Anda di halaman 1dari 18

Demokrasi di Indonesia

Dosen :

Disusun Oleh : Dea Fajar Herlyanda

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel


Surabaya
2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Demokrasi”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
………. di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk
itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada Dosen saya yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Sidoarjo, 04 November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................


KATA PENGANTAR ...........................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Hakikat Demokrasi ..................................................................
2.2 Alasan Pelaksanaan Demokrasi di Masyarakat ................................................
2.3 Demokrasi di Indonesia ....................................................................................
2.4 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia ...............................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................
3.2 Saran .................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Demokrasi merupakan salah satu bentuk sistem pemerintahan yang ada di
dunia. Sistem pemerintahan ini berpusat pada rakyatnya. Setiap penduduk yang telah
memcapai usia dewasa telah memiliki hak suara didalam pengambilan keputusan suatu
negara. Banyak negara demokrasi hanya memberikan hak pilih kepada warga yang
telah melewati umur tertentu, misalnya umur 18 tahun, dan yang tak memliki catatan
kriminal (misal, narapidana atau bekas narapidana).
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam
tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat
yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara
ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling
mengontrol. Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga
pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan
kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang memiliki berwenang
menyelenggarakan kekuasaan yudikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR
untuk Indonesia) memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Dibawah
sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib
bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan
yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan
peraturan.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dan hakikat demokrasi ?
2. Bagaimana alasan pelaksanaan demokrasi di masyarakat ?
3. Bagaimana demokrasi di Indonesia ?
4. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia ?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulisan ini bertujuan untuk :
1. Memahami lebih mendalam tentang pengertian dan hakikat demokrasi
2. Mengetahui apa alasan pelaksanaan demokrasi dimasyarakat
3. Mengerti tentang perkembangan demokrasi di Indonesia
4. Mengetahui pelaksanaan demokrasi di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Hakikat Demokrasi


Secara garis besar demokrasi adalah sebuah sIstem soSial politik modern yang paling
baik dari sekian banyak sIstem maupun ideologi yang dewasa ini. Menurut pakar
hukum Moh. Mahfud MD, ada dua alasan pilihanya demokrasi sebagai sistem
bermasyarakat dan bernegara.
 Hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi
sebagai asas yang fundamental
 Demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi
peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi
tertingginya
Secara etimologis ”demokrasi” terdiri dari dua kata yunani yaitu ”demos” yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan ”cratein” atau ”cratos” yang berarti kekuasaan
atau kedaulatan. Gabungan dua kata demos-cratein atau demos-cratos (demokrasi)
memiliki arti suatu keadaan negara di mana dalam sistem pemerintahanya kedaulatan
berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat,
rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat. Sedangkan
pengertian demokrasi secara istilah atau terminologi adalah seperti yang dinyatakan
oleh para ahli sebagai berikut:
a) Joseph A. Schmeter mengatakan demokrasi merupakan suatu perencanaan
institusional untuk mencapai keputusan politik di mana individu-individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara 4 perjuangan kompotitif atas
suara rakyat.
b) Sidney Hook berpendapat demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana
keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak
langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari
rakyat dewasa.
c) Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl menyatakan demokrasi sebagai
suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas
tindakan-tindakan mereka diwilayah publik oleh warga negara, yang bertindak
secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama dengan para wakil
merekayang telah terpilih.
d) Henry B. Mayo menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu
sistem yang menunjukan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas
oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-
pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.

2.2 Alasan Pelaksanaan Demokrasi di Masyarakat


Demokrasi adalah sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Demokrasi adalah memperbincangkan tentang kekuasaan, atau lebih tepatnya
pengelolaan kekuasaan secara beradab. Demokrasi pada dasarnya adalah aturan orang
(people rule), dan di dalam sistem politik yang demokratis warga mempunyai hak,
kesempatan, dan suara yang sama didalam mengatus pemerintahan di dunia publik.
Demokrasi adalah keputusan berdasarkan suara terbanyak. Di Indonesia, pergerakan
nasional juga mencitacitakan pembentukan negara demokratis yang berwatak anti-
feodolisme dan anti-imperialisme, dengan tujuan untuk membentuk masyarakat
madani. Masyarakat madani merupakan suatu bentuk hubungan negara dan warga
masyarakat (sejumlah kelompok sosial) yang dikembangkan atas dasar toleransi dan
menghargai satu sama lainnya. Landasan demokrasi adalah keadilan, dalam arti
terbukanya peluang kepada semua orang, dan berarti juga otonomi atau kemandirian
dari orang yang bersangkutan untuk mengatur hidupnya, sesuai dengan apa yang dia
ingini. Maka dari itu terbentuklah otonomi daerah. Otonomi daerah dapat diartikan
sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang
dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat.

2.3 Demokrasi di Indonesia


Demokrasi diIndonesia sudah mengalami kemajuan yang pesat. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan dibebaskan menyelenggarakan kebebasan pers, kebebasan
masyarakat dalam berkeyakinan, berbicara, berkumpul, mengeluarkan pendapat,
mengkritik bahkan mengawasi jalannya pemerintahan. Tapi bukan berarti demokrasi
di Indonesia saat ini sudah berjalan sempurna. Masih banyak persoalan yang muncul
terhadap pemerintah yang belum sepenuhnya bisa menjamin kebebasan warga
negaranya. Seperti meningkatnya angka pengangguran, bertambahnya kemacetan di
jalan, semakin parahnya banjir, dan masalah korupsi. Dalam kehidupan berpolitik di
setiap negara yang kerap selalu menikmati kebebasan berpolitik namun tidak semua
kebebasan berpolitik berjalan sesuai dengan yang diinginkan, karena pada hakikatnya
semua sistem politik mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing.
Demokrasi adalah sebuah proses yang terus menerus merupakan gagasan dinamis yang
terkait erat dengan perubahan. Jika suatu negara mampu menerapkan kebebasan,
keadilan, dan kesejahteraan dengan sempurna, maka negara tersebut adalah negara
yang sukses menjalankan sistem demokrasi. Sebaliknya, jika suatu negara itu gagal
menggunakan sistem pemerintahan demokrasi, maka negara itu tidak layak disebut
sebagai negara demokrasi. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia yang
menganut system pemerintahan yang demokrasi, kita sudah sepatutnya untuk terus
menjaga, memperbaiki, dan melengkapi kualitas-kualitas demokrasi yang sudah ada.
Demi tercapainya suatu kesejahteraan, tujuan dari cita-cita demokrasi yang
sesungguhnya akan mengangkat Indonesia kedalam suatu perubahan.
2.4 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia terbagi menjadi beberapa periode, yaitu:
1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi (1945-1950)
Tahun 1945-1950 Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin
kembali ke Indonesia. Pada masa itu penyelenggaraan pemerintahan dan
demokrasi Indonesia belum berjalan baik. Hal itu disebabkan masih adanya
revolusi fisik. Berdasarkan pada konstitusi negara, yaitu UUD 1945, Indonesia
adalah negara demokrasi yang berkedaulatan rakyat. Masa pemerintahan tahun
1945-1950 mengindikasikan keinginan kuat dari para pemimpin negara untuk
membentuk pemerintahan demokrasi. Pada awalnya, pemerintahan Indonesia
menunjukkan adanya sentralisasi kekuasaan pada divi presiden sehubungan belum
terbentuknya lembaga-lembaga politik demokrasi, misalnya belum terbentuknya
MPR dan DPR. Hal ini termuat dalam pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang
berbunyi “Sebelum MPR, DPR, dan DPA dibentuk menurut UUD ini, segala
kekuasaannya dijalankan oleh presiden dengan bantuan sebuah komite nasional”.
Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara absolut,
pemerintah melakukan serangkaian kebijakan untuk menciptakan pemerintahan
demokratis. Kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Maklumat Pemerintah No. X Tanggal 16 Oktober 1945 tentang
Perubahan Fungsi KNIP menjadi Fungsi Parlemen.
b) Maklumat Pemerintah Tanggal 03 November 1945 mengenai
pembentukan Partai Politik.
c) Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945 mengenai
Perubahan dari Kabinet Presidensial ke Kabinet Parlementer.
Demikian kebijakan tersebut, terjadi perubahan dalam system pemerintahan
di Indonesia. Sistem pemerintahan berubah menjadi system pemerintahan
parlementer. Cita-cita dan proses demokrasi masa itu terhambat oleh revolusi fisik
menghadapi Belanda dan pemberontakan PKI Madiun Tahun 1948. pada masa-
masa kritis tersebut, kepemimpinan dwitunggal Soekarno-Hatta berperan kembali
dalam pemerintahan nasional. Pada akhir tahun 1949, pemerintahan kembali ke
system Presidensial.
2. Pelaksanaan demokrasi pada masa orde lama
a) Masa demokrasi liberal
Masa antara tahun 1950-1959 ditandai dengan suasana dan semangat yang
ultra-demokratis. Kabinet berubah ke system parlementer, sedangkan
dwitunggal Soekarno-Hatta dijadikan symbol dengan kedudukan sebagai
kepala negara. Demokrasi yang dipakai adalah demokrasi parlementer atau
demokrasi liberal. Masa demokrasi parlementer dapat dikatakan sebagai masa
kejayaan demokrasi karena hampir semua unsur-unsur demokrasi dapat
ditemukan dalam perwujudannya. Unsur-unsur tersebut meliputi peranan yang
sangat tinggi pada parlemen, akuntibilitas politis yang tinggi, berkembangnya
partai politik, pemilu yang bebas, dan terjaminnya hak politik rakyat. Namun
proses demokrasi masa itu telah dinilai gagal dalam menjamin stabilitas politik,
kelangsungan pemerintahan, dan penciptaan kesejahteraan rakyat. Kegagalan
praktik demokrasi liberal tersebut disebabkan karena:
 Dominannya politik aliran, artinya berbagai golongan politik dan
partai politik sangat mementingkan kelompok atau alirannya sendiri
daripada mengutamakan kepentingan bangsa.
 Landasan sosial ekonomi rakyat yang masih rendah.
 Tidak mempunyai para anggota konstituante bersidang dalam menetapkan
dasar negara sehingga keadaan menjadi berlarut-larut.
Hal ini menjadikan Presiden Soekarno segera mengeluarkan Dekrit Presiden
tanggal 05 Juli 1959 yang isinya:
 Menetapkan pembubaran konstituante
 Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali sebagai konstitusi negara
dan tidak berlakunya UUDS 1950
 Pembentukan MPRS dan DPAS
b) Masa demokrasi terpimpin
Masa antara tahun 1959-1965 adalah masa demokrasi terpimpin. Demokrasi
terpimpin berawal dari ketidaksenangan Presiden Soekarno terhadap partai-
partai politik yang dinilai lebih mengedepankan kepentingan partai dan
ideologinya masing-masing, serta kurang memperhatikan kepentingan yang
lebih luas. Pengertian dasar demokrasi terpimpin menurut ketetapan MPRS No.
VIII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan / perwakilan yang berintikan musyawarah untuk
mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif
revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri-ciri sebagai berikut:
 Dominasi presiden
 Terbatasnya peran partai politik
 Berkembangnya pengaruh PKI dan militer sebagai kekuatan social politik
di Indonesia.
Demokrasi terpimpin yang dijalankan oleh Presiden Soekarno ternyata
menyimpang dari prinsip-prinsip negara demokrasi. Penyimpangan-
penyimpangan tersebut antara lain:
 Mengaburnya sistem kepartaian dan lemahnya peranan partai politik
 Peranan parlemen yang lemah
 Jaminan hak-hak dasar warga negara masih lemah
 Terjadinya sentralisasi kekuasaan pada hubungan antara pusat dan
daerah
 Terbatasnya kebebasan pers
Akhir dari demokrasi terpimpin memuncak dengan adanya pemberontakan
G30 S/PKI pada tanggal 30 September 1965. Demokrasi terpimpin berakhir
karena kegagalan Presiden Soekarno dalam mempertahankan keseimbangan
antara kekuatan yang ada disisinya, yaitu PKI dan militer yang sama-sama
berpengaruh. Saat itu PKI ingin membentuk angkatan kelima, sedangkan militer
tidak menyetujui pembentukan tersebut. Akhir dari demokrasi terpimpin
ditandai dengan keluarnya Surat Perintah tanggal 11 Maret 1966 dari Presiden
Soekarno kepada Jendral Soeharto untuk mengatasi keadaan.
3. Pelaksanaan demokrasi pada masa orde baru
Masa orde baru dimulai tahun 1966. Pemerintahan Orde Baru mengawali jalannya
pemerintahan dengan tekad melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen. Orde Baru menganggap bahwa penyimpangan terhadap Pancasila
dan UUD 1945 adalah sebab utama kegagalan dari pemerintahan sebelumnya.
Orde Baru adalah tatanan peri kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara
Indonesia atas dasar pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Demokrasi yang dijalankan dinamakan demokrasi yang didasarkan
atas nilai-nilai dari sila-sila pada pancasila. Pemerintahan orde baru diawali
dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret sampai tahun 1968 dengan
pengangkatan Jendral Soeharto sebagai Presiden RI. Orde baru melanjutkan
pembangunan demokrasi berdasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam UUD
1945. Semua Lembaga negara, seperti MPR dan DPR dibentuk. Orde baru juga
berhasil menyelenggarakan pemilihan umum secara periodik, yaitu pada tahun
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Untuk berjalannya demokrasi,
pemerintah Orde Baru menyusun mekanisme kepemimpinan nasional lima tahun
yang merupakan serangkaian garis besar kegiatan kenegaraan yang dirancang
secara periodik selama masa lima tahun. Dengan berjalannya mekanisme
kepemimpinan nasional lima tahun, pemerintahan orde baru berhasil menciptakan
stabilitas politik dan menyelenggarakan pembangunan nasional yang dimulai
dengan adanya pembangunan lima tahun (Pelita), yaitu Pelita I tahun 1973-1978
sampai Pelita VI tahun 1993-1998. Keberhasilan tersabut ditandai dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya tingkat Pendidikan warga
negara, pembangunan infrastruktur, berhasil menekan laju pertumbuhan
penduduk. Namun, dalam perkembangan selanjutnya pemerintahan Orde Baru
mengarah pada pemerintahan yang sentralistis. Demokrasi masa Orde Baru
bercirikan pada kuatnya kekuasaan Presiden dalam menopang dan mengatur
seluruh proses politik yang terjadi. Lembaga kepresidenan telah menjadi pusat dar
seluruh proses politik dan menjadi pembentuk dan penentu agenda nasional,
mengontrol kegitan politik dan pemberi legacies bagi seluruh lembaga pemerintah
dan negara. Akibatnya, secara subtantif tidak ada perkembangan demokrasi justru
penurunan derajat demokrasi. Sejumlah indikator yang menyebabkan demokrasi
tidak terjadi pada masa Orde Baru yaitu:
 Rotasi kekuasan eksekutif hamper dapat dikatakan tidak ada.
 Rekrutmen politik yang tertutup
 Pemilu yang jauh dari semangat Demokrasi
 Pengakuan terhadap hak-hak dasar yang terbatas.
Orde Baru sesungguhnya telah mampu membangun stabilitas pemerintahan dan
kemajuan ekonomi. Namun, makin lama jauh dari semangat demokrasi dan
kontrol rakyat. Akibatnya, pemerintahan menjadi korup, sewenang-wenang, dan
akhirnya jatuh. Sebab-sebab kejatuhan Orde Baru adalah:
 Hancurnya ekonomi nasional (krisis ekonomi)
 Terjadinya krisis politik
 Tidak bersatunya lagi pilar-pilar pendukung Orde Baru (Menteri dan TNI)
 Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk
mundur dari jabatannya.
Dengan demikian, maka berakhirlah pemerintaha masa Orde Baru dengan
diumumkannya pengunduran diri Presiden Soeharto dari kekuasaannya pada
tanggal 21 Mei 1998.
4. Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasi (1998-sekarang)
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis
antaralain:
a) Keluarnya ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi
b) Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang
Referendum.
c) Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bebas
dari KKN
d) Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan Presiden
dan Wakil Presiden RI.
e) Amandemen UUD 1945 sudah sampai aman demen I, II, III
Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasiterdiri dari beberapa periodisasi
pemerintaham, antara lain:
a. B.J. Habiebie
Kebijakan-kebijakan yang dilakukan Habiebie pada masa pemerintahanya
antara lain:
 Membentuk kabinet reformasi pembangunan
Dibentuk pada tanggal 22 Mei 1998, dengan jumlah menteri 16 orang
yang merupakan perwakilan dari GOLKAR, PPP, PDI
 Mengadakan reformasi pada bidang politik.
Habiebie berusaha menciptakan politik yang transparan, mengadakan
pemilu yang bebas, jujur, dan adil, membebaskan tahanan politik, dan
mencabut larangan berdirinya Serikat Buruh Independen
 Kebebasan menyampaikan pendapat
Kebebasan menyampaikan pendapat diberikan asal tetap berpedoman
pada aturan yang ada yaitu UU No. 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum.
 Reformasi dalam bidang hukum
Target reformasinya yaitu subtansi hukum, aparator penegak hukum,
yang bersih dan berwibawa, dan instansi peradilan yang independen.
 Mengatasi masalah dwifungsi ABRI
Keanggotaan ABRI dalam DPR/ MPR dikurangi bahkan pada akhirnya
ditiadakan.
 Mengadakan sidang istimewa pada tanggal 10-13 November 1998 oleh MPR
 Mengadakan pemilu tahun 1999
Pelaksanaan pemilu dilakukan dengan asas LUBER (langsung, umum,
bersih) dan JURDIL (jujur dan adil)
b. Abdurrahman Wahid
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh Abdurrahman Wahid antara lain:
 Meneruskan kehidupan demokrasi seperti pemerintahan sebelumnya
(memberikan kebebasan berpendapat di kalangan masyarakat minoritas,
kebebasan beragama, memperbolehkan kembali penyelenggaraan budaya
Tionghoa)
 Merestrukturisasi lembaga pemerintahan seperti menghapus departemen
yang dianggapnya tidak efisien (menghilangkan departemen penerangan dan
sosial untuk mengurangi pengeluaran anggaran, membentuk Dewan
Keamanan Ekonomi Nasional).
 Ingin memanfaatkan jabatan sebagai Panglima tertinggi dalam militer
dengan mencopot Kapolri yang tidak sejalan dengan keinginan Gusdur.
c. Megawati Soekarno Putri
Kebijakan-kebijakan yang ditempuhnya antara lain:
 Meningkatkan kerukunan antar elemen bangsa dan menjaga persatuan dan
kesatuan.
 Membangun tatanan politik yang baru, diwujudkan dengan dikeluarkannya
UU tentang pemilu, susunan dan kedudukan MPR/DPR, dan pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden.
 Menjaga keutuhan NKRI, setiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI
ditindak tegas seperti kasus Aceh, Ambon, Papua, Poso
 Melanjutkan amandemen UU 1945, keluarnya UU tentang otonomi daerah
menimbulkan penafsiran yang berbeda tentang pelaksanaan otonomi daerah.
Oleh karena itu, pelurusan dilakukan dengan pembinaan terhadap daerah.
d. Susilo Bambang Yudhoyono
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh SBY antara lain:
 Anggaran pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari keseluruhan APBN
 Konversi minyak tanah ke gas
 Pembayaran utang secara bertahap kepada PBB
 Buy-back saham BUMN
 Pelayanan UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi rakyat kecil
 Subsidi BBM
 Memudahkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia
 Meningkatkan sektor pariwisata “Visit Indonesia 2008”
 Pemberian bibit unggul pada petani
 Pemberantasan korupsi melalui dengan dibentuknya KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi)
e. Joko Widodo
 Ambil alih masyoritas saham pt. freeport Indonesia
 Partisipasi pemilih legislative meningkat
 Angka kemiskinan turun
 Pembangunan jalan tol diperbanyak
 Mencoba menyelesaikan pelanggaran HAM berat terdahulu
 Kebebasan berpendapat, dll
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demokrasi secara umum merupakan system pemerintahan yang segenap rakyat
turut serta memerintah dengan perantara wakil-wakilnya. Namun ada juga yang
menyatakan suatu system politik yang dimana kebijakan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-
pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan
dalam suasana terjaminya kebebasan politik.
Negara Indonesia menunjukkan sebuah Negara yang sukses menuju demokrasi
sebagai bukti yang nyata, dalam pemilihan langsung presiden dan wakil presiden.
Selain itu bebas menyelenggarakan kebebasan pers. Semua warga negara bebas
berbicara, mengeluarkan pendapat, mengkritik bahkan mengawasi jalannya
pemerintahan. Demokrasi memberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat
bahkan dalam memilih salah satu keyakinanpun dibebaskan.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia yang meliputi: pada masa orde lama,
orde baru, masa reformasi yang terdiri dari: Reformasi pada masa B.J. Habiebie,
Megawati Soekarno Putri, Abdurrahman Wahid/Gusdur, Susilo Bambang Yudhoyono,
hingga Joko Widodo
3.2 Saran
Demokrasi adalah sebuah proses yang terus menerus merupakan gagasan
dinamis yang terkait erat dengan perubahan. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara
Indonesia yang menganut sistem pemerintahan demokrasi kita sudah sepatutnya untuk
terus menjaga, memperbaiki, dan melengkapi kualitas-kualitas demokrasi yang sudah
ada. Demi terbentuknya suatu sistem demokrasi yang utuh didalam wadah
pemerintahan bangsa Indonesia.
Daftar Pustaka

1. Jutmini, Sri. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Solo: Tiga Seangkai Pustaka


Mandiri
2. Syarifudin. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Bogor: Pustaka Gemilang
3. http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/sejarah-dan-perkembangandemokrasi.
Html
4. http://www.balagu.com/Hakim%20Tengku%20Oyong%20Dilaporkan%20ke%2
Dewan%20Pers
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah
6. Tim ICCE, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Cet. Ke-3, Jakarta: ICCE UIN
Syarif Hidayatullah
7. Tim PUSLIT, 2000. Pendidikan Kewarganegaraan. Cet. Ke-1, Jakarta: IAIN
Jakarta Press
8. http://vindhavannelly.blogspot.com/2011/02/perkembangan-demokrasi-di
indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai