Anda di halaman 1dari 3

Millenium Development Goals

Dalam Bidang Kesehatan

MDGs atau Millenium Development Goals (Tujuan Pembangunan


Millenium) adalah 8 tujuan yang telah disetujui oleh 191 negara anggota
PBB untuk dapat dicapai pada tahun 2015 yang ditandatangani saat
Deklarasi Millenium PBB. Deklarasi Millenium PBB yang ditandatangani
pada bulan September tahun 2000 menargetkan para pemimpin dunia
untuk dapat memberantas kemiskinan, kelaparan, penyakit-penyakit,
buta huruf, kerusakan lingkungan, serta diskriminasi terhadap wanita.
MDGs adalah turunan atau produk dari deklarasi ini, dan mempunyai
beberapa target dan indikator yang spesifik.
Tujuan-tujuan MDGs tersebut adalah menanggulangi kemiskinan
dan kelaparan; mencapai pendidikan dasar untuk semua; mendorong
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; menurunkan angka
kematian anak; meningkatkan kesehatan ibu; memerangi HIV/AIDS,
malaria, dan penyakit menular lainnya; memastikan kelestarian
lingkungan hidup; serta mengembangkan kemitraan global untuk
pembangunan.
Sebenarnya, faktor kesehatan sangat berpengaruh dalam
pencapaian MDGs ini. Pencapaian MDGs berpengaruh dalam
meningkatnya taraf kesehatan, begitu pula meningkatnya taraf
kesehatan dapat membantu dalam pencapaian MDGs. Contohnya
adalah, kesehatan yang lebih baik dapat membantu anak-anak untuk
belajar lebih baik dan orang dewasa untuk mendapatkan pendapatan
yang lebih baik, kesetaraan gender yang diperlukan untuk pelayanan
kesehatan yang lebih baik (contoh: KB untuk laki-laki dan perempuan),
serta penurunan kemiskinan, kelaparan, dan kerusakan lingkungan
yang dapat mempengaruhi tapi juga bergantung pada taraf kesehatan
yang lebih baik. Tapi untuk kali ini, mari kita fokuskan pembahasan
pada tujuan-tujuan MDGs yang berkaitan langsung dengan dunia
kesehatan dan salling berkaitan pula satu sama lain, yaitu
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, menurunkan angka
kematian anak, serta meningkatkan kesehatan ibu.
Tujuan pertama adalah menanggulangi kemiskinan dan
kelaparan. Salah satu target spesifik yang telah ditetapkan untuk tujuan
ini adalah antara lain adalah menurunnya jumlah balita dengan berat
badan rendah/kekurangan gizi. Begitu banyak berita di surat kabar atau
saluran televisi nasional yang mengabarkan tentang anak yang
mengalami malnutrisi atau kekurangan nutrisi. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) menyatakan bahwa capaian penurunan persentase anak
malnutrisi tahun 2010 mencapai 17,9% , masih sedikit di atas target
MDGs 2015 yaitu 15,5%. Dalam hal ini kita dapat melihat usaha
pemerintah yang cukup baik dalam perbaikan gizi anak-anak yang
diwujudkan dalam bentuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT),
pemberian vitamin serta suplemen yang dibutuhkan bagi balita oleh
Posyandu dan Puskesmas, serta perbaikan layanan kesehatan. Tapi
sebagaimana kita tahu bahwa masih banyak anak-anak yang tidak
mendapatkan akses untuk layanan kesehatan yang baik karena masalah
sarana dan prasarana (jalan yang rusak, rumah yang terpencil) serta
karena masalah ekonomi. Hal tersebut adalah alasan kenapa
kemiskinan dan kelaparan saling berkaitan satu sama lain. Hal-hal yang
dapat pemerintah lakukan adalah menyediakan akses yang lebih baik
menuju layanan kesehatan serta meningkatkan taraf hidup masyarakat
melalui penambahan lapangan kerja, dll. Pemerintah juga dapat
menggencarkan blusukan ke desa-desa atau tempat-tempat lain untuk
program PMT dan memberikan penyuluhan tentang gizi makanan yang
seimbang yang mungkin dapat melibatkan mahasiswa kesehatan. Hal
lain yang dapat dilakukan adalah penyuluhan ke sekolah-sekolah dasar
dan menengah serta pemberian makanan yang menyehatkan dan
bernutrisi baik di sekolah-sekolah.
Tujuan selanjutnya adalah menurunkan angka kematian anak
hingga 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015. Data dari BPS dan SDKI
menunjukkan bahwa penurunan angka kematian anak sudah sejalan
dengan sasaran MDGs, yaitu angka kematian balita dari 97 (tahun 1991)
menjadi 44 perseribu kelahiran hidup (tahun 2007), angka kematian
bayi dari 68 menjadi 34 perseribu kelahiran, dan neonatal dari 32
menjadi 19 perseribu kelahiran. Hal ini sekali lagi menunjukkan kinerja
pemerintah yang patut kita apresiasi dalam hal ini. Tapi tentu saja kita
dapat mengharapkan dan mengusahakan perkembangan yang lebih
baik dari yang telah dicapai. Salah satunya adalah dengan lebih
memperhatikan (kembali lagi) asupan makanan bergizi yang cukup bagi
anak-anak, serta diperkuat dengan program ASI Eksklusif. Hal lain yang
perlu kita cermati adalah penanganan kelahiran oleh tenaga kesehatan
yang berpengalaman. Karena di daerah-daerah tertentu masih banyak
para ibu hamil yang lebih mempercayakan proses persalinan kepada
dukun-dukun beranak yang belum jelas kemampuannya serta seberapa
steril alat-alat yang digunakan. Untuk itu sekali lagi, kemudahan akses
layanan kesehatan sangat diperlukan.
Tujuan terakhir adalah AKI atau angka kematian ibu dan
meningkatkan kesehatan ibu. Sayangnya, indikator AKI merupakan
salah satu yang diramalkan tidak mudah untuk dicapai. Data SDKI pada
2007 menunjukkan AKI sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, masih
jauh dari harapan MDGs sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya akses terhadap
pelayanan kesehatan dan kurangnya tenaga kesehatan berpengalaman
seperti bidan di daerah-daerah terpencil. Hal ini juga dikarenakan
pembangunan yang tidak merata antara satu provinsi dengan provinsi
lain, yang menyebabkan tersedianya layanan kesehatan yang tidak
sebanding antar provinsi, serta rasio jumlah Puskesmas yang tidak
sebanding dengan jumlah penduduk. KB dan pernikahan dini juga
merupakan faktor-faktor lain yang patut dicermati, terutama di daerah-
daerah pedesaan. Akses terhadap kontrasepsi yang kurang dan jarak
kelahiran yang terlalu dekat dapat meningkatkan resiko kematian ibu.
Pernikahan dini yang dilakukan oleh perempuan yang belum cukup
umur dan belum cukup mampu fisiknya untuk proses kehamilan juga
memperparah hal ini.
Intinya, hal-hal yang dapat mengatasi 3 permasalahan ini dan
membantu pencapaian tujuan-tujuan MDGs ini adalah peningkatan
kecukupan gizi masyarakat, digencarkannya penyuluhan tentang
kesehatan, serta kemudahan akses layanan kesehatan dan penambahan
jumlah layanan kesehatan itu sendiri dan tenaga kesehatan yang
berpengalaman. Dengan meningkatkan pelaksanaan hal-hal tersebut,
diharapkan kita dapat menuju Indonesia yang lebih sehat dan
tercapainya tujuan-tujuan MDGs yang berkaitan.

Anda mungkin juga menyukai