Askep Defisit Perawatan Diri
Askep Defisit Perawatan Diri
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Jiwa menurut undang undang nomer 3 tahun 1966 merupakan suatu
kondisi yang memungkinan perkembangan fisik, intelektual, emosiaonal yang optimal
dari seseorang, dan perkembangan itu selaras dengan perkembangan orang lain
(Suliswati et al. 2005)
Definisi kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan
sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan
koping yang efektif, kondisi diri yang positif, serta kestabilan emosional. (Johnson
dalam Direja, 2011).
Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat yang bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta
memiiki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Widyawati, 2012).
Prevelansi gangguan jiwa secara nasional mencapai 5,6% dari jumlah
penduduk, dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang penduduk
terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa. Berdasarkan dari data
tersebut bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu
meningkat, (Hidayati, 2011)
Salah satu masalah keperawatan yang terjadi pada klien dengan gangguan jiwa
diantaranya adalah isolasi sosial atau menarik diri. Isolasi sosial menarik diri
merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan atau bahkan tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya ( Keliat, et al 2009). Menurut Nanda
(2005) isolasi sosial merupakan pengalaman kesendirian secara individu yang
dirasakan segan terhadap orang lain dan sebagai keadaan yang negatif atau
mengancam.
Terapi dalam gangguan jiwa meliputi pengobatan dengan farmakoterapi, serta
pemberian psikoterapi sesuai gejala dan penyakit yang akan mendukung
penyembuhan pasien jiwa. Farmakoterapi merupakan pemberian terapi menggunakan
obat. Terapi obat yang digunakan pada pasien gangguang jiwa yang disebut dengan
psikofarmakoterapi memiliki efek langsung pada proses mental penderita karena
kerjanyan berpengaruh pada sistem saraf pusat, misalnya antipsikosis yang digunakan
untuk mengatasi pikiran kacau, meredakan halusinasi (Kusumawati, 2010) tindakan
1
keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi isolasi sosial yaitu
mengidentifikasi penyebab menarik diri, mendiskusikan bersama pasien keuntungan
dengan orang lain dan kerugian menarik diri, membantu pasien berhubungan dengan
orang lain secara bertahap dan membantu mengungkapkan perasaan pasien setelah
berkenalan dengan orang lain (Damaiyanti, 2010).
Masalah keperawatan isolasi sosial menarik diri jika tidak dilakukan intervensi
lebih lanjut maka akan meyebabkan perubahan persepsi sensori halusinasi dan resiko
tinggi menciderai diri sendiri, orang lain, bahkan lingkungan, selain itu perilaku
tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akan
berpengaruh terhadap menurunnya kemampuan perawatan diri (Fitria, 2009)
Berdasarkan data dari Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 Cengkareng
berdasarkan kasus kelolaan terdapat warga bina sosial sejumlah 27 orang, warga bina
sosial laki-laki sebanyak 16 orang dan perempuan sebanyak 11 orang. Jumlah pada
saat kelolaan tercatat jumlah pasien halusinasi sebanyak 10 orang, perilaku kekerasan
sebanyak 3 orang, isolasi sosial sebanyak 8 orang dan harga diri rendah sebanyak 4
orang, dan waham sebanyak 2 orang.
Berhubungan dengan keterangan di atas, penulisan tertarik untuk membahas
masalah isolasi sosial dan akan membahas secara mendetail pada bab selanjutnya
dengan mengangkat judul Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. A dengan Isolasi Sosial
di Ruang Cempaka Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 Cengkareng – Jakarta
Barat.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan isolasi sosial dan
membandingkan asuhan keperawatan isolasi sosial dan membandingkan asuhan
keperawtan isolasi sosial secara teori dan kenyataan khususnya di ruang Cempaka
Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 Cengkareng – Jakarta Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan baik secara teori maupun
pada pasien dengan isolasi sosial.
b. Membandingkan antara konsep dasar yang terkait dengan fakta yang ada di
lapangan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi
sosial khususnya di ruang Cempaka Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa
1 Cengkareng – Jakarta Barat.
2
c. Memberikan saran dan alternatif penyelesaian masalah dalam menyelesaikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial Panti Sosial Bina Laras
Harapan Sentosa 1 Cengkareng – Jakarta Barat.
d. Memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Ners S1
Keperawatan dalam stase Keperawatan Jiwa di Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari studi kasus ini dapat dibagi menjadi dua yaitu : manfaat
teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Dapat menjadi salah satu referensi bagi mahasiswa keperawatan khususnya
mahasiswa program Ners S1 Keperawatan untuk membandingkan antara asuhan
keperawatan secara teoritis dengan kenyataan.
2. Manfaat Praktis
a. Panti Sosial
Mengetahui metode kepewatan yang digunakan untuk mengatasi pasien
dengan isolasi sosial.
b. Ners
Mengetahui bagaimana cara membuat asuhan keperawatan yang komprehensif
dan memberikan perawatan yang optimal pada pasien dengan isolasi sosial.
c. Institusi Pendidikan
Dijadikan contoh laporan kasus dalam melakukan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan memberikan perawatan yang optimal pada pasien dengan
isolasi sosial.
d. Penulis
Menambah pengalaman dan wawasan penulis dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial dan bisa membandingkan
antara teori dengan kenyataan.
e. Keluarga
Keluarga lebih mengetahui tanda dan gejala pasien dengan isolasi sosial dan
dapat mengetahui bagaimana cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
D. Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan ini membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan isolasi sosial di ruang Cempaka Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1
Cengkareng – Jakarta Barat yang dimulai dari tanggal 18 Maret – 3 April 2014.
E. Metode Penulisan
3
Penulisan laporan kasus ini dengan metode deskriptif yaitu mengungkapkan fakta-
fakta sesuai dengan data yang didapat. Cara pengumpulan data yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Wawancara atau interview, dimana wawancara dilakukan pada pasien, dan tenaga
kesehatan lainnya serta keluarga jika memungkinkan untuk mendapatkan data dari
kasus tersebut.
2. Pemeriksaan, pengamatan dan observasi sehingga penulis mendapatkan
pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
melakukan pendekatan proses keperawatan.
3. Studi kepustaan, mempelajari buku dan sumber lainnya untuk mendapatkan dasar
ilmiah yang berhubungan dengan permasalahan dalam laporan kasus.
4. Studi dokumentasi, penulis melakukan studi dokumentasi terhadap status pasien
untuk melengkapi data-data yang penulis butuhkan serta melihat catatan
keperawatan agar menentukan tindak lanjut dalam melakukan intervensi
keperawatan pada pasien.
F. Sistematika Penulisan
Laporan kasus ini terdiri dari VI (enam) bab yang disusun dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II: Laporan gambaran kasus terdiri dari pengkajian, masalah keperawatan,
pohon masalah, diagnosa keperawatan
BAB III : Landasan teoritis yang terdiri dari konsep dasar isolasi sosial dan
penatalaksanaan isolasi sosial.
BAB IV : penatalaksanaan tindakan terdiri dari implementasi dan evaluasi
kasus.
BAB V : pembahasan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
daftar diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi
BAB VI : Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
4
BAB II
GAMBARAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tn. A berusia 34 tahun, datang ke Panti dengan masalah utama Isolasi Sosial. Dari hasil
pengkajian tanggal 18 Maret 2014 klien mengatakan saat itu sedang tidur di warung, tiba-tiba
dibangunkan oleh dua orang satpol pp dan dibilang jangan kabur ikut saja kita ( satpol pp). Klien
tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasalalu, tidak ada pengobatan yang didapatkan dan
klien dimarah oleh saudaranya karena merokok pada malam hari dirumah, klien dan saudaranya
sama-sama emosi dan saling memukul, Klien juga tidak memiliki keluhan pada fisiknya. Klien
mengatakan masih memiliki orang tua lengkap dan klien dua saudara, klien merupakan anak
kedua, dalam keluarga klien mendapatkan perlakuan yang baik namun saat rumah klien ( orang
tua) dijual maka klien berpisah dengan keluarganya karena klien tinggal bersama saudaranya.
Sedangkan setelah itu klien tidak tahu sampai saat ini orang tua tinggal dimana. Dalam membuat
5
keputusan selalu dimusyawarahkan dan setelah itu ayah yang memutuskannya. Klien
mengatakan tidak terlalu banyak ingat dari pihak ayah karena diambon. Klien juga mengatakan
sering ngumpul dirumah nenek yang dibogor waktu masih sekolah dulu pada usia belasan tahun
sampai usia 18 tahun. Klien beragama protestan bahkan selama di Panti klien sering ikut
kebaktian dan percaya pada tuhan yesus, pada waktu SMA dulu klien aktif dalam kegiatan gereja
namun setelah selesai SMA klien tidak pernah ikut kegiatan gereja.
Dari hasil wawancara klien mengatakan diusir oleh saudaranya dari rumah. Sehingga klien
tinggal di jalanan dan tidak tahu harus kemana dan melakukan apa, hanya terdiam dan bingung.
klien mengatakan tidak ada hal yang disukai dari dirinya, tidak tahu hal apa yang tidak disukai
pada diri sendiri. klien mengatakan tidak tahu pendapat orang tentang dirinya Klien mengatakan
dirinya biasa saja dalam keluarga dan tidak tahu perkataan orang lain terhadap dirinya. Klien
merasa takut untuk berintraksi dengan orang lain dan bingung hendak bicara apa. Klien
mengatakan takut salah ngomong. Klien mengatakan bingung saat hendak berbincang-bincang
dengan orang lain. Klien mengatakan punya teman 4 orang saja, 1 teman sekamar dan 3 lagi
teman merokok. Klien mengatakan jika lagi ada masalah tidak bercerita kesiapapun hanya
dipikirkan dan mencari solusi sendiri.
Klien mengatakan sudah mandi tadi pagi jam 05:00 WIB, setiap mandi ganti baju, saat
mandi kuku jarang digosok, Klien mengatakan kalau badan terutama pergelangan kedua
tangan, kaki dan siku gatal – gatal (koreng) dan tidak punya sandal.
Dari hasil observasi, klien saat di ajak berbicara tidak ada kontak mata jika tidak diminta
oleh perawat untuk menatap, klien saat di berikan pertanyaan seperti tidak ingin menjawab
sehingga lambat mengeluarkan jawaban (kata-kata), klien terkadang mengulang jawaban dan
suka terdiam saat ditanya, klien hanya berbicara jika ditanya. klien tampak menyendiri dipojok
dekat pohon, Klien terlihat duduk merangkul kaki, Klien terlihat bingung, Klien tampak sering
diam dan menunduk, Afek sesuai, klien tampak lesu tidak bersemangat untuk beraktivitas, Saat
interaksi kontak mata kurang, Sering menunduk, Ekspresi wajah sedih
Klien tampak berbaju dan celana sesuai dan rapi, terlihat sela – sela jari kedua tangan
dan kaki bintik – bintik merah dan ada luka, Rambut berminyak, bau asam (keringat) dan
sedikit ketombe, Klien tidak menggunakan sandal, Nafas klien tidak bau, gosok gigi hanya 1 kali
pada pagi hari.
Daya ingat klien baik, ini terbukti dari hasil wawancara jika ditanya oleh perawat klien
selalu menjawab dan mampu mengingat dengan baik teman-teman dan anggota keluarga serta
tahapan sampai klien berada dipanti bina laras. Klien dapat berkonsentrasi dimana klien dapat
6
menjelaskan pembicaraan dan mampu berhitung dengan baik. Klien tidak mengalami gangguan
penilaian bermakna.
Klien tidak membutuhkan bantuan dalam hal makan atau minum, klien bisa makan atau
minum sendiri dan tahu alat apa saja yang harus digunakan saat makan atau minum. Begitu pun
dalam hal BAB/BAK pasien melakukannya tanpa bantuan dan klien tahu dimana harus BAB/BAK.
Klien juga mampu untuk mandi sendiri tahu alat apa yang digunakan saat mandi namun karena
terbatasnya alat terkadang pasien tidak keramas dan sikat gigi.
Klien kurang mengetahui tentang penyakit jiwa dan obat-obatan yang berkaitan dengan
dirinya.
B. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah yang ditemui pada Tn. A:
Data Subjektif: Klien merasa takut dan malas untuk berintraksi dengan orang lain dan bingung
hendak bicara apa, lebih enak sendiri . Klien mengatakan takut salah ngomong, Klien mengatakan
bingung saat hendak berbincang-bincang dengan orang lain. Klien mengatakan punya teman 4
orang saja, 1 teman sekamar dan 3 lagi teman merokok, kalau berkenalan takut dipelototin,
Data objektif: klien saat di ajak berbicara tidak ada kontak mata kurang, Klien tampak sendiri
dipojok dekat pohon, Klien terlihat duduk merangkul kaki, Klien terlihat bingung, Klien tampak
sering diam dan menunduk, Afek sesuai.
Data subjektif: klien mengatakan diusir oleh saudaranya dari rumah. Sehingga klien tinggal di
jalanan dan tidak tahu harus kemana dan melakukan apa, hanya terdiam dan bingung. klien
mengatakan tidak ada hal yang disukai dari dirinya, tidak tahu hal apa yang tidak disukai pada diri
sendiri, Klien mengatakan dirinya biasa saja dalam keluarga dan tidak tahu perkataan orang lain
terhadap dirinya.
Data objektif: klien tampak lesu tidak bersemangat untuk beraktivitas, Saat interaksi kontak mata
kurang, Sering menunduk, Ekspresi wajah sedih
7
Data subjektif : Klien mengatakan sebelum ditangkap dijalanan bertengkar dengan saudaranya
sampai saling memukul karena saudaranya tidak suka klien sering merokok pada malam hari,
Klien mengatakan jika lagi ada masalah tidak bercerita kesiapapun hanya dipikirkan dan mencari
solusi sendiri.
Data subjektif: Klien mengatakan sudah mandi tadi pagi jam 05:00 WIB, setiap mandi ganti baju,
saat mandi kuku jarang digosok. Klien mengatakan kalau badan terutama pergelangan kedua
tangan, kaki dan siku gatal – gatal (koreng) dan tidak punya sandal.
Data objektif : Klien tampak berbaju dan celana sessuai dan rapi, terlihat sela – sela jari kedua
tangan dan kaki bintik – bintik merah dan ada luka, Rambut berminyak, bau asam (keringat) dan
sedikit ketombe, Klien tidak menggunakan sandal, Nafas klien tidak bau, gosok gigi hanya 1 kali
pada pagi hari.
C. POHON MASALAH
Isolasi Sosial
Defisit perawatan diri Care problem
D. DIGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Inefektif koping keluarga
4. Defisit perawatan diri
8
BAB III
TINJAUAN TEORITIS
2. Prilaku Maladaptif
a) Respon Maladaptif
Adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma- norma dan kebudayaan suatu tempat.
Karakteristik perilaku maladaptif tersebut adalah:
1) Menarik diri
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara
waktu.
2) Manipulasi
Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap
orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan,
bukan berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat membina hubungan
sosial secara mendalam.
3) Ketergantungan
9
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang
dimiliki
4) Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan
cenderung memaksakan kehendak.
5) Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah
jika orang lain tidak mendukung (Ernawati, dkk, 2009).
Isolasi Sosoal
Diketahui juga bahwa secara teori Penyebab isolasi social ada beberapa factor
yaitu;
1. Faktor Predisposisi:
10
Faktor Perkembangan: Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk
berhubungan sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang
mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan
hubungan social yang positif, diharapkan setiap tahap perkembangan dilalui
dengan sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang
perkembangan respon sosial maladaptif.
Faktor Biologis : Faktor genetic dapat berperan dalam respon social
maladaptif. Gangguan dalam otak, seperti pada skizofrenia terdapat struktur
otak yang abnormal ( atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel – sel
dalam limbik dan daerah kortik.
Faktor Sosiokultural : Isolasi sosial merupakan factor utama dalam gangguan
berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain, tidak mempunyai anggota masyarakat yang
kurang produktif seperti lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit
kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan system
nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
Faktor dalam Keluarga :Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar
seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya
menginformasikan hal- hal yang negative dan mendorong anak
mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang bertentangan
disampaikan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi
enggan berkomunikasi dengan orang lain.
2. Faktor Presipitasi : Stress sosiokultural; Stres dapat ditimbulkan oleh karena
menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti,
misalnya karena dirawat di rumah sakit. Stress psikologi ; Ansietas berat yang
berekepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk
mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat atau kegagalan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan
ansietas tingkat tinggi (Ernawati, dkk, 2009).
11
melakukan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain serta
menghindari hubungan dengan orang lain. Sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya Halusinasi, yang dimana persepsi tanpa adanya rangsangan
apapun pada panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar
atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun
histerik.
B. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tujuan khusus
a. isolasi social adalah diharapkan :
1) klien dapat membina hubungan saling percaya,
2) klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri,
3) Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan social dan kerugian
menarik diri
4) Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap dan
5) Klien mampu menjelaskan perasaanya setelah berhubungan social.
2. Tindakan keperawatan
a. SP Isolasi Sosial
SP1 Isolasi Sosial:
1) Mengidentifikasikan penyebab isolasi social
2) Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3) Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
4) Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5) Member kesempatan klien mempraktekan cara berkenalan dengan satu
orang
6) Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang
dalam kegiatan harian
12
2) Memberi kesempatan klien mempraktekkan cara berkenalan dengan dua
orang atau lebih
3) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-
berbincang dalam kegiatan harian klien
SP2 HDR :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Melatih kemampuan kedua klien
3) Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
13
SP 3 Ganngguan Sensori Persepsi Halusinasi:
BAB IV
14
PELAKSANAAN TINDAKAN
Pelaksanaan implementasi asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Isolasi Sosial dilakukan
sejak tanggal 18 maret s/d 8 april 2014 di ruang Cempaka Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1
Cengkareng Barat Jakarta adalah, sebagai berikut :
15
Objektif : Kontak mata masih kurang, sering menunduk dan melihat ke arah lain saat diajak
bicara.
Analisa : Masalah Isolasi Sosial belum teratasi
Planning klien : Menyarankan klien untuk memperkenalkan diri dan berkenalan dengan 2
orang, Menyarankan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan yang dilakukan, dan
Memberikan reinforcement kegiatan harian.
16
bantuan, bisa tahu nama, hobi dan asal orang lain, berbincang pada yang mau saja, takut
dimarah jika dipaksa, tidak bingung jika ada teman bicara.
Objektif : Tampak sudah sering melakukan kontak mata walau hanya sebentar, mampu
menyampaikan perasaan dengan baik, masih suka menunduk kadang-kadang, menjawab
singkat setiap pertanyaan.
Analisa : Isolasi Sosial belum teratasi.
Planning klien : Menyarankan klien untuk latihan berkenalan dan memperkenalkan diri
(berbincang-bincang) dengan teman-temannya, dan Menyarankan klien untuk memasukkan
jadwal kegiatan harian ke dalam jadwal harian.
17
Tindakan yang telah dilakukan : Tindakan keperawatan yang diberikan pada Tn. A dengan
DPD adalah Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri (mandi, keramas, gosok gigi, potong
kuku), makan yang baik/benar, Mendiskusikan cara-cara menjaga kebersihan diri dan cara
makan yang baik/benar, Menyarankan klien untuk memperagakan kembali apa yang telah,
dicontohkan, Menganjurkan klien untuk latihan kegiatan cara-cara kebersihan diri dan cara
makan yang benar dan Menyarankan klien untuk memasukkan kegiatan latihan ke dalam
jadwal harian.
Evaluasi :
Subjektif : Klien mengatakan akan berusaha melakukan dengan baik apa yang telah
didiskusikan tadi bersama perawat, gatal diatas siku, jari-jari dan kaki sudah dikasih salep,
makan cuci tangan, gogok gigi biasa hanya 1 x saja/hari, keramas jika ada shampo.
Objektif : Tampak klien mampu melakukan diskusikan dengan baik, mampu menyebut
pentingnya menjaga kebersihan diri, walau harus dibantu perawat, dalam menyebutkan
cara-cara menjaga kebersihan diri dan cara makan yang benar namun tidak semua
tahu/benar, mampu mengulang apa yang telah disampaikan walau sedikit harus dimotivasi.
Planning klien : Menyarankan klien untuk latihan kegiatan cara menjaga kebersihan diri
yang benar dan cara makan yang benar dan Menganjurkan untuk memasuki kegiatan latihan
ke dalam jadwal harian klien.
Tindakan yang telah dilakukan : Tindakan keperawatan yang diberikan pada Tn. A dengan
DPD adalah Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien tentang latihan kebersihan diri :
gosok gigi, mandi, keramas, potong kuku dan cara makan yang benar dan Mendiskusikan
cara eliminasi : BAB/BAK yang baik/benar.
Evaluasi :
18
Subjektif : Klien mengatakan sudah latihan menjaga kebersihan diri di hari Sabtu dan minggu
dan cari makan yang baik, klien mengatakan senang dapat melakukan kegiatan, klien
mengatakan cara BAB/BAK yang benar, klien mengatakan cara Bak yang benar, klien
mengatakan senang dapat informasi dan berdiskusi dengan perawat, gogok gigi 2x, makan
cuci tangan, mandi, keramas tapi tidak pakai shampo dari yang atas ke bawah mengosok
badan. Objektif : Tampak klien mampu mengungkapkan/menyebut cara-cara eliminasi walau
tidak semua benar, klien mampu mengungkapkan kembali apa yang telah disampaikan oleh
perawat, walau kadang dibantu, mampu mengikuti diskusi dengan baik, tampak rambut rapi,
bersih, kuku bersih pendek, nafas tidak bau, gatal-gatal sudah mengering.
Planning klien: Menyarankan klien untuk latihan kegiatan cara menjaga kebersihan diri yang
benar dan cara makan yang benar dan Menganjurkan untuk memasuki kegiatan latihan ke
dalam jadwal harian klien.
Tindakan yang telah dilakukan : Tindakan keperawatan yang diberikan pada Tn. A dengan
DPD adalah Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, Mendiskusikan cara bedandan,
Mencontohkan cara berdandan, menyarankan pasien mempraktekkan cara berdandan,
Menyarankan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian .
Evaluasi :
Subjektif : Klien mengatakan BAK pada closed/wc, sudah BAB dan cuci tangan setelahnya,
memahami apa yang telah didiskusikan bersama, menyebutkan cara-cara berdandan, tidak
ada minyak rambut, tidak ada sisir, baju sudah disiapkan oleh petugasnya
Objektif : Tampak klien mampu menyebutkan cara berdandan, berpakaian, bersisir, dan
bercukur diingatkan, mampu memperagakan kembali dengan apa yang telah dicontohkan,
latihan BAK/BAB yang benar telah dilakukan dan telah dimasukan kedalam jadwal kegiatan
harian
19
Planning klien : Menyarankan klien untuk latihan berdandan yang benar dan Menyarankan
klien untuk memasukan latihan kedalam jadwal kegiatan harian.
Evaluasi :
Subjektif : Klien mengatakan dirumah pernah cuci piring, cuci baju, menyapu, mengepel,
membersihkan kamar mandi, selama disini tidak pernah karena ada yang petugas percaya,
paling bersihkan got/sikat selokan, menyapu dan mengepel jika disuruh saja, yang lain tidak
pernah.
Objektif : Tampak klien mampu mengungkapkan kemampuan positifnya; menyapu,
mengepel, mencuci piring, membersihkan kamar mandi, merapikan tempat tidur, mampu
memilih kegiatan yang ingin dilatih yaitu menyapu dan mengepel dan mencuci piring untuk
besoknya, mampu menyebutkan peralatan yang harus disiapkan untuk menyapu dan
mengepel, mampu memperagakan kembali cara-cara kegiatan menyapu dan mengepel yang
benar, kontak mata sudah sering, biacara berhadapan.
Analisa : masalah HDR belum teratasi
Planning Klien : menyarankan klienn untuk latihan kegiatan menyapu dan mengepel
Dan menyarankan untuk memasukan latihan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian.
20
Memberikan pujian sewajarnya dan Menyarankan klien untuk memasukan kedalam jadwal
kegiatan harian.
Evaluasi :
Subjektif : Klien mengatakan ada latihan jam 16.00 menyapu, mengepel, klien mengatakan
alat-alat mencuci piring ; sabun, spon, ember/baskom berisi air bersih, selang atau air yang
mengalir, tempat/ keranjang untuk tempat yang sudah bersih. Klien selama disini belum
pernah lagi mencuci piring/ gelas/ sendok, senang dapat melakukan cuci piring.
Objektif : Tampak klien melakukan tugas yang diberikan perawat secara mandiri, mampu
mengikuti diskusi dengan baik, mampu mengungkapkan pendapat tentang alat-alat yang
digunakan untuk mencuci piring, mampu memperagakan kembali cara- cara mencuci piring
yang benar, tampak bersemangat dan mampu menyelesaikan cuci piring dengan baik,
tampak santai dan komunikasi tetap ada, saat bicara kontak mata selalu ada
Analisa : Maslah HDR Belum teratasi
Planning Klien : Menyarankan klien untuk latihan kegiatan mencuci piring yang benar dan
Menyarankan klien memasukan latihan cuci piring kedalam jadwal kegiatan harian.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai keberhasilan yang telah dicapai oleh klien dan
hambatan yang ditemukan pada saat merawat klien serta pemecahan masalah yang telah dilakukan :
21
Pada saat awal membina hubungan saling percaya, kelompok dapat melakukannya dengan
optimal. Kelompok mulai membina hubungan saling percaya pada saat pertama kali berinteraksi.
Pencapaian terbinanya hubungan saling percaya antara kelompok dan klien tidak dapat
dipungkiri bahwa faktor klien juga turut mendukung dalam terbinanya hubungan saling percaya
tersebut. Ketika berinteraksi dengan kelompok, klien bersikap kooperatif, hal yang ditunjukkan
dengan klien mau menjawab salam, dan mau berjabat tangan, kontak mata ada serta mau
mengungkapkan perasaan dan masalahnya kepada kelompok.
Setelah hubungan saling percaya dapat terbina kelompok melanjutkan pada tindakan
keperawatan sesuai dengan tujuan khusus yaitu klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi
sosial, berdiskusi tentang keuntungan berinteraksi keuntungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain serta klien dapat atau mampu berkenalan dengan orang lain.
Pada saat kelompok melakukan tindakan sesuai dengan tujuan khusus, kelompok melakukan
diskusi dengan klien dan memberikan reinforcement positif pada setiap kemampuan atau
jawaban yang dilakukan klien. Kelompok juga mengalami sedikit hambatan dalam berdiskusi
tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain, karena menurut Budi Keliat (2011), Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain, begitu pula dengan klien
Tn. A setiap kali ditanya, klien lebih sering menjawab dengan kata “iya, tidak tahu, malu”.
Perasaan klien juga cepat berubah jika ada pembicaraan yang menjadi pengalaman traumatik
bagi klien. Klien mengatakan malas dan takut mau bergaul dengan orang lain, lebih enak sendiri.
kalau berkenalan takut dipelototin, hanya memiliki 4 teman. Solusi yang dilakukan oleh
kelompok untuk klien dapat berinteraksi dengan cara memotivasi dan meyakini klien bahwa klien
mampu berkenalan dan mempunyai teman – teman baru, kelompok juga mencoba memfasilitasi
klien dengan memberikan pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban dari perawat pada
akhirnya, klien dapat berdiskusi tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga mengorientasikan kembali tujuan interaksi,
yaitu demi kepentingan klien, bukan untuk memenuhi kebutuhan kelompok.
Kelompok kemudian melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan tujuan khusus
yaitu klien dapat berkenalan dengan satu orang. Pada saat diajarkan klien mampu
menpraktekkan seperti yang telah diajarkan dan melatih cara berkenalan dengan satu orang.
Untuk mencapai tujuan tersebut kelompok merencanakan bersama dengan klien berkenalan
setiap harinya 2 sampai 3 orang bahkan lebih yang dapat klien lakukan setiap hari dengan
kemampuan klien dengan menuliskan rencana kegiatan harian klien diatas kertas.
22
Kelompok juga mengalami hambatan terkait waktu, dimana masing – masing kelompok
sedang menjalani tindakan keperawatan pada klien kelolaan individu sendiri, saat memberikan
asuhan keperawatan pada Tn. A. kelompok mencoba mengatasi hambatan ini dengan
mengunjungi dan memberikan asuhan keperawatan secara bergantian.
Pada umumnya klien dengan masalah harga diri rendah merasa diri tidak berguna, bahwa
perilaku harga diri rendah adalah suatu keadaan dimana evaluasi diri dan perasaan terhadap
diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif, yang secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan”. Klien mampu menyebutkan kemampuan postifif yang dimiliki, kelompok dan
klien membantu menilai kemampuan yang dapat digunakan setelah itu memilih kemampuan
yang dapat dilakukan dipanti bina laras harapan sentosa I, serta melatih kemampuan yang telah
dipilih. Hambatan yang kelompok hadapi juga dapat kelompok atasi dengan kontak singkat
tetapi sering, sehingga klien semakin yakin bahwa kelompok akan membantu klien dengan
demikian klien dapat menjawab pertanyaan kelompok dengan tepat dan melakukan
kemampuan yang telah dipilih sesuai dengan kemampuan pasien dan fasilitas yang tersedia
dipanti bina laras sentosa harapan I.
23
C. Diagnosa III: Defisit Perawatan Diri
Kelompok telah melakukan tindakan keperawatan dari SP I sampai SP IV (sebanyak 3 kali
pertemuan). Kelompok menemukan hambatan dalam melakukan tindakan keperawatan
terutama pada SP I dan SP IV yaitu tentang menjaga kebersihan diri dan berhias misalnya
keramas, mencukur jenggot, mengosok gigi, Karena keterbatasan persediaan alat mandi dan
berhias hanya melakukannya apabila diingatkan oleh perawat dan petugas.
Solusi yang dapat dilakukan kelompok untuk mengatasi defisit perawatan diri pada Tn. A
adalah dengan cara memfasilitasi kebutuhan dasar untuk kebersihan dirinya, misalnya
menyediakan sabun, shampoo dan alat pencukur.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klien dengan gangguan isolasi sosial memiliki karakteristik menarik diri dari orang lain, sulit
membina hubungan saling percaya pada awal interaksi. Klien mengalami hambatan dalam
berdiskusi tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain, dan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain, bahkan tidak ada motivasi dalam berkenalan dan berinteraksi dengan orang
lain, saat interaksi kontak mata kurang apabila tidak diberi stimulasi, serta sering menunduk.
Harga diri rendah dan koping keluarga yang tidak efektif dapat menjadi salah satu pencetus
timbulnya isolasi sosial seperti sulit, malas dan takut berinteraksi dengan orang lain dimana
suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan sikap negatif atau
mengancam..
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial
yaitu membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap empati, dan menerima klien apa
adanya, memberi perhatian, memberi sentuhan, memberi reinforcement, kontak sering tapi
singkat, menggunakan pertanyaan tertutup dengan jawaban pilihan dan memenuhi kebutuhan
dasar. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, berdiskusi tentang keuntungan berinteraksi
dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain, hindarkan penilaian yang
negatif, utamakan memberi pujian yang realistis setiap kemampuan berkenalan dan jawaban
yang diberikan klien , walaupun respon dan setiap jawaban klien tidak yang seperti diharapkan.
B. Saran
24
Untuk mengatasi hambatan yang ditemukan dalam merawat klien dengan isolasi sosial
dibutuhkan perhatian dari perawat, yaitu:
a. Diharapkan perawat dapat memodifikasi tindakan sesuai dengan kondisi klien dan tetap
mempertahankan prinsip tindakan keperawatan seperti kontak mata sering dan singkat,
menggunakan bahasa yang mudah dipahami klien, bersikap empati, memenuhi kebutuhan
dasar klien agar dapat memenuhi klien dalam memberikan asuhan keperawatan yang
profesional.
b. Perawat hendaknya menunda sementara pembicaraan yang menjadi pengalaman traumatik
bagi klien dan memulai secara bertahap jika klien sudah siap.
c. Pendidikan kesehatan pada keluarga mengenai masalah yang terjadi pada klien, tanda dan
gejala serta merawat klien yang dapat dilakukan keluarga, perlu di optimalkan pada saaat
keluarga berkunjung ke panti atau saat perawat melakukan kunjungan rumah.
d. Perawat melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga secara teratur dan
berkesinambungan baik dalam seting rawat inap, rawat jalan dan komunitas.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info
Media.
Farida, Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Keliat, Budi Anna & akemat.2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.EGC.Jakarta
Nita, Fitria. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
26
LAMPIRAN
ANALISA DATA
Ruang : Cempaka
NO DATA MASALAH
27
mau bergaul dengan orang lain, lebih
enak sendiri.
- Klien mengatakan hanya memiliki 4
teman dekat, kalau berkenalan takut
dipelototin.
Data objektif
- Klien tampak sendiri dipojok dekat
pohon
- Saat interaksi kontak mata kurang
- Klien terlihat duduk merangkul kaki
- Klien terlihat bingung
- Klien tampak sering diam dan
menunduk
- Afek sesuai
28
- Klien terlihat tertunduk saat
menyampaikan masalahnya
(perasaannya).
4 Data subjektif Defisit perawatan diri
- Klien mengatakan sudah mandi tadi
pagi jam 05:00 WIB, setiap mandi
ganti baju, saat mandi kuku jarang
digosok.
- Klien mengatakan kalau badan
terutama pergelangan kedua
tangan, kaki dan siku gatal – gatal
(koreng) dan tidak punya sandal.
Data objektif :
- Klien tampak berbaju dan celana
sessuai dan rapi.
- Terlihat sela – sela jari kedua
tangan dan kaki bintik – bintik
merah dan ada luka.
- Rambut berminyak, bau asam
(keringat) dan sedikit ketombe
- Klien tidak menggunakan sandal.
- Nafas klien tidak bau, gosok gigi
hanya 1 kali pada pagi hari.
29
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara, sering terdiam, tidak bergairah, suka
melamun, nada suara rendah, kurang bicara, lambat, tidak dapat mengambil keputusan,
selalu memberikan alasan tidak jelas.
3. Tujuan Khusus
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
30
f. Memberi kesempatan pada klien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang.
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi / Validasi
c. Kontak
1) Topik
Bapak, pada hari ini kita akan berbincang-bincang tentang : cara berkenalan
(interaksi dengan orang lain), mencari tahu penyebab dari Isolasi Sosial (menarik
diri), dan apa keuntungan dan berhubungan sosial dan kerugian dari menarik diri.
2) Bapak ingin berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau didekat taman sana saja?
3) Waktu
4) Tujuan
Baiklah pak, dimana tujuan dari pertemuan kita hari ini adalah untuk mempratekkan
cara berkenalan yang baik dengan orang lain, mengetahui penyebab dan menarik
diri, dan mengetahui keuntungan dari berkenalan (interaksi dengan orang lain) serta
mengetahui juga kekurangan (kerugian) dari menarik diri (tidak berinteraksi).
2. Fase Kerja
31
“Nama bapak siapa?”
“Bapak, saya suster/mahasiswi dari Fakultas Keperawatan UPN Veteran Jakarta dimana saya
akan bertugas/merawat bapak dari hari ini sampai Jum’at nanti, dan bertugas mulai jam
08.00 – 13.00 siang ya pak”.
“Bapak suka dengar musik tidak? Suster senang sekali dengar musik yang santai”.
“Dari teman-teman yang bapak sebutkan barusan, yang paling dekat dengan bapak siapa
saja?”
“Tadikan bapak bilang, jika ada teman sekamar yang dekat dengan bapak, apa sajakah yang
bapak lakukan sehingga bisa dekat dengannya?”
“Nah… setelah kita bincang tentang berkenalan, terus siapa saja yang dekat dengan bapak,
terus upaya yang bapak lakukan sehingga bisa dekat, apa yang bapak rasakan setelah mampu
melakukan itu semua?”
32
“Bapak kan mengungkapkan juga ta di, jika awal tidak berinteraksi/tidak berbincang-bincang
dengan orang lain karena….., perasaan bapak bagaimana saat tidak berkomunikasi dengan
orang?”
“Bagus sekali pak… wah.. wah manteb, betul dan itulah untungnya kita berinteraksi dengan
orang lain dan ruginya seperti yang bapak bilang tadi, kita tidak punya teman, apa-apa
sendiri, sepi sekali jadinya”.
3. Terminasi
b. Evaluasi Objektif
“Bisakah bapak memperagakan kembali cara kita berkenalan tadi?, terus ceritakan
lagi apa saja tadi alasan kenapa bapak tidak mau bergaul (interaksi dengan orang)
sampai untungnya kita bergaul dengan orang dan ruginya saat kita tidak ada teman
(menarik diri)?” dan “setelah bapak berkenalan jangan lupa selalu masukan ke
jadwal harian bapak ini ya?”
“Nah… setelah diskusi tadi, bagaimana apakah bapak ingin belajar bergaul/ berkenalan
dengan beberapa orang disini?
a. Topik
“Bagaimana kalau besok kita belajar berkenalan dengan orang disini, dua orang atau
3 orang/lebih?” dan “setelah itu jangan lupa masukan ke jadwal harian bapak? Ya?”
Jadwal ini jangan sampai hilang ya pak?”
33
b. Tempat
c. Waktu
“Besok bapak mau jam berapa kita berbincang-bincangnya? Bagaimana jika jam
09.00 saja pak?
34
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tampak sedang duduk sendiri dipojokkan dekat pohon, tampak klien duduk dengan
merangkul kedua kaki (kadang-kadang). Klien tampak terdiam saat perawat menghampiri
dan mengajak berbincang-bincang klien menjawab iya bersedia, namun kontak mat sangat
kurang, klien mengatakan suka malas untuk berkenalan karena takut dimarahi, dan tidak
mau kontak mata karena takut dipelototin.
3. Tujuan Khusus
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaannya pagi ini pak Arthur? Semalam tidurnya nyenyak tidak?
c. Kontak
35
1) Topik
“Pak Arthur, sesuai janji kita kemarin siang, pada hari ini kita akan berbincang-
bincang dengan teman-teman bapak/perawat/petugas yang ada disini, dimana
kegiatan kita yaitu berkenalan sama 1 orang atau lebih ya pak Arthur?” Dimana
sebelum kita berkenalan (mempratekkan) sama 1 orang atau lebih kita evaluasi dulu
jadwal kegiatan harian bapak ya? Nah setelah itu baru berkenalan dan setelahnya
dimasukkan lagi ke jadwal kegiatan harian”.
2) Tempat
3) Waktu
Bapak mau berkenalannya berapa lama? Bagaimana kalau waktunya + 25 menit dan
kenalannya sebanyak 2 orang?
4) Tujuan
Bapak Arthur, hari ini kita mencontohkan cara berkenalan pada 2 orang, dimana
tujuan dari kegiatan kita hari ini yaitu supaya bapak punya banyak teman dan lebih
banyak berinteraksi dengan teman-teman disini atau petugas-petugasnya. Sehingga
bapak akan terbiasa untuk berkenalan (bergaul) dengan cara yang benar dan untuk
jadwal kegiatan harian : tujuannya supaya bapak ada kegiatan dan terbiasa untuk
mengingatkan kegiatan yang sudah dilakukan kapan saja (khusus berkenalan).
2. Fase Kerja
“Baiklah sekarang kita mulai praktekkan cara berkenalan yang benar seperti yang sudah
suster ajarkan kemarin ya?”.
“hebat… hebat pak Arthur. Nah.. serukan pak bisa banyak kenal nama teman-teman?”
36
“Jadi kepada siapapun yang kita temui jangan sungkan untuk mengajak kenalan, kan bapak
Arthur sudah pinter. Ok pak?”.
“Jangan lupa ya pak selalu masukan ke jadwal kegiatan harian ini, setiap setelah bapak
melakukan perkenalan sama teman yang bapak ajak kenalan, ok pak?”
3. Terminasi
“Bagaimana pak Arthur, setelah melakukan perkenalan ke beberapa orang? Apa yang
bapak rasakan sekarang?”
b. Evaluasi Objektif
“Bisakah bapak ulangi sekali lagi sama suster cara berkenalan tadi?”
“Bagaimana bapak Arthur, untuk kegiatan kita hari ini? Apakah sangat menyenangkan
bisa bergaul dengan orang-orang disini?”
a. Topik
b. Tempat
c. Waktu
37
“Besok bapak Arthur mau jam berapa aja kita praktek berkenalan depan teman-
temannya? Bagaimana kalau jam 10.00 wib?
38
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Do : Kontak mata masih kurang, sering menunduk dan melihat ke arah lain saat berbicara.
Klien mampu melaksanakan hubungan sosial secara bertahan dengan berkenalan dan
memperkenalkan diri pada 4 orang.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, kenalan dan memperkenalkan diri pada 4
orang.
b. Memberi kesempatan kepada klien untuk mencontoh berkenalan yang benar dan
memperkenalkan diri dengan 3-4 orang.
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi / Validasi
39
Bagaimana perasaannya hari ini pak Arthur? Semalam tidurnya nyenyak tidak?”
c. Kontak
1) Topik
“Bapak Arthur, sesuai janji kita kemarin, pada hari ini kita akan berkenalan dengan 3-
4 orang serta memperkenalkan diri pada 3-4 orang yang ada disini, setelah itu jangan
lupa untuk memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian bapak ini ya? (kertas
jadwal harian klien), namun sebelum melakukan itu kita mengevaluasi jadwal bapak
dulu.
2) Tempat
Bapak, sebaiknya kita latihan berkenalan dan memperkenalkan diri di ruang ya?
Bagaimana kalau di depan lapangan volly?
3) Waktu
Pak Arthur mau kita berkenalan dan memperakkan dirinya berapa lama kira-kira?
Bagaimana kalau + 20 menit pak?
4) Tujuan
Bapak, tujuan pertemuan kita hari ini adalah untuk mengenal/berinteraksi lebih
sering dan mengenal banyak orang/teman dengan cara berkenalan dan
memperkenalkan diri supaya memperoleh banyak teman untuk berbincang-bincang,
dan selalu memasukkan kegiatan latihan memperkenalkan diri dan berkenalan
dengan cara yang benar, supaya bapak lebih terbiasa dan mengingat dengan baik
waktu selama melakukan aktivitas yang bermanfaat.
2. Fase Kerja
“Bapak Arthur, bagaimana dengan pesan yang suster berikan kemarin? Apakah sudah
dilakukan dengan baik?”
“Bagaimana pak, sudah siapkah untuk melakukan cara berkenalan yang benar dan
memperkenalkan diri pada 3-4 orang”
“Bisa kita mulai menuju depan lapangan volly untuk memulai kegiatan kita pak?”
40
“Baiklah pak kita mulai ya?”.
“Bapak hebat”
“Nah… sekarang mau memperkenalkan diri sendiri dulu atau mau berkenalan yang
didahulukan pak?”.
“Baiklah pak, silahkan bapak memperkenalkan diri dulu ya kepada bapak-bapak yang ada
disini?”
“hebat sekali”
“Bapak sudah melaksanakan kegiatan kita hari ini dengan sangat baik”
“Nah.. sekarang waktunya kembali ke jadwal kegiatan harian, dimana kalau setelah
melakukan latihan memperkenalkan diri dan berkenalan dengan orang lain harus
dimasukkan ke jadwal kegiatan harian”
3. Terminasi
b. Evaluasi Objektif
“Bisakah bapak ulangi sekali saja kepada suster cara berkenalan dan
memperkenalkan diri seperti yang sudah dilakukan?”
41
2) Tindak lanjut klien
“Untuk kegiatan kita hari ini, apakah sangat menyenangkan pak Arthur? Banyak teman
untuk berbincang-bincang”.
a. Topik
b. Tempat
“Bapak besok mau kita melakukan kegiatannya dimana? Bagaimana jika di saung
dekat pengisian ulang air itu?”
c. Waktu
“Besok kita memulai kegiatannya mau jam berapa pak? Bagaimana kalau jam 09.00
saja”
42
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ds : Klien mengatakan berkenalan dan memperkenalkan diri kepada yang mau dan enak
diajak bicara saja, takut marah jika dipaksa bicara.
Do : Kontak mata sudah lebih sering, terkadang masih menunduk saat bicara.
Klien mampu melaksanakan hubungan sosial secara bertahap : berkenalan dengan 1-4 orang
dan memperkenalkan diri.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian berkenalan dan memperkenalkan diri dengan 1-4
orang.
c. Memberikan reinforcement
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
43
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaannya hari ini pak Arthur? Semalam tidurnya nyenyak tidak?”
c. Kontak
1) Topik
“Bapak Arthur, sesuai janji kita kemarin, pada hari ini kita akan evaluasi keseluruhan
kegiatan kita selama 3 hari lalu ya? yaitu cara berkenalan dan memperkenalkan diri
pada 1 orang, 2 orang dan 4 orang dan juga evaluasi jadwal harian bapak ya?
2) Tempat
Bapak kita berbincang-bincang dekat mesin air seperti kemarin saja atau diruang
enaknya pak?”
3) Waktu
4) Tujuan
Dimana tujuan dari bincang-bincang kita kali ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana kegiatan yang kita laksanakan berjalan dengan baik, dimana bapak sudah mau
berinteraksi dan telah mampu melakukan cara berkenalan dan memperkenalkan diri
dari 1 orang, 2 orang sampai 4 orang, dan selalu mengingat untuk memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian bapak.
2. Fase Kerja
“Bapak Arthur, bagaimana dengan pekerjaan yang suster berikan kemarin? Apakah sudah
dilakukan saat suster tidak berdinas?”
“Setelah kita melakukan kegiatan berkenalan dan memperkenalkan diri selama 3 hari
kemarin, bagaimana perasaannya pak Arthur?”.
44
“Hal apa yang membuat bapak ingin berkenalan dan memperkenalkan diri dengan teman-
teman disini?”
“Kesulitan apa yang bapak dapatkan saat hendak berkenalan dan memperkenalkan diri?”.
“bapak hebat sekali, nah.. semua sudah bapak sampaikan kepada suster, sekarang untuk
jadwal harian bapak, apakah ada kesulitan saat hendak menulisnya?”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita evaluasi kegiatan kita selama 3 hari yang
lalu?”
b. Evaluasi Objektif
“Bisakah bapak ulangi kembali perasaan yang sudah diungkapkan tadi dan satu kali
lagi memperagakan cara berkenalan dan memperkenalkan diri?
“Untuk kegiatan hari ini apakah menyenangkan atau merasa ada ketidaknyamanan pak
Arthur?
a. Topik
“Bapak Arthur, besok hari senin, kita akan melakukan TAK ya? yaitu berkenalan dan
memperkenalkan diri dalam sebuah kelompok (10 orang) dan memasukkan ke
jadwal harian bapak setelah bapak latihan sendiri”.
45
b. Tempat
c. Waktu
46
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan berbincang (berkenalan dan memperkenalkan diri) pada yang mau saja,
takut dimarah jika dipaksa, tampak masih suka menunduk ke bawah kadang-kadang, tampak
sudah sering melakukan kontak mata walau sebentar, menjawab pertanyaan singkat.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien cara berkenalan dan memperkenalkan diri
pada 1 orang, 2 orang dan 4 orang.
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi / Validasi
47
Bagaimana perasaannya hari ini pak Arthur? Semalam apakah nyenyak tidurnya.
c. Kontak
1) Topik
“Pak Athur, sesuai perjanjian kita kemarin, bahwa hari kita akan melakukan kegiatan
terapi aktivitas kelompok (TAK sosialisasi), yaitu memperagakan cara berkenalan dan
memperkenalkan diri pada teman-teman atau dalam kelompok” dan evaluasi jadwal
harian serta memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian”.
2) Tempat
Bapak, kita TAK nya di ruang tempat untuk Tak biasa ya?”
3) Waktu
4) Tujuan
“Dimana tujuan dari TAK ini, supaya bapak Arthur lebih mampu menjelaskan
perasaan bapak setelah berhubungan sosial, berkenalan dan memperkenalkan diri
dengan teman-teman.
2. Fase Kerja
“Bapak bapak Arthur, apakah sudah siap untuk kegiatan kita hari ini?”
“Bagaimana dengan pekerjaan yang suster berikan hari jum’at lalu?” apakah dilakukan? Dan
sudah dimasukkan ke dalam jadwal harian bapak?”
“Sudah siap untuk melakukan kegiatan kita hari ini pak Arthur?”
“Wah hebat… Nah… sekarang saling berkenalan?” sama teman di depan dan sampingnya.
“Siapa yang mau menyebutkan dahulu nama teman-temannya tadi?” Ayo pak Arthur,
sebutkan dari sisi kanan dulu?”
48
“Hebat sekali Arthur”
3. Terminasi
b. Evaluasi Objektif
“Bisakah bapak ulangi sekali lagi cara kita berkenalan dan memperkenalkan diri
tadi?”
“Untuk kegiatan kita hari ini apakah sangat menyenangkan dan bapak merasa nyaman”.
a. Topik
“Bapak Arthur, besok kita akan melakukan kegiatan TAK sosialisasi dalam sebuah
kelompok (8 orang) dan memasukkan kegiatan ke dalam jadwal harian bapak”.
b. Tempat
“Tempat TAK nya di Gedung saya ya pak, tempat TAK biasa, lantai 2 raung 1 ya?”
c. Waktu
PERTEMUAN 1 SP 1 HDR
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
49
Klien mengatakan tidak ada yang disukai dari dirinya, tidak tahu hal apa yang disukai dari
dirinya biasanya saja dalam keluarganya, tidak tahu pendapat orang lain tentang dirinya,
tampak kontak mata sangat kurang, sering menunduk.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
4. Tindakan Keperawatan
b. Mendiskusikan dengan klien untuk menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan.
c. Mendiskusikan dengan klien untuk memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan.
e. Menyarankan pada klien untuk memperagakan kembali dengan apa yang telah
dicontohkan.
I. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi / Validasi
50
“Bagaimana perasaannya hari ini pak? Apakah tidurnya nyenyak semalam? Bagaimana
latihannya ada dilakukan tidak pak?”
3. Kontrak
a. Topik
“Pak Arthur, pada siang ini kita akan berbincang-bincang tentang : kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki bapak, kemampuan yang masih dapat dilakukan, memilih
kegiatan yang akan dilatih, suster mencontohkan kegiatan tersebut, kemudian bapak
memperagakan kembali kegiatan tersebut, setelah itu jangan lupa memasukkan
kegiatan latihan ke dalam jadwal kegiatan harian bapak ya?”
b. Tempat
c. Waktu
d. Tujuan
“Dimana tujuan pertemuan kita kali ini adalah untuk menggali lebih dalam hal-hal
positif apa saja yang bapak miliki dan mampu bapak lakukan kembali supaya bapak
dapat memiliki kegiatan positif dari diri bapak sendiri”.
51
“Pak Arthur, dari berapa kemampuan yang disebutkan tadi, kemampuan mana saja yang
akan atau ingin bapak latih?” yang bisa dilakukan disini, coba bapak pilih?
“Kita ambil peralatannya dulu, ada sapu, sekop, pel, ember, cairan pembersih lantai, tempat
sampah”
“Dari sudut-sudut dulu baru kita ke arah tengah atau menuju tempat yang lebih gampang
membuang sampahnya menggunakan skop ini ya pak?”
“Setelah bersih dan selesai menyapu, baiklah sekarang kita mengepel, apa tadi peralatannya
pak?”
“Iya bagus sekali, ada kain pel, ember, cairan pembersih lantai”
“Mengepelnya kita mulai ya pak, harus tegak memegang kain pelnya, sebelumnya cairan
pembersih kita tuangkan dahulu ke ember yang bersih air ini, barulah kain pel kita celupkan,
kemudian k ita bilas ya pak, barulah kita ngepel lantai sampai selesai”
“Jangan lupa latihan ya pak, dan jangan lupa masukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya
ya pak?”
1. a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaannya pak setelah kita latihan mengepel dan menyapu dan
memilih kegiatan yang mampu dilatih dan mengetahui kemampuan-kemampuan
bapak?”
b. Evaluasi Objektif
52
“Tadikan sudah kita bincang-bincang tentang kemampuan positif dan aspek positif
yang mampu bapak lakukan, coba diulangi lagi bisakan pak?”
2. Tindak Lanjut
“Bagaimana pak Arthur bincang-bincang kita hari ini menyenangkan tidak? Dapat
dipahami dan dilatih?”
a. Topik
“Pak Arthur, besok kita ketemu lagi dan akan berbincang-bincang tentang
kemampuan yang ketiga tadi ya, yaitu mencuci piring, bagaimana pak?”
b. Tempat
c. Waktu
“Besok kita bincang-bincangnya mau jam berapa pak? Bagaimana jika jam 10.00 saja
pak Arthur?”
53
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 1 SP 2 DPD
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan kalau badan terutama pergelangan kaki, tangan dan siku gagal-gatal
(koreng), sela jari kaki klien mengatakan kuku jarang digosok saat mandi, jarang cuci rambut,
gosok gigi hanya pagi saja, tampak rambut berminyak dan sedikti ketombe, pergelangan kaki,
tangan, jari-jari kaki gatal-gatal (korengan), tercium bau asam (keringat) pada area rambut,
ujung kuku tampak hitam agak panjang.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri (keramas, dan gosok gigi) mandi, potong kuku,
berhias, makan.
b. Mendiskusikan cara menjaga kebersihan diri (keramas dan gosok gigi) cara makan yang
baik, cukur.
d. Menyarankan klien untuk memperagakan kembali apa yang telah dicontohkan perawat.
e. Menganjurkan klien untuk latihan kegiatan kebersihan diri dan cara makan yang baik.
54
f. Menyarankan untuk memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian klien.
I. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaannya hari ini pak Arthur? Semalam tidurnya nyenyak tidak pak?”
3. Kontrak
a. Topik
“Pak Arthur, pada hari ini kita akan berbincang-bincang tentang pentingnya
perawatan diri, bagaimana cara-caranya, serta bagaimana melaksanakannya”.
b. Tempat
“Kita berbincang-bincangnya mau dimana pak? Bagaimana kalau di depan barak ini
saja?”
c. Waktu
d. Tujuan
“Pak Arthur, tujuan pertemuan kita berbincang-bincang kali ini adalah untuk
memberikan informasi dimana akan membantu bapak untuk lebih mampu menjaga
kebersihan diri bapak dengan mengetahui pentingnya perawatan diri dan bagaimana
caranya sampai bapak mampu melakukan dengan benar dan mandiri.
“Baiklah pak”
55
“Bapak, coba sampaikan pada suster apa saja yang dirasakan jika kita mampu mandi dengan
bersih, bisa keramas dengan baik, bisa gosok gigi dengan benar dan rajin potong kuku jika
sudah panjang dan terlihat hitam/kotor?”
“Nah… barusan bapak sudah mampu menyampaikan pentingnya perawatan diri di tambah
dengan penjelasan suster juga tadi”
“Sekarang cara-cara melakukan perawatan diri : mandi, gosok gigi, keramas, dan potong
kuku, cara makan yang baik saat makan, yang bapak tahu seperti apa?”
“Suster tambah lagi ya pak, biar lebih bagus lagi cara-caranya, punya pak Arthur tadi sudah
sangat bagus”
“Jadi jangan sampai lupa dan harus selalu dilakukan dengan benar ya pak Arthur?” siap
melaksanakannya?”
1. a. Evaluasi Subjektif
“Tadikan sudah kita diskusikan bersama pentingnya perawatan diri, cara berhias dan
makan yang benar/baik, bisakah bapak ulangi lagi apa yang telah kita bincang-
bincang tadi?”
b. Evaluasi Objektif
2. Tindak Lanjut
“Untuk bincang-bincang kita hari ini apakah sangat menyenangkan dan dapat dipahami
serta dilaksanakan pak Arthur?”
56
a. Topik
“Pak Arthur, besok pagi kita akan berbincang-bincang lagi dengan diskusi tentang
cara BAB/BAK yang benar ya?” sebelum kita diskusi tentang cara BAK/BAK, akan
evaluasi jadwal harian bapak dulu, baru setelah diskusi dan kemudian jangan lupa
untuk memasukkan kegiatan-kegiatan latihan bapak ke dalam jadwal hariannya?”
b. Tempat
c. Waktu
“Besok mau jam berapa pak? Bagaimana jika jam 10 an saja pak Arthur?”
57
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 2 SP 2 HDR
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
Klien mampu melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
4. Tindakan Keperawatan
I. Fase Orientasi
58
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaannya hari ini pak Arthur? Apakah tidurnya nyenyak? Bagaimana
latihannya ada dilakukan kemarin pak?”
3. Kontrak
a. Topik
“Pak Arthur, hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara mencuci piring yang
enar ya pak setelah itu mengingatkan tentang jadwal harian bapak ya?”.
b. Tempat
“Kita berbincang-bincang dimana pak? Bagaimana jika diruangan tempat cuci piring
langsung ya pak?”
c. Waktu
d. Tujuan
“Dimana tujuan pertemuan kita kali ini adalah untuk berbagi informasi/
pengetahuan tentang cuci piring yang benar supaya kita terlatih dan terbiasa akan
hal yang baik dan benar ya pak?”
“Apa-apa saja peralatan yang harus kita siapkan pak sebelum mencuci piring?”
“Iya benar sekali pak, ada sabun, sabut/sponnya, ember berisi air bersih atau selang air,
tempat sampah?”
“Benar sekali pak, hebat, iya sisa makan harus dibuagn dulu ke tempat sampah yang sudah
kita siapkan tadi ya pak?”
59
“Setelah itu dikasih air atau disiram dulu sedikit dengan air, sabun dan spon kita siapkan dan
barulah kemudian kita gosok piringnya, seperti ini ya pak? Ayo kita sama-sama”
“Nah… sudah selesai baru kita bilas dengan air yang bersih ini ya pak? Iya betul sekali pak?”
“Kemudian kita letakkan di keranjang ini untuk mengeringkannya, jika ada kain lap boleh kita
lap dulu baru disimpan dikeranjang ini ya pak?’
“Sekarang jangan lupa untuk cuci tangan setelah kita cuci piring dan membereskan semua
perlengkapan ini ke tempat semula ya pak, ayo?”
“Jangan lupa memasukkan kegiatan latihan ke dalam jadwal kegiatan harian bapak ya?”
1. a. Evaluasi Subjektif
b. Evaluasi Objektif
“Baiklah pak, bisakah diulangi lagi apa saja peralatan yang harus kita siapkan jika
hendak mencuci piring? Dan bagaimana tadi cara-caranya?”
2. Tindak Lanjut
“Untuk bincang-bincang kita hari ini apakah sangat menyenangkan dan dapat dipahami
serta dilaksanakan pak Arthur?”
a. Topik
b. Tempat
c. Waktu
60
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 2 SP 3 DPD
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan akan berusaha melakukan dengan baik apa yang telah didiskusikan
bersama perawat, klien mengatakan jari-jari, siku, kaki sudah dikasih salep, makan cuci
tangan, sikat gigi biasanya hanya 1 x saja/hari, keramas jika ada shampo.
Tampak klien mampu melakukan diskusi dengan baik, mampu menyebut pentingnya
menjaga kebersihkan diri walau harus dibantu perawat dalam menyebut, menyebutkan cara-
cara menjaga kebersihan diri, cara makan yang benar namun tidak semua tahu/benar,
mampu mengulang apa yang telah disampaikan walau sedikit harus dimotivasi.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien tentang latihan kebersihan diri : mandi,
kermas, gunting kuku, gosok gigi yang benar.
b. Mendiskusikan cara eliminasi BAK/BAB yang baik
c. Mencontohkan pada klien cara eliminasi yang baik
d. Menyarankan klien untuk memperagakan kembali cara eliminasi yang baik
e. Menyarankan klien untuk memasukkan latihan ke dalam jadwal kegiatan harian.
I. Fase Orientasi
61
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaannya hari ini pak ? apakah tidur nyenyak semalam” bagaimana
latihan yang suster berikan? Sudah dilakukan?
3. Kontrak
a. Topik
“Pak Arthur, pada hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara eliminasi
(BAB/BAK) yang baik sesuai janji kita kemarin ya pak? Sebelum membicarakan itu
kita evaluasi dulu jadwal latihan perawatan/kebersihan diri yang benar setelah itu
tetap harus memasukkan lagi setiap latihan ke dalam jadwal bapak ya?”.
b. Tempat
c. Waktu
d. Tujuan
“Tujuan pertemuan kita kali ini yaitu ingin berbagai informasi tentang cara eliminasi
yang baik supaya bapak mengetahui cara-cara serta mampu mencontohkan dan
menerapkan langsung secara baik dan benar ya pak Arthur?”
“Pak Arthur biasanya jika hendak BAB/BAK seperti apa? Coba sampaikan kepada suster ?”
“Oh.. bagus sekali pak, tapi lebih manteb jika setelah BAB harus cuci tangan supaya kuman-
kumannya tidak lengket di tangan ya pak”
62
“Biasanya bapak kalau BAB dimana ?”
“Jika BAK biasanya selesai langsung pasang celana lagi apa disiram dulu pak> selesai BAB
biasanya cebok seperti apa pak?”
“Sudah bagus pak Arthur, namun saat mau cebok selesai BAB harus menggunakan air yang
bersih dan pastikan tidak ada tersisa tinja dan air kencing ditubuh pak Arthur ya?” cebok dari
tempat yang bersih ke yang kotor ya pak” siram sampai tidak ada lagi sisa tinja atau air
kencing, dengan demikian bapak juga mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang
ada pada kotoran/air kencing.
“Setelah selesai membersihkan tinja/air kencing, pakaian bapak harus dirapikan kembali
sebelum keluar ya? Misalnya jika celana ada resleting, harus ditutup dulu dengan rapi,
setelah itu wajib cuci tangan menggunakan sabun dengan cara 7 langkah yang sudah
diajarkan kemarin”
1. a. Evaluasi Subjektif
b. Evaluasi Objektif
“Tadikan sudah kita diskusikan bersama cara eliminasi (BAB/BAK) yang baik, bisakah
bapak mengulanginya kembali apa yang telah kita bincang-bincang barusan?”
2. Tindak Lanjut
“Diskusi/bincang-bincang kita hari ini menyenangkan dan dapat dipahami pak Arthur?”
a. Topik
63
“Pak Arthur, besok pagi kita bincang-bincang tentang apa saja? Bagaimana jika
tentang berhias/berdandan?”, tentang cara berdandan/ berhias, mencontohkan cara
berdandan setelah itu masukkan latihan kegiatan ke jadwal hariannya ya?”
b. Tempat
“Mau bincang-bincang dimana pak? Bagaimana jika dibawah pohon kecil itu?”
c. Waktu
“Besok mau jam berapa pak kita berbincang-bincangnya?” bagaimana jika jam 10.00
wib saja?
64
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PERTEMUAN 3 SP 4 DPD
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan sudah latihan menjaga kebersihan diri di hari sabtu dan minggu dan cara
makan yang baik, klien mengatakan senang dapat melakukan kegiatan, klien mengatakan
cara BAB/BAK yang benar, mengatakan cara BAK yang benar, klien mengatakan senang dapat
informasi dan berdiskusi dengan perawat, gosok gigi 2 x, makan cuci tangan, mandi, kermas
tetapi tidak pakai shampo.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
I. Fase Orientasi
65
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaannya hari ini pak ? apakah tidurnya nyenyak semalam” Bagaimana
latihannya ada dilakukan tidak pak?”
3. Kontrak
a. Topik
“Pak Arthur, pada pagi ini kita akan bincang-bincang tentang cara berdandan yang
baik ya… setelah itu jangan lupa memasukkan jadwal harian bapak ya?”.
b. Tempat
“Kita mau berbincang-bincang dimana pak Arthur? Bagaimana jika disini saja ?”
c. Waktu
d. Tujuan
“Dimana tujuan pertemuan kita kali ini adalah supaya bapak mengetahui cara
berdandan yang baik sehingga mampu menerapkan untuk sehari-harinya?.
“Selain yang bapak sebutkan tadi ada juga, yaitu berpenampilan harus rapi, sesuai, cukuran,
sisiran, kalau ada minyak rambut juga ya pak?”
“Sekarang suster contohin ya, baju, celana, sisiran, minyak ramut, jiak ada kumis dan jenggot
harus dicukur dulu ya pak, biar rapi, seperti ini?”
66
“Tidak sulit kan pak cara berdandan yang baik?”
1. a. Evaluasi Subjektif
b. Evaluasi Objektif
“Tadikan sudah kita diskusikan tentang cara-cara berdandan yang baik, bisakah
bapak mengulangi kembali?”
2. Tindak Lanjut
“Bincang-bincang kita hari ini menyenangkan dan dapat dipahami tidak pak Arthur?”
a. Topik
“Pak Arthur, besok kita akan berbincang-bincang tentang apa ya? Bagaimana jika
tentang kemampuan dan aspek positif yang bapak miliki saja? Setelah itu bapak
menilai dari hal-hal positif yang baik bapak miliki yang mana yang akan/ingin bapak
latih sesuai kemampuan bapak?”
b. Tempat
“Kita bincang-bincangnay dimana pak? Bagaimana jika didekat tempat air itu saja?”
c. Waktu
“Besok mau jam berapa pak kita berbincang-bincangnya?” bagaimana jika jam 10 an
saja?
67
Data pasien : berkenalan yang benar dengan orang
lain.
- Klien mengatakan malas dan takut untuk
berinteraksi/bergaul dengan orang lain, klien
mengatakan lebih enak sendiri, klien mengatakan
Objektif :
hanya memiliki 4 teman yang dekat, klien
mengatakan tidak mau kontak mata karena takut - Kontak mata sangat kurang
dipelototin. - Tampak bingung
- Klien tampak sendiri dipojok dekat pohon, klien - Sering terdiam
tampak merangkul kaki (kadang-kadang), klien - Tidak banyak bicara jika tidak
tampak kontak mata sangat kurang saat ditanya.
berkomunikasi, klien tampak sering diam dan Analisa :
menatap ke bawah, klien tampak bingung.
Masalah isolasi social Belum teratasi
68
orang atau lebih.
- Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan
Ttd
latihan berbincang-bincang (berkenalan) dalam
kegiatan harian (jadwal), pada tanggal 19 Maret
2014 pukul 09.00 wib.
Perawat
69
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
70
- Memberikan reinforcement.
- Menyarankan pada klien untuk memasukkan
kegiatan.
Ttd
Perawat
71
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
72
- Evaluasi jadwal latihan memperkenalkan diri dan
berkenalan dengan 1 orang, 2 orang dan 4 orang.
- Anjurkan klien untuk memperagakan cara
berkenalan dan memperkenalkan diri pada 1-4
orang.
- Motivasi klien untuk latihan berkenalan dan
memperkenalkan diri dengan 1, 2 dan 4 orang dan
beri reinforcement.
- Anjurkan untuk memasukkan ke dalam jadwal
harian klien.
Ttd
Perawat
73
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien Tampak sudah sering melakukan kontak
(menanyakan berkenalan dengan 1-4 orang dan mata walau hanya sebentar, mampu
memperkenalkan diri. menyampaikan perasaan dengan baik,
- Memotivasi klien untuk memperagakan cara masih suka menunduk kadang-kadang,
berkenalan dan memperkenalkan diri pada 1-4 menjawab singkat setiap pertanyaan.
orang.
- Memberikan reinforcement.
- Menganjurkan klien untuk memasukkan kegiatan Analisa :
ke dalam jadwal harian.
Isolasi Sosial belum teratasi.
74
diri (berbincang-bincang) dengan
teman-temannya.
- Menyarankan klien untuk
memasukkan jadwal kegiatan
harian ke dalam jadwal harian.
Ttd
Perawat
75
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Objektif :
Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial
Tampak klien masih suka menunduk
saat bicara, kontak mata sudah agak
sering, tampak masih jarang memulai
Tindakan keperawatan :
pembicaraan, berjabat tangan saat
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien latihan berkenalan, tersenyum, ada kontak
berkenalan dengan 1, 2, 4 orang dan mata, badan sedikit membungkuk.
memperkenalkan diri.
- Melanjutkan latihan berkenalan dan
memperkenalkan diri pada 5 orang. Analisa :
- Menyarankan untuk memasukkan latihan
Isolasi Sosial belum teratasi.
berkenalan dan memperkenalkan diri pada 5 orang
ke dalam jadwal harian klien.
76
Rencana tindak lanjut perawat :
Ttd
Perawat
77
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
78
latihan ke dalam jadwal harian. Planning klien :
Ttd
Perawat
79
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
80
Analisa :
Ttd
Perawat
Implementasi Evaluasi
81
Selasa, 1 april 2014, 14.00 WIB Subjektif :
82
Rencana Tindak Lanjut Perawat:
83
Implementasi Evaluasi
84
- Evaluasi jadwal kegiatan harian klien kegiatan latihan kedalam jadwal
latihan kegiatan kegiatan harian klien
- Diskusikan kemampuan menyapu dan
mengepel
- Diskusikan kemampuan menyuci
piring
- Contohkan kemampuan menyapu,
ngepel dan menyuci piring
- Sarankan klien untuk memperagakan
kembali apa yang telah di contohkan
- Beri pujian sewajarnya
- Anjurkan untuk memasukan latihan Ttd
kedalam jadwal kegiatan harian klien
Perawat
Implementasi Evaluasi
85
piring, menyapu, mengepel, membersihkan ember/baskom berisi air bersih, selang atau
kamar mandi, selama disini jarang bahkan air yang mengalir, tempat/ keranjang untuk
sudah tidak pernah karena ada yang petugas tempat yang sudah bersih. Klien selama disini
perintah / percaya, paling bersihkan got/ sikat belum pernah lagi mencuci piring/ gelas/
selokan, menyapu dan mengepel jika disuruh sendok, senang dapat melakukan cuci piring.
saja,yang lain tidak pernah.
Objektif :
Tampak klien mampu mengungkapkan
Tampak klien melakukan tugas yang diberikan
kemampuan positifnya, menyapu, mengepel,
perawat secara mandiri, mampu mengikuti
mencuci piring, cuci / bersihkan kamatr
diskusi dengan baik, mampu mengungkapkan
mandi, merapikan tempat tidur, tampak
pendapat tentang alat-alat yang digunakan
mampu memilih kegiatan yang akan/ yang
untuk mencuci piring, mampu memperagakan
ingin dilatih yaitu menyapu dan mengepeldan
kembali cara- cara mencuci piring yang benar,
mencuci piring untuk besoknya. Mampu
tampak bersemangat dan mampu
menyebutkan peralatan yang harus disiapkan
menyelesaikan cuci piring dengan baik,
untuk menyapu dan mengepel serta mampu
tampak santai dan komunikasi tetap ada, saat
memperagakan kembali cara-cara kegiatan
bicara kontak mata selalu ada
menyapu dan mengepel yang benar, kontak
sudah sering dan bicara berhadapan.
Analisa :
86
- Memberikan pujian sewajarnya
- Menyarankan klien untuk memasukan
kedalam jadwal kegiatan harian.
87