1. Diagnosis /Gambaran Klinis : Luka bakar derajat IIa dengan luas luka bakar 8% / luka bakar
pada kaki kanan ± 60 menit sebelum masuk rumah sakit. Luka diakibatkan terkena air panas.
Nyeri (+), kulit mengelupas (+), Riwayat demam (-), mual (-), muntah (-). Pada pemeriksaan
fisik ditemukan nyeri tekan pada daerah luka bakar. BAB normal, BAK normal.
2. Riwayat Pengobatan : Riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada.
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit : Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya.
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada
6. Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) : Tidak berhubungan
Lain-lain :
Daftar Pustaka :
1. Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar – Pengetahuan Klinik Praktis; Jakarta,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.
2. Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III – Luka
Bakar; Jakarta, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
3. Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review. Vol 20;1999
4. Morgan ED, Bledsoe SC, Barker J. Ambulatory management of Burns. American
1
association of family Physician, 2000.
Hasil Pembelajaran :
1. Penegakan diagnosa luka bakar derajat II
2. Tatalaksana luka bakar derajat II
1. Subjektif :
Keluhan Utama: Luka bakar pada kaki kanan ± 60 menit yang lalu.
• Awalnya pasien sedang bermain didapur tiba-tiba air panas yang lagi masak oleh ibu pasien
tidak sengaja terjatuh dari panci dan mengenai os.
2
2. Objektif :
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : CMC
Nadi : 110x/menit
Suhu : 36,50 C
Status Internus
Thoraks
o Paru
o Jantung
Abdomen
Perkusi : Timpani
3
Bawah : terdapat luka bakar derajat II pada kaki kanan, nyeri tekan (+)
pada lokasi luka.
3. Plan :
DIAGNOSIS KERJA
Luka bakar derajat IIA 8%
TERAPI
- Cefixime syrup 2xcth I
- Ibuprofen 3x1/2 tab
- Burnazin cream
Pendidikan :
Konsultasi :
4
4. Assesment
DEFINISI 1
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
ETIOLOGI 3
Luka bakar berdasarkan penyebab dibedakan atas:
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena listrik dan petir
Luka bakar karena bahan kimia ( yang bersifat asam atau basa kuat )
Luka bakar karena radiasi
Cedera akibat suhu sangat rendah ( frost bite )
Kerusakan jaringan disebabkan oleh api lebih berat dibandingkan dengan air panas; kerusakan
jaringan akibat bahan yang bersifat koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas.
Luka bakar akibat ledakan juga menyebabkan kerusakan organ dalam akibat daya ledak (eksplosif).
Pada luka bakar yang disebabkan oleh bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan yang
hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan
proses penyembuhan.
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald). Mayoritas dari
luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan
merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven,
menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.
3. PATOFISIOLOGI 6
A. ZONA KERUSAKAN JARINGAN
1. Zona Koagulasi
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh panas.
2. Zona Statis
Daerah yang berada langsung di luar zona koagulasi, terjadi kerusakan endotel pembuluh darah
disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi (no flow phenomena),
diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respons inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama
12-24 jam pasca cedera dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.
3.
5
Zona Hiperemi
Daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi
seluler.
C. PATOFISIOLOGI 1,6
1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terkena
suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
2. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan membawa serta
elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Tubuh kehilangan cairan
antara ½ % - 1 %, “Blood Volume ” setiap 1 % luka bakar. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebih (insensible water loss
meningkat).
3.
6
Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas yaitu :
gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urine
menurun (kegagalan fungsi ginjal).
4. Pada luka bakar daerah wajah dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap atau uap
panas yang terhisap. Gejala yang timbul adalah sesak nafas, takipneu, stridor, suara serak dan
berdahak berwarna gelap karena jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain.
CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu mengikat oksigen lagi. Tanda
keracunan yang ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan berat terjadi
koma. Bila lebih 60 % hemoglobin terikat CO, penderita akan meninggal.
7
penyembuhan spontan pada luka bakar superfisial atau partial thickness burn.
Gambar. 1 bula pada telapak tangan karena memegang dandang panas, luka in i digolongkan ke
dalam luka bakar derajat dua, karena epidermis berada diatas luka
Gambar.2 ;luka bakar derajat dua dalam, pada anak yang tersiram kopi panas, luka berwarna merah
muda, lunak pada penekanan, dan tampak basah, sensasi nyeri sulit ditentukan pada anak.
8
3. Luka bakar derajat tiga
Terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan kulit. Meskipun tidak seluruh tebal kulit rusak,
tetapi bila semua organ kulit sekunder rusak dan tidak ada kemampuan lagi untuk melakukan
regenerasi kulit secara spontan/ reepitelisasi, maka luka bakar itu juga termasuk derajat tiga.
Penyebabnya adalah api, listrik,atau zat kimia. Mungkin akan tampak berwarna putih seperti mutiara
dan biasnya tidak melepuh, tampak kering dan biasanya relatif anestetik. Dalam beberapa hari, luka
bakar semacam itu akan membentuk eschar berwarna hitam, keras, tegang dan tebal.
Gambar.3 ;lula bakar derajat tiga, pada anak yang memegang pengeriting rambut luka kering tidak
kemerahan dan berwarna putih
Selama periode pasca luka bakar dini sampai 5 hari, akan sulit untuk membedakan luka bakar
derajat dua atau tiga, tetapi pada minggu kedua sampai minggu ketiga pasca luka bakar di mana
tampak drainase dan eschar yang terpisah dari luka bakar derajat tiga. Setelah eschar diangkat, sisa
jaringan dibawahnya (biasanya lapisan subkutan) akan membentuk jaringan granulasi, suatu massa
yang terdiri dari sel-sel fibroblas dan jaringan penyambung yang kaya pembuluh darah kapiler.
Permukaan jaringan granulasi yang berwarna merah tua itu terbentuk setelah 21 hari, dan dalam
waktu 1 sampai 2 minggu kemudian sebaiknya dilakukan skin graft.
9
Gambar 4 Klasifikasi luka bakar berdasarkan kedalaman luka
10
Gambar 5. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan Rule of Nine oleh Wallace
Untuk area luka bakar yang tersebar kita dapat memperkirakan persentasenya dengan
menggunakan tangan dengan jari-jari pasien, dimana jari-jari dalam keadaan abduksi, dimana sama
dengan kurang lebih 1 persen dari total luas permukaan tubuh pasien.
Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaaan tubuh, yang umumnya
mempunyai pertimbangan lebih besar antara luas permukaan kepala dengan luas ekstrimitas bawah
dibandingkan pada orang dewasa. Area kepala luasnya adalah 19 persen pada waktu lahir (10 persen
lebih besar daripada orang dewasa). Hal ini terjadi akibat pengurangan pada luas ekstrimitas bawah,
yang masing-masing sebesar 13 persen. Dengan bertambahnya umur setiap tahun, sampai usia 10
tahun, area kepala dikurangi 1 persen dan jumlah yang sama ditambah pada setiap ekstrimitas bawah.
Setelah usia 10 tahun, digunakan persentase orang dewasa.
Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu,
digunakan rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 dari Lund dan Browder untuk anak.
11
Lahir-1 1–4 5–9 10 – 14 15
Area tahun tahun tahun tahun tahun dewasa 2nd* 3rd* TBSA
Kepala 19 17 13 11 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Badan bagian depan 13 13 13 13 13 13
Badan bagian belakang 13 13 13 13 13 13
Pantat kanan 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Pantat kiri 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Genitalia (kemaluan) 1 1 1 1 1 1
Lengan kanan atas 4 4 4 4 4 4
lengan kiri atas 4 4 4 4 4 4
Lengan bawah kanan 3 3 3 3 3 3
Lengan bawah kiri 3 3 3 3 3 3
Tangan kanan (telapak tangan 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
depan dan punggung tangan)
Tangan kiri (telapak tangan dan 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
punggung tangan)
Paha kanan 5.5 6.5 8 8.5 9 9.5
Paha kiri 5.5 6.5 8 8.5 9 9.5
Betis kanan 5 5 5.5 6 6.5 7
Betis kiri 5 5 5.5 6 6.5 7
Kaki kanan (bagian tumit sampai 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5
telapak kaki)
Kaki kiri 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5
Total:
*derajat dua saat ini merupakan luka bakar sebagian baik dangkal maupun dalam; derajat 3 sebagai
luka bakar seluruh lapisan (full-thickness)
Tabel 3. Penilaian luas area tubuh menurut Lund and Browder
12
Derajat III, terbakar <10% area permukaan tubuh.
7. PENATALAKSANAAN 10
13
dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat
hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya,
akan menghambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.
Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
Dapat diberikan penghilang nyeri berupa :
Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC (Airway,
Breathing, Circulation).
Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk perhitungan
pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%.
Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen penting
karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi
sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah
ke jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal
ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh
darah dapat berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi
organ-organ tubuh.
Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline).
Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan pada bayi dengan
luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari Parkland : [3-4 cc x berat badan
(kg) x %TBSA] + cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam
10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg.
Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x %TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan
setengah sisanya dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat
dilihat dari produksi urin yaitu 0,5-1cc/kgBB/jam.
14
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1
Pemeriksaan Laboratorium
1. pemeriksaan Hb, Ht tiap 8 jam pada 2 hari pertama, dan tiap 2 hari pada 10 hari selanjutnya
2. Fungsi hati dan ginjal tiap minggu
2. Kamar mandi
- Jauhkan blow dryer, curling irons dari jangkauan anak
- Pastikan termostat pemanas air pada suhu 120°F (48,8°C) atau lebih rendah. Umumnya air panas
untuk anak sebaiknya suhunya tidak lebih dari 100°F (37,7°C).
- Jangan biarkan anak bermain dengan keran atau shower.
3. Di setiap ruangan
- Tutup setiap tempat yang dapat dipakai untuk menusukkan kabel listrik
- Jauhkan anak dari pemanas ruangan, radiator, tempat yang berapi
- Pasang detektor asap dan periksa baterai minimal satu tahun/kali
15
10. KOMPLIKASI
Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya
ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan
menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume
cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan
karena penguapan yang berlebihan, cairan yang masuk ke bula pada luka bakar derajat II dan
pengeluaran cairan dari kropeng pada luka bakar derajat III .
Bila luas luka bakar < 20% biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasi
tetapi bila > 20 % terjadi Syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin ,
berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin berkurang.
Pembengkakan terjadi perlahan lahan dan maksimal pada delapan jam.
Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bila luka terjadi di muka,. Dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas , asap, uap panas yang terhisap, udem yang terjadi dapat
menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena udem laring. Gejala yang timbul adalah
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap karena jelaga.
Setelah 12 – 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi dan penyerapan
cairan edema kembali ke pembuluh darah . ini ditandai dengan meningkatnya diuresis.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. Karbon monoksida akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda-tanda
keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi
koma. Bila > 60 % hemoglobin terikat dengan CO, penderita dapat meninggal.
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik
untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit untuk mengalami
penyembuhan karena tidak terjangkau oleh pembuluh darah kapiler yang mengalami trombosis.
Kuman penyebab infeksi berasal dari kulitnya sendiri, juga dari kontaminasi kuman dari saluran nafas
atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya berbahaya
16
karena banyak yang sudah resisten terhadap antibiotik.
Prosesnya dimulai oleh aktivasi makrofag, netrofil, dan pelepasan mediator – mediator, yang
kemudian diikuti oleh :
gangguan hemodinamik berupa vasodilatasi, depresi miokardium, gangguan sirkulasi dan
redistribusi aliran.
perubahan mikrovaskuler karena endotel dan edema jaringan, mikroemboli, dan maldigesti aliran.
gangguan oksigenasi jaringan. Ketiganya menyebabkan hipoksia seluler dan menyebabkan
kegagalan fungsi organ. Yang ditandai dengan meningkatnya kadar limfokin dan sitokin dalam darah.
5. MOF (Multi Organ Failure) 1,6
Adanya perubahan permeabilitas kapiler pada luka bakar menyebabkan gangguan sirkulasi. Di
tingkat seluler, gangguan perfusi menyebabkan perubahan metabolisme. Pada tahap awal terjadi
proses perubahan metabolisme anaerob yang diikuti peningkatan produksi dan penimbunan asam
laktat menimbulkan asidosis. Dengan adanya gangguan sirkulasi dan perfusi, sulit untuk
mempertahankan kelangsungan hidup sel, iskemi jaringan akan berakhir dengan nekrosis.
Gangguan sirkulasi makro menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan – jaringan organ penting
terutama otak, hepar, paru, jantung, ginjal, yang selanjutnya mengalami kegagalan menjalankan
fungsinya. Dalam mekanisme pertahanan tubuh, terjadi gangguan pada sistem keseimbangan tubuh
(homeostasis), maka organ yang dimaksud dalam hal ini adalah ginjal. Dengan adanya penurunan atau
disfungsi ginjal ini, beban tubuh semakin berat.
Resusitasi cairan yang inadekuat pada fase ini menyebabkan berjalannya proses sebagaimana
diuraikan diatas. Sebaliknya bila terjadi kelebihan pemberian cairan (overload) sementara sirkulasi
dan perifer tidak atau belum berjalan normal, atau pada kondisi syok; cairan akan ditahan dalam
jaringan paru yang manifestasi klinisnya tampak sebagai edema paru yang menyebabkan kegagalan
fungsi paru sebagai alat pernafasan, khususnya pertukaran oksigen dengan karbondioksida, kadar
oksigen dalam darah sangat rendah, dan jaringan hipoksik mengalami degenerasi yang bersifat
irreversible. Sel – sel otak adalah organ yang paling sensitive; bila dalam waktu 4 menit terjadi
kondisi hipoksik, maka sel – sel otak mengalami kerusakan dan kematian; yang menyebabkan
kegagalan fungsi pengaturan di tingkat sentral.
Sementara edema paru juga merupakan beban bagi jantung sebagai suatu pompa. Pada mulanya
jantung menjalankan mekanisme kompensasi, namun akhirnya terjadi dekompensasi.
6. Kontraktur 12,13
Kontraktur merupakan salah satu komplikasi dari penyembuhan luka, terutama luka bakar.
Kontraktur adalah jenis scar yang terbentuk dari sisa kulit yang sehat di sekitar luka, yang tertarik ke
sisi kulit yang terluka. Kontraktur yang terkena hingga lapisan otot dan jaringan tendon dapat
17
menyebabkan terbatasnya pergerakan.
Pada tahap penyembuhan luka, kontraksi akan terjadi pada hari ke-4 dimana proses ini bersamaan
dengan epitelisasi dan proses biokimia dan seluler dari penyembuhan luka. Kontraktur fleksi dapat
terjadi hanya karena kehilangan lapisan superfisial dari kulit. Biasanya dengan dilakukan eksisi dari
jaringan parut yang tidak elastik ini akan menyebabkan sendi dapat ekstensi penuh kembali. Pada
luka bakar yang lebih dalam, jaringan yang banyak mengandung kolagen akan meliputi
neurovascular bundles dan ensheathed flexor tendons, juga permukaan volar dari sendi akan
mengalami kontraksi atau perlekatan sehingga akan membatasi range of motion. Kontraktur yang
disebabkan oleh hilangnya kulit atau luka bakar derajat III pada daerah persendian harus segera
dilakukan skin grafting.
11. PROGNOSIS 1
Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor, dan menyangkut mortalitas
dan morbiditas atau burn illness severity and prediction of outcome ; yang mana bersifat bersifat
kompleks.
Beberapa faktor yang berperan antara lain faktor penderita ( usia, gizi, jenis kelamin, dan
kelainan sistemik), faktor trauma ( jenis, luas, kedalaman luka bakar, dan trauma penyerta), dan faktor
penatalaksanaan (prehospital and inhospital treatment).
Prognosis luka bakar umumnya jelek pada usia yang sangat muda dan usia lanjut. Pada usia
yang sangat muda (terutama bayi) beberapa hal mendasar menjadi perhatian, antara lain sistem
regulasi tubuh yang belum berkembang sempurna ; komposisi cairan intravaskuler dibandingkan
dengan cairan ekstravaskuler, interstitial, dan intraselular yang berbeda dengan komposisi pada
manusia dewasa, sangat rentan terhadap suatu bentuk trauma. Sistem imunologik yang belum
berkembang sempurna merupakan salah satu faktor yang patut diperhitungkan, karena luka bakar
merupakan suatu bentuk trauma yang bersifat imunosupresi.
Konsulen
18
Daftar Pustaka :
1. Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar – Pengetahuan Klinik Praktis; Jakarta,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.
2. Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III – Luka
Bakar; Jakarta, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
3. Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review. Vol 20;1999
4. Morgan ED, Bledsoe SC, Barker J. Ambulatory management of Burns. American
association of family Physician, 2000.
19