Anda di halaman 1dari 19

Borang Portofolio

No. ID dan Nama Peserta : dr. Silvia Dwi Asti


No. ID dan Nama Wahana : RSUD Solok Selatan
Topik : Bedah
Tanggal (kasus) : 02 April 2016
Nama Pasien : An. S No. MR 06.85.15
Tanggal Presentasi : 16 Mei 2016 Pendamping : dr. Yenny Dwi Kalisna
Tempat Presentasi : RSUD Muara Labuh
Objektif Presentasi :
 Keilmuan √  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka √
  Manajemen  Masalah √  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak√  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi : Anak Perempuan, 6 tahun, datang dengan keluhan luka bakar karena tersiram
air panas.
 Tujuan Penegakan diagnosa dan pengobatan yang tepat
Bahan  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus √  Audit
Bahasan :
Cara  Diskusi  Presentasi dan Diskusi √  E-mail  Pos
Membahas :

Data Pasien : Nama : An.S No. Registrasi :


Nama Klinik : RSUD Muara Labuh Telp : - Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis /Gambaran Klinis : Luka bakar derajat IIa dengan luas luka bakar 8% / luka bakar
pada kaki kanan ± 60 menit sebelum masuk rumah sakit. Luka diakibatkan terkena air panas.
Nyeri (+), kulit mengelupas (+), Riwayat demam (-), mual (-), muntah (-). Pada pemeriksaan
fisik ditemukan nyeri tekan pada daerah luka bakar. BAB normal, BAK normal.
2. Riwayat Pengobatan : Riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada.
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit : Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya.
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada
6. Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) : Tidak berhubungan
Lain-lain :
Daftar Pustaka :

1. Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar – Pengetahuan Klinik Praktis; Jakarta,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.
2. Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III – Luka
Bakar; Jakarta, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
3. Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review. Vol 20;1999
4. Morgan ED, Bledsoe SC, Barker J. Ambulatory management of Burns. American

1
association of family Physician, 2000.

Hasil Pembelajaran :
1. Penegakan diagnosa luka bakar derajat II
2. Tatalaksana luka bakar derajat II

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjektif :

Keluhan Utama: Luka bakar pada kaki kanan ± 60 menit yang lalu.

• Awalnya pasien sedang bermain didapur tiba-tiba air panas yang lagi masak oleh ibu pasien
tidak sengaja terjatuh dari panci dan mengenai os.

• Nyeri (+), kulit mengelupas (+), mual (-), muntah (-).

• Riwayat demam (-).

• BAB tidak ada kelainan.

• BAK tidak ada kelainan.

• Riwayat alergi obat tidak ada.

• Riwayat penyakit terdahulu tidak ada.

2
2. Objektif :

Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum : tampak sakit sedang

 Kesadaran : CMC

 Nadi : 110x/menit

 Frekuensi Nafas : 20 x/ menit

 Suhu : 36,50 C

Status Internus

 Kepala : Tidak ada kelainan

 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

 Kulit : Turgor kulit baik

 Thoraks

o Paru

Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri dan kanan

Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

o Jantung

Inspeksi : Iktus jantung tidak terlihat

Palpasi : Iktus jantung teraba di linea midclavicula sinistra RIC V

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : Bising tidak ada, bunyi jantung tambahan tidak ada

 Abdomen

Inspeksi : Tidak tampak membuncit,terdapat luka bakar derajat II

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

 Ekstremitas : Atas : DBN

3
Bawah : terdapat luka bakar derajat II pada kaki kanan, nyeri tekan (+)
pada lokasi luka.

3. Plan :

DIAGNOSIS KERJA
Luka bakar derajat IIA 8%
TERAPI
- Cefixime syrup 2xcth I
- Ibuprofen 3x1/2 tab
- Burnazin cream

Pendidikan :

Konsultasi :

- Konsultasi dilakukan dengan spesialis bedah untuk penatalaksanaan selanjutnya dan


direncanakan tindakan debridemant.

4
4. Assesment

DEFINISI 1
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.

ETIOLOGI 3
Luka bakar berdasarkan penyebab dibedakan atas:
  Luka bakar karena api
  Luka bakar karena air panas
  Luka bakar karena listrik dan petir
  Luka bakar karena bahan kimia ( yang bersifat asam atau basa kuat )
  Luka bakar karena radiasi
  Cedera akibat suhu sangat rendah ( frost bite )
Kerusakan jaringan disebabkan oleh api lebih berat dibandingkan dengan air panas; kerusakan
jaringan akibat bahan yang bersifat koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas.
Luka bakar akibat ledakan juga menyebabkan kerusakan organ dalam akibat daya ledak (eksplosif).
Pada luka bakar yang disebabkan oleh bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan yang
hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan
proses penyembuhan.
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari
luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan
merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven,
menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.

3. PATOFISIOLOGI 6
A. ZONA KERUSAKAN JARINGAN
1. Zona Koagulasi
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh panas.
2. Zona Statis
Daerah yang berada langsung di luar zona koagulasi, terjadi kerusakan endotel pembuluh darah
disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi (no flow phenomena),
diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respons inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama
12-24 jam pasca cedera dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.
3.

5
Zona Hiperemi
Daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi
seluler.

B. FASE LUKA BAKAR6


Dalam perjalanan penyakit dibedakan 3 fase pada luka bakar, yaitu :
1. Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini problem yang berkisar pada gangguan saluran nafas karena adanya cedera inhalasi
dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini juga terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan
elektrolit, akibat cedera termis yang bersifat sistemik.
2. Fase setelah syok berakhir / diatasi / fase subakut
Fase ini berlangsung setelah syok berakhir / dapat di atasi. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan
(kulit dan jaringan dibawahnya) dapat menimbulkan masalah, yaitu :
a. Proses inflamasi
Proses inflamasi yang terjadi pada luka bakar berbeda dengan luka sayat elektif; proses inflamasi di
sini terjadi lebih hebat disertai eksudasi dan kebocoran protein.
Pada saat ini terjadi reaksi inflamasi lokal yang kemudian berkembang menjadi reaksi sistemik
dengan dilepaskannya zat-zat yang berhubungan dengan proses immunologik, yaitu kompleks
lipoprotein (lipid protein complex, burn-toxin) yang menginduksi respon inflamasi sistemik (SIRS =
Systemic Inflammation Response syndrome).
b. Infeksi yang dapat menimbulkan sepsis
c. Proses penguapan cairan tubuh disertai panas / energi (evaporative heat loss) yang menyebabkan
perubahan dan gangguan proses metabolisme.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah pada
fase ini adalah timbul penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain
yang terjadi karena kerapuhan jaringan atau organ-organ stuktural, misalnya bouttoniérre deformity.

C. PATOFISIOLOGI 1,6
1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terkena
suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
2. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan membawa serta
elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Tubuh kehilangan cairan
antara ½ % - 1 %, “Blood Volume ” setiap 1 % luka bakar. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebih (insensible water loss
meningkat).
3.

6
Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas yaitu :
gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urine
menurun (kegagalan fungsi ginjal).
4. Pada luka bakar daerah wajah dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap atau uap
panas yang terhisap. Gejala yang timbul adalah sesak nafas, takipneu, stridor, suara serak dan
berdahak berwarna gelap karena jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain.
CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu mengikat oksigen lagi. Tanda
keracunan yang ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan berat terjadi
koma. Bila lebih 60 % hemoglobin terikat CO, penderita akan meninggal.

4. KLASIFIKASI LUKA BAKAR 2,3


Klasifikasi luka bakar dibagi atas berdasarkan penyebab/ etiologi (seperti dijelaskan diatas)
dan kedalaman luka bakar.
A. Klasifikasi berdasarkan penyebab
Luka bakar dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
 Luka bakar karena api
 Luka bakar karena air panas
 Luka bakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)
 Luka bakar karena listrik dan petir
 Luka bakar karena radiasi
 Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)
B. Klasifikasi berdasarkan kedalaman luka
Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan.
Semakin lama waktu kontak, maka semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi.
1. Luka bakar derajat satu
Ditandai dengan luka bakar superfisial dengan kerusakan pada lapisan epidermis. Tampak
eritema. Penyebab tersering adalah sengatan sinar matahari. Pada proses penyembuhan terjadi
lapisan luar epidermis yang mati akan terkelupas dan terjadi regenerasi lapisan epitel yang sempurna
dari epidermis yang utuh dibawahnya. Tidak terdapat bula, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi. Dapat sembuh spontan selama 5-10 hari.
2. Luka bakar derajat dua
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian dermis dibawahnya, berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi. Pada luka bakar derajat dua ini ditandai dengan nyeri, bercak-
bercak berwarna merah muda dan basah serta pembentukan blister atau lepuh.biasanya disebabkan
oleh tersambar petir, tersiram air panas. Dalam waktu 3-4 hari, permukaan luka bakar mengering
sehingga terbentuklah krusta tipis berwarna kuning kecoklatan seperti kertas perkamen. Beberapa
minggu kemudian, krusta itu akan mengelupas karena timbul regenerasi epitel yang baru tetapi lebih
tipis dari organ epitel kulit yang tidak terbakar didalamnya. Oleh karena itu biasanya dapat terdapat

7
penyembuhan spontan pada luka bakar superfisial atau partial thickness burn.

Gambar. 1 bula pada telapak tangan karena memegang dandang panas, luka in i digolongkan ke
dalam luka bakar derajat dua, karena epidermis berada diatas luka

Dibedakan menjadi 2 (dua):


a. Derajat II dangkal (superfisial)
 kerusakan mengenai sebagian superfisial dari dermis
 apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea masih utuh
 penyembuhan terjasi spontan dalam waktu 10-14 hari.
b. Derajat II dalam (deep)
 kerusakan mengenai hampir saluruh bagian dermis
 apendises kulit sperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea sebagian masih utuh.
 Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya terjadi dalam
waktu lebih dari satu bulan.

Gambar.2 ;luka bakar derajat dua dalam, pada anak yang tersiram kopi panas, luka berwarna merah
muda, lunak pada penekanan, dan tampak basah, sensasi nyeri sulit ditentukan pada anak.

8
3. Luka bakar derajat tiga
Terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan kulit. Meskipun tidak seluruh tebal kulit rusak,
tetapi bila semua organ kulit sekunder rusak dan tidak ada kemampuan lagi untuk melakukan
regenerasi kulit secara spontan/ reepitelisasi, maka luka bakar itu juga termasuk derajat tiga.
Penyebabnya adalah api, listrik,atau zat kimia. Mungkin akan tampak berwarna putih seperti mutiara
dan biasnya tidak melepuh, tampak kering dan biasanya relatif anestetik. Dalam beberapa hari, luka
bakar semacam itu akan membentuk eschar berwarna hitam, keras, tegang dan tebal.

Gambar.3 ;lula bakar derajat tiga, pada anak yang memegang pengeriting rambut luka kering tidak
kemerahan dan berwarna putih

Selama periode pasca luka bakar dini sampai 5 hari, akan sulit untuk membedakan luka bakar
derajat dua atau tiga, tetapi pada minggu kedua sampai minggu ketiga pasca luka bakar di mana
tampak drainase dan eschar yang terpisah dari luka bakar derajat tiga. Setelah eschar diangkat, sisa
jaringan dibawahnya (biasanya lapisan subkutan) akan membentuk jaringan granulasi, suatu massa
yang terdiri dari sel-sel fibroblas dan jaringan penyambung yang kaya pembuluh darah kapiler.
Permukaan jaringan granulasi yang berwarna merah tua itu terbentuk setelah 21 hari, dan dalam
waktu 1 sampai 2 minggu kemudian sebaiknya dilakukan skin graft.

9
Gambar 4 Klasifikasi luka bakar berdasarkan kedalaman luka

Klasifikasi Penyebab Penampakan luar Sensasi


Luka bakar dangkal Sinar UV, paparan nyala Kering dan merah; memucat dengan Nyeri
(superficial burn) api penekanan
Luka bakar sebagian Cairan atau uap panas Gelembung berisi cairan, berkeringat, Nyeri bila
dangkal (superficial (tumpahan atau percikan), merah; memucat dengan penekanan terpapar udara dan
partial-thickness paparan nyala api panas
burn)
Luka bakar sebagian Cairan atau uap panas Gelemb-text-color; border-style: none Terasa dengan
dalam (deep partial- (tumpahan), api, minyak solid solid none; border-width: medium penekanan saja
thickness burn) panas 1pt 1ptung berisi cairan (rapuh); basah
atau kering berminyak, berwarna dari
putih sampai merah; tidak memucat
dengan penekanan
Luka bakar seluruh Cairan atau uap panas, Putih berminyak sampai abu-abu dan Terasa hanya dengan
lapisan (full thickness api, minyak, bahan kimia, kehitaman; kering dan tidak elastis; tidak penekanan yang kuat
burn) listrik tegangan tinggi memucat dengan penekanan

Tabel 2 Klasifikasi kedalaman luka bakar6

5. PERHITUNGAN LUAS LUKA BAKAR 1,2,3


Walaupun hanya perkiraan saja , the rule of nine, tetap merupakan petunjuk yang baik dalam
menilai luasnya luka bakar: kepala, 7 persen, dan leher, 2 persen sehingga totalnya 9 persen. Setiap
ekstrimitas atas, 9 persen : dan bagian anterior,2 x 9 persen. Badan bagian posterior, 13 persen, dan
bokong 5 persen, sehingga total 18 persen: dan setiap ekstrimitas bawah, 2 x 9 persen dan genitalia 1
persen.

10
Gambar 5. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan Rule of Nine oleh Wallace

Untuk area luka bakar yang tersebar kita dapat memperkirakan persentasenya dengan
menggunakan tangan dengan jari-jari pasien, dimana jari-jari dalam keadaan abduksi, dimana sama
dengan kurang lebih 1 persen dari total luas permukaan tubuh pasien.
Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaaan tubuh, yang umumnya
mempunyai pertimbangan lebih besar antara luas permukaan kepala dengan luas ekstrimitas bawah
dibandingkan pada orang dewasa. Area kepala luasnya adalah 19 persen pada waktu lahir (10 persen
lebih besar daripada orang dewasa). Hal ini terjadi akibat pengurangan pada luas ekstrimitas bawah,
yang masing-masing sebesar 13 persen. Dengan bertambahnya umur setiap tahun, sampai usia 10
tahun, area kepala dikurangi 1 persen dan jumlah yang sama ditambah pada setiap ekstrimitas bawah.
Setelah usia 10 tahun, digunakan persentase orang dewasa.
Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu,
digunakan rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 dari Lund dan Browder untuk anak.

Gambar 6. Perhitungan luas luka bakar menurut Lund and Browder

11
Lahir-1 1–4 5–9 10 – 14 15
Area tahun tahun tahun tahun tahun dewasa 2nd* 3rd* TBSA
Kepala 19 17 13 11 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Badan bagian depan 13 13 13 13 13 13
Badan bagian belakang 13 13 13 13 13 13
Pantat kanan 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Pantat kiri 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Genitalia (kemaluan) 1 1 1 1 1 1
Lengan kanan atas 4 4 4 4 4 4
lengan kiri atas 4 4 4 4 4 4
Lengan bawah kanan 3 3 3 3 3 3
Lengan bawah kiri 3 3 3 3 3 3
Tangan kanan (telapak tangan 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
depan dan punggung tangan)
Tangan kiri (telapak tangan dan 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
punggung tangan)
Paha kanan 5.5 6.5 8 8.5 9 9.5
Paha kiri 5.5 6.5 8 8.5 9 9.5
Betis kanan 5 5 5.5 6 6.5 7
Betis kiri 5 5 5.5 6 6.5 7
Kaki kanan (bagian tumit sampai 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5
telapak kaki)
Kaki kiri 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5
Total:

*derajat dua saat ini merupakan luka bakar sebagian baik dangkal maupun dalam; derajat 3 sebagai
luka bakar seluruh lapisan (full-thickness)
Tabel 3. Penilaian luas area tubuh menurut Lund and Browder

6. DERAJAT KEPARAHAN LUKA BAKAR 1


Berdasarkan berat-ringannya luka bakar (American Burn Association):
I. Luka Bakar Berat ( Major Burn Injury )
 Derajat II, terbakar >25% area permukaan tubuh pada dewasa
 Derajat III, terbakar >25% area permukaan tubuh pada anak-anak
 Derajat III, terbakar >10% area permukaan
 Kebanyakan meliputi tangan, muka, mata, telinga, kaki atau perineum
Kebanyakan pasien meliputi :
Luka inhalasi
Luka elektrikal
Luka bakar dengan komplikasi trauma

II. Luka Bakar Sedang


 Derajat II, terbakar 15-25% area permukaan tubuh pada dewasa
 Derajat II, terbakar 10-20% are permukaan tubuh pada anak-anak

12
 Derajat III, terbakar <10% area permukaan tubuh.

III. Luka Bakar Ringan


 Derajat II, terbakar <15% area permukaan tubuh pada dewasa
 Derajat II, terbakar <10% area permukaan tubuh pada anak-anak
 Derajat III, terbakar <2% area permukaan tubuh.

Indikasi rawat inap :


1. Derajat 2 lebih dari 15% pada dewasa, dan lebih dari 10% pada anak
2. Derajat 2 pada muka, tangan, kaki, perineum
3. Derajat 3 lebih dari 2% pada dewasa, dan setiap derajat 3 pada anak
4. Luka bakar yang disertai trauma visera, tulang, dan jalan napas

7. PENATALAKSANAAN 10

Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,


covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan
7
langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan.
 Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak
dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
 Cooling :
Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air dingin yang mengalir selama 20
menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara
ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar. Kompres dengan air dingin (air sering
diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk
luka yang terlokalisasi. Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut
(vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia.
Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang
banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih
dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
 Cleaning : pembersihan luka tergantung dari derajat berat luka bakar, kriteria minor cukup dilakukan
dengan zat anastesi lokal, sedangkan untuk kriteria moderate sampai major dilakukan dengan anastesi
umum di ruang operasi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan yang sudah mati,
proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
 Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari
superficial partial thickness (dapat dilihat pada tabel II.3 jadwal pemberian antitetanus). Pemberian
krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial.
Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu
menyusui dengan bayi kurang dari 2 bulan.
 Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka
bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang

13
dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat
hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya,
akan menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
 Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
Dapat diberikan penghilang nyeri berupa :
 Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
 Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
 Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC (Airway,
Breathing, Circulation).

Airway and Breathing


Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black sputum),
gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah orofaring dan
leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang
tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas
kesehatan yang lengkap.

Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan
pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%.
Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting
karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi
sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah
ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal
ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh
darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi
organ-organ tubuh.
Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline).
Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan
luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari Parkland : [3-4 cc x berat badan
(kg) x %TBSA] + cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam
10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg.
Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan
setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat
dilihat dari produksi urin yaitu 0,5-1cc/kgBB/jam.

14
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1
Pemeriksaan Laboratorium

1. pemeriksaan Hb, Ht tiap 8 jam pada 2 hari pertama, dan tiap 2 hari pada 10 hari selanjutnya
2. Fungsi hati dan ginjal tiap minggu

3. Pemeriksaan elektrolit tiap hari pada minggu pertama

4. Pemeriksaan AGD bila nafas lebih dari 32x/menit

5. Kultur jaringan pada hari ke-1, 3, 7.

9. PENCEGAHAN LUKA BAKAR 8


Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka bakar bagi anak-anak di
rumah :
1. Dapur
A. - Jauhkan anak-anak dari oven dan pemanggang. Ciptakan zona larangan di sekitarnya untuk anak-
anak
B. - Jauhkan makanan dan minuman panas dari jangkauan anak-anak. Jangan pernah membawa
makanan panas dan minuman panas dengan satu tangan dengan ketika ada anak-anak di sekitar anda
C. - Jangan masukkan botol susu anak ke dalam mikrowave; dapat menimbulkan daerah yang panas
D. - Cicipi setiap makanan yang akan dihidangkan
E. - Singkirkan taplak meja menjuntai ketika di rumah ada anak yang sedang belajar merangkak
F. - Jauhkan dan simpan bahan kimia (pemutih, amonia) yang dapat menyebabkan luka bakar kimia.
G. - Simpan korek api, lilin jauh dari jangkauan. Jangan pernah biarkan lilin menyala tanpa pengawasan.
H. - Beli alat-alat listrik dengan kabel yang pendek dan tidak mudah lepas atau menggantung.

2. Kamar mandi
 - Jauhkan blow dryer, curling irons dari jangkauan anak
 - Pastikan termostat pemanas air pada suhu 120°F (48,8°C) atau lebih rendah. Umumnya air panas
untuk anak sebaiknya suhunya tidak lebih dari 100°F (37,7°C).
- Jangan biarkan anak bermain dengan keran atau shower.

3. Di setiap ruangan
 - Tutup setiap tempat yang dapat dipakai untuk menusukkan kabel listrik
 - Jauhkan anak dari pemanas ruangan, radiator, tempat yang berapi
 - Pasang detektor asap dan periksa baterai minimal satu tahun/kali

15
10. KOMPLIKASI

1. Syok hipovolemik 1,6

Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya
ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan
menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume
cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan
karena penguapan yang berlebihan, cairan yang masuk ke bula pada luka bakar derajat II dan
pengeluaran cairan dari kropeng pada luka bakar derajat III .
Bila luas luka bakar < 20% biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasi
tetapi bila > 20 % terjadi Syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin ,
berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin berkurang.
Pembengkakan terjadi perlahan lahan dan maksimal pada delapan jam.

2. Udem laring 1,6

Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bila luka terjadi di muka,. Dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas , asap, uap panas yang terhisap, udem yang terjadi dapat
menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena udem laring. Gejala yang timbul adalah
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap karena jelaga.
Setelah 12 – 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi dan penyerapan
cairan edema kembali ke pembuluh darah . ini ditandai dengan meningkatnya diuresis.

3. Keracunan gas CO 1,6

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. Karbon monoksida akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda-tanda
keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi
koma. Bila > 60 % hemoglobin terikat dengan CO, penderita dapat meninggal.

4. SIRS (systemic inflammatory respone syndrome) 1,6

Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik
untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit untuk mengalami
penyembuhan karena tidak terjangkau oleh pembuluh darah kapiler yang mengalami trombosis.
Kuman penyebab infeksi berasal dari kulitnya sendiri, juga dari kontaminasi kuman dari saluran nafas
atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya berbahaya

16
karena banyak yang sudah resisten terhadap antibiotik.
Prosesnya dimulai oleh aktivasi makrofag, netrofil, dan pelepasan mediator – mediator, yang
kemudian diikuti oleh :
gangguan hemodinamik berupa vasodilatasi, depresi miokardium, gangguan sirkulasi dan
redistribusi aliran.
perubahan mikrovaskuler karena endotel dan edema jaringan, mikroemboli, dan maldigesti aliran.
gangguan oksigenasi jaringan. Ketiganya menyebabkan hipoksia seluler dan menyebabkan
kegagalan fungsi organ. Yang ditandai dengan meningkatnya kadar limfokin dan sitokin dalam darah.
5. MOF (Multi Organ Failure) 1,6

Adanya perubahan permeabilitas kapiler pada luka bakar menyebabkan gangguan sirkulasi. Di
tingkat seluler, gangguan perfusi menyebabkan perubahan metabolisme. Pada tahap awal terjadi
proses perubahan metabolisme anaerob yang diikuti peningkatan produksi dan penimbunan asam
laktat menimbulkan asidosis. Dengan adanya gangguan sirkulasi dan perfusi, sulit untuk
mempertahankan kelangsungan hidup sel, iskemi jaringan akan berakhir dengan nekrosis.
Gangguan sirkulasi makro menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan – jaringan organ penting
terutama otak, hepar, paru, jantung, ginjal, yang selanjutnya mengalami kegagalan menjalankan
fungsinya. Dalam mekanisme pertahanan tubuh, terjadi gangguan pada sistem keseimbangan tubuh
(homeostasis), maka organ yang dimaksud dalam hal ini adalah ginjal. Dengan adanya penurunan atau
disfungsi ginjal ini, beban tubuh semakin berat.
Resusitasi cairan yang inadekuat pada fase ini menyebabkan berjalannya proses sebagaimana
diuraikan diatas. Sebaliknya bila terjadi kelebihan pemberian cairan (overload) sementara sirkulasi
dan perifer tidak atau belum berjalan normal, atau pada kondisi syok; cairan akan ditahan dalam
jaringan paru yang manifestasi klinisnya tampak sebagai edema paru yang menyebabkan kegagalan
fungsi paru sebagai alat pernafasan, khususnya pertukaran oksigen dengan karbondioksida, kadar
oksigen dalam darah sangat rendah, dan jaringan hipoksik mengalami degenerasi yang bersifat
irreversible. Sel – sel otak adalah organ yang paling sensitive; bila dalam waktu 4 menit terjadi
kondisi hipoksik, maka sel – sel otak mengalami kerusakan dan kematian; yang menyebabkan
kegagalan fungsi pengaturan di tingkat sentral.
Sementara edema paru juga merupakan beban bagi jantung sebagai suatu pompa. Pada mulanya
jantung menjalankan mekanisme kompensasi, namun akhirnya terjadi dekompensasi.

6. Kontraktur 12,13

Kontraktur merupakan salah satu komplikasi dari penyembuhan luka, terutama luka bakar.
Kontraktur adalah jenis scar yang terbentuk dari sisa kulit yang sehat di sekitar luka, yang tertarik ke
sisi kulit yang terluka. Kontraktur yang terkena hingga lapisan otot dan jaringan tendon dapat

17
menyebabkan terbatasnya pergerakan.
Pada tahap penyembuhan luka, kontraksi akan terjadi pada hari ke-4 dimana proses ini bersamaan
dengan epitelisasi dan proses biokimia dan seluler dari penyembuhan luka. Kontraktur fleksi dapat
terjadi hanya karena kehilangan lapisan superfisial dari kulit. Biasanya dengan dilakukan eksisi dari
jaringan parut yang tidak elastik ini akan menyebabkan sendi dapat ekstensi penuh kembali. Pada
luka bakar yang lebih dalam, jaringan yang banyak mengandung kolagen akan meliputi
neurovascular bundles dan ensheathed flexor tendons, juga permukaan volar dari sendi akan
mengalami kontraksi atau perlekatan sehingga akan membatasi range of motion. Kontraktur yang
disebabkan oleh hilangnya kulit atau luka bakar derajat III pada daerah persendian harus segera
dilakukan skin grafting.

11. PROGNOSIS 1
Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor, dan menyangkut mortalitas
dan morbiditas atau burn illness severity and prediction of outcome ; yang mana bersifat bersifat
kompleks.

Beberapa faktor yang berperan antara lain faktor penderita ( usia, gizi, jenis kelamin, dan
kelainan sistemik), faktor trauma ( jenis, luas, kedalaman luka bakar, dan trauma penyerta), dan faktor
penatalaksanaan (prehospital and inhospital treatment).

Prognosis luka bakar umumnya jelek pada usia yang sangat muda dan usia lanjut. Pada usia
yang sangat muda (terutama bayi) beberapa hal mendasar menjadi perhatian, antara lain sistem
regulasi tubuh yang belum berkembang sempurna ; komposisi cairan intravaskuler dibandingkan
dengan cairan ekstravaskuler, interstitial, dan intraselular yang berbeda dengan komposisi pada
manusia dewasa, sangat rentan terhadap suatu bentuk trauma. Sistem imunologik yang belum
berkembang sempurna merupakan salah satu faktor yang patut diperhitungkan, karena luka bakar
merupakan suatu bentuk trauma yang bersifat imunosupresi.

Konsulen

(dr. Fahrul Rozi, Sp.B)

18
Daftar Pustaka :

1. Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar – Pengetahuan Klinik Praktis; Jakarta,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.
2. Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III – Luka
Bakar; Jakarta, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
3. Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review. Vol 20;1999
4. Morgan ED, Bledsoe SC, Barker J. Ambulatory management of Burns. American
association of family Physician, 2000.

19

Anda mungkin juga menyukai