Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara terus


menerus mengakibatkan tingkat pendidikan dan teknologi semakin maju. Orang dengan
mudah berobat dan tidak takut dengan penyakit berbahaya. Tapi hal ini dipengaruhi oleh
peningkatan biaya pengobatan sementara masyarakat, masih banyak yang hidup dibawah
garis kemiskinan. Oleh karena itu masyarakat Indonesia harus sudah mengenal kesehatan
keluarga dari sekarang agar masyarakat mengenal arti pentingnya kesehatan dan oleh
sebab itu disini akan dibahas tentang konsep keperawatan keluarga dalam keperawatan di
Indonesia. Agar masyarakat Indonesia hidup sehat keperawatan keluarga merupakan
salah satu area spesalis dalam keperawatan yang berfokus kepada keluarga sebagai target
pelayanan. Tujuan dari keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan kesehatan
keluarga secara menyeluruh dan setiap anggota keluarga.

Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima
asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan
anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-
sia jika tidak dilanjutkan oleh keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan
anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau
signifikan.

Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga dengan


memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan
sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan
yang kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan
kesehatan perawat harus memperhatikan nilai-nilai dan budaya keluarga sehingga dapat
menerima. Maka dari itu penulis akan meninjau beberapa tinjauan kepustakaan untuk
melengkapi teori teori dasar mengenai kosep dasar keluarga.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi keluarga?
b. Apa saja tipe dan bentuk keluarga?
c. Apa saja tahap perkembangan keluarga?
d. Bagaimana struktur keluarga?
e. Apa peran dan fungsi keluarga?
f. Apa saja tugas keluarga?
g. Apa saja ciri dan sifat keluarga?
h. Bagaimana keluarga sebagai sistem?
i. Bagaimana proses stres dan strategi koping keluarga?
j. Apa dan bagaimana tingkat kemandirian keluarga?
k. Bagaimana konsep dasar primery health care?
l. Bagaimana konsep keluarga sejahtera?
1.3 Tujuan
a. Dapat menngetahui dan memahami apa definisi keluarga.
b. Dapat menngetahui dan memahami apa saja tipe dan bentuk keluarga.
c. Dapat menngetahui dan memahami apa saja tahap perkembangan keluarga.
d. Dapat menngetahui dan memahami bagaimana struktur keluarga.
e. Dapat menngetahui dan memahami apa peran dan fungsi keluarga.
f. Dapat menngetahui dan memahami apa tugas keluarga dalam kesehatan
g. Dapat menngetahui dan memahami apa saja ciri-ciri keluarga
h. Dapat menngetahui dan memahami bagaimana keluarga sebagai sistem.
i. Dapat menngetahui dan memahami bagaimana proses stres dan strategi koping
keluarga.
j. Dapat menngetahui dan memahami apa dan bagaimana tingkat kemandirian
keluarga.
k. Dapat menngetahui dan memahami bagaimana konsep dasar primery health care.
l. Dapat menngetahui dan memahami bagaimana konsep keluarga sejahtera.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu
dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Ali, 2010).

Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan


sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.Keluarga
merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat, penerima asuhan,
kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan
menempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko. 2012).

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui


pertalian darah, adopsi atau perkawinan. (WHO, dalam Harmoko 2012).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari satu atau lebih individu yang terdiri dari sekumpulan
orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi dan tinggal dalam satu
rumah.

Berikut akan dikemukakan definisi keluarga menurut beberapa ahli (Sudiharto,


2007):

1. Bailon dan Maglaya mendefinisikan sebagai berikut : “Keluarga adalah dua atau lebih
individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,
perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya”
2. Menurut Departemen Kesehatan mendefinisikan sebagai berikut: “Keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling bergantungan”.
3. Menurut Friedman (1998) mendefinisikan sebagai berikut :

Menurut BKKBN mendefinisikan sebagai berikut :

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masih – masing mempunyai peran
sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2.2 Tipe Tipe Keluarga

Gambaran tentang pembagian Tipe Keluarga sangat beraneka ragam, tergantung pada
konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, namun secara umum pembagian Tipe
Keluarga dapat dikelompokkan sebagai berikut :
A. Pengelompokan secara Tradisional

Secara Tradisional, Tipe Keluarga dapat dikelompokkan dalam 2 macam, yaitu :

1) Nuclear Family (Keluarga Inti)

Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya.

2) Extended Family (Keluarga Besar)

Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, dan bibi

B. Pengelompokan secara Modern

Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa


individualism, maka tipe keluarga Modern dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam,
diantaranya :

1) Tradisional Nuclear
Adalah : Keluarga INTI (Ayah, Ibu dan Anak) yang tinggal dalam satu rumah yang
ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, dimana salah satu
atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2) Niddle Age/Aging Couple
Adalah : suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri di rmah atau
kedua-duanya bekerja di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sekolah/menikah/meniti karier.
3) Dyadic Nuclear
Adalah : suatu keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak
yang keduanya atau salah satunya bekerja di luar umah.
4) Single Parent
Adalah : keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat perceraian atau
kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
5) Dual Carrier
Adalah : Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang karier dan tanpa
memiliki anak.
6) Three Generation
Adalah : keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu
rumah.
7) Comunal
Adalah : keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suamiistri atau lebih
yang monogamy berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
8) Cohibing Couple/Keluarga Kabitas/Cahabitation
Adalah : keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
ikatan perkawinan.
9) Composite /Keluarga Berkomposisi
Adalah : sebuah keluarga dengan perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara
bersama-sama dalam satu rumah.
10) Gay and Lesbian Family
Adalah : keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

2.3 Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (1998) adalah :

1) Tahap 1 : Keluarga pemula


Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah
keluarga baru, keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari
keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim.

2) Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak


Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi
berumur 30 bulan. Biasanya orang tua bergetar hatinya dengan kelahiran anak
pertama mereka, tapi agak takut juga. Kekhawatiran terhadap bayi biasanya
berkurang setelah beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai mengenal.
Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran mengasyikkan
yang telah dipercaya kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya sulit karena
perasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua baru.

3) Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah


Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga
mungkin terdiri tiga hingga lima orang, dengan posisi suami - ayah, istri – ibu,
anak laki-laki – saudara, anak perempuan – saudari. Keluarga menjadi lebih
majemuk dan berbeda.

4) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah


Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan
mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa
remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan
hubungan keluarga di akhir tahap ini.

5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja


Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari
siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7
tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan
keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga
brumur 19 atau 20 tahun.

6) Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda


Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong,
ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak
panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau
berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah.
7) Tahap VII : Orang tua pertengahan
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan
dari bagi oarngtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini
biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir
pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun kemudian

2.4 Struktur Keluarga

Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana suatu keluarga itu
melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun macam-macam Struktur Keluarga
diantaranya adalah :

1) Patrilineal

Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2) Matrilineal

Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3) Matrilokal

Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4) Patrilokal

Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5) Keluarga Kawin

Adalah : hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami
atau istri.
Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut :

1) Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara


jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga
bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan
menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan
valid.

Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup,


adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan
pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak
jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar,
diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.

1. Karakteristik pemberi pesan :

a. Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.


b. Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
c. Selalu menerima dan meminta timbal balik.

2. Karakteristik pendengar

a. Siap mendengarkan
b. Memberikan umpan balik
c. Melakukan validasi

2) Struktur peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang
diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/status adalah
posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/suami.

3) Struktur kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi,


atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legimate power), ditiru (referent power), keahlian
(exper power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan efektif power.
4) Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam
budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial
tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

1. Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat
mempersatukan anggota keluarga.
2. Norma,pola prilaku baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam
keluarga.
3. Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan
dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah. (Friedman, dalam Harmoko hal 19;
2012)

2.5 Peran dan Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat diklasifikasikan menjadi dua


yaitu :

1) Peran Formal Keluarga

Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam struktur peran
keluarga (ayah-suami,dll). Yang terkait dengan masing – masing posisi keluarga formal
adalah peran terkait atau sekelompok perilaku yang kurang lebih homogen. Keluarga
membagi peran kepada anggota keluarganya dengan cara yang serupa dengan cara
masyarakat membagi perannya: berdasarkan pada seberapa pentingnya performa peran
terhadap berfungsinya sistem tersebut. Beberapa peran membutuhkan ketrampilan atau
kemempuan khusus: peran yang lain kurang kompleks dan dapat diberikan kepada
mereka yang kuarang terampil atau jumlah kekuasaanya paling sedikit.

2) Peran Informal Keluarga

Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak tampak pada permukaannya,
dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional anggota keluarga dan/atau memelihara
keseimbangan keluarga. Keberadaan peran informal diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan integrasi dan adaptasi dari kelompok keluarga.
menurut friedmen fungsi keluarga dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Fungsi afektif

Yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan dengan orang lain.

2) Fungsi sosialisasi

Adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk


berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain di luar rumah.

3) Fungsi reproduksi

Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan


keluarga.

4) Fungsi ekonomi.

Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi


dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi pemeliharaan kesehatan

Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar


tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

2.6 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Menurut Bailon dan Maglaya (1998), tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah
sebagai berikut:

1) Mampu mengenal masalah kesehatan keluarga

Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang dialami
anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun keluarga harus memahami adanya
perubahan tersebut sehingga tugas keluarga dapat berfungsi optimal.
2) Mampu memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan
keluarga.

3) Mampu merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan atau sakit

Keluarga diharapkan mampu merawat anggota keluarga yang sakit walaupun


dengan bantuan tenaga kesehatan, dan diharapkan pula seminimal mungkin dapat
melakukan pertolongan pertama.

4) Mampu memodifikasi lingkungan keluarga.

Dengan kemampuan memodifikasi lingkungan keluarga mampu melakukan


tindakan preventif maupun rehabilitatif dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga.

5) Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.

Kemampuan keluarga dalam pemanfaatan tenaga / tempat kesehatan


diharapkan sudah mampu dilakukan oleh keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan.

2.7 Ciri Dan Sifat Keluarga


A. Ciri ciri keluarga
Adapun ciri-ciri keluarga diantaranya:
1) Terdiri atas orang-orang yang memiliki ikatan darah atau adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan mereka
membentuk suatu rumah tangga.
3) Mempunyai satu kesatuan orang yang terinteraksi dan saling terkomunikasi yang
memainkan peran sebagai suami istri, bapak dan ibu, anak dan saudara.
4) Mempertahankan suatu keudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari
kebudayaan umum yang lebih luas
B. Sifat umum keluarga
1) Hubungan Suami Istri
Hubungan ini mungkin berlangsung seumur hidup dan mungkin dalam waktu
yang singkat saja. Bentuk hubungan suami istri ini ada yang monogami, ada pula
yang poligami. Bahkan dalam masyarakat yang sederhana terdapat group married,
yaitu sekelompok perempuan yang menikah dengan sekelompok laki-laki.
2) Bentuk Perkawinan di mana Suami Istri Diadakan dan Dipelihara
Dalam suatu masyarakat tertentu, seringkali kita melihat bahwa dalam
memilih calon suami atau calon istri itu dipilihkan oleh orang tua mereka masing-
masing. Namun demikian, pada masyarakat lainnya diserahkan pada orang atau anak
yang bersangkutan. Dengan demikian kita mengenal dua bentuk perkawinan, yaitu
endogami (perkawinan di dalam golongan sendiri), dan eksogami (perkawinan di luar
golongannya sendiri).
3) Susunan nama-nama dan istilah-istilah
Susunan ini termasuk juga bagaimana cara menghitung keturunan. Di dalam
beberapa masyarakat, keturunan dihitung melalui garis laki-laki yang disebut dengan
patrilineal. Misalnya yang terjadi pada masyarakat Batak. Namun, adapula yang
melalui garis keturunan perempuan yang disebut dengan matrilineal. Misalnya yang
terjadi pada masyarakat Minangkabau, di mana kekuasaan terletak pada perempuan.
4) Milik atau Harta Benda Keluarga
Setiap keluarga pada suku bangsa manapun pasti mempunyai milik, harta
benda, atau kekayaan materiil lainnya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
demi kelangsungan hidup para anggotanya.
5) Mempunyai Tempat Tinggal Bersama atau Rumah Bersama
Setiap orang yang telah menikah pasti mempunyai tempat tinggal sendiri di
luar kerabat suami maupun istri. Namun pada beberapa suku bangsa, kita dapat
melihat bahwa suami mengikuti tempat tinggal keluarga istri. Sistem ini disebut
dengan matrilokal. Adapula istri yang mengikuti tempat tinggal keluarga suami, atau
yang disebut dengan patrilokal.

C. Sifat Khusus Keluarga

Di samping sifat-sifat penting dalam keuarga tersebut di atas, keluarga juga mempunyai
sifat-sifat khusus, yaitu sebagai berikut.
1) Universalitet, artinya bentuk yang universal atau umum dari seluruh organisasi sosial.
2) Dasar emosional, artinya rasa kasih sayang, kecintaan sampai kebanggaan terhadap
suatu ras.
3) Pengaruh yang normatif, artinya keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama
bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi dan membentuk watak dari individu.
4) Besarnya keluarga terbatas, di mana biasanya jumlah anggota keluarga ini dibatasi
dalam hubungan perkawinan dan paling besar pada hubungan kekerabatan. Dalam
sebuah rumah tangga dapat dikatakan bahwa jumlah anggota keluarga ditentukan oleh
banyaknya individu yang tinggal dalam satu rumah.
5) Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial, mengingat dilihat dari fungsinya,
keluarga merupakan media tempat pertama kali individu hidup dan mengenal dunia
kehidupan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengenalan lingkungan dari seseorang
sangat bergantung dari bagaimana keluarga tersebut mendidik dan memberikan
pengendalian kepada anggota-anggotanya.
6) Pertanggungjawaban dari anggota-anggotanya, di mana dalam keluarga biasanya
terdapat pembagian tugas meskipun hanya dalam lingkup dan porsi yang sederhana.
Namun demikian, masing-masing anggota keluarga harus dapat bertanggung jawab
atas tugas atau kewajiban yang dibebankan kepada mereka. Misalnya kamu mendapat
tugas untuk menyapu lantai. Maka tugas itu harus kamu lakukan dengan sebaik-
baiknya walaupun tidak ada yang mengawasi sebagai bentuk pertanggung jawabanmu
terhadap tugas yang dibebankan kepadamu.
5) Adanya aturan-aturan sosial yang homogen, sehingga dalam pelaksanaannya akan
mempermudah dalam melakukan pengendalian sosial
2.8 Keluarga Sebagai Sistem

Pada penjabar konsep keperawatan keluarga, keseluruhan keuarga dipandang


sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian dan perawatan. Dalam hal ini,
keluarga merupakan bagian terdepan, sedangkan individu anggota keluarga berperan
sebagai latar belakang atau konteks. Keluarga dipandang sebagi sebuah sistem yang
saling mempengaruhi. Fokusnya adalah pada hubungan dan dinamika interna
keluarga, fungsi, dan struktur keluarga, dan hubungan subsistem dengan keseluruhan
serta hubungan keluarga dengan lingkungan luarnya. Pada tipe penjabaran keluarga
yang terakhir inilah, kontribusi unit keperawatan keluarga terlihat jelas.
Ketika teori sistem dan sibernatik menjadi cara utama memandang dan
menganalisis keluarga, terutama konsep mengenai interaksi, sirkulasi, dan timbal
balik. Pada keperawatan sistem keluarga, hubungan antar penyakit, anggota keluarga,
dan keluarga dikaji dengan menggunakan perspektif interaksi ini dan dimasukan
kedalam rencana terapi. Tipe praktik ini melibatkan penggunaan paradigma dan
kerangka epistomologis yang berbeda untuk pengkajian dan perawatan, yang ditandai
dengan holisme dan hubungan kausal yang sirkular. Keperawatan sistem keluarga
menggunakan pengkajian klinis lanjut dan ketrampilan intervensi yang berdasarkan
pada perpaduan keperawatan, terapi, dan teori sistem keluarga. Hal ini menunjukan
praktik keperawatan tingkat lanjut, dan konsentrasinya yang simultan, yang
ditunjukan tidak hanya pada keseluruhan keluarga sebagai unit perawatan, tetapi juga
pada berbagai sistem, seperti individu, keluarga, dan sistem yang lebih besar.

Untungnya masih banyak upaya yang dilakukan pada perawatn primer


keluarga untuk memandang unit keluarga sebagai fokus utama keparawatan, tetapi
dengan adanya uapaya pengetatan biaya dan kurangnya pembayaran untuk perawatan
keluarga, upaya yang dilakukan ini tidak tersebar secara luas.

Menurut Haarmoko (2010) keluarga dijadikan unit pelayanan karena masalah


kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling berhubungan masyarakat secara
keseluruhan.

a. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan


1. Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang dapat dijadikan sebagai
gambaran manusia
2. Perilaku keluarga dapat menimbulkan masalah kesehatan, tetapi dapat pula
mencegah masalah kesehatan dan menjadi sumber daya pemecah masalah
kesehatan.
3. Masalah kesehatan di dalam keluarga akan saling mempengaruhi terhadap
individu dalam keluarga
4. Keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan
potensi tiap individu dalam keluarga
5. Keluarga merupakan pengambil keputusan dalam mengatasi masalah
6. Keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan
mengembangan kesehatan kepada masyarakat.
b. Siklus penyakit dan kemiskinan dalam masyarakat

Pemberian asuhan keperawatan keluarga harus lebih ditekankan pada


keluarga-keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah. Alasannya adalah
keluarga dengan ekonomi yang rendah umumnya berkaitan dengan
ketidakmampuan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang mereka
hadapi. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan kebutuhan keluarga mereka terhadap gizi, perumahan
dan lingkungan yang sehat, dan kebutuhan-kebutuhan laninnya. Semua ini
akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan. (Harmoko, 2012)

2.9 Stress dan Koping Keluarga

Keluarga dalam melaksanakan kebersamaan dan stabilitas dalam keutuhan sesama


anggota keluarga dimungkinkan memiliki bentuk permasalahan maupun stressor. Dalam
mengkaji keluarga perlu digali tetang kondisi:

1. Apakah masalah keluarga diurus secara memadai oleh anggota keluarga atau tidak,
2. Kejadian krisis dalam keluarga,
3. Apakah masalah merupakan bagian dari ketidakmampuan keluarga secara kronis
dalam menyelesaikan masalah.

Saat stres timbul akan mengalami situasi krisis, dimana situasi krisis timbul karena
sumber dan strategi koping keluarga yang adaptif tidak afektif mengatasi ancaman
stressor, situasi krisis yaitu; suatu keadaan masa kacau dalam kehidupan sebuah keluarga
ketika sebuah kejadian yang penuh dengan stress atau rentetan kejadian yang sangat
menuntut sumber-sumber keluarga dan kemampuan koping tanpa ada penyelesaian
masalah. Situasi krisis dicirikan dengan kondisi ketidakstabilan keluarga.

Sumber Koping Keluarga, meliputi respon koping internal dan eksternal. Sumber
koping internal keluarga terdiri dari kemampuan keluarga yang menyatu sehingga menjadi
kohesif dan integrasi. Integrasi keluarga memerlukan pengontrolan dari subsistem lewat
ikatan kesatuan. Sumber koping eksternal berhubungan dengan penggunaan system
pendukung social oleh keluarga yaitu, kemampuan keluarga dalam memperoleh
persetujuan dari mereka untuk memenuhi kebutuhan terhadap informasi, barang dan
pelayanan.
Strategi koping dalam mengatasi permasalahan keluarga antara lain :

1. Strategi koping keluarga internal ;

a. Mengandalkan kelompok keluarga


b. Penggunaan humor
c. Pengungkapan bersama semakin meningkat (memelihara ikatan)
d. Mengontrol arti atau makna dari masalah pembentukan kembali kognitif dan
penilaian pasif.
e. Penyelesaian masalah secara bersama – sama
f. Fleksibilitas peran
g. Normalisasi

2. Strategi koping keluarga eksternal

a. Mencari informasi
b. Memelihara hubungan aktif dengan komunitas
c. Mencari dukungan social, penggunaan jaringan dukungan informal,
penggunaan system social formal, penggunaan kelompok mandiri.
d. Mencari dukungan spiritual.

3. Strategi adaptif disfungsional

a. Penyangkalan terhadap masalah dan eksploitasi terhadap satu anggota keluarga


atau lebih.
1. Eksploitasi nonfisik, tapi eksploitasi aktif yang jelas emosional,
mengkambing hitamkan, menggunakan ancaman.
2. Eksploitasi emosional nonfisik; mengabaikan anak. •
3. Eksploitasi fisik dan emosional yang digunakan; penyiksaan anak,
penyiksaan orang tua, kekerasan suami istri.
b. Penyangkalan terhadap masalah keluarga; mekanisme adaptif merusak
kemampuan keluarga untuk memenuhi fungsi affektif.
1. Penyangkalan kelihatan dalam system keyakinan keluarga; mitos keluarga,
penggunaan ancaman.
2. Penyangkalan dipertahankan melalui adanya jarak emosi, kebiasaan-
kebiasaan, dan tradisi-tradisi tertentu, triangling dan pseudomutualitas.
c. Pisah dan hilangnya anggota keluarga. Ditinggal suami atau istri,
institusionalisasi, cerai, ketidakhadiran anggota keluarga secara fisik.
d. Otoritarianisme (menyerah kepada dominasi yang jelas).Menurut Friedman
(2010) Proses dan strategi koping keluarga berfungsi sebagi proses atau
mekanisme vital yang memfasilitasi fungsi keluarga. Tanpa koping keluarga
yang efektif, fungsi afektif, sosialisasi, ekonomi, dan perawatan kesehatan tidak
dapat dicapai secara adekuat. Oleh karena itu, proses dan strategi koping
keluarga mengandung proses yang mendasari yang menungkinkan keluarga
mengukuhkan fungsi keluarga yang diperlukan.
2.10 Kriteria Keluarga Mandiri

Menurut Depkes(2006), tingkat kemandirian kaluarga terdiri atas:

1. Keluarga Mandiri Tingkat I


 Menerima petugas perawatan kes.kom
 Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan.
2. Keluarga Mandiri Tingkat II
 Menerima petugas perawatan kes.kom
 Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
 Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
3. Keluarga Mandiri Tingkat III
 Menerima petugas perawatan kes.kom
 Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
 Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
 Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
 Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
4. Keluarga Mandiri Tingkat IV
 Menerima petugas perawatan kes.kom
 Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
 Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
 Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
 Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif

2.11 Konsep Dasar Primary Health Care

Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
pada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum, baik
oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya,
serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara
setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri dan menentukan
nasib sendiri.

Tujuan umum PHC adalah mendapatkan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan


yang diberikan, sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima
pelayanan, sedangkan yang menjadi tujuan khusus adalah berikut ini.

a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani.


b. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani.
c. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani.
d. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber
daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kemudian PHC hendaknya harus memenuhi fungsinya sebagai berikut.

a. Pemeliharaan kesehatan.
b. Pencegahan penyakit.
c. Diagnosa dan pengobatan.
d. Pelayanan tindak lanjut.
e. Pemberian sertifikat.
Selanjutnya yang menjadi unsur utama PHC adalah:

a. mencakup upaya-upaya dasar kesehatan;


b.melibatkan peran serta masyarakat;
c. melibatkan kerja sama lintas sektoral.

Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Alta ditetapkan prinsip-prinsip PHC sebagai
pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC
sebagai berikut.

a. Pemerataan upaya kesehatan

Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini, yaitu perawatan


primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam
masyarakat yang harus diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang
jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi perkotaan atau pedesaan, dan kelas
sosial.

b. Penekanan pada upaya preventif

Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha,


pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan
peran serta individu agar berperilaku sehat serta mencegah berjangkitnya
penyakit.

c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan

Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak,


dan diterima budaya masyarakat (misalnya, penggunaan kulkas untuk vaksin cold
storage).

d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian

Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan


maksimal dari lokal, nasional, dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi
masyarakat adalah proses individu dan keluarga untuk bertanggung jawab atas
kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka serta
mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat.
Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi kebutuhan atau selama
pelaksanaan. Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau
tingkat pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah dilakukan di tingkat
lingkungan atau desa karena masalah heterogenitas yang minim.

e. Kerja sama lintas sektoral dalam membangun kesehatan

Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh suatu intervensi


hanya pada sektor kesehatan formal. Sektor lain sama pentingnya dalam
mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini
mencakup, sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya, keamanan makanan),
pendidikan, komunikasi (misalnya, menyangkut masalah kesehatan yang berlaku,
metode pencegahan dan pengontrolan mereka), perumahan, pekerjaan umum
(misalnya, menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi dasar),
pembangunan perdesaan, industri, dan organisasi masyarakat (termasuk
Panchayats atau pemerintah daerah, organisasi-organisasi sukarela, dan
sebagainya).

Sementara elemen PHC adalah sebagai berikut.

1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta


pengendaliannya.
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi.
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
4. Kesehatan ibu dan anak termasuk KB.
5. Imunisasi terhadap penyakit- penyakit infeksi utama.
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat.
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.
8. Penyediaan obat-obat essential.

Pelaksanaan PHC memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1.Pelayanan yang utama dan dekat dengan masyarakat.


2.Pelayanan yang menyeluruh.
3.Pelayanan yang terorganisasi.
4.Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat.
5.Pelayanan yang berkeseninambungan.
6.Pelayanan yang progresif.
7.Pelayanan yang berorientasi pada keluarga.
8.Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja.
2.11 Konsep Keluarga Sejahtera

Di Indonesia kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap, yaitu :

1. Keluarga Pra-sejahtera, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi


kebutuhan dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, sandang,
pangan papan, dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi
keluarga sejahtera tahap I atau memenuhi salah satu tahap atau lebih.
2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I), adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi
keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, KB,
interaksi keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi.
3. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II), adalah keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara inimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan
psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu
kebutuhan untuk menabung dan memeperoleh informasi.
4. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan social psikologis, dan
kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan
(kontribusi) pada masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam
bentuk material, organisasi, dan lain sebagainya.
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus), adalah keluarga yang
telah memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, social
psikologis, maupun pengembangan, serta telah mampu memberikan
sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari satu atau lebih individu yang terdiri dari sekumpulan
orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi dan tinggal dalam satu
rumah. Dimana fungsi keluarga adalah sebagai fungsi afektif, fungsi sosialisasi dan
penempatan sosial, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi perawatan kesehatan.
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem
keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga
disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu
tertentu.Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi
agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.

3.2 SARAN

Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang keluarga melalui pendalaman


keluarga sesuai jenjang merupakan langkah yang tepat dilakukan guna mencapai
kebutuhan kesehatan keluarga yang optimal.Upaya ini perlu dikembangkan dan
ditingkatkan, untuk itu perlu dukungan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

 Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta : Salemba Medika.
 Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
 Bailon, G, Maglaya (1978). Perawatan Kesehatan Keluarga. Jakarta: Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan Departemen Keehatan RI.
 https://yunusstikes.wordpress.com/2012/01/17/tahap-tahap-perkembangan-keluarga/
 https://www.sekolahpendidikan.com/2017/08/pengertian-ciri-ciri-fungsi-dan-
macam.html#
 http://rangkumanmateriips.blogspot.com/2016/04/sifat-sifat-penting-dalam-
keluarga.html
 http://annisacicha1205.blogspot.com/2016/11/keluarga-sebagai-sistem.html

Anda mungkin juga menyukai