Anda di halaman 1dari 29

REFLEKSI KASUS

TUMOR MEDULA SPINALIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Neurologi RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh:

Nadia Alaydrus

20110310085

Diajukan kepada:

dr. Intan Rahayu, Sp.S

BAGIAN ILMU NEUROLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

2017
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS

TUMOR MEDULA SPINALIS

Disusun oleh:

Nadia Alaydrus

20110310085

Disetujui dan disahkan pada tanggal: 21 Maret 2017

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

dr. Intan Rahayu, Sp.S


BAB I

PRESENTASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn. S

 Umur : 39 tahun

 Pekerjaan : Buruh pabrik

 Alamat : Jipangan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul

 Masuk RS tanggal : 13 Maret 2017

 Diagnosis masuk : Paraperese e.c susp. Spondilitis TB dd. Tumor medula spinalis

B. ANAMNESIS

Dilakukan autoanamnesis dengan pasien:

 Tanggal : 13 Maret 2017, pukul 13:00

 Keluhan utama : Pasien mengatakan tidak bisa berjalan sejak 4 tahun yang lalu.

 Keluhan tambahan : Tak ada keluhan

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 4 tahun yang lalu, pasien mengeluh kesemutan pada kedua lutut sampai telapak

kaki. Kesemutan timbul terus menerus. Kesemutan dirasa semakin lama semakin parah. Pasien

dipijit kakinya untuk mengurangi gejala namun tidak berkurang.

Selain kesemutan, pasien juga mengeluh ada perbedaan sensasi raba antara pusar ke

atas dengan pusar ke bawah, pusar ke bawah tidak merasakan sensasi apa-apa, baik disentuh,

dicubit atau terkena panas. Rasa baal pada kedua lutut sampai kedua telapak kaki tidak disertai

nyeri.
Punggung bawah kanan dan kiri terasa nyeri. Nyeri terasa seperti ada sensasi panas.

Nyeri terasa terus menerus. Nyeri bertambah bila pasien terlalu lama duduk atau tiduran dan

berkurang bila pasien berusaha mengubah-ubah posisi. Kedua tangan dan kaki bisa digerakan.

Pasien bisa berdiri,tetapi hanya bertahan ±1-2 detik saja. Pasien tidak bisa berjalan.

Hingga pada akhirnya sekitar 6-8 bulan setelah keluhan dirasakan pasien sudah tidak

bisa menggerakkan anggota gerak bawahnya. Awalnya pasien di bawa ke RS Hardjolukito dan

di lakukan MRI. Dan setelah hasil MRInya jadi, pasien di rujuk ke RSUP Dr Sardjito, tetapi

pasien tidak menindak lanjuti pemeriksaannya. Hingga akhirnya pasien di bawa ke RS

Panembahan Senopati karena mengalami decubitus.

Nafsu makan tidak turun. Penurunan berat badan ada, namun tidak drastis. Demam

sebelum keluhan kesemutan dan baal pada kedua tungkai disangkal.Keluhan nyeri kepala dan

pusing disangkal, kejang disangkal. Tidak ada gangguan dalam berkomunikasi.

Riwayat Penyakit Dahulu

 Hipertensi (-)

 Asma bronchial (-)

 Diabetes melitus (-)

 Penyakit jantung (-)

 Alergi obat (-)

 Alergi makanan (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

 Hipertensi disangkal

 TBC disangkal
 Asma bronchial disangkal

 Diabetes Mellitus disangkal

 Penyakit jantung disangkal

Riwayat Personal Sosial

 Pendidikan terakhir pasien adalah SMA

 Kegiatan pasien sehari-hari adalah buruh pabrik

 Pasien tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak minum jamu, atau menggunakan

obat-obatan tertentu

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : baik, compos mentis

2. Kesadaran : E4 V5 M6

3. Tanda vital

 Nadi: 64 kali/menit

 Pernafasan: 24 kali/menit, regular

 Tekanan darah: 90/60 mmHg

 SpO2 = 99%

 Suhu : 38,90 C

4. Kepala: normochepale

 Mata: pupil isokor, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

 Hidung: simetris, sekret (-/-)

 Mulut: mukosa bibir lembab, tonsil T0/T0, faring hiperemis (-), tanda candidiasis (-),

sariawan (-), gusi berdarah (-)


 Telinga: simetris, serumen (-/-), gendang telinga intak

5. Leher: pembesaran limfonodi (-), peningkatan JVP (-),

6. Thorax

a. Jantung

- Inspeksi: iktus cordis tidak terlihat

- Palpasi: iktus cordis teraba pada sela iga ke-4 linea midclavicula kiri

- Perkusi: (tidak dilakukan)

- Auskultasi: bunyi jantung S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-)

b. Paru-paru:

- Inspeksi: simetris saat inspirasi dan ekspirasiPalpasi: fremitus normal.

- Perkusi: sonor (+/+)

- Auskultasi: vesikuler (+/+), ronkhi basah kasar (-/-), wheezing (-/-)

7. Abdomen:

- Inspeksi: supel

- Auskultasi: peristaltik (+)

- Perkusi: tympani (+)

- Palpasi: nyeri tekan epigastrik (-), turgor kulit baik, hepar teraba normal, lien tidak teraba.

8. Ekstremitas: akral hangat, nadi kuat, capillary refill time < 2 detik, edema (-)

D. STATUS NEUROLOGIS

 Kesadaran : CM, GCS E4V5M6


 Rangsang Meningeal :
 Kaku kuduk (-/-), Brudzinsky (-/-), Kernig (-/-), Laseque (-/-)
 Pemeriksaan Nn. Cranialis
 N I (N. Olfactorius) :
Membau balsam + +
 N II (N. Opticus) :
Lapang pandang Normal Normal
Pandangan kabur - -
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tidak langsung + +

 N III (N. Oculomotorius) :


Kelopak mata ptosis - -
Endoftalmus/eksoftalmus - -
Pupil Bulat Bulat
d 3 mm d 3 mm
isokor isokor
di tengah di tengah
Diplopia - -
Strabismus - -
Gerakan bola mata (medial, atas, bawah) + +
 N IV (N. Trochlearis) :
Gerak mata ke lateral bawah + +
Strabismus konvergen - -
Diplopia - -
 N V (N. Trigeminus) :
Sensibilitas (atas, tengah, bawah) + +
Membuka mulut + +
Menggigit + +
Gerakan mengunyah + +
 N VI (N. Abducen) :
Gerakan mata lateral + +
Strabismus konvergen - -
Diplopia - -
 N VII (N. Fasialis) :
Mengerutkan dahi + +
Mengangkat alis + +
Menutup mata + +
Meringis + +
Tanda chovstek + +
Lakrimasi + +
Daya kecap lidah 2/3 depan + +
 N VIII (N. Vestibulococclearis) :
Mendengar suara berbisik + +
 N IX (N. Glossofaringeus) :
Reflek muntah +
Tersedak -/-
 N X (N. Vagus) :
Bersuara pelo +
Menelan +
Nadi + +
 N XI (N. Assesorius) :
Menoleh ke kanan dan kiri + +
Sikap bahu Simetris

 N XII (N. Hipoglossus) :


Menjulurkan lidah + +
Tremor lidah - -

 Pemeriksaan Motorik
Kekuatan otot : Superior : 5555/5555
Inferior : 0000/0000
Gerak : Superior : B/B
Inferior : T/T
Involunter : -/-/-/-
Tonus : Superior Normotonus/Normotonus
Inferior Hipotonus/Hipotonus

 Pemeriksaan Sensorik
Taktil : Superior (+/+)
Inferior (-/-)

Nyeri : Superior (+/+)


Inferior (-/-)

 Refleks Fisiologis
- Bisep : 2+/2+
- Trisep : 2+/2+
- Patella : 1+/1+
- Achilles : 1+/1+
 Refleks Patologis
- Hoffman (-/-)
- Trommer (-/-)
- Babinski (-/-)
- Schaeffer (-/-)
- Gordon (-/-)
 Fungsi Sistem Saraf Otonom
 BAB (-), BAK (+), Keringat (+)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Laboratorium

13 Maret 2017

Parameter Hasil Nilai Rujukan

HEMATOLOGI

Hemoglobin 12,1 gr% 12,0 – 16,0 gr/dL

Leukosit 35,40 ribu/uL 4 – 11 ribu/uL

Eritrosit 4,55 ribu/uL 4 – 5 ribu/uL


Trombosit 342 ribu/uL 150 – 450 ribu/uL

Hematokrit 37.9 ribu/uL 36 – 46 ribu/uL

HITUNG JENIS

Eusinofil 0% 2–4%

Basofil 0% 0–1%

Batang 42 % 2–5%

Segmen 44 % 51 – 67 %

Limfosit 8% 20 – 35 %

Monosit 6% 4–8%

FUNGSI HATI

SGOT 72 <37

SGPT 36 <41

FUNGSI GINJAL

Ureum 61 17 - 43

Creatinin 0.97 0.90 – 1.30

DIABETES

GDS 136 80 - 200

ELEKTROLIT
F. DIAGNOSA
Natrium 126.2 137.0 – 145.0
KLINIS
Kalium 3.69 3.50 – 5.10

Klorida 96.6 98.0 – 107.0

 Paraparese e.c susp Spondilitis TB dd Tumor Medula Spinalis

G. TERAPI

 Infus Nacl 10 tpm


 Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam

 Inj. Ketorolac 30 mg / 12 jam

 Inj. Ondansentron 1 amp/ 12 jam

 Inj. Meconeuro 1 amp / 8 jam

 Omeprazole 2 x 1

 Sucralfate syr 3 x 1 cth

 Ro Thorax

 CT Scan

 MRI

Ro Thorax

Hasil bacaan : Pulmo tak tampak kelainan

Besar cor normal


Hasil :

Susp Spondylitis dengan myelitis TB Thoracal 5

DD: Tumor intrameduler setinggi thoracal 5 dengan infiltrasi ke corpus vertebtra thoracal 5.
MRI

Hasil :

Lesi hipointens (T1W), isointens (T2W), single, bentuk lobulated batas tegas, pada intradural
intramedullar setinggi paravertebra Th3-4, menyokong suatu Ependymoma, DD/ Siringomyelin,
astrocytoma, spinal cord.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Tumor Medula Spinalis adalah massa pertumbuhan jaringan yang baru di dalam Medula
spinalis, bisa bersifat jinak (benigna) atau ganas (maligna). (Satyanegara, 2010)
Tumor medula spinalis merupakan tumor dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi
jarang di jumpai sebelum usia 10 tahun (Muttakin, Arif, 2008).
Tumor Medula spinalis tidak hanya menderita akibat pertumbuhan tumornya saja tapi juga
akibat kompresi yang disebabkan oleh tumor. (Price, 2006 : 1190)
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya
dan biasanya menimbulkan gejala – gejala karena keterlibatan medula spinalis atau akar – akar
saraf. Tumor medula spinalis primer merupakan seperenam tumor otak dan mempunyai prognosis
yang lebih baik karena sekitar 60% adalah jinak.

B. GAMBAR ANATOMI YANG TERKAIT

Sumber : http://medicastore.com/penyakit/689/Tumor_Medula_Spinalis.html
Sumber : http : //cancerresearchchuk.orng

Sumber : https://bimaariotejo.files.wordpress.com/2009/07/81.jpg
C. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi tumor medulla spinalis berdasarkan asal dan sifat selnya
a. Tumor medula spinalis primer
Tumor medula spinalis primer dapat bersifat jinak maupun ganas.Tumor primer yang
bersifat ganas contohnya astrositoma, neuroblastoma dan kordoma sedangkan yang
bersifat jinak contonhya neurinoma, glioma dan ependimona (neoplasma yang timbul pada
kanalis sentralis medula spinalis).
b. Tumor medula spinalis sekunder
Tumor medula spinalis sekunder selalu bersifat ganas karena merupakan metastatis dari
proses keganasan di tempat lain seperti kanker paru-paru, kanker payudara, kelenjar
prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma.
2. Klasifikasi tumor berdasarkan lokasi tumor terhadap dura dan medula spinalis (Price, 2006 :
1190)
a. Tumor ekstradural
Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis atau dari dalam ruang
ekstradural.Tumor ekstradural terutama merupakan metastasis dari lesi primer di payudara,
prostat, tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung. (Price, 2006 : 1192)
b. Tumor intardural
Tumor intradural dibagi menjadi :
1) Tumor ekstramedular
Tumor ekstramedular terletak antara dura dan medulla spinalis.Tumor ini biasanya
neurofibroma atau meningioma (tumor pada meningen). Neurofibroma berasal dari
radiks saraf dorsal. Kadang-kadang neurofibroma tumbuh menyerupai jam pasir yang
meluas kedalam ruang ekstradural. Sebagian kecil neurofibroma mengalami
perubahan sarkomatosa dan menjadi infasis atau bermetastasis. Meningioma pada
umunya melekat tidak begitu erat pada dura, kemungkinan berasal dari membran
araknoid, dan sekitar 90% dijumpai di regio toraksika. Tumor ini lebih sering terjadi
pada wanita usia separuh baya. Tempat tersering tumor ini adalah sisi posterolateral
medula spinalis. Lesi medula spinalis ektramedular menyebabkan kompresi medula
spinalis dan radiks saraf pada segmen yang terkena. (Price, 2006 : 1193)
2) Tumor Intramedular
Tumor intramedular berasal dari medulla spinalis itu sendiri.Struktur histologi tumor
intramedular pada dasarnya sama dengan tumor intrakranial. Lebih dari 95% tumor ini
adalah glioma. Berbeda dengan tumor intrakranial, tumor intra medular cenderung
lebih jinak secara histologis. Sekitar 50% dari tumor intramedular adalah
ependimoma, 45% persenya adalah atrositoma dan sisanya adalah ologidendroglioma
dan hemangioblastoma. Ependimoma dapat terjadi pada semua tingkat medula
spinalis tetapi paling sering pada konus medularis kauda ekuina. Tumor-tumor
intramedular ini tumbuh ke bagian tengah medula spinalis dan merusak serabut-
serabut yang menyilang serta neuron-neuron substansia grisea. (Price, 2006 : 1193).

Macam-macam tumor medula spinalis berdasarkan lokasinya dapat dilihat pada Tabel 1

Gambar 2.1 (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intradural-ekstramedular,


dan (C) Tumor Ekstradural
Tabel 1. Tumor Medula Spinalis Berdasarkan Gambaran Histologisnya

Intradural Intradural
Ekstra dural
ekstramedular intramedular

Chondroblastoma Ependymoma, tipe Astrocytoma


myxopapillary
Chondroma Ependymoma
Epidermoid
Hemangioma Ganglioglioma
Lipoma
Lipoma Hemangioblastoma
Meningioma
Lymphoma Hemangioma
Neurofibroma
Meningioma Lipoma
Paraganglioma
Metastasis Medulloblastoma
Schwanoma
Neuroblastoma Neuroblastoma

Neurofibroma Neurofibroma

Osteoblastoma Oligodendroglioma

Osteochondroma Teratoma

Osteosarcoma

Sarcoma

Vertebral
hemangioma

3. Kompresi medula spinalis pada berbagai tingkat :


a. Tumor foramen magnum
Sebagian besar merupakan meningioma. Dan berasal dari dura taut kranioservikalis.
Gejala awal dan tersering adalah
- Nyeri servikalis posterior (nyeri sub oksipital).
- kelemahan sensoris dan motoris berupa hiperestesia dalam dermatom vertebra
servikalis (C2) akibat kompresi pada akar syaraf.
- Gejala tambahan gangguan sensorik dan motorik pada tangan. Gejala lainnya adalah
pusing, disartria, disfagia, nistagmus (osilisasi mata yang cepat saat memandang atau
melihat suatu daerah atau benda), kesulitan bernapas, mual muntah serta artrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius. (Price, 2006 : 1191)
b. Tumor daerah servikal (Price, 2006 : 1191)
Lesi daerah servikal menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik.
- Lesi servikalis bagian atas disebabkan oleh kompresi suplai darah ke kornu anterior
melalui arteria spinalis anterior sehingga kelemahan dan atrofi gelang bahu dan
lengan.
- Tumor servikalis yang lebih rendah (C5, C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya
refleks tendon ektremitas atas (biseps brakioradialis, trisep).
- Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu jari pada
kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7 menyebabkan
hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.
c. Tumor daerah thorakal
Pada lesi daerah thorakal seringkali terjadi kelemahan spastik yang timbul perlahan pada
ekstremitas bagian bawah dan mengalami parestesia. Pasien dapat mengeluh nyeri dan
perasaan terjepit dan tertekan pada dada serta abdomen akibat gangguan intrathorakal dan
intraabdominal. Pada lesi thorakal bagian bawah refleks perut bagian bawah dan tanda
beevor (umbilikus menonjol apabila penderita pada posis terlentang mengangkat kepala
melawan suatu tahanan) dapat menghilang. (Price, 2006 : 1191)
d. Tumor di daerah lumbosakral (Price, 2006 : 1992)
Kompresi medula spinalis lumbal bagian atas menyebabkan fleksi panggul dan spastisitas
tungkai bawah.
- Lesi pada lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas menyebabkan
kelemahan dan atrofi otot-otot perineum betis dan kaki serta kehilngan refkleks
pergelangan kaki.
- Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia, gangguan kontrol usus dan kandung
kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral bagian bawah.
e. Tumor kauda equina
Lesi kauda ekuina menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tanda – tanda
khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang kadang-kadang
menjalar ke tungkai. (Price, 2006 : 1192)
D. ETIOLOGI
1. Tumor Medula Spinalis Primer
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam tahap penelitian adalah
virus, faktor genetik, dan bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik.
2. Tumor Medula Spinalis Sekunder
Adapun tumor sekunder (metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar dari
bagian tubuh lain melalui aliran darah yang kemudian menembus dinding pembuluh darah,
melekat pada jaringan medula spinalis yang normal dan membentuk jaringan tumor baru di
daerah tersebut.
E. PATHOFISIOLOGI
Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh kerusakan infiltrasi,
pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan cairan serebrospinal. Derajad gejala tergantung
dari tingkat dekompresi dan kecepatan perkembangan, adaptasi bisa terjadi dengan tumor yang
tumbuh lamban, 85 % tumor medula spinalis jinak. Terutama tumor neoplasma baik yang timbul
ekstramedula atau intra medula. Tumor sekunder atau tumor metastase dapat juga mengganggu
medula spinalis dan lapisannya serta ruas tulang belakang Tumor ekstramedular dari tepi tumor
intramedural pada awalnya menyebabkan nyeri akar sarat subyektif. Dengan pertumbuhan tumor
bisa muncul defisit motorik dan sensorik yang berhubungan dengan tingkat akardan medula
spinalis yang terserang. Karena tumor membesar terjadilah penekanan pada medula spinalis.
Sejalan dengan itu pasien kehilangan fungsi semua motor dan sensori dibawah lesi/tumor. Tumor
medula spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering menimbulkan gejala seperti pada
sentral medula spinalis, termasuk hilang rasa nyeri segmental dan fungsi temperatur. Tambahan
pula fungsi sel-sel tanduk anterior seringkali hilang, terutama pada tangan. Seluruh jalur sentral
yang dekat benda kelabu menjadi disfungsi. Hilangnya rasanyeri dan sensori suhu dan kelemahan
motorik berlangsung sedikit demi sedikit, bertambah berat dan menurun. Motorik cauda dan
fungsi sensorik yang terakhir akan hilang, termasuk hilang fungsi eliminasi fecal dan urine.
F. PATHWAY

Perkembangan awal dari embrio

Kelainan kongenital

Kegagalan penutupan elemen saraf

dari kanalis spinalis

Defek pada arkus posterior

Kegagalan fungsi arkus posterior

vertebra pada daerah lumbosakral

sina bipida okulta spina bipida aperta

terlibatnya struktur saraf

paralisis spastik peningkatan TIK Nyeri

resiko tinggicidera
Resiko cidera

resiko herniasi defisit neurologis

paralisis visera paralisis motorik paralisis motorik

gangguan
Gangguaninkontinensia
inkontinensia paralisis anggota kehilangan sesoris
urin
urine gerak bawah anggota gerak bawah

hambatan mobilitas Intoleransi


intoleransi aktifitas
aktifitas
fisik

Gangguan
mobilitas fisik
G. MANIFESTASI KLINIS
1. Tumor Ekstradural (Price, 2006 : 1192)
a. Gejala pertama umumnya berupa nyeri yang menetap dan terbatas pada daerah tumor.
Diikuti oleh nyeri yang menjalar menurut pola dermatom.
b. Nyeri setempat ini paling hebat terjadi pada malam hari dan menjadi lebih hebat oleh
gerakan tulang belakang.
c. Nyeri radikuler diperberat oleh batuk dan mengejan.
d. Nyeri dapat berlangsung selama beberapa hari atau bulan sebelum keterlibatan medula
spinalis.
e. Fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali.
f. Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar.
g. Parestesi dan defisit sensorik akan berkembang cepat menjadi paraplegia yang ireverssibel.
h. Gangguan BAB dan BAK.
2. Tumor Intradural
a. Tumor Ekstramedular (Price, 2006 : 1193)
- Nyeri mula-mula di punggung dan kemudian disepanjang radiks spinal.
- Nyeri diperberat oleh gerakan, batuk, bersin atau mengedan dan paling berat terjadi
pada malam hari.
- Defisit sensorik
- Parestesia
- Ataksia
- Jika tumor terletak anterior dapat menyebabkan defisit sensorik ringan serta gangguan
motorik yang hebat.
b. Tumor Intramedular (Price, 2006 : 1193)
- Hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral yang meluas diseluruh segmen yang
terkena, yang pada giliranya menyebabkan kerusakan pada kulit perifer.
- Bila lesinya besar terjadi sensasi raba, gerak, posisi dan getar.
- Defisit sensasi nyeri dan suhu.
- Kelemahan yang disertai atrofi dan fasikulasi
- Nyeri tumpul, impotensi pada pria dan gangguan spinter pada kedua jenis kelamin

Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul adalah seperti yang terihat dalam Tabel 2
di bawah ini.

Tabel 2. Tanda dan Gejala Tumor Medula Spinalis


Lokasi Tanda dan Gejala

Foramen Gejalanya aneh, tidak lazim, membingungkan, dan tumbuh lambat


Magnum sehingga sulit menentukan diagnosis. Gejala awal dan tersering
adalah nyeri servikalis posterior yang disertai dengan hiperestesia
dalam dermatom vertebra servikalis kedua (C2). Setiap aktivitas
yang meningkatkan TIK (misal ; batuk, mengedan, mengangkat
barang, atau bersin) dapat memperburuk nyeri. Gejala tambahan
adalah gangguan sensorik dan motorik pada tangan dengan pasien
yang melaporkan kesulitan menulis atau memasang kancing.
Perluasan tumor menyebabkan kuadriplegia spastik dan hilangnya
sensasi secara bermakna. Gejala-gejala lainnya adalah pusing,
disartria, disfagia, nistagmus, kesulitan bernafas, mual dan
muntah, serta atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Temuan neurologik tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup
hiperrefleksia, rigiditas nuchal, gaya berjalan spastik, palsi N.IX
hingga N.XI, dan kelemahan ekstremitas.
Servikal Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi
radikular yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga
menyerang tangan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian
atas (misal, diatas C4) diduga disebabkan oleh kompresi suplai
darah ke kornu anterior melalui arteria spinalis anterior. Pada
umumnya terdapat kelemahan dan atrofi gelang bahu dan lengan.
Tumor servikalis yang lebih rendah (C5, C6, C7) dapat
menyebabkan hilangnya refleks tendon ekstremitas atas (biseps,
brakioradialis, triseps). Defisit sensorik membentang sepanjang
tepi radial lengan bawah dan ibu jari pada kompresi C6,
melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7, dan lesi C7
menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.
Torakal Seringkali dengan kelemahan spastik yang timbul perlahan pada
ekstremitas bagian bawah dan kemudian mengalami parestesia.
Pasien dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan
pada dada dan abdomen, yang mungkin dikacaukan dengan nyeri
akibat gangguan intratorakal dan intraabdominal. Pada lesi torakal
bagian bawah, refleks perut bagian bawah dan tanda Beevor
(umbilikus menonjol apabila penderita pada posisi telentang
mengangkat kepala melawan suatu tahanan) dapat menghilang.
Lumbosakral Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor yang
melibatkan daerah lumbal dan sakral karena dekatnya letak
segmen lumbal bagian bawah, segmen sakral, dan radiks saraf
desendens dari tingkat medula spinalis yang lebih tinggi.
Kompresi medula spinalis lumbal bagian atas tidak mempengaruhi
refleks perut, namun menghilangkan refleks kremaster dan
mungkin menyebabkan kelemahan fleksi panggul dan spastisitas
tungkai bawah. Juga terjadi kehilangan refleks lutut dan refleks
pergelangan kaki dan tanda Babinski bilateral. Nyeri umumnya
dialihkan keselangkangan. Lesi yang melibatkan lumbal bagian
bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas menyebabkan
kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan kaki, serta
kehilangan refleks pergelangan kaki. Hilangnya sensasi daerah
perianal dan genitalia yang disertai gangguan kontrol usus dan
kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah
sakral bagian bawah.
Kauda Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tnda-
Ekuina tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau
perineum, yang kadang-kadang menjalar ke tungkai. Paralisis
flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf yang terkena dan
terkadang asimetris.

H. KOMPLIKASI
1. Kerusakan serabut-serabut neuron
2. Hilangnya sensasi nyeri (keadaan parah)
3. Perdarahan metastasis
4. Kekauan, kelemahan
5. Gangguan koordinasi
6. Menyebabkan kesulitan berkemih atau hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih atau
sembelit.
7. Komplikasi pembedahan :
a. Pasien dengan tumor yang ganas memiliki resiko defisit neurologis yang besar selama
tindakan operasi.
b. Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak-anak
dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat menyebabkan
kompresi medula spinalis.
c. Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi obstruksi foramen
Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor medula spinalis dapat
ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang seperti di bawah ini.

1. Laboratorium
Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan xantokhrom, dan
kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam mengambil dan memperoleh cairan spinal
dari pasien dengan tumor medula spinalis harus berhati-hati karena blok sebagian dapat
berubah menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan paralisis yang komplit.
2. Foto Polos Vertebrae
Foto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal. Kemungkinan ditemukan erosi
pedikel (defek menyerupai “mata burung hantu” pada tulang belakang lumbosakral AP) atau
pelebaran, fraktur kompresi patologis, scalloping badan vertebra, sklerosis, perubahan
osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca prostat, hodgkin, dan biasanya Ca payudara.
3. CT-scan
CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor, bahkan terkadang dapat
memberikan informasi mengenai tipe tumor. Pemeriksaan ini juga dapat membantu dokter
mendeteksi adanya edema, perdarahan dan keadaan lain yang berhubungan. CT-scan juga
dapat membantu dokter mengevaluasi hasil terapi dan melihat progresifitas tumor.
4. MRI
Pemeriksaan ini dapat membedakan jaringan sehat dan jaringan yang mengalami
kelainan secara akurat. MRI juga dapat memperlihatkan gambar tumor yang letaknya berada di
dekat tulang lebih jelas dibandingkan dengan CT-scan.
5. Radiologi
Modalitas utama dalam pemeriksaan radiologis untuk mediagnosis semua tipe tumor
medula spinalis adalah MRI. Alat ini dapat menunjukkan gambaran ruang dan kontras pada
struktur medula spinalis dimana gambaran ini tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan yang
lain.
Tumor pada pembungkus saraf dapat menyebabkan pembesaran foramen
intervertebralis. Lesi intra medular yang memanjang dapat menyebabkan erosi atau tampak
berlekuk-lekuk (scalloping) pada bagian posterior korpus vertebra serta pelebaran jarak
interpendikular.
Mielografi selalu digabungkan dengan pemeriksaan CT. tumor intradural-ekstramedular
memberikan gambaran filling defect yang berbentuk bulat pada pemeriksaan myelogram. Lesi
intramedular menyebabkan pelebaran fokal pada bayangan medula spinalis.

J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun ekstramedular
adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan tumor secara total dengan
menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal. Kebanyakan tumor intradural-ekstramedular
dapat direseksi secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada post
operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara
histologis dan tidak secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi
post operasi.1
Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :
1. Deksamethason: 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus, mungkin juga menghasilkan
perbaikan neurologis).
2. Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik
a. Bila tidak ada massa epidural: rawat tumor primer (misalnya dengan sistemik kemoterapi);
terapi radiasi lokal pada lesi bertulang; analgesik untuk nyeri.
b. Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000 cGy pada 10x
perawatan dengan perluasan dua level di atas dan di bawah lesi); radiasi biasanya seefektif
seperti laminektomi dengan komplikasi yang lebih sedikit.
3. Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat blok dan kecepatan
deteriorasi
a. bila > 80 % blok komplit atau perburukan yang cepat: penatalaksanaan sesegera mungkin
(bila merawat dengan radiasi, teruskan deksamethason keesokan harinya dengan 24 mg IV
setiap 6 jam selama 2 hari, lalu diturunkan (tappering) selama radiasi, selama 2 minggu.
b. bila < 80 % blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan deksamethason 4 mg selama 6
jam, diturunkan (tappering) selama perawatan sesuai toleransi.
4. Radiasi
Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang tidak dapat diangkat dengan
sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy.
5. Pembedahan
Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya dengan teknik myelotomy.
Aspirasi ultrasonik, laser, dan mikroskop digunakan pada pembedahan tumor medula spinalis.
Indikasi pembedahan :

a. Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi dapat
dijangkau). Catatan: lesi seperti abses epidural dapat terjadi pada pasien dengan riwayat
tumor dan dapat disalahartikan sebagai metastase.
b. Medula spinalis yang tidak stabil (unstable spinal).
c. Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam, kecuali signifikan atau
terdapat deteriorasi yang cepat); biasanya terjadi dengan tumor yang radioresisten seperti
karsinoma sel ginjal atau melanoma.
d. Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Muttakin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan denngan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika

Price,A.S.,WilsonM.L.,2006.PatofisiologiKonsepKlinisProses-ProsesPenyakit.Alih Bahasa: dr.


BrahmU. Jakarta: EGC

Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai