hajinya.
Tahalul terbagi dua :
1. Tahalul Awal ( pertama )
2. Tahalul Tsani ( ke dua )
Tahalul Awal tahalul setelah melontar jumrah
Aqabah, sedangkan tahulul tsani tahalul setelah
melaksanakan thawaf ifadhah dan sa’i.
Cara memotong rambut .
1. Bagi laki-laki disunatkan mencukur habis atau
memotong untuk memendekan rambut kepala.
2. Bagi perempuan afdhalnya rambut dikumpul-kan
jadi satu, kemudian ujungnya dipotong, atau
sekurang-kurana memotong 3 helai rambut
sepanjang jari.
3. Yang memotong rambut laki-laki dipotong oleh
laki-laki yang sudah halal ( sudah tahalul) dan
bagi perempuan dipotong oleh perempuan yang
sudah halal ( sudah tahalul). Boleh berlainan jenis
kalau mahram.
4. Khusus untuk perempuan, karena rambut
termasuk anggota tubuh yang tidak boleh terbuka,
maka memotongnya upayakan tidak terlihat
rambutnya oleh orang lain kecuali mahramnya.
Larangan setelah Tahalul Awal.
Yang dilarang setelah tahalul awal adalah bersetubuh,
sedangkan hal-hal lain yang dilarang sewaktu
berihram diperbolehkan seperti mencukur rambut,
memotong kuku, memakai wangi-wangian, memakai
pakaian biasa ( berjahit ) bagi laki-laki, menutup
kepala bagi laki-laki, membunuh binatang, menutup
muka bagi perempuan.
37 bebas dari ihramnya karena telah menyelesaikan
amalan-amalan manasik hajinya.
Tahalul terbagi dua :
3. Tahalul Awal ( perama )
4. Tahalul Tsani ( ke dua )

VII. WUQUF
Disegi bahasa artinya berhenti, di segi istilah syar’i
yang dimaksud di sini adalah menetap di Padang
Arafah mulai tergelincir mata hari 9 Zulhijjah sampai
dengan malam, terbenamnya mata hari. Wuquf dinilai
sah dalam rentan waktu tersebut beberapa saat saja,
namun sebaiknya wuquf selama waktu yang
ditentukan.
Persiapan Wuquf.
Niat untuk haji sesudah berpakaian ihram tanggal 8
Zulhijjah sebelum berangkat ke Arafah, sedangkan
untuk haji qiran dan Ifrat tidak berniat lagi dan sudah
berpakaian ihram di miqat sebelum masuk ke Kota
Makkah.
Sampai di kemah.
Berzikir, bertahalil, bertahamid, bertalbiyah,
membaca Al-qur’an dan berdo’a sambil menunggu
sampai dengan tergelincir mata hari.
Persiapan sebelum masuk waktu.
1. Mempersiapkan diri dari hal-hal yang akan
menggangu untuk selama lebih kurang tiga jam.
2. Berwudhuk karena kegiatan wuquf di dahului
khutbah wuquf kemudian shalat, jika wudhuk
batal setelah shalat tidak perlu diperbaharui
wudhuk karena wuquf tidak disyaratkan suci dari
hadats besar dan kecil..
3. Dipersiapkan yang akan betugas setiap kemah
besar dalam wuquf seperti khatib, Imam, Muazin
dan yang akan memimpin talbiyah.
Jika Waktu sudah masuk.
1. Ikuti khutbah wukuf
2. Shalat zhuhur dan asar jamak dan qasar
3. Berdo’a dan zikir sebaiknya diikuti buku tuntunan.
Selesai kegiatan Wuquf.
Menunggu melanjutkan perjalanan berma-lam di
Muzdalifah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Wuquf.
- Boleh berdo’a sendiri-sendiri atau bersama-sama.
- Jemaah haji yang melakukan wuquf tidak
diisyarakan suci dari hadats besar maupun kecil
oleh karena itu bagi yang haid, nifas, junub dan
hadats kecil adalah sah.
- Wuquf boleh dilaksanakan diluar maupun dalam
tenda dimana saja asalkan diseling-karan Padang
Arafah yang telah ditentukan yang diberi tanda
selingkaran Padang Arafah.
- Wuquf orang sakit disyafari wukufkan oleh
petugas kesehatan haji di satu tempat di Padang
Arafah.
38
VIII. MABIT DI MUZDHALIFAH
Bermalam di Muzdalifah atau mabit di Muzdalifah
waktunya mulai setelah Maghrib sampai terbit fajar
10 Zulhijjah dan boleh sesaat asal sudah lewat tangah
malam, artinya meninggalkan muzdhalifah waktunya
lewat tangah malam. Untuk jamaah haji Indonesia
menunggu giliran dijemput kendaraan yang diatur
oleh maktab.
Bagi jamaah tanpa alasan syar’i tidak mabit di
muzdhalifah dikenakan dam 1 ekor kambing, dan bagi
jamaah tidak mabit karena alasan syar’i seperti sakit
atau mengurus orang sakit atau mengalami kesulitan
boleh tidak mabit di Muzdhalifah dan tidak dikenakan
dam.
Salah satu tugas jamaah mabit muzdhalifah
disunatkan mengambil kerikil yang akan digunakan
untuk melontar jamrah, dengan jumlah menimal 7
buah untuk melontar jamrah aqabah saja dulu besok
hari, atau boleh juga secara keseluruhan dengan
jumlah sbb :
a. Kalau nafar awal dipilih kerikil di Muzdhalifah 7 x
7 buah = 49 buah.
b. Kalau nafar tsani dipilih kerikil 10 x 7 buah = 70
buah.
Sebenar kerikil untuk melontar jamrah itu boleh
dimana dan kapan saja, namun memilih kerikil di
Muzdhalifah ketika mabit hukumnya sunat.
IX. MABIT DI MINA
Mabit di Mina adalah bermalam di Mina pada hari
tasyrik 2 malam atau 3 malam.
a. Bagi jamaah yang mengambil nafar awal 2 malam
yaitu tanggal 10 dan 11 Zulhijjah. Dan sebelum
masuk Maghrib tanggal 12 Zulhijjah wajib
meninggalkan Mina, kalau terlambat harus diambil
nafar tsani.
b. Bagi jamaah yang mengambil nafar tsani 3 malam
yaitu tanggal 10,11 dan 12 Zulhijjah Dan tanggal
13 Zulhijjah setelah melontar 3 jamrah
meninggalkan Mina menuju Makkah.
Tidak mabit di Mina :
a. Jika tidak mabit di Mina seluruh malam yang
ditentukan maka kena dam 1 ekor kambing.
b. Jika tidak mabit 1 malam atau 2 malam, dendanya
1 malam 1 mud ( ¾ kg beras )
Nafar awal dan nafar tsani
Nafar artinya rombongan. Nafar awal artinya
rombongan pertama meninggalkan Mina ( 3 hari dan 2
malam di Mina ). Nafar tsani artinya rombongan ke
dua meninggalkan Mina ( 4 hari dan 3 malam di Mina
).
Mana yang dipilih nafar awal atau nafar tsani ?
 Penjelasan Al-Qur’at tentang nafar awal
maupun nafar tsani
Surat Al-Baqarah ayat 203













 Ada 3 jumrah, ketiga-tiga jumrah dibangun dalam
Artinya :
Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam
beberapa hari yang berbilang[128]. Barangsiapa yang
ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari,
Maka tiada dosa baginya. dan Barangsiapa yang ingin
menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu),
Maka tidak ada dosa pula baginya[129], bagi orang
yang bertakwa. dan bertakwalah kepada Allah, dan
ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-
Nya.
[128] Maksud dzikir di sini ialah membaca takbir,
tasbih, tahmid, talbiah dan sebagainya.
beberapa hari yang berbilang ialah tiga hari
sesudah hari raya haji Yaitu tanggal 11, 12,
dan 13 bulan Zulhijjah. hari-hari itu
dinamakan hari-hari tasy'riq.
[129] Sebaiknya orang haji meninggalkan Mina pada
sore hari terakhir dari hari tasy'riq, mereka
boleh juga meninggalkan Mina pada sore hari
kedua.
Penjelasan :
1. Disegi sah atau tidak sah, nafar awal atau tsani
sama saja, penjelasan al-Qur’an sudah cukup jelas,
tidak peru diragukan lagi.
2. Namun Rasulullah melaksanakan nafar tsani.
3. Disegi kemacetan kendaraan Mina – Makkah pada
garis dan titik yang sama bakda zhuhur tanggal 12
Zulhijjah tersebut sebaiknya nafar tsani.
Jamaah sesat
Mestinya jamaah itu dari Arafah, Muzdhalifah dan ke
Mina, di Mina berulang-ulang ke Jamarat untuk
melontar jamrah. Ternyata karena sesat, jamaah
tersebut nyasar ke Makkah. Menurut buku Manasik
Haji Kemeterian Agama R.I, jamaah tersebut
langsung tawaf ifadah, Sa’i dan 39
Tahalul tsani jika waktunya sudah lewat tengah
malam.
Setelah rangkaian ibadah rukun haji itu dilaksanakan
dilanjutkan kembali ke Mina untuk melaksanakan
melontar jamrah Aqabah, dan seterusnya mabit di
Mina dan hari-hari berikut melontar jamrah.
Mabit di Mina Jadid
Mabit di perluasan Mina ( Mina jadid ) hukumnya
sah, seperti di Mina, sebagai mana pendapat para
ulama Makkah saat ini dan para Ulama lain dan juga
menurut Ijtihad yang didasarkan pada keadaan
darurat, karena kondisi Mina saat ini sudah penuh
sesak dan kemah di Mina Jadid masih bersambung
dengan perkemahan di Mina.lama.
X. MELONTAR JUMRAH
Melontar Jumrah adalah melontar marma ( tempat
melontar ) dengan batu kerikil pada hari nahr dan
hari tasyrik.
Areal tempat melontar itu secara keseluruhan di sebut
jamarat, sedangkan sasaran lemparan disebut jumrah.
bentuk yang sama letaknya berurutan sbb :
1. Jumratul Ula ( Pertama )
Urutan petama perjalanan searah dari Haratul
Lisan
2. Jumratul Wustha ( Tengah )
Urutan ke dua perjalanan searah dari Haratul
Lisan
3. Jumratul Aqabah ( Kubra = besar )
Urutan ke tiga perjalanan searah dari Haratul
Lisan.
Setiap pergi ke jamarat untuk melontar jumrah
usahakan berombongan, berangkat bersam-sama
setelah melontar berkumpul pada tempat yang
memungkinkan biasanya di lokasi agak sepi setelah
Jumrah Aqabah, hitung anggota dan pulang brsama-
sama.
WAKTU MELONTAR
Waktu melontar yang paling tepat adalah waktu yang
telah ditentukan oleh Panitia Haji Arab Saudi untuk
Indonesia. Namun untuk panduan melontar Jumrah
yaitu :
A. Melontar Jamrah Aqabah pada hari Nahr tg 10
Dzulhijjah sbb :
1. Waktu Afdhal ( utama ) setelah terbit mata
hari Nahr.
Waktu pagi ini waktu yang beresiko/
berbahaya/ramai sekali. Untuk keselamat an
hindari waktu pagi ini,
 2 . Waktu ikhtiar, siang hari sampai terbenam mata
hari. ( ghurub )
3. Waktu jawaz, setelah lewat tengan malam 10
Dzulhijjah hingga terbit fajar.
Melontar jamrah Aqabah yang paling aman tanggal
10 Dzulhijjah :
a. Sebaiknya dilakukan lewat tangah malam sampai
dengan shubuh masuk, atau
b. Pukul 11.00 s.d 18.00 WSA atau
c. Pukul 18.00 s.d 24.00 WSA
Namun demikian patuhi saja waktu yang telah
ditetapkan oleh Panitia Haji Arab Saudi bersama
Panitia Haji Indonesia.
B. Melontar Jumrah pada hari tasyrik ( 11, 12 dan 13
Dzulhijjah ), waktunya sbb:
1. Waktu afdhal bakda zawal
2. Waktu ikhtiar sore hari samai malam
3. Waktu jawaz ( diperbolehkan ) yaitu selain
waktu afdhal dan ikhtiar dimulai dari terbit
fajar pada hari yang bersangkutan.
Cara dan urutan Melontar :
- Hari Pertama 10 Dzuhijjah yang dilontar hanya
Jumrah Aqabah saja, 7 kali, berdo’a menghadap
qiblat dan dilanjutkan dengan tahallul dan
berdo’alah.
- Hari ke dua, ke tiga dan ke empat yang dilempar
tiga jumrah setiap hari, dimulai dari Jumrah Ula 7
kali, dilanjutkan Jumrah Wustha 7 kali dan terakhir
Jumrah Kubra ( Aqabah ) 7 kali.
- Setiap lemparan satu batu, setiap melempar bacaan
yang paling praktis dibaca “Bismillahi Allahu
Akbar”
Namun yang paling baik, dibaca
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melon-tar
Jumrah.
- Melontar jumrah tidak boleh diwakilkan kecuali
karena uzur, antara lain seperti sakit, kesulitan
dan sejenisnya.
- Cara mewakili melontar jumrah dilakukan
dengan melontar setiap jumrah untuk diri sendiri
dulu, kemudian untuk yang diwakilkan pada
tempat yang sama.
- Melontar jumrah boleh ditunda pada hari
berikutnya dengan alasan sar’i antara lain seperti
sakit, petugas mengurus orang sakit dan
sejenisnya.
- Caranya adalah dimulai jumratul Ula, Wustha
dan Aqabah secara sempurna sebagai lontaran
hari pertama, Kemudian untuk hari kedua,
dilanjutkan pada hari ketiga. Tiga paket lontaran
itu dilaksanakan bolak balik pada hari itu, kalau
tertinggal itu 2 hari.
- Melontar Jumrah Aqabah tidak boleh ditunda,
wajib dilaksanakan pada hari nahr, dan yang
boleh itu terlambat, sampai terbit fajar,
ketinggalan melontar Jumrah Aqabah pada
tanggal 10 dzuhijjah kena denda 1 ekor
kambing.
- Kalau terlambat sampai di Mina, begitu sampai
langsung ke Jamarat untuk melontar Jumrah
Aqabah, yang penting, melontar Jumrah Aqabah
pada hari nahr, jangan lewat waktu fajar tanggal
11 Dzulhijjah.
XI. D A M
Dam artinya darah, menurut Istilah meng-
alirkan darah ( menyemlih ternak kambing,
unta atau sapi ) dalam rangka memenuhi
ketentuan penyelenggaraan haji.

‫هر‬
ْ ‫ْب‬‫هك‬ ‫لل ه‬
‫اللُ ا‬ ّ‫ِ ا‬
ِ ‫ِسْم‬
‫ب‬ Ada 2 macam dam yaitu dam nusuk dan dam
isaah. DamNusuk dikenakan bagi orang

‫ًا‬
‫ْم‬‫هج‬
‫ر‬ mengerjakan haji tamattu’, atau Qiran, artinya
dam bukan karena suatu kesalahan. Dam

‫هاط‬‫ِــلشّـي‬
Isaah, dikenakan bagi orang yang melanggar
ِ‫ْن‬‫ِـي‬ ‫ل‬ aturan atau melakukan kesalahan.

ِ‫هـان‬ ‫ْم‬‫هح‬ ّ‫هـال‬

‫ِلر‬ ‫ِض‬‫هر‬
‫و‬ Penyemblihan hewan dam boleh dilaksanakan
setelah terlaksananya penyebab dari dam itu
ْ
‫هــل‬ ‫ْع‬‫َّ اج‬‫هـم‬ ّ
ُ‫آللـ‬ sendiri, sehingga bagi haji tamattu’ dam boleh
disemblih sejak selesai melaksanakan umrah,
namun lebih afdhal dilaksanakan pada hari
‫هـج‬
‫ًّــا‬ ‫ح‬ nahr ( hari tasyri’)

‫ًا‬
‫ْر‬‫ُو‬
‫ْـر‬‫مــب‬‫ه‬ Tingkatan Dam :
1. Paling berat menyemblih unta, atau sapi.

‫مــــ‬ ‫ًاه‬
‫ْــي‬ ‫وسهــع‬
2. Urutan ke dua menyemblih kambing.
3. Urutan ke dua pengganti yaitu puasa atau

‫ُـــو‬ ‫شْــــك‬
memberi makan fakir miskin .
‫ًا‬‫ْر‬ Jenis-jenis dam dan denda menurut jenis
pelanggaran seperti berikut.
Artinya :
Dengan nama Allah, Allah Maha Besar, kutukan
bagi segala syetan dan ridha bagi Allah Yang Maha40
Pengasih. Ya Allah Tuhan-ku, jadikanlah ibadah
haji ini haji yang Mabrurdan sa’i yang diterima.

Setelah melontar, lanjutkan perjalanan dan cari posisi

 JENIS DAM/DENDA MENURUT JENIS PELANGGARAN
TERHADAP LARANGAN IHRAM
( Disarikan dari Kitab al Majmu’ yang disusun oleh Imam Nawawi di kutip dari
buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah Kemenag R.I )
Ketagori dan Jenis
Pelanggaran
I. Tartib dan Taqdir
1. Haji Tamattu’
2. Haji Qiran
3. Tidak berniat ( ihram ) dari
Miqat Makani.
4. Tidak Mabit di Muzdhalifah
tanpa alasan syar’i
5. Tidak Mabit di Mina tanpa
alasan syar’i
6. Tidak melontar jumrah.
7. Tidak melaksanakan thawaf
wadha’
II. Tartib dan Ta’dil
1. Melakukan hubungan suami istri
sebelum tahalul awal ( dalam
ibadah haji ) dan sebelum sele-
sai rangkaian umrah ( dalam
Ibadah Umrah )
2. Tertahan ( gagal )
melaksanakan haji karena
suatu halangan yang
merintangi di tengan jalan,
sedangkan ia sudah ihram.
III. Takhyir dan Ta’dil
1. Berburu membunuh binatang
buruan saat di tanah haram
atau halal.
2. Menebang/memotong atau
mencabut pepohonan di tanah
haram Makkah, kecuali pepo-
honan yang sudah kering.
Dam / Waktu
Denda Pelaksanaan
- Menyemblih seekor kambing Mulai saat terjadi
- Jika tidak mampu, berpuasa 10 hari, pelanggaran secara
dengan ketentuan 3 hari dilaksanakan tertib ( berurutan
selama dalam ibadah haji, dan 7 hari sesuai kemampuan
di kampung halaman.
- Kalau tidak sanggup berpuasa,
membayar untuk setiap hari puasa 1
mud beras ( 675 gram/0,7 liter )
kepada fakir-miskin.
- Menyemblih seekor unta. Dilaksanakan di
- Kalau tidak mampu menyemblih tempat ia tertahan
seekor sapi. atau setelah
- Kalau tidak mampu menyemblih 7 kembali ke
ekor kambing. kampung halaman.
- Kalau tidak mampu memberi makan
fakir miskin senilai seekor unta.
- Kalau tidak mampu
berpuasasebanyak hitungan mud ( 1
mud/75 gram/0.7 liter = 1 hari yang
dibeli dengan harga seekor unta.
- Menyemblih seekor kambing dan
langsung menggunting ( mencukur)
rambut sebagai tahalul dari ihramnya. Dilaksanakan di
- Jika tidak mampu, memberi makan tempat ia tertahan
fakir miskin seharga seekor kambing. atau setelah
- Kalau tidak mampu berpuasa kembali ke
sebanyak hitungan mud ( 1 mud/ 675 kampung halaman
gram/0.7 liter = 1 hari yang dibeli dgn
harga seekor kambing.
Memilih antara dua macam : Dilaksanakan sejak
1. Menyemblih binatang yang sebanding pelanggaran
dengan binatang yang diburu. kalau dilakukan dan
unta perbandingannya sapi, kalau dibayar sesuai
rusa/kijang perbandinganyakambing. dengan bentuk
2. Memberi makan dengan nilai harga dam yang dipilih.
binatang bandingan dan dibagikan
kepada fakir miskin Makkah.
3. Atau berpuasa sebanyak hitungan
mud yang senilai binatang perban-
dingan ( 1 mud/675 gram/0.7 liter = 1
hari
41
IV. Dam Takhyir dan Taqdir
1. Membuang/mencabut/meng-
gunting rambut atau bulu dari
anggota tubuh.
2. Memakai pakaian yang
dilarang dalam ihram.
3. Mengecat/memotong kuku
4. Memkai wangi-wangian
Memilih diantara tiga macam :
1. Menyemblih seekor kamping atau
2. Bersedekah kepada 6 orang fakir
miskin tiap orang berupa 2 mud atau
3. Berpuasa 3 hari.

5 Melakukan perkosaan, Memilih antara tiga macam :

percumbuan.
5. Melakukan hubungan suami
isteri selepas tahalul awal.
1. Menyemblih seekor unta atau
2. Bersedekah seharga seekor unta
atau
3. Berpuasa sebanyak hitungan setiap
mud makanan yang diberli seharga
satu ekor unta.

XII. HAJI BADAL DANPELAKSANAAN HAJI

BAGI JAMAAH YANG SAKIT /UDZUR DAN HAJI PEREMPUAN

Kira-kira pukul 10.00 WSA dan disesuaikan

Haji Badal ialah haji yang dilakukan oleh sese-orang,
atas nama orang lain, yang sudah mening-gal atau
karena udzur ( jasmani dan rohani yang tidak dapat
diharapkan kesembuhannya atau dalam kondisi sakit
parah).Syarat orang yang melakukan haji badal ialah dia
harus memenuhi syarat wajib haji dan sudah haji untuk
dirinya.
Jamaah yang sakit/udzur.
1. Jamaah haji yang sakit yang sudah sampai di tanah
suci, tetap diikhtiarkan wuquf di Arafah pada
waktunya, jika keadaan memungkinkan ( sesuai
kemampuan ) jika tidak mungkin maka di haji
badalkan atas biaya pemerintah.
2. Jamaah haji yang sakit, untuk di Muzdalifah begitu
juga di Mina gugur kewajiban mabitnya dan tidak
dikenakan dam, sedangkan untuk melempar jumrah
cukup diwakilkan.
3. Jamaah haji yang sakit atau udzur untuk thawaf
ifadah harus diikuti dengan cara ditandu, atau kursi
roda, karena thawaf ifadah merupakan rukun.
4. Cara melaksanakan wuquf, melontar jumrah, dan
thawaf serta sya’i bagi jamaah haji yang sakit, sbb :
a. Wuquf : Pada tanggal 9 Dzulhijjah seluruh
jamaah haji yang sakit dikumpul di Balai
Pengobatan Haji Indonesia ( BPHI ) Makkah, di
situ lanjutan pengobatan dan diberi
penjelasan/bimbingan oleh petugas haji tentang
pelaksanaan ibadah rukun dan wajib haji untuk
orang sakit, mulai dari berwudhuk, berihram,
berpakaian ihram dan kaifiyah ibadah lainnya
dalam pelaksanaan haji.
dengan kondisi kesiapan, seluruh jamaah haji
yang sakit naikan ke ambulance atau
kendaraan lain, secara beriring-iringan
berangkat ke Arafah, sampai di arafah
Jamaah haji yang sakit tetap berada di atas
kendaraan masing-masing ditempat semula.
Apabila waktu zuhur masuk, dilanjutkan
dengan shalat, dan pembacaan do’a wuquf
dibimbing oleh petugas , setelah selesai
maka secara beriring-iringan pula ambulance
beserta kendaraan lainnya kembali ke BPHI
Makkah.
Perlakuan yang sama jugadilaksanakan bagi
jamaah haji yang dirawat di rumah sakit
Arab Saudi.
b. Melontar jumrah bagi jamaah haji yang
sakit/uzur dengan cara diwakilkan kepada
petugas atau kepada keluarga.
c. Thawaf ifadhah bagi jamaah haji yang
sakit/udzur dapat dilaksanakan :
1) Dithawaf ifadhahkan dengan kursi
roda.
2) Menunda thawaf ifadah sampai
kesehatan memungkinkan.
3) Sebagian ulama membolehkan Badal
Thawaf ifadhah, dengan alasan
badal haji saja boleh apalagi hanya
satu rupun saja.
d. Thawaf Wadhak, tidak wajib diikuti oleh
orang sakit/udzur dan tidak kena dam.

42

JAMAAH HAJI PEREMPUAN
1. Bagi perempuan yang akan berhaji, selain me-
menuhi syarat-syarat haji di syaratkan pula harus
ada suami atau mahram yang menyer-tainya.
2. Mahram ialah pria yang dilarang menikah dengan
perempuan yang akan berhaji itu.
3. Pada dasarnya perempuan tidak boleh pergi haji
tanpa suami atau mahram, akan tetapi dalam
keadaan aman, perempuan boleh pergi haji dengan
teman perempuan lainnya yang dapat dipercaya .
Sebaiknya mereka tidak kurang dari tiga orang
setiap kelompok.
4. Dalam hal perempuan tidak izin suami untuk pergi
haji menurut Imam Syafi’i tidak boleh pergi haji
kalau tidak izin suami. Sedangkan Imam Hanafi,
Suami tidak boleh melarang istrinya pergi haji
wajib, kecuali haji sunat.
5. Ketentuan ibadah/prilaku khusus untuk perempuan
pergi haji.
Perilaku khusus Perempuan :
a. Berpakaian rapi, Islami dan menghindari
pakaian tipis dan ketat.
b. Tidak memakai make up yang berlebihan.
c. Menghindari berpergian berduaan dengan laki-
laki yang bukan mahramnya.
d. Memelihara prilaku yang mengundang lawan
jenisnya berfikiran lain.
Ibadah khusus Perempuan
a. Perempuan menutup aurat kecualli muka dan
telapak tangan.
b. Perempuan tidak mengeraskan suaranya pada
waktu membaca talbiyah dan berdo’a.
c. Perempuan tidak perlu lari-lari kecil ketika
thawaf 3 kali putaran pertama, dan ketika
melintas 2 pilar lampu hijau ketika sa’i.
d. Perempuan tidak mencukur rambutnya ketika
tahalul, tapi cukup memotong sedikitnya 3
helai, atau memotong ujung rambutnya
sepanjang jari.
Ada beberapa hal yang perlu dipahami :
- Perempuan yang sedang haid/nifas ihramnya sah
baik datangnya sebelum atau sesudah berihram.
- Perempuan yang belum thawaf ifadhah karena haid,
ia harus menunggu sampai suci. Jika kloternya akan
berangkat segera pada hal dia belum thawaf
ifadhah, maka segera lapor pada ketua Kloter untuk
diusulkan pindah ke kloter lain, diundur
kepulangannya.
- Menurut pendapat Imam Ibnu Qayyim dari mazhab
Hambali:
43
Perempuan haid/nifas dibolehkan dan di-pandang
sah melakukan thawaf ifadhah dan tidak
membayar dam”. Sedangkan menurut Abu
Hanifah membayar dam satu ekor unta.
- Boleh menggunakan obat untuk menang-
guhkan/memperlambat haid.
- Bagi perempuan yang sedang haid/nifas
tidak wajib melaksanakan thawaf wada’,
tidak kena dam, cukup berdo’a datang
sampai dipintu Masjidil Haram.
XIII. SHALAT DI MASJID NABAWI DAN
MASJIDIL HARAM ( HARAMAIN )
1. Shalat Arba’in di Masjid Nabawi.
Arba’in artinya empat puluh, Maksudnya
shalat berjamaah 5 waktu di Masjid Nabawi
selama 40 waktu. Dengan katagori :
- Berjamaah dengan Imam Rawatib dan
tidak terputus-putus kecuali ada udzur
syar’i antara lain seperti sakit, atau
datang haid bagi perempuan.
- Tempat shalat dalam masjid dan di
halaman masjid pahalanya sama saja.
2. Shalat di Masjidil Haram.
Kelipatan pahala di Masjidil Haram 100.000
kali bila dibandingkan dengan Masjid biasa.
Sedangkan kelipatan pahala di Masjid
Nabawi 1.000 kali kelipatan bila diban-
dingakan di Masjid lain.
XIV. TAYAMUM DAN SHALAT DI PESAWAT
Ulama Fiqhi berbeda pendapat tentang taya-
mum di pesawat.
1. Sah, dengan alasan:
a. Tayamum itu dilaksanakan kerena ketia-
daan air. Air ada hanya untuk minum,
kalau digunakan air yang ada itu pasti
airnya berserakkan, kalau beserakkan
akan mengganggu system nafigasi yang
ada.
b. Dalam Al-Qur’an “Sesungguhnya shalat
itu dikerjakan pada waktunya, oleh
karena itu tidak ada mangqadha shalat,
yang ada jamak dan qashar shalat. Oleh
karena itu harus dilaksanakan.
c. Tanah tidak disediakan di pesawat untuk
tayamum, dimana ada angin disitu ada
debu.
d. Katagori tayamum di atas pesawat
sudah termasuk dharurat syar’i
e. Pendapat ke dua tidak sah, dengan alasan
2. Karena sifat tanah untuk tayamum itu tanah yang
bersih ( sha’idan thayiban ), oleh karena itu debu
tidak nampak sifatnya, belum tentu bersih.

Cara bertayamum di pesawat : ada 2 macam :
1. Dengan sekali tepuk didinding atau kursi depan
dengan menyapu wajah dan langsung menyapu
tangan dari pegalangan tangan hingga ujung jari
secara merata.
2. Dengan dua kali tepuk di dua tempat yang
berbeda, ( contoh dididing dan jok kursi ). Satu
tepukan untuk menyapu wajah secara merata, dan
satu tepukan lagi untuk menyapu tangan sampai ke
siku secara merata.
Tayamum untuk shalat jamak
Ada 2 pendapat :
1. Tayamum dapat digunakan untuk 2 shalat fardhu
yang dijamak menjadi satu paket.
2. Tayamum hanya dapat digunakan satu shalat
fardhu ditambah dengan shalat sunat lainnya,
sehingga 2 shalat fardhu yang dijamak harus 2 kali
bertayamum.
Tatacara shalat di Pesawat.
Ada 2 macam :
1. Shalat dengan tayamum dilaksanakn seperti salat
duduk.
2. Shalat dengan tidak bertayamum dilaksana-kan
seperti shalat duduk, tapi harus diulang kembali
shalatnya ( i’adah ) kalau sudah sampai di bandara.
Cara melaksanakan shalat i’adah di bandara.
1. Dilaksanakan setelah sampai di bandara atau
ditempat tujuan;
2. Dilaksanakan seperti salat biasa ( kamilah)
3. Shalat i’adah di Bandara Madinah maupun di
bandara King Abdul Aziz dapat dilaksanakn
dengan cara jamak dan Qasar.
AKHLAQUL KARIMAH JAMAAH HAJI.
Kita berharap kepada Jamaah Haji agar dalam
perjalanan pelaksanaan haji mempunyai akhlaqul
karimah yaitu mempunyai sifat dan prilaku sbb :
1. Taqarrub pada Allah dimana saja/kapan saja.
2. Tadabbur = Mengambil pelajaran dari peristiwa
yang dialami untuk menambah keimanan dan
kearifan kepada Allah.
3. Tafakkur = Banyak memikirkan tentang ikhwal
diri, agama dan kehidupan guna men-capai
kemashlahatan dunia dan akhirat.
4. Tasamuh = Teloransi dengan sesama atas
keagamaan dan kepentingan dan kebutuhan
sesama yang satu sama lain, memerlukan
pengertian untuk kepentingan bersama
5. Ta’awun, = saling tolong menolong dalam ke-
baikan dan bukan tolong menolong untuk
sebaliknya.
44
6. Taliqul Wajhi = Wajah yang cerah, ceria, pe-nuh
kedamaian, dan senyum.
7. Tawashau bil hak, Tawashau bi shabri = Saling
mengingatkan dan nasehat sesama tentang
kebenaran dan kesabaran.
8. Qanaah = Bersifat lapang dada dan mene-rima apa
adanya dengan ikhlas dan ridha Allah.
XV. RAFATS, FUSUQ & JIDAL
Dalam berhaji apalagi dalam berihram dituntun untuk
tidak rafats, fusuq, dan Jidal
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 197 :









Artinya : (Musim) haji adalah beberapa bulan yang
dimaklumi[122], Barangsiapa yang menetapkan
niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka
tidak boleh rafats[123], berbuat Fasik dan berbantah-
bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa
yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya.
[122] Ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah.
[123] Rafats artinya mengeluarkan Perkataan yang
menimbulkan berahi yang tidak senonoh atau
bersetubuh.
Penjelasan :
1. Rafatsa = Mengeluarkan perkataan yang tidak
senonoh yang mengandung unsur kecabulan (
porno ), senda gurau berlebihan yang menjurus
kepada timbulnya nafsu birahi ( syahwat )
termasuk melakukan hubungan badan ( bersetubuh
).
2. Fusuk = Segala perbuatan buruk/merusak/ maksiat
baik disadari atau tidak, diantara perbuatan
buruk/maksiat itu antara lain
- Takabur atau sombong.
- Merugikan dan menyakiti orang lain dengan
kata-kata atau sikap.
- Zhalim terhadap orang lain, seperti mengam bil
hak atau merugikan.
- Berbuat sesuatu yang dapat menodai aqidah dan
keimanan kepada Allah.
- Merusak alam dan makhluk lain tanpa ada alasan
yang membolehkan.
- Menghasut dan memprovokator orang lain

3. Jidal = Segala sikap dan perbuatan yang mengarah
kepada perdebatan, permusuhan dan perselisihan
yang diiringi dengan nafsu amarah, meskipun
untuk mempertahankan kebenaran, dan
memperjuangkan hak, seperti berbantah-bantahan
merebut kamar, kamar kecil, termasuk melakukan
demonstrasi untuk mempertahankan dan merebut
sesuatu, . Adapun berdiskusi masalah ibadah dan
kegiatan keagamaan lainnya dengan cara baik,
terkendali dan santun diperbolehkan.
XVI HAJI MABRUR
Haji mabrur menurut bahasa adalah haji yang baik atau
yang diterima oleh Allah SWT. Menurut istilah syar’i
haji mabrur adalah haji yang dilaksanakan sesuai
dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, dengan
memerhatikan berbagai syarat, rukun, dan wajib serta
menghindari hal-hal yang dilarang ( muharramat )
dengan penuh konsentrasi dan penghayatan semata-
mata atas dorongan iman dan mengharap ridha Allah.
Kriteria/indikator untuk mendapatkan haji yang
mabrur, sbb :
1. Pelaksanaan ibadah haji harus didasari dengan
niat yang ikhlas semata-mata karena Allah SWT.
2. Biaya dan bekal untuk menunaikan ibadah haji
harus berasal dari harta halalan thaiban.
3. Pelaksanaan Ibadah Haji sesuai dengan tuntunan
manasik yang benar ( rukun, wajib dan sunat ).
4. Menghindari seluruh larangan ihram dan
perbuatan maksiat yang dapat mengurangi pahala
haji.
5. Memperbanyak istighfar dan amalan shaleh.
Ciri-ciri orang yang mendapat haji Mambrur :
TERCERMIN DARI PERUBAHAN PRILAKU SESE-
ORANG SETELAH KEMBALI DARI HAJI
1. Santun dalam bertutur kata
2. Menebarkan kedamaian
3. Memiliki Kebedulian sosial
4. Berprilaku lebih baik dibanding dengan
sebelum menunaikan ibadah haji.
5. Bertambah zuhud terhadap kehidupan dunia
dan lebih mengutamakan akhirat.

PINTU GERBANG MASUK KOTA MAKKAH

Setiap jalan utama pintu masuk ke Kota Makkah, akan ditemui pintu Gerbang, yang di atas puncaknya mozaik
Kitab Al-Qur’an pertanda Masjidil Harama Sudah dekat, bagi jamaah sudah sampai dipintu gerbang ini disunatkan
membaca do’a masuk Kota Makkah

45
PINTU-PINTU MASUK MASJIDIL HARAM

PINTU MASJIDIL HARAM

Masjidil Haram adalah masjid Raksasa hingga memiliki sangat banyak pintu yaitu ada 4 pintu utama
dan 45 pintu biasa, tiap pintu memiliki nama sendiri karena banyaknya jumlah pintu tersebut tak
heran jika banyak jamaah yang tersesat ketika keluar dari Masjidil Haram. Inilah nama-nama Bab
(pintu) Masjidil Haram

NAMA-NAMA BAB ( PINTU DI MASJIDIL

HARAM BANGUNAN LAMA

1. Bab Shafa
2. Bab Darul Aqam
3. Bab Ali
21. Bab Faruq Umar
4. Bab Abbas
22. Bab Nadwah
5.Bab Nabi
23. Bab Syamsiyah
6. Bab Babussalam
24. Bab Al-Qudus
7. Bab Bani Syaibah
25. Bab Umrah
8.Bab Huju
26. Bab Madinah Munawarah
9.Bab Mudda’a
27. Bab Abubakar Sidiq
10.Bab Ma’ala
28. Bab Hijrah
11. Bab Marwat
29. Bab Umi Hani
12 Bab Quraisy
30. Bab Ibrahim
13. Bab Afqodisiyah
31. Bab Wada
14. Bab Oziz Thuwa
32. Bab Malik Abdul Aziz
15. BabUmarAbdulAziz
33. Bab Alyad
16.Bab Murod
34. Bab Bilal
17.Bab Hudaibiyah
35. Bab Hunsisni
18 Bab Babussalam
36. Bab Ismail
Jahid
19. Bab Garoroh
20. Bab Alfatah

46
Maket Masjidil Haram yang sudah direnovasi

47