Anda di halaman 1dari 2

Rumah adat terkenal dari masyarakat Kalimantan Utara disebut Rumah Baloy.

Rumah
adat ini merupakan hasil kebudayaan seni arsitektur dari masyarakat suku
Tidung, Kalimantan Utara. Seperti suku lainnya, suku Tidung ini mempunyai kebudayaan
dan model rumah adat sendiri. Walaupun rumah adat ini masih menggunakan sejumlah tiang
tinggi pada bagian bawahnya, bentuk bangunan rumah adat ini terlihat lebih modern dan
modis. Diduga rumah adat ini adalah hasil pengembangan arsitektur Dayak dari Rumah
Panjang (Rumah Lamin) seperti yang dihuni oleh suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur.

Suku dayak memakai pakaian yang bernama Ta’a (untuk perempuan) dan Sapei Sapaq
(untuk laki-laki)
Ta’a tersusun dari beberapa kelengkapan yaitu :
1) Baju rok sebatas lutut bernama ta’a
2) Atasan bernama sapei inoq
3) Da’a (ikat kepala yang terbuat dari kain atau daun pandan) dengan hiasan bulu burung
4) Gelang yang terbuat dari pintalan benang yang dipercaya sebagai penolak bala.
Baik itu baju atasan, bawahan, maupun penutup kepala, semuanya akan dihiasi dengan
uleng (hiasan motif khusus).
Motif harimau dan burung enggang untuk para bangsawan, dan motif tumbuhan untuk
masyarakat biasa.
Sapei Sapaq mempunyai motif yang sama dengan baju Ta’a.
Hanya saja pada bawahannya celana pendek yang bernama Abeq Kaboq.
Selain itu, pria suku dayak juga memakai perisai dan mandau sebagai sarana dalam
perlindungan diri.

Kepiting Soka atau yang sering disebut dengan Kepiting Lemburi merupakan salah satu
makanan yang berasal dari Kalimantan Utara. Makanan ini berbahan dasar Kepiting soka
yang memiliki tekstur daging yang mudah dicerna. Selain mudah dimakan dan rendah lemak,
kepiting soka juga tinggi protein, sumber mineral dan vitamin. Istilah Soka adalah
kepanjangan dari "soft karapas" yang berarti cangkang yang lunak. Kepiting soka biasanya
disajikan dalam penyajian tumis saos. Kulit lembut memungkinkan bumbu untuk merasuk
kedalam daging kepiting.
Tari Magunatip atau yang lebih dikenal dengan nama Tari Lalatip atau Lalatip adalah seni
pertunjukan dari daerah Tarakan dan Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, Indonesia.
Tarian tradisional ini hidup dan berkembang di Suku Dayak Tahol.

Awalnya, tarian ini berbentuk uji atau latihan ketangkasan kaki. Karena itu, para
pemainnya harus lincah dalam melompat untuk menghindari rintangan. Pada zaman dahulu,
perang antarsuku sering terjadi. Para pemuda dan pemudi masyarakat Suku Dayak Tahol
diharuskan mempunyai keterampilan dalam berperang. Namun, dalam perkembangannya,
latihan ketangkasan ini dijadikan sebagai sebuah tarian tradisional khas dari Kalimantan
Utara.

Dalam tarian magunatip atau lalatip ini terdapat tiga kelompok pemain, yaitu kelompok
penjepit kaki dengan menggunakan batang kayu atau bambu, kelompok penari sambil menari
juga menghindari jepitan kayu, dan kelompok pemain musik dengan alat musik tradisional
Kalimantan Utara berupa gong dan kendang.[1]

Tarian ini terbilang cukup mendebarkan karena penari dapat terjepit atau terapit kakinya
oleh batang kayu apabila terlambat menghindar. Semakin mendebarkan tatkala sang penari
harus ditutup kedua matanya. Tarian Lalatip dinyatakan sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Indonesia pada tahun 2017

Babun adalah alat musik tradisional Kalimantan Utara yang terbuat dari kayu dan
memiliki lapisan kulit binatang pada setiap ujungnya yang berlubang. Babun berbentuk
seperti gendang dan cara memainkannya juga sama, yaitu dipukul seperti cara memainkan
gendang. Babun juga bisa anda temui di daerah Kalimantan Selatan.

Anda mungkin juga menyukai