KRISIS HIPERTENSI
Disusun Oleh:
1102014251
Pembimbing:
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan
bertambah; terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita
hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau
dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi
ini sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita
hipertensi akan merusak jantung), ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya.
berlanjut menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70
tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan
darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat
2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Definisi
peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi, dimana tekanan darah sistolik
> 180mmHg dan tekanan darah diastolic > 120 mmHg. Krisis Hipertensi dibagi
menjadi hipertensi urgensi dan Hipertensi emergensi berdasarkan ada atau tidaknya
atau diastolik ≥120 mm Hg) tanpa disertai kerusakan target organ yang bersifat
progresif.
Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan organ target yang bersifat
progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam hitungan menit
sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan organ,
sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam)
2.2. Epidemiologi
Dalam sebuah baru-baru ini 1.000 kasus — dari 333.407 pasien — secara
Dari 1.546 kasus hipertensi, 25,3% dari mereka dilaporkan sebagai keadaan
pada pasien dengan hipertem yang tidak diketahui sebelumnya Mengenai gejala,
mayoritas dari pasien krisis hipertensi melaporkan gejala tidak spesifik seperti sakit
3
kepala tanpa defisit neurologis, pusing, muntah, jantung berdebar. Selain itu, gejala
yang berhubungan dengan jantung (dispnea, nyeri dada, aritmia, dan sinkop) adalah
gejala yang kurang umum pada krisis hipertensi .Pada hipertensi emergensi,
mayoritas dari pasien mengalami edema paru akut, , dan infark miokard. Diagnosis
yang lebih jarang adalah diseksi aorta akut, gagal ginjal akut, dan ensefalopati
hipertensi .
Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat.
Kehamilan
Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
Pengguna NAPZA
Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala,
penyakit vaskular/ kolagen)
4
2.4. Klasifikasi Hipertensi
berlanjut menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70
tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan
darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat
2.5. Patofisiologi
diastolik meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam.
Hal ini dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta
terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan
5
eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan
klinis kelainan ginjal dan merupakan gejala paling terpercaya dari hipertensi
maligna.
penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-
160 mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga
tidak mampu lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan
menyebabkan kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada
hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi.
norefinefrin yang menetap atau berkala. Aliran darah ke otak pada penderita
hipertensi kronis tidak mengalami perubahan bila Mean Arterial Pressure ( MAP )
120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan pada penderita hipertensi baru dengan MAP
diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiper kapnia, autoregulasi menjadi lebih
sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan yang sedikit saja
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
6
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi
pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
7
2.6. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang
terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan
diseksi aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan
kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan
ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah
darah neurologi
kesadaran,
kejang.
kenaikan TD, bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat
8
gangguan ginjal dan kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik >
hipertensi baru dengan penghentian obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi
2.6. Diagnosis
Diagnosis hipertensi emergensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena
hasil terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu
menunggu hasil pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang
minimal kita sudah dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.
2.6.1 Anamnesis 2
Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting
ditanyakan :
a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
c. Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.
d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang )
f. Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem
paru, nyeri dada ).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.
9
2.6.2 Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua
lengan, mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah
jantung kongestif, diseksi aorta ). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas.
Auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising
jantung dan ronki paru.
Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi
ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta
lain seperti penyakit jantung koroner.
2.6.3 Pemeriksaan penunjang
2.7. Penatalaksanaan
darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah
dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak
10
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak
iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1
menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi
yang diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip, bukan injeksi). Obat yang
cukup sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila
tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah
Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg,
Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus
dirawat inap.
Biasa Mendesak
Tekanan > 180/110 > 180/110 > 220/140
darah
(mmHg)
Gejala Sakit kepala, Sakit kepala hebat, Sesak napas, nyeri dada,
kecemasan; sesak napas nokturia, dysarthria,
sering kali tanpa kelemahan, kesadaran
gejala menurun
Pemeriksaan Tidak ada Kerusakan organ Ensefalopati, edema paru,
kerusakan organ target; muncul klinis insufisiensi ginjal, iskemia
target, tidak ada penyakit jantung
penyakit kardiovaskuler, stabil
kardiovaskular
Terapi Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat Pasang jalur IV, periksa
memulai/teruskan oral berjangka kerja laboratorium standar, terapi
obat oral, pendek obat IV
naikkan dosis
11
Rencana Periksa ulang dalam Periksa ulang dalam 24 Rawat ruangan/ICU
3 hari jam
Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak
(urgency) dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4: Obat hipertensi oral
Obat Dosis Efek / Lama Kerja Perhatian khusus
Captopril 12,5 - 25 mg 15-30 min/6-8 jam Hipotensi, gagal ginjal,
PO; ulangi per ; SL 10-20 stenosis arteri renalis
30 min ; SL, 25 min/2-6 jam
mg
Clonidine PO 75 - 150 ug, 30-60 min/8-16 jam Hipotensi, mengantuk,
ulangi per jam mulut kering
Propanolol 10 - 40 mg PO; 15-30 min/3-6 jam Bronkokonstriksi, blok
ulangi setiap 30 jantung, hipotensi
min ortostatik
Nifedipine 5 - 10 mg PO; 5 -15 min/4-6 jam Takikardi, hipotensi,
ulangi setiap 15 gangguan koroner
menit
SL, Sublingual. PO, Peroral
Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk
pemakaian parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat
dilihat pada tabel 5
12
Nitrogliserin 500-100 mg 2-5 min /5-10 Sakit kepala, takikardia,
sebagai infus min muntah, , methemoglobinemia;
IV membutuhkan sistem
pengiriman khusus karena obat
mengikat pipa PVC
Nicardipine 5-15 mg / jam 1-5 min/15- Takikardi, mual, muntah, sakit
sebagai infus 30 min kepala, peningkatan tekanan
IV intrakranial; hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp 30-60 min/ Ensepalopati dengan gangguan
per 250 cc 24 jam koroner
Glukosa 5%
mikrodrip
5-15 1-5 min/ 15- Takikardi, mual, muntah, sakit
Diltiazem ug/kg/menit 30 min kepala, peningkatan tekanan
sebagi infus IV intrakranial; hipotensi
emergensi dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang
Darah
mungkin
13
AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside, Sekunder untuk bantuan
nicardipine iskemia
labetalol jam
labetalol jam
katekolamin jam
ensefalopati jam
jam
14
2. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan
dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5 menit,
duration of action 3 – 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus i. V. Efek
samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.
3. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i. V
bolus. Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of action
4 – 12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 – 75 mg setiap
5 menit sampai TD yang diinginkan. Efek samping : hipotensi dan shock, mual,
muntah, distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.
4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 – 1
jam, i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis : 10 – 20 mg i.v bolus
: 10 – 40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta
Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi
volume intravaskular. Efeksamping : refleks takhikardi, meningkatkan stroke
volume dan cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut dll.
5. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action 15 –
60 menit. Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
6. Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers.
Terutama untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 – 20
mg secar i.v bolus atau i.m. Onset of action 11 – 2 menit, duration of action 3 – 10
menit.
7. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi
sistem simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus i.v. Onset
of action : 1 – 5 menit. Duration of action : 10 menit. Efek samping : opstipasi,
ileus, retensia urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut kering.
8. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 – 80 mg
secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action 5 –
10 menit Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala,
bradikardi, dll. Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam,
duration of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons unpredictable dan
komplikasi lebih sering dijumpai.
15
9. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf
simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 – 60
menit, duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + )
demam, gangguan gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset of
actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai
untuk terapi awal.
10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-
pelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan
titrasi dosis. Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam
atau beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa
sakit pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma
putus obat.
16
palpitasi, keringat banyak dan tremor. Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.
17
DAFTAR PUSTAKA
18