Disusun oleh:
Nadia Alaydrus
20110310085
Diajukan kepada:
2017
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Disusun oleh:
Nadia Alaydrus
20110310085
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 39 tahun
Diagnosis masuk : Paraperese e.c susp. Spondilitis TB dd. Tumor medula spinalis
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : Pasien mengatakan tidak bisa berjalan sejak 4 tahun yang lalu.
Sejak 4 tahun yang lalu, pasien mengeluh kesemutan pada kedua lutut sampai telapak
kaki. Kesemutan timbul terus menerus. Kesemutan dirasa semakin lama semakin parah. Pasien
Selain kesemutan, pasien juga mengeluh ada perbedaan sensasi raba antara pusar ke
atas dengan pusar ke bawah, pusar ke bawah tidak merasakan sensasi apa-apa, baik disentuh,
dicubit atau terkena panas. Rasa baal pada kedua lutut sampai kedua telapak kaki tidak disertai
nyeri.
Punggung bawah kanan dan kiri terasa nyeri. Nyeri terasa seperti ada sensasi panas.
Nyeri terasa terus menerus. Nyeri bertambah bila pasien terlalu lama duduk atau tiduran dan
berkurang bila pasien berusaha mengubah-ubah posisi. Kedua tangan dan kaki bisa digerakan.
Pasien bisa berdiri,tetapi hanya bertahan ±1-2 detik saja. Pasien tidak bisa berjalan.
Hingga pada akhirnya sekitar 6-8 bulan setelah keluhan dirasakan pasien sudah tidak
bisa menggerakkan anggota gerak bawahnya. Awalnya pasien di bawa ke RS Hardjolukito dan
di lakukan MRI. Dan setelah hasil MRInya jadi, pasien di rujuk ke RSUP Dr Sardjito, tetapi
Nafsu makan tidak turun. Penurunan berat badan ada, namun tidak drastis. Demam
sebelum keluhan kesemutan dan baal pada kedua tungkai disangkal.Keluhan nyeri kepala dan
Hipertensi (-)
Hipertensi disangkal
TBC disangkal
Asma bronchial disangkal
Pasien tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak minum jamu, atau menggunakan
obat-obatan tertentu
C. PEMERIKSAAN FISIK
2. Kesadaran : E4 V5 M6
3. Tanda vital
Nadi: 64 kali/menit
SpO2 = 99%
Suhu : 38,90 C
4. Kepala: normochepale
Mulut: mukosa bibir lembab, tonsil T0/T0, faring hiperemis (-), tanda candidiasis (-),
6. Thorax
a. Jantung
- Palpasi: iktus cordis teraba pada sela iga ke-4 linea midclavicula kiri
b. Paru-paru:
7. Abdomen:
- Inspeksi: supel
- Palpasi: nyeri tekan epigastrik (-), turgor kulit baik, hepar teraba normal, lien tidak teraba.
8. Ekstremitas: akral hangat, nadi kuat, capillary refill time < 2 detik, edema (-)
D. STATUS NEUROLOGIS
Pemeriksaan Motorik
Kekuatan otot : Superior : 5555/5555
Inferior : 0000/0000
Gerak : Superior : B/B
Inferior : T/T
Involunter : -/-/-/-
Tonus : Superior Normotonus/Normotonus
Inferior Hipotonus/Hipotonus
Pemeriksaan Sensorik
Taktil : Superior (+/+)
Inferior (-/-)
Refleks Fisiologis
- Bisep : 2+/2+
- Trisep : 2+/2+
- Patella : 1+/1+
- Achilles : 1+/1+
Refleks Patologis
- Hoffman (-/-)
- Trommer (-/-)
- Babinski (-/-)
- Schaeffer (-/-)
- Gordon (-/-)
Fungsi Sistem Saraf Otonom
BAB (-), BAK (+), Keringat (+)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
13 Maret 2017
HEMATOLOGI
HITUNG JENIS
Eusinofil 0% 2–4%
Basofil 0% 0–1%
Batang 42 % 2–5%
Segmen 44 % 51 – 67 %
Limfosit 8% 20 – 35 %
Monosit 6% 4–8%
FUNGSI HATI
SGOT 72 <37
SGPT 36 <41
FUNGSI GINJAL
Ureum 61 17 - 43
DIABETES
ELEKTROLIT
F. DIAGNOSA
Natrium 126.2 137.0 – 145.0
KLINIS
Kalium 3.69 3.50 – 5.10
G. TERAPI
Omeprazole 2 x 1
Ro Thorax
CT Scan
MRI
Ro Thorax
DD: Tumor intrameduler setinggi thoracal 5 dengan infiltrasi ke corpus vertebtra thoracal 5.
MRI
Hasil :
Lesi hipointens (T1W), isointens (T2W), single, bentuk lobulated batas tegas, pada intradural
intramedullar setinggi paravertebra Th3-4, menyokong suatu Ependymoma, DD/ Siringomyelin,
astrocytoma, spinal cord.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tumor Medula Spinalis adalah massa pertumbuhan jaringan yang baru di dalam Medula
spinalis, bisa bersifat jinak (benigna) atau ganas (maligna). (Satyanegara, 2010)
Tumor medula spinalis merupakan tumor dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi
jarang di jumpai sebelum usia 10 tahun (Muttakin, Arif, 2008).
Tumor Medula spinalis tidak hanya menderita akibat pertumbuhan tumornya saja tapi juga
akibat kompresi yang disebabkan oleh tumor. (Price, 2006 : 1190)
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya
dan biasanya menimbulkan gejala – gejala karena keterlibatan medula spinalis atau akar – akar
saraf. Tumor medula spinalis primer merupakan seperenam tumor otak dan mempunyai prognosis
yang lebih baik karena sekitar 60% adalah jinak.
Sumber : http://medicastore.com/penyakit/689/Tumor_Medula_Spinalis.html
Sumber : http : //cancerresearchchuk.orng
Sumber : https://bimaariotejo.files.wordpress.com/2009/07/81.jpg
C. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi tumor medulla spinalis berdasarkan asal dan sifat selnya
a. Tumor medula spinalis primer
Tumor medula spinalis primer dapat bersifat jinak maupun ganas.Tumor primer yang
bersifat ganas contohnya astrositoma, neuroblastoma dan kordoma sedangkan yang
bersifat jinak contonhya neurinoma, glioma dan ependimona (neoplasma yang timbul pada
kanalis sentralis medula spinalis).
b. Tumor medula spinalis sekunder
Tumor medula spinalis sekunder selalu bersifat ganas karena merupakan metastatis dari
proses keganasan di tempat lain seperti kanker paru-paru, kanker payudara, kelenjar
prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma.
2. Klasifikasi tumor berdasarkan lokasi tumor terhadap dura dan medula spinalis (Price, 2006 :
1190)
a. Tumor ekstradural
Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis atau dari dalam ruang
ekstradural.Tumor ekstradural terutama merupakan metastasis dari lesi primer di payudara,
prostat, tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung. (Price, 2006 : 1192)
b. Tumor intardural
Tumor intradural dibagi menjadi :
1) Tumor ekstramedular
Tumor ekstramedular terletak antara dura dan medulla spinalis.Tumor ini biasanya
neurofibroma atau meningioma (tumor pada meningen). Neurofibroma berasal dari
radiks saraf dorsal. Kadang-kadang neurofibroma tumbuh menyerupai jam pasir yang
meluas kedalam ruang ekstradural. Sebagian kecil neurofibroma mengalami
perubahan sarkomatosa dan menjadi infasis atau bermetastasis. Meningioma pada
umunya melekat tidak begitu erat pada dura, kemungkinan berasal dari membran
araknoid, dan sekitar 90% dijumpai di regio toraksika. Tumor ini lebih sering terjadi
pada wanita usia separuh baya. Tempat tersering tumor ini adalah sisi posterolateral
medula spinalis. Lesi medula spinalis ektramedular menyebabkan kompresi medula
spinalis dan radiks saraf pada segmen yang terkena. (Price, 2006 : 1193)
2) Tumor Intramedular
Tumor intramedular berasal dari medulla spinalis itu sendiri.Struktur histologi tumor
intramedular pada dasarnya sama dengan tumor intrakranial. Lebih dari 95% tumor ini
adalah glioma. Berbeda dengan tumor intrakranial, tumor intra medular cenderung
lebih jinak secara histologis. Sekitar 50% dari tumor intramedular adalah
ependimoma, 45% persenya adalah atrositoma dan sisanya adalah ologidendroglioma
dan hemangioblastoma. Ependimoma dapat terjadi pada semua tingkat medula
spinalis tetapi paling sering pada konus medularis kauda ekuina. Tumor-tumor
intramedular ini tumbuh ke bagian tengah medula spinalis dan merusak serabut-
serabut yang menyilang serta neuron-neuron substansia grisea. (Price, 2006 : 1193).
Macam-macam tumor medula spinalis berdasarkan lokasinya dapat dilihat pada Tabel 1
Intradural Intradural
Ekstra dural
ekstramedular intramedular
Neurofibroma Neurofibroma
Osteoblastoma Oligodendroglioma
Osteochondroma Teratoma
Osteosarcoma
Sarcoma
Vertebral
hemangioma
Kelainan kongenital
resiko tinggicidera
Resiko cidera
gangguan
Gangguaninkontinensia
inkontinensia paralisis anggota kehilangan sesoris
urin
urine gerak bawah anggota gerak bawah
Gangguan
mobilitas fisik
G. MANIFESTASI KLINIS
1. Tumor Ekstradural (Price, 2006 : 1192)
a. Gejala pertama umumnya berupa nyeri yang menetap dan terbatas pada daerah tumor.
Diikuti oleh nyeri yang menjalar menurut pola dermatom.
b. Nyeri setempat ini paling hebat terjadi pada malam hari dan menjadi lebih hebat oleh
gerakan tulang belakang.
c. Nyeri radikuler diperberat oleh batuk dan mengejan.
d. Nyeri dapat berlangsung selama beberapa hari atau bulan sebelum keterlibatan medula
spinalis.
e. Fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali.
f. Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar.
g. Parestesi dan defisit sensorik akan berkembang cepat menjadi paraplegia yang ireverssibel.
h. Gangguan BAB dan BAK.
2. Tumor Intradural
a. Tumor Ekstramedular (Price, 2006 : 1193)
- Nyeri mula-mula di punggung dan kemudian disepanjang radiks spinal.
- Nyeri diperberat oleh gerakan, batuk, bersin atau mengedan dan paling berat terjadi
pada malam hari.
- Defisit sensorik
- Parestesia
- Ataksia
- Jika tumor terletak anterior dapat menyebabkan defisit sensorik ringan serta gangguan
motorik yang hebat.
b. Tumor Intramedular (Price, 2006 : 1193)
- Hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral yang meluas diseluruh segmen yang
terkena, yang pada giliranya menyebabkan kerusakan pada kulit perifer.
- Bila lesinya besar terjadi sensasi raba, gerak, posisi dan getar.
- Defisit sensasi nyeri dan suhu.
- Kelemahan yang disertai atrofi dan fasikulasi
- Nyeri tumpul, impotensi pada pria dan gangguan spinter pada kedua jenis kelamin
Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul adalah seperti yang terihat dalam Tabel 2
di bawah ini.
H. KOMPLIKASI
1. Kerusakan serabut-serabut neuron
2. Hilangnya sensasi nyeri (keadaan parah)
3. Perdarahan metastasis
4. Kekauan, kelemahan
5. Gangguan koordinasi
6. Menyebabkan kesulitan berkemih atau hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih atau
sembelit.
7. Komplikasi pembedahan :
a. Pasien dengan tumor yang ganas memiliki resiko defisit neurologis yang besar selama
tindakan operasi.
b. Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak-anak
dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat menyebabkan
kompresi medula spinalis.
c. Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi obstruksi foramen
Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor medula spinalis dapat
ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang seperti di bawah ini.
1. Laboratorium
Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan xantokhrom, dan
kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam mengambil dan memperoleh cairan spinal
dari pasien dengan tumor medula spinalis harus berhati-hati karena blok sebagian dapat
berubah menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan paralisis yang komplit.
2. Foto Polos Vertebrae
Foto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal. Kemungkinan ditemukan erosi
pedikel (defek menyerupai “mata burung hantu” pada tulang belakang lumbosakral AP) atau
pelebaran, fraktur kompresi patologis, scalloping badan vertebra, sklerosis, perubahan
osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca prostat, hodgkin, dan biasanya Ca payudara.
3. CT-scan
CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor, bahkan terkadang dapat
memberikan informasi mengenai tipe tumor. Pemeriksaan ini juga dapat membantu dokter
mendeteksi adanya edema, perdarahan dan keadaan lain yang berhubungan. CT-scan juga
dapat membantu dokter mengevaluasi hasil terapi dan melihat progresifitas tumor.
4. MRI
Pemeriksaan ini dapat membedakan jaringan sehat dan jaringan yang mengalami
kelainan secara akurat. MRI juga dapat memperlihatkan gambar tumor yang letaknya berada di
dekat tulang lebih jelas dibandingkan dengan CT-scan.
5. Radiologi
Modalitas utama dalam pemeriksaan radiologis untuk mediagnosis semua tipe tumor
medula spinalis adalah MRI. Alat ini dapat menunjukkan gambaran ruang dan kontras pada
struktur medula spinalis dimana gambaran ini tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan yang
lain.
Tumor pada pembungkus saraf dapat menyebabkan pembesaran foramen
intervertebralis. Lesi intra medular yang memanjang dapat menyebabkan erosi atau tampak
berlekuk-lekuk (scalloping) pada bagian posterior korpus vertebra serta pelebaran jarak
interpendikular.
Mielografi selalu digabungkan dengan pemeriksaan CT. tumor intradural-ekstramedular
memberikan gambaran filling defect yang berbentuk bulat pada pemeriksaan myelogram. Lesi
intramedular menyebabkan pelebaran fokal pada bayangan medula spinalis.
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun ekstramedular
adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan tumor secara total dengan
menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal. Kebanyakan tumor intradural-ekstramedular
dapat direseksi secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada post
operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara
histologis dan tidak secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi
post operasi.1
Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :
1. Deksamethason: 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus, mungkin juga menghasilkan
perbaikan neurologis).
2. Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik
a. Bila tidak ada massa epidural: rawat tumor primer (misalnya dengan sistemik kemoterapi);
terapi radiasi lokal pada lesi bertulang; analgesik untuk nyeri.
b. Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000 cGy pada 10x
perawatan dengan perluasan dua level di atas dan di bawah lesi); radiasi biasanya seefektif
seperti laminektomi dengan komplikasi yang lebih sedikit.
3. Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat blok dan kecepatan
deteriorasi
a. bila > 80 % blok komplit atau perburukan yang cepat: penatalaksanaan sesegera mungkin
(bila merawat dengan radiasi, teruskan deksamethason keesokan harinya dengan 24 mg IV
setiap 6 jam selama 2 hari, lalu diturunkan (tappering) selama radiasi, selama 2 minggu.
b. bila < 80 % blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan deksamethason 4 mg selama 6
jam, diturunkan (tappering) selama perawatan sesuai toleransi.
4. Radiasi
Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang tidak dapat diangkat dengan
sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy.
5. Pembedahan
Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya dengan teknik myelotomy.
Aspirasi ultrasonik, laser, dan mikroskop digunakan pada pembedahan tumor medula spinalis.
Indikasi pembedahan :
a. Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi dapat
dijangkau). Catatan: lesi seperti abses epidural dapat terjadi pada pasien dengan riwayat
tumor dan dapat disalahartikan sebagai metastase.
b. Medula spinalis yang tidak stabil (unstable spinal).
c. Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam, kecuali signifikan atau
terdapat deteriorasi yang cepat); biasanya terjadi dengan tumor yang radioresisten seperti
karsinoma sel ginjal atau melanoma.
d. Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Muttakin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan denngan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama