Anda di halaman 1dari 17

Latar Belakang

Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)


bulanSeptember 2000, sebanyak 189 negara anggotaPBB yang sebagian besar diwakili
olehkepalapemerintahan sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Milenium. Deklarasi itu
berdasarkan pendekatanyang inklusif, dan berpijak pada perhatian bagi pemenuhanhak-hak
dasar manusia. Dalam konteks inilah negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi
Tujuan Pembangunan Milenium atau MillenniumDevelopment Goals (MDG). Setiap tujuan
(goal) memiliki satu atau beberapa target. Targetyang tercakup dalam MDG sangat beragam,
mulaidari mengurangi kemiskinan dan kelaparan, menuntaskantingkat pendidikan dasar,
mempromosikan kesamaan gender, mengurangi kematian anak dan ibu, mengatasi HIV/AIDS
dan berbagai penyakitlainnya, serta memastikan kelestarian lingkunganhidup dan membentuk
kemitraan dalam pelaksanaan pembangunan.
Ada beberapa tujuan pembangunan yang lain ditetapkan pada dekade1960-an hingga
1980-an. Sebagian terlahir darikonferensi global yang diselenggarakan PBB pada1990-an,
termasuk KTT Dunia untuk Anak, Konferens Dunia tentang Pendidikan untuk Semua 1990di
Jomtien, Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan 1992 di Rio de Janeiro, dan
KTT Dunia untuk Pembangunan Sosial 1995 di Copenhagen. MDG tidak bertentangan dengan
komitmen global yang sebelumnya karena sebagian dari MDG itu telah dicanangkan dalam
Tujuan Pembangun Internasional (IDG), oleh negara-negara maju yang tergabung dalam
OECD pada 1996 Sekalipun MDG merupakan sebuah komitmen global tetapi diupayakan
untuk lebih mengakomodasikan nilai-nilai lokal sesuai dengan karakteristik masing-masing
negara sehingga lebih mudah untuk diaplikasikan.
Keterkaitan. Beberapa hal penting yang perlumendapat perhatian berkaitan dengan
MDG adalahsebagai berikut: Pertama, MDG bukan tujuan PBB, sekalipun PBB merupakan
lembaga yang aktif terlibat global untuk merealisasikannya. MDG adalah tujuan dan tanggung
jawabdari semua negara yang berpartisipasi dalam KTT Milenium, baik pada rakyatnya
maupun secara bersamaantar pemerintahan. Kedua, tujuh dari delapantujuan telah
dikuantitatifkan sebagai targetdengan waktu pencapaian yang jelas, hingga memungkinkan
pengukuran dan pelaporan kemajuan secara obyektif dengan indikator yang secara
internasional dapat diperbandingkan.Ketiga, tujuan-tujuan dalam MDG saling terkait satu
dengan yang lain. Misalnya, Tujuan 1—menanggulangi kemiskinan dan kelaparan yang
parah—adalah kondisi yang perlu tapi belum cukup bagi pencapaian Tujuan 2 hingga Tujuan
7. Demikian juga, tanpakemitraan dan kerja sama antara negara miskin dannegara maju, seperti
yang disebut pada Tujuan 8,negara-negara miskin akan sulit mewujudkan ketujuh tujuan
lainnya. Keempat, dengan dukungan PBB, terjadi upaya global untuk memantau
kemajuan,meningkatkan perhatian, mendorong tindakan danpenelitian yang akan menjadi
landasan intelektualbagi reformasi kebijakan, pembangunan kapasitasdan memobilisasi
sumber daya yang dibutuhkan untukmencapai semua target. Kelima, 18 belas targetdan lebih
dari 40 indikator terkait ditetapkan untukdapat dicapai dalam jangka waktu 25 tahun
antara1990 dan 2015. Masing-masingindikator digunakan untuk memonitor perkembangan
pencapaian setiatujuan dan target.

Tujuan dan Target MDGs

Delapan Tujuan MDGs telah di jabarkan dalam target-target yang dapat diukur dan
progresnya dapat dipantau dan dilaporkan dengan menggunakan indikator-indikator yang
dapat diverifikasi dan diperbandingkan secara internasional. Kepada setiap negara diberikan
fleksibilitas untuk menyesuaikan dan melakukan lokalisasi terhadap indicator-indikator
tersebut.

Tujuan Target

1. Menanggulangi Kemiskinan dan 1. Menurunkan proporsi penduduk yang


kelaparan tingkat pendapatannya dibawah $ 1 PPP per
hari menjadi setengah antara 1990-2015.
2. Menurunkan proporsi penduduk yang
menderita kelaparan menjadi setengahnya
antara tahun 1990-2015

2. Pendidikan Dasar untuk semua


3. Memastikan pada 2015 semua anak-anak
dimanapun laki-laki maupun perempuan,
dapat menyelesaikan pendidikan dasar.

3. Mendorong Kesetaraan Gender dan 4. Menghilangkan ketimpangan gender di


Pemberdayaan Perempuan tingkat pendidikan dasar dan lanjutan
pada2005 dan disemua jenjang pendidikan
tidak lebih dari tahun 2015.

4. Menurunkan Angka kematian anak 5. Menurunkan angka kematian balita


sebesar dua pertiganya, antara 1990 dan 2015

5. Meningkatkan Kesehatan Ibu 6. Menurunkan angka kematian ibu sebesar


tiga perempatnya antara 1990-2015

6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan 7. Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS


Penyakit Menular Lainnya dan mulai menurunkannya jumlah kasus baru
pada 2015
8. Mengendalikan penyakit malaria dan
mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan
penyakit lainnya pada 2015.

7. Memastikan Keberlanjutan Lingkungan 9. Memadukan prinsip-prinsip pembangunan


Hidup berkelanjutan dengan kebijakan dan program
nasional serta mengembalikan sumber daya
lingkungan yang hilang.
10. Penurunan sebesar separuh, proporsi
penduduk tanpa akses terhadap sumber air
minum yang aman dan berkelanjutan serta
fasilitas sanitasi dasar pada 2015.
11. Mencapai perbaikan yang berarti dalam
kehidupan penduduk miskin di permukiman
kumuh pada tahun 2020.

8. Membangun Kemitraan Global untuk 12. Melakukan pembangunan lebih lanjut


Pembangunan system keuangan dan perdagangan yang
terbuka, berbasis peraturan, dapat di
prediksi, dan tidak diskriminatif.
13. Penanggulangan masalah pinjaman luar
negeri melalui upaya nasional maupun
internasional dalam rangka pengelolaan
pinjaman luar negeri yang
berkesinambungan dalam jangka panjang
14. Bekerjasama dengan negara-negara
berkembang dalam mengembangkan dan
menerapkan strategi untuk menciptakan
lapangan kerja yang layak dan produktif bagi
penduduk usia muda
15. Bekerja sama dengan sector swasta
dalam memanfaatkan teknologi baru,
terutama teknologi informasi dan
komunikasi
Tujun Pembangunan Milenium Indonesia

Pemerintah Indonesia melaksanakannya dibawah koordinasi Bappenasdibantu dengan


Kelompok Kerja PBB dan telah menyelesaikan laporan MDG pertamanya yang ditulis
dalam bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk
menunjukkan rasa kepemilikan pemerintah Indonesia atas laporan tersebut. Tujuan Tujuan
Pembangunan Milenium ini menjabarkan upaya awal pemerintah untuk menginventarisasi
situasi pembangunan manusia yang terkait dengan pencapaian tujuan MDGs, mengukur, dan
menganalisa kemajuan seiring dengan upaya menjadikan pencapaian-pencapaian ini menjadi
kenyataan, sekaligus mengidenifikasi dan meninjau kembali kebijakan-kebijakan dan
program-program pemerintah yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan-tujuan ini. Dengan
tujuan utama mengurangi jumlah orang dengan pendapatan dibawah upah minimum regional
antara tahun 1990 dan 2015, Laporan ini menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam jalur
untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, pencapaiannya lintas provinsi tidak seimbang.[2]

Kini MDGs telah menjadi referensi penting pembangunan di Indonesia, mulai dari
tahap perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) hingga pelaksanaannya. Walaupun mengalamai kendala, namun pemerintah memiliki
komitmen untuk mencapai tujuan-tujuan ini dan dibutuhkan kerja keras serta kerjasama dengan
seluruh pihak, termasuk masyarakat madani, pihak swasta, dan lembaga donor.
Pencapaian MDGs di Indonesia akan dijadikan dasar untuk perjanjian kerjasama dan
implementasinya di masa depan. Hal ini termasuk kampanye untuk perjanjian tukar guling
hutang untuk negara berkembang sejalan dengan Deklarasi Jakarta mengenai MDGs di daerah
Asia dan Pasifik.

10 STRATEGI PENCAPAIAN TARGET MDGs 2015

1. Membentuk Kelembagaan yang berfungsi mengkoordinasikan


Kementerian/Lembaga yang terkait langsung dengan pencapaian targettarget
MDGs.
2. Mengintegrasikan target-target indicator pencapaian MDGS sebagai
indicator kinerja perencanaan penganggaran di tingkat Nasional dan
daerah. Target MDGs menjadi program prioritas nasional, sebagai dasar
penyusunan arah kebijakan fiscal dan nota keuangan.
3. Menerapkan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah untuk programprogram
pencapaian MDGs yang meliputi Penanggulangan Kemiskikan,
Pengurangan Gizi Buruk dan Kurang, Meningkatkan Kesehatan Ibu dan
Bayi, Penanganan HIV dan Sanitasi.
4. Meningkatkan Dana Perimbangan khususnya Dana Alokasi Khusus
berdasarkan target-target pencapaian MDGs. Besarnya DAK dirumuskan
berdasarkan variable tingkat rendahnya pencapaian target MDGs untuk
mengatasi kesenjangan pencapaian target MDGs antar daerah.
5. Memberikan perhatian khusus terhadap 20 daerah-daerah yang pencapaian
target MDGs-nya dibawah rata-rata Nasional.
6. Memberikan insentif fiscal bagi daerah-daerah yang mampu mencapai
target MDGs dan yang berhasil menerapak system jaminan sosial yang
menyeluruh.
7. Mensinergikan anggaran penanggulangan kemiskinan dan memperbesar
proporsi dalam bentuk dana perimbangan di daerah. Persoalan utama
anggaran kemiskinan saat ini adalah efektivitas dan efisiensi alokasi
angaran.
8. Mengimplementasikan anggaran responsive jender dan pro poor budget
dalam perencanaan penganggaran di tingkat Nasional dan Daerah.
9. Meningkatkan alokasi anggaran kesehatan minimal 5% dari PDB. Saat ini
pengeluaran kesehatan Indonesia terendah di kawasan Asia Tenggara,
bahkan hanya 1/3 dari anggaran kesehatan Filiphina yang berada diurutan
kedua terendah.
10. Memperbaiki system data base kependudukan sebagai basis data
pencapaian indicator MDGs dan penggunaan data terpilah berdasarkan
gender. Indikator MDGs khususnya kematian Ibu dan anak merupakan
data yang paling tidak up to date memiliki banyak versi.

Program kerja
1. Menanggulangi Kemiskinan dan kelaparan

Kebijakan dan program


Target dan kebijakan nasional. Target penanggulangan kemiskinan secara nasional, sesuai
arahan Propenas (2000–2004), adalah mengurangi jumlah penduduk miskin dari 18,2 persen
pada 2002 menjad14,0 persen pada 2004. Target itu dicapai melalui dua strategi. Pertama,
meningkatkan pendapatan melalui perluasan peluang usaha, kesempatan kerja, dan
peningkatan produktivitas penduduk miskin. Kedua, mengurangi pengeluaran keluarga miskin
untuk pangan, pendidikan, kesehatan, daninfra struktur. Adapun kebijakan utamanya adalah
perluasan kesempatan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas sumber daya
manusia,dan perlindungan sosial.Program. Penanggulangan kemis kinan mendapat prioritas
utama di dalam Propenas 2000–2004. BerdasarkanUU No. 25/2000, penanggulangan
kemiskinan ditempuh melalui tiga program. Pertama, penyediaan kebutuhan pokok berupa
bahan pokok pangan, pelayanan dasar di bidang kesehatan pendidikan dan perumahan bagi
keluarga dan kelompok masyarakat miskin secara merata. Kedua, pengembangan budaya usaha
masyarakat miskin hingga dapat melakukan usaha ekonomi rakyat yang produktif atas dasar
sikap demokratis dan mandiri.Ketiga, pengembangan sistem dana jaminan sosialyang dapat
melindungi kelompok masyarakat darisituasi yang mengurangi pendapatan atau
konsumsinya.Kelompok sasaran diprioritaskan pada keluargamiskin, anak terlantar, kelompok
lanjut usia, dan penyandang cacat.Kegiatan. Program pertama dijabarkan ke dalamberbagai
kegiatan seperti penyediaan dan pencadangan bahan pokok secara terus-menerus;
pengendalian harga bahan pokok; penyediaan pelayanan dasar, terutama kesehatan dan
pendidikan;perluasan jaringan pelayanan dalam penyediaan kebutuhan pokok;dan perbaikan
lingkungan perumahan,termasuk air bersih. Program kedua mencakup kegiatan pengembangan
pendidikan dan latihan ketrampilan usaha; pendampingan melalui bimbingan dan konsultasi;
penciptaan jaringan kerja sama dan kemitraan usaha yang didukung oleh organisasi masyarakat
setempat, pemerintah daerah, swasta, dan perguruan tinggi; penyediaan kemudahan akses
terhadap sumber daya-sumberdaya; penyediaan prasarana dan sarana usaha bagikeluarga
miskin; dan penyediaan pemukinan transmigrasibaru untuk petani dan buruh tani yang
tidakmemiliki lahan pertanian. Program ketiga mencakup kegiatan pengembangan sistem
jaminan sosial yang efektif sesuai dengan budaya masyarakat; pemantapansistem jaminan
sosial yangsudah berkembangdi masyarakat; peningkatan kemampuan pemerintah daerah dan
masyarakat dalam pengelolaan sistem jaminan sosial. Keseluruhan program penanggulangan
kemiskinan bersifat lintas sektoraldan komprehensif. Selain program dan kegiatan datas,
terdapat lagi kegiatan pendukung lainnya yangtersebar dalam berbagai program pembangunan.

2. Pendidikan Dasar untuk semua

Kebijakan dan program


Kebijakan pokok pendidikan dasar
• Meningkatkan akses dan perluasan kesempatan belajar bagi semua anak usia pendidikan
dasar, dengan target utama daerah dan masyarakat miskin, terpencil, dan terisolasi.
• Meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan dasar, sehingga setiap tamatan mempunya
kompetensi dasar yang dapat digunakan untukhidup dalam masyarakat atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
• Meningkatkan efisiensi manajemen pendayagunaan sumber daya pendidikan dan
mengupayakan agar semua lembaga pendidikan dapat melaksanakan fungsinya secaral efisien
dan efektif.
• Meningkatkan akses pendidikan dasar harus dilakukanbersama-sama dengan perbaikan mutu
pendidikan.Dengan demikian, penuntasan program pendidikan dasar tidak dapat dipisahkan
dari upaya peningkatan mutu. Strategi pelaksanaan untuk kebijakan di atas mencakup:
• Melaksanakan gerakan nasional penuntasan program pendidikan dasar dengan partisipasi
semua kekuatan masyarakat, seperti orang tua,tokoh masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat,dunia industri, dan usahawan, sehingga pelaksanaan penuntasan program ini betul-
betul merupakan gerakan sosial (community-based
education).
• Meningkatkan dan memperkuat program-program esensial yang telah ada untuk
meningkatkan jumlah siswa masuk sekolah (enrollment). Sementara itu, program-program
kegiatan yang kurang esensial agar dikaji ulang dan memobilisasi sumber daya yang
mendukungnya untuk mempertahankan dan meningkatkan program pendidikan dasar.
• Memberikan peluang yang lebih besar kepada sekolah-sekolah swasta dan lembaga
pendidikan yang berbasis masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam pelaksanaan pendidikan
dasar.
• Mengupayakan untuk menangani secara lebih efektif target-target masyarakat yang tidak
terjangkau (miskin, terpencil, terisolasi) melalui pendekatan dan program pendidikan
alternatif,untuk meningkatkan persamaan akses pendidikan dasar.
• Pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar ditangani secara lokal, dengan memperhatikan
setiap potensi dan tantangan yang ada, dengan memberikan kewenangan penuh dan
tanggungjawab pelaksanaan kepada pemerintah kabupaten/ kota dengan didukung oleh
pemerintah provinsi dan pusat.

3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Kebijakan dan program


Kebijakan. Untuk mencapai target MDG, kebijakan yang diambil adalah mewujudkan
persamaan akses pendidikan yang bermutu dan berwawasan gender bagi semua anak laki-laki
dan perempuan; menurunkan tingkat buta huruf penduduk dewasa terutama penduduk
perempuan melalui peningkatan kinerja pendidikan pada setiap jenjang pendidikan,baik
melalui sekolah maupun luar sekolah, pendidikan kesetaraan dan pendidikan baca
tulisfungsional bagi penduduk dewasa; dan meningkatkan kemampuan kelembagaan
pendidikan dalammengelola dan mempromosikan pendidikan yang berwawasan gender.

Strategi
Kebijakan itu dilaksanakan melalui lima strategi utama, yaitu: penyediaan akses pendidikan
yang bermutu, terutama pendidikan dasar secara merata bagi anak laki-laki dan perempuan
baik melalui pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar sekolah; penyediaan akses
pendidikan kesetaraan bagi penduduk usia dewasa yang tidak dapat mengikuti pendidikan
sekolah; peningkatan penyediaan pelayanan pendidikan baca tulis untuk meningkatkan derajat
melek huruf, terutama penduduk perempuan; peningkatan koordinasi, informasi, dan edukasi
dalam rangka mengarus utamakan pendidikan berwawasan gender; dan pengembangan
kelembagaan institusi pendidikan baik di tingkat pusat maupun daerah mengenai pendidikan
berwawasan gender.
Sasaran
Sasaran kinerja pendidikan berwawasan gender yang ingin dicapai dalam akses pendidikan
adalah (a) meningkatnya partisipasi pendidikan penduduk usia sekolah yang diikuti dengan
semakin seimbangnya rasio siswa laki-laki dan perempuan untuk semua jenjang pendidikan;
(b) meningkatkan partisipasi penduduk miskin laki-lakidan perempuan terutama yang tinggal
di daerah pedesaan yang masih rendah sehingga menjadisetara dengan penduduk dari
kelompok kaya, (c) dan meningkatkan derajat melek huruf penduduk baik laki-laki maupun
perempuan dengan rasio yang semakin setara.

Prioritas
Kondisi kesetaraan gender dalam pendidikan yang beragam seperti diuraikan pada bagian
sebelumnya memerlukan bentuk-bentuk intervensi yang bervariasi sehingga berbagai program
yang dilaksanakan benar-benar dapat menurunkan kesenjangan pendidikan antara laki-laki dan
perempuan. Untuk jenjang sekolah dasar atau kelompok penduduk usia 7–12 tahun, dengan
rasio siswa lakilaki dan perempuan yang sudah baik, penentuan prioritas perlu
mempertimbangkan keragaman antar wilayah atau provinsi dan kelompok pendapatan. Pada
jenjang SLTP/MTs atau kelompok usia 13–15 tahun diketahui bahwa partisipasinya masih
cuku prendah. Karena itu, upaya peningkatan partisipas harus diupayakan baik pada penduduk
laki-laki danperempuan. Namun dengan diketahuinya partisipasi pendidikan penduduk laki-
laki kelompok 40 persen termiskin lebih rendah dibandingkan penduduk perempuan, upaya
yang lebih intensif untuk meningkatkan partisipasi kelompok itu sangat diperlukan. Dengan
asumsi bahwa partisipasi pendidikan yang lebih rendah itu salah satunya karena bekerja, upaya
untuk mengembalikan mereka kesekolah menjadi sangat penting. Untuk meningkatkan
pendidikan baca tulis, sangat jelas bahwatingkat melek huruf penduduk perempuan masihjauh
lebih rendah dibandingkan dengan penduduk laki-laki baik di pedesaan maupun di perkotaan,
di setiap kelompok usia penduduk dewasa, dandi setiap kelompok pengeluaran keluarga.
Namun prioritas utama diberikan pada upaya peningkatan kemampuan baca tulis penduduk
perempuan yang miskin, yang tinggal di daerah perdesaan dan berusia lebih dari 25 tahun
karena kelompok inilah yang memiliki tingkat melek huruf paling rendah yang diikuti oleh
penduduk laki-laki kelompok usiayang sama, yang miskin dan tinggal di perdesaan. Seluruh
upaya untuk meningkatkan partisipasi pendidikan dan tingkat melek huruf penduduk tersebut
di atas didukung dengan upaya peningkatan kemampuan kelembagaan pendidikan sehinga
memiliki kemampuan dalam merencanakan pendidikanyang tanggap gender, disamping
meningkatkan semua pihak mengenai pentingnya pendidikan baik untuk laki-laki maupun
perempuan.

4. Menurunkan Angka kematian anak


Kebijakan dan program
Program Pembangunan Nasional. Selama ini upaya penurunan angka kematian bayi dan balita
merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan kesehatan. Dalam dokumen Propenas
2000–2004,upaya-upaya ini termaktub dalam tiga program kesehatannasional, yaitu Program
Lingkungan Sehat,Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat; ProgramUpaya Kesehatan;
serta Program Perbaikan Gizi Masyarakat.16

Strategi dan usaha untuk mendukung upaya penurunan kematian bayi dan balita antara lain
adalah meningkatkan kebersihan (hygiene) dan sanitasi ditingkat individu, keluarga, dan
masyarakat melalui penyediaan air bersih, meningkatkan perilaku hidup sehat, serta kepedulian
terhadap kelangsungan dan perkembangan dini anak; pemberantasan penyakit menular,
meningkatkan cakupan imunisasi dan, meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi
termasuk pelayanan kontrasepsi dan ibu, menanggulangi gizi buruk, kurang energi kronik dan
anemi, sertapromosi pemberian ASI ekslusif dan pemantauanpertumbuhan.
Jaring Pengaman Sosial. Bertam bahnya penduduk miskin sebagai akibat krisis ekonomi yang
terjadisejak 1998 telah membatasi akses dan kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan
ibu dan anakbagi golongan miskin. Selain program-programrutin pelayanan kesehatan ibu dan
anak, pemerintahtelah meluncurkan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) bidang kesehatan,
antara lain kesehatan dasar dan rujukan gratis bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi
untuk keluarga miskin, serta bantuan pembangunan sarana kesehatan.Peraturan perundangan.
Dengan ditetapkannya UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,kesempatan anak
Indonesia untuk hidup sehat, tumbuh,dan berkembang secara optimal menjadi semakin
terbuka. Dalam undang-undang itu dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh
pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental spiritual, dan
sosial. Program Nasional bagi Anak Indonesia. Merujuk pada kebijakan umum pembangunan
kesehatan nasional,upaya penurunan angka kematian bayi dan balita merupakan bagian penting
dalam ProgramNasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) yang antaralain dijabarkan dalam Visi
Anak Indonesia 2015 untukmenuju anak Indonesia yang sehat. Strategi nasional bagi upaya
penurunan kematian bayi dan balita adalah pemberdayaan keluarga, pemberdayan
masyarakat,meningkatkan kerja sama dan kordinasi lintassektor, dan meningkatkan jangkauan
pelayanankesehatan anak yang komprehensif dan berkualitas.

5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

Kebijakan dan program

Prioritas nasional. Menurunkan kesakitan dan kematianibu telah menjadi salah satu prioritas
utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas.
Kegiatan-kegiatanyang mendukung upaya ini antara lain meningkatkanpelayanan kesehatan
reproduksi, meningkatkapemberantasan penyakit menular dan imunisasi,meningkatkan
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan,menanggulangi KEK, dan menanggulangi anemia gizi
besi pada wanita usia subur dan pada masakehamilan, melahirkan, dan nifas.15Kehamilan
Aman. Mengacu pada Indonesia Sehat 2010, telah dicanangkan strategi Making Pregnancy
Safer (MPS) atau Kehamilan yang Aman sebagaikelanjutan dari program Safe Motherhood,
dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitandan kematian ibu dan bayi baru lahir.
MPS terfokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam intervensi klinis dan
sistem kesehatan serta penekanan pada kemitraan antar institusi pemerintah, lembaga donor,
dan peminjam, swasta, masyarakat, dan keluarga. Perhatian khusus diberikan pada penyediaan
pelayanan yang memadaidan berkelanjutan dengan penekanan padaketer sediaan penolong
persalinan terlatih. Aktivitas masyarakat ditekankan pada upaya untuk menjamin bahwa wanita
dan bayi baru lahir memperoleh akses terhadap pelayanan.

Strategi. Ada empat strategi utama bagi upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu. Pertama,
meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas
dan cost effective. Kedua, membangun kemitraan yangefektif melalui kerja sama lintas
program, lintas sektor,dan mitra lainnya. Ketiga, mendorong pemberdayaan wanita dan
keluarga melalui peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat. Keempat, mendorong
keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaandan pemanfaatan pelayanan ibu dan
bayibaru lahir.
Pesan kunci MPS. Strategi MPS memiliki tiga pesankunci, yaitu setiap persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih; setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan
yang memadai; dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan
yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.Kelompok sasaran. Perhatian
khusus perlu diberikan kepada kelompok masyarakat berpendapatan rendah baik di perkotaan
dan pedesaan sertamasyarakat di daerah terpencil.

Program Jaring
Pengaman Sosial (JPS)—yang telah dimulai sejak1998 telah menyediakan pelayanan
pelayanan kesehatandasar dan bidan di desa secara gratis bagipenduduk miskin—perlu
dipertahankan dengan berbagai cara.

Konteks lebih luas. Terlepas dari kebijakan dan program dengan fokus pada sektor kesehatan,
diperlukan juga penanganan dalam konteks yang lebihluas di mana kematian ibu terjadi.
Kematian ibu sering disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks yang menjadi tanggung
jawab lebih dari satu sektor. Terdapat korelasi yang jelas antara pendidikan, penggunaan
kontrasepsi, dan persalinan yang aman. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja harus
ditangani dengan benar, mengingat besarnya masalah. Selain itu, isu gender dan hak-hak
reproduksi baik untuk laki-laki maupun perempuan perlu terus ditekankan dan dipromosikan
pada semua level.

6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya

Kebijakan dan Program


Komitmen nasional dan internasional. Kecepatan penyebaran HIV/AIDS, terutama pada
kelompok risiko tinggi, mendapat perhatian utama dari pemerintah. Tanggapan nasional
terhadap tingginya tingkat penyebaran penyakit ini adalah cermin dari komitmen internasional,
khususnya “Declaration of Commitment” pada UNGASS HIV/AIDS 2001,Deklarasi ASEAN
tentang HIV/AIDS (2001), danDeklarasi “A World Fit for Children” (2002).
PenanggulanganHIV/AIDS di Indonesia terdiri atasupaya pencegahan; pengobatan, dukungan,
dan perawatanbagi orang yang hidup dengan HIV/AIDS; dan pengawasan.

Pencegahan merupakan upaya prioritas dalam penanggulangan HIV/AIDS. Hal ini berkaitan
erat dengan situasi penularan HIV/AIDS yang ada di masyarakat. Pencegahan penyakit
dilakukan melaluiupaya kampanye yang meliputi pemberian informasi, edukasi, dan
komunikasi (KIE) sesuai dengan budaya dan agama setempat. Ibu hamil didorong untuk
melakukan kunjungan antenatal untuk memperoleh informasi tentang HIV dan konseling.
Upaya pencegahan juga ditujukan kepada populasi berisiko tinggi seperti pekerja seks
komersial dan pelanggannya, orang yang telah terinfeksi dan pasangannya, para pengguna
napza suntik, serta pekerja kesehatan yang mudah terpapar oleh infeksiHIV/AIDS.

Pengobatan, dukungan, dan perawatan bagiorang yang hidup dengan HIV/AIDS dilakukan
melalui klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing)di sarana kesehatan yang ada. Upaya
ini telah dilaksanakan bukan hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh beberapa fasilitas
kesehatan milik swastaserta lembaga nonpemerintah lainnya. Dalam menjalankanberbagai
upaya ini, perlu senantiasa diperhatikan bahwa melayani orang yang hidup denganHIV/AIDS
harus juga melindungi hak asasi manusia melalui berbagai upaya untuk mengurangi dan
menghilangkan stigma dan diskriminasi. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan perlu
dilakukan berbagai pelatihan dan pendidikan bagi para pekerja lapangan, penyediaan obat yang
diperlukan, sertapetunjuk pengobatan, dukungan, perawatan, dankonseling.

Pengawasan HIV/AIDS dan infeksi menular seksual adalah salah satu kunci dalam strategi
pemantauan kecenderungan prevalensi HIV/AIDS. Kegiatan pengawasan menyangkut
pengumpulan, pengolahan, dan analisis data secara sistematik dan terusmenerus. Kegiatan ini
akan memberikan informasi tentang jumlah dan prevalensi HIV serta penderita infeksi menular
seksual, di berbagai kalangan yang ada dalam masyarakat dengan tingkat risiko yang berbeda,
distribusi serta kecenderungannya.
7. Memastikan Keberlanjutan Lingkungan Hidup

Kebijakan dan program


Di dalam Propenas 2000–2004, kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya alam dan
lingkunganhidup ditujukan pada upaya:
(1) mengelola sumberdaya alam, baik yang dapat diperbarui maupunyang tidak dapat
diperbarui melalui penerapan teknologi ramah lingkungan dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tampungnya;
(2) menegakkan hukum secara adil dan konsistenuntuk menghindari perusakan sumber daya
alam dan pencemaran lingkungan;
(3) mendelegasikankewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup secara bertahap kepada pemerintah daerah;
(4) memberdayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam
dan lingkungan hidup untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
(5) menerapkan secara efektif penggunaan indikator-indikator untuk mengetahui keberhasilan
pengelolaan sumber daya alam dan lingkunganhidup;
(6) memelihara kawasan konservasi yang sudahada dan menetapkan kawasan konservasi
barudi wilayah tertentu; dan
(7) mengikutsertakan masyarakatuntuk menanggulangi masalah lingkungan global. Upaya-
upaya tersebut dijabarkan ke dalam lima program pembangunan yang direncanakan untuk
dilaksanakan. Kelima program itu saling terkaitsatu sama lain dengan tujuan akhirnya adalah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang adildan berkelanjutan dalam kualitas lingkungan
hidupyang semakin baik dan sehat. Program-programitu adalah:
1. Program pengembangan dan peningkatanakses informasi sumber daya alam dan lingkungan
hidup.
2. Program peningkatan efektivitas pengelolaan, konservasi, dan rehabilitasi sumber daya
alam.
3. Program pencegahan dan pengendalian kerusakandan pencemaran lingkungan hidup.
4. Program penataan kelembagaan dan penegakan hukum pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian lingkungan hidup.
5. Program peningkatan peranan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian lingkungan hidup.
8. Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan

Kebijakan dan program


Berbagai langkah dilakukan untuk meningkatkan rasio besarnya ekspor dan impor terhadap
PDB,
antara lain melalui kebijakan peningkatan daya saing produk ekspor nonmigas melalui
diversifikasi pasar serta peningkatan keberagaman dan kualitas produk, yang didukung oleh
strategi, mendorongb upaya diversifikasi pasar tujuan ekspor untuk mengurangi tingkat
ketergantungan kepada pasar ekspor tertentu; meningkatkan keberagaman dan kualitas produk
terutama untuk produk-produk manufaktur yang bernilai tambah lebih besar, berbasis pada
sumber daya alam, dan permintaan pasarnya besar; dan meningkatkan kualitas perluasan akses
pasar, promosi, dan fasilitasi ekspor nonmigas di berbagai tujuan pasar ekspor melalui
pemanfaatan skema kerjasama perdagangan baik bilateral, regional maupun multilateral; serta
melakukan pengendalian impor produk-produk yang berpotensi menurunkan daya saing
produk domestik di pasar dalam negeri. Untuk menjaga stabilitas sektor keuangan dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan, Pemerintah melakukan
beberapa kebijakan yaitu: (i) peningkatan daya saing dan ketahanan sektor keuangan antara
lain dengan pendirian lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK); (ii) peningkatan fungsi
intermediasi perbankan antara lain melalui penetapan suku bunga dasar kredit; dan (iii)
peningkatan akses masyarakat terhadap layanan jasa keuangan (financial inclusion) antara
lain melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yaitu pemberian kredit dengan model
penjaminan bagi masyarakat yang unbankable dan program TabunganKu yang mengenalkan
tabungan “tanpa Biaya Administratif” dan deposit awal yang cukup ringan (hanya Rp 20.000),
serta program edukasi keuangan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai
produk dan jasa perbankan. Disamping itu, Pemerintah dan Bank Indonesia terus
mengupayakan pemberdayaan lembaga keuangan mikro untuk melayani masyarakat di
pedesaan dan kelompok usaha mikro, melalui ptimalisasi peran Bank Perkreditan rakyat
(BPR).
KESIMPULAN
Pencapaian MDGS dengan strategi pembangunan yang telah ada akan lebih bermakna
pencapaian tersebut dilakukan dengan partisipasi dari semua pihak di Indonesia mulai dari
Pemerintahan, LSM, Jajaran Swasta, Masyarakat umum dan Masyarakat Sekolah.
Sebuah gerakan dalam rangka mewujudkan pencapaian MDGs pada tahun 2015 dapat
dilakukan dengan mengadakan kompetisi antara daerah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

Pusataka

STRATEGI DAN INOVASI PENCAPAIAN MDGs 2015 DI INDONESIA


Oleh
Dr. Afrina Sari. M.Si
Dosen Universitas Islam ‘45’ Bekasi
Email: afrina.sari@yahoo.co.id

LAPORAN PENCAPAIAN
TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM
DI INDONESIA
2011
©2012 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Laporan Perkembangan Pencapaian


Tujuan Pembangunan Milenium
(Millennium Development Goals)

Anda mungkin juga menyukai