Overview Pedoman
Overview Pedoman
Overview Pedoman
Dari Laporan Situasi Perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia sampai dengan kegiatan monitoring dan
September 2011 tercatat jumlah ODHA yang mendapatkan terapi ARV sebanyak evaluasi
22.843 dari 33 provinsi dan 300 kab/kota
TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS SASARAN
Evaluasi sinyal untuk
menilai frekuensi,
distribusi, keterkaitan Kementerian Kesehatan (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan/Ditjen
secara klinis, dan Binfar dan Alkes, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
kausalitas KTD/ESO di Lingkungan/Ditjen PP dan PL, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan/Ditjen BUK).
Tujuan Umum populasi pengguna obat
HIV dan AIDS sehingga Mengkomunikasikan
risiko dan faktor risiko umpan balik dan
memberikan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), Balai Besar/Balai POM (BB/BPOM).
• membangun sistem farmakovigilans untuk Identifikasi sinyal
KTD/ESO pada
keamanan obat dapat
diukur. rekomendasi kepada
pihak terkait, serta
memantau keamanan penggunaan obat HIV dan penggunaan obat HIV
dan AIDS. memberikan informasi
AIDS dan keselamatan pasien, dengan pada masyarakat terkait
keamanan obat HIV dan Tim Ahli terkait.
mengumpulkan informasi terkait efek penggunaan AIDS.
mekanisme pelaporan
Indonesia masuk dalam 5 besar dari 22 negara yang mempunyai beban TB yang tinggi
penyelenggaraan
TB farmakovigilans
penilaian kausalitas KTD/ESO
Peningkatan kasus TB terkait dengan tingginya kejadian HIV. Dengan percepatan peningkatan
kasus HIV yang tinggi maka berdampak pada peningkatan jumlah kasus TB di Indonesia
obat TB organisasi (peran dan tanggung jawab
masing-masing pemangku kepentingan)
di setiap jenjang
WHO memperkirakan proporsi kasus TB anak di dunia mencapai 8,0%-15,0% dari semua kasus
TB, sementara di Indonesia proporsinya sebesar 8,3%
kegiatan monitoring dan
evaluasi
TUJUAN UMUM TUJUAN UMUM SASARAN
Kementerian Kesehatan (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan/Ditjen Binfar dan
• membangun sistem farmakovigilans Alkes, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan/Ditjen PP dan PL,
untuk memantau keamanan penggunaan Tujuan khusus Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan/Ditjen BUK ).
obat TB dan keselamatan pasien, dengan
mengumpulkan informasi terkait efek • Menyelaraskan persepsi dan kejelasan peran masing-masing pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), Balai Besar/Balai POM (BB/BPOM).
penggunaan obat dan mengembangkan terkait, baik di tingkat pusat dan daerah, sehingga koordinasi
deteksi dini masalah keamanan, serta
mengkomunikasikan dengan pihak kegiatan pelaksanaan farmakovigilans lebih terstruktur.
terkait untuk dapat ditetapkan langkah • Identifikasi sinyal KTD/ESO pada penggunaan obat TB. Tim Ahli terkait.
tindak lanjut yang cepat dan tepat dalam • Evaluasi sinyal untuk menilai frekuensi, distribusi, keterkaitan
rangka mendukung keberhasilan secara klinis, dan kausalitas KTD/ESO di populasi pengguna obat
program penanggulangan TB
TB sehingga risiko dan faktor risiko keamanan obat dapat diukur. Penanggung jawab Program TB dan Farmasi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
• Mengkomunikasikan umpan balik dan memberikan rekomendasi
Tujuan kepada pihak terkait, serta memberikan informasi pada masyarakat
terkait keamanan obat TB. Tenaga Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Dokter, Apoteker, Sarjana Kesehatan Masyarakat, Bidan,
Perawat, Asisten Apoteker).
mekanisme pelaporan
Insiden Malaria pada penduduk Indonesia tahun 2013 adalah 1,9 persen menurun
dibanding tahun 2007 (2,9%)
penyelenggaraan
Malaria farmakovigilans
penilaian kausalitas KTD/ESO
perlu dibuat suatu acuan berupa pedoman teknis bagi pelaksanaan pemantauan dan
pelaporan kejadian tidak diinginkan/efek samping obat (KTD/ESO) yang terstruktur
kegiatan monitoring dan
evaluasi
TUJUAN UMUM TUJUAN UMUM SASARAN
Kementerian Kesehatan (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan/Ditjen Binfar dan
Alkes, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan/Ditjen PP dan PL,
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan/Ditjen BUK).
• membangun sistem farmakovigilans untuk
memantau keamanan penggunaan obat • Menyelaraskan persepsi dan kejelasan peran masing-masing pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), Balai Besar/Balai POM (BB/BPOM).
malaria dan keselamatan pasien, dengan terkait, baik di tingkat pusat dan daerah, sehingga koordinasi kegiatan
pelaksanaan farmakovigilans lebih terstruktur.
mengumpulkan informasi terkait efek • Identifikasi sinyal KTD/ESO pada penggunaan obat malaria.
Tim Ahli terkait.
penggunaan obat dan mengembangkan • Evaluasi sinyal untuk menilai frekuensi, distribusi, keterkaitan secara
Tujuan Tujuan klinis, dan kausalitas KTD/ESO di populasi pengguna obat malaria
Umum deteksi dini masalah keamanan, serta khusus sehingga risiko dan faktor risiko keamanan obat dapat diukur.
mengkomunikasikan dengan pihak terkait • Mengkomunikasikan umpan balik dan memberikan rekomendasi Penanggung jawab Program Malaria dan Farmasi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
kepada pihak terkait, serta memberikan informasi pada masyarakat
untuk dapat ditetapkan langkah tindak terkait keamanan obat malaria.
lanjut yang cepat dan tepat dalam rangka • Mendeteksi masalah lainnya yang terkait dengan KTD/ESO obat Tenaga Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Dokter, Apoteker, Sarjana Kesehatan Masyarakat,
malaria yaitu masalah administrasi, penyimpanan dan kualitas obat
mendukung keberhasilan program Bidan, Perawat, Asisten Apoteker).
penanggulangan malaria
Industri Farmasi yang memproduksi obat program.
Spontaneous Reporting System (SRS) Cohort Event Monitoring (CEM) Targeted Spontaneous Reporting (TSR)
• Administrasi lebih sederhana dan membutuhkan lebih sedikit tenaga • Diperoleh data KTD/ESO yang lengkap untuk obat tertentu • Lebih sederhana, biaya lebih murah dan membutuhkan sedikit tenaga dibandingkan
• Biaya murah • Efektif dalam mengidentifikasi sinyal CEM
• Memiliki potensi untuk mengidentifikasi masalah yang sangat jarang yang • Diperoleh hubungan antara manifestasi KTD/ESO dengan faktor risiko • TSR menunjukkan pemantauan rutin dari pasien
Kelebihan berhubungan dengan penggunaan obat Kelebihan • Dapat dilakukan perbandingan profil keamanan antar obat yang akurat • KTD/ESO lebih fokus sesuai dengan prioritas
• Pusat farmakovigilans dan tenaga kesehatan pada umumnya lebih mengenal • Dapat mendeteksi lack of eficacy atau medication error dan pengobatan yang tidak • Form pelaporan seperti yang digunakan dalam SRS
metode ini sesuai, interaksi obat, serta terjadinya resistensi atau penggunaan obat palsu
Kelebihan • Tersedianya data dan insiden yang terukur
• Meliputi pemantauan terhadap seluruh obat-obatan yang dipasarkan • Dapat diperoleh data penyebab kematian dan angka kematian karena KTD/ESO • Dapat menggunakan data sistem farmakovigilans yang sudah tersedia
• Meningkatkan hubungan antara program kesehatan dan pusat farmakovigilans
• Cenderung untuk mengidentifikasi KTD/ESO yang belum dikenal
sebelumnya/yang tidak terduga
• Data yang dikumpulkan tidak lengkap, baik secara kualitas maupun kuantitas
• Metode membutuhkan lebih banyak tenaga untuk mendapatkan informasi awal dan
• Kemungkinan adanya KTD/ESO tidak dilaporkan, sementara untuk KTD/ESO melakukan tindak lanjut pengobatan
yang dilaporkan datanya terlalu luas/tidak spesifik
• Membutuhkan lebih banyak biaya dibandingkan SRS
• Data terbatas sehingga risiko tidak terukur dan tidak dapat menetapkan faktor • Metode ini tergantung pada kesediaan individu untuk dipantau dan dilaporkan,
risiko • Kemungkinan pasien tidak melakukan pengobatan lanjutan sehingga tidak dapat
Kekurangan Kekurangan ditindaklanjuti
sehingga terdapat ketidakakuratan jumlah individu dengan KTD/ESO yang
• Terdapat bias yang besar dalam pelaporan dipantau dan dilaporkan
• Memerlukan tenaga ahli dalam pendataan KTD/ESO sehingga diperlukan Kekurangan • Pelaporan kurang lengkap
• Kematian akibat KTD/ESO tidak terdata dengan lengkap pelatihan
• Diperlukan studi lanjutan untuk memperoleh data yang akurat misalnya pada • Adanya keterbatasan pengalaman menggunakan metode TSR dan teknik perlu diuji
• Tidak dapat mendeteksi KTD/ESO yang sangat jarang di lapangan.
populasi khusus seperti ibu hamil dan anak-anak serta informasi khusus lainnya
METODE PENYELENGGARAAN PENYELENGGARAN FARMAKOVIGILANS OBAT
PENYELENGGARAN FARMAKOVIGILANS
FARMAKOVIGILANS OBAT MALARIA MALARIA
Investigasi • Mengkoordinasi dan melakukan rekapitulasi laporan KTD/ESO dari Dinkes Kab/Kota di wilayahnya.
• Melakukan analisa deskriptif terhadap pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pelaporan masing-masing
Pemerintah Kab/Kota. Analisa deskriptif meliputi rekapitulasi dari jumlah fasyankes yang mengirim laporan, jumlah
pasien yang berobat, jumlah pasien yang mengalami KTD/ESO dan jumlah KTD/ESO baik serius
maupun non serius (ringan).
• Kementerian Kesehatan (Ditjen PP dan PL, Ditjen Binfar dan Alkes, Ditjen BUK, Dinkes • Melakukan rekapitulasi KTD/ESO yang diperoleh dari seluruh Dinkes Kab/Kota di wilayahnya dengan
menggunakan formulir rekapitulasi KTD/ESO untuk Dinkes Provinsi (sesuai lampiran 2C).
Pelatihan
PENGORGANISASIAN FARMAKOVIGILANS PENGORGANISASIAN FARMAKOVIGILANS PENGORGANISASIAN FARMAKOVIGILANS