Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang
mengandung konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk
mempertahankan fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan
lingkungan internal yang konstan (homeostatis). Mekanisme regulator penting
untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan keseimbangan
asam basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi
abnormalisasi seperti penyakit atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya
tetap stabil adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan
mempertahankan konstannya cairan tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit
dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler dan
intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya
termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih
kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air
dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur,
jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh
yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara
proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita.
Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit
dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung
sedikit air.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh?
2. Apa saja ganggguan keseimbangan cairan dan elektrolit?
3. Apa saja vaiabel yang dapat mempengaruhi keseimbangan normal cairan
dan elektrolit?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan variabel apa saja yang mempengaruhi
keseimbangan normal cairan dan elektrolit.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan keterampilan penulis mengenai gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Bagi Pembaca
Dapat memberikan pengetahuan tentang apa sebenarnya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit itu serta bagaimana pencegahan dan
penanggulangannya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan
dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman,
dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari
air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi
dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri
dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan
cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem
vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan
cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

1. Distribusi Cairan Tubuh


Didistribusikan dalam tiga kompartemen yang berbeda.
a. Cairan Ekstrasel, tediri dari cairan interstisial (CIS) dan Cairan
Intravaskular. Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada
diantara sebagian besar sel tubuh dan menyusun sebagian besar

3
cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan tubuh
interstisial.
b. Cairan Intravascular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe
yang mengandung air tidak berwarna, dan darah mengandung
suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5%
berat tubuh.
c. Cairan Intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi
subtansi terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan
cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intrasel
membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel
memiliki banyak solute yang sama dengan cairan yang berada
diruang ekstrasel. Namun proporsi subtansi subtansi tersebut
berbeda. Misalnya, proporsi kalium lebih besar didalam cairan
intrasel daripada dalam cairan ekstrasel.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan
sebagai berikut:

a. Dewasa 60%
b. Anak-anak 60 – 77%
c. Infant 77%
d. Embrio 97%
e. Manula 40 – 50 %
f. Pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan
sudah mengalami kehilangan jaringan tubuh.
g. Intra cellular volume = total body water – extracellular volume.
h. Interstitial fluid volume = extracellular fluid volume – plasma
volume.
i. Total bloods volume = plasma volume / (1 - hematocrite).

4
2. Fungsi Cairan Tubuh
a. Memberi bentuk pada tubuh.
b. Berperan dalam pengaturan suhu tubuh.
c. Berperan dalam berbagai fungsi pelumasan.
d. Sebagai bantalan.
e. Sebagai pelarut dan tranfortasi berbagai unsur nutrisi dan elektrolit.
f. Media untuk terjadinya berbagai reaksi kimia dalam tubuh.
g. Untuk performa kerja fisik.

3. Komposisi Cairan Tubuh


Plasma Intertisial Intra selular
Zat
(mOsm/l) (mOsm/l) (mOsm/l)
Na+ 142 139 14
K+ 4,2 4,0 140
Ca2+ 1,3 1,2 0
Mg2+ 0,8 0,7 20
Cl- 108 108 4
HCO3- 24 28,3 1,0
HPO4-, H2PO4 2 2 11
SO42- 0,5 0,5 1
Fosfo kreatin - - 45
Kamosin - - 14
Asam amino 2 2 8
Kreatin 0,2 0,2 9
Laktat 1,2 1,2 1,5
Adenosin trifosfat - - 5
Heksosa - - 3,7
monofosfat
Glukosa 5,6 5,6 -
Protein 1,2 1,2 4
Ureum 4 4 4

5
Lain-lain 4,8 3,9 10
Total mOsm/l 301,8 300,8 301,2
Aktivitas osmolar 282 281 281
terkoreksi
Tekanan osmotik 5443 5423 5423
total

4. Pergerakan Cairan Tubuh


Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui enam proses, yaitu:
a. Difusi
Perpindahan partikel melewati membran permeabel dan
sehingga kedua kompartemen larutan atau gas menjadi setimbang.
Partikel listrik juga dapat berdifusi karena ion yang berbeda muatan
dapat tarik menarik. Kecepatan difusi (perpindahan yang terus
menerus dari molekul dalam suatu larutan atau gas) dipengaruhi
oleh:
1) Ukuran molekul (molekul kecil lebih cepat berdifusi dari
molekul besar).
2) Konsentrasi molekul (molekul berpindah dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah).
3) Temperatur larutan (temperatur tinggi meningkatkan
kecepatan difusi).
b. Osmosis
Pelarut bergerak melewati membran menuju larutan yang
berkonsentrasi lebih tinggi. Tekanan osmotik terbentuk ketika dua
larutan berbeda yang dibatasi suatu membran permeabel yang
selektif. Proses osmosis (perpindahan pelarut dari dari yang
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi), dipengaruhi oleh :
1) Pergerakan air .
2) Semipermeabilitas membran.

6
c. Transpor Aktif
Merupakan proses pemindahan molekul atau ion yang
memiliki gradien elektrokimia dari area berkonsentrasi rendah
menuju konsentrasi yang lebih tinggi. Pada proses ini memerlukan
molekul ATP untuk melintasi membran sel.
d. Tekanan Hidrostatik
Gaya dari tekanan zat cair untuk melawan tahanan dinding
pembuluh darah. Tekanan hidrostatik berada diantara arteri dan
vena (kapiler) sehingga larutan berpindah dari kapiler ke intertisial.
Tekanan hidrostatik ditentukan oleh:
1) Kekuatan pompa jantung
2) Kecepatan aliran darah
3) Tekanan darah arteri
4) Tekanan darah vena
e. Filtrasi
Filtrasi dipengaruhi oleh adanya tekanan hidrostatik arteri
dan kapiler yang lebih tinggi dari ruang intertisial. Perpindahan
cairan melewati membran permeabel dari tempat yang tinggi
tekanan hidrostatiknya ke tempat yang lebih rendah tekanan
hidrostatiknya.
f. Tekanan Osmotik Koloid
Terbentuk oleh larutan koloid (protein atau substansi yang
tidak bisa berdifusi) dalam plasma. Tekanan osmotik koloid
menyebabkan perpindahan cairan antara intravaskuler dan
intertisial melewati lapisan semipermeabel. Hal ini karena protein
dalam intravaskuler 16x lebih besar dari cairan intertisial, cairan
masuk ke capiler atau kompartemen pembuluh darah bila pompa
jantung efektif. Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi
dalam tiga fase yaitu:

7
1) Fase I:
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh kedalam system
sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan
tractus gastrointestinal.
2) Fase II:
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah
kapiler dan sel.
3) Fase III:
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari
cairan interstitial masuk kedalam sel.Pembuluh darah kapiler
dan membran sel yang merupakan membran semi permiabel
mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam
cairan tubuh ikut berpindah.

5. Pengaturan Cairan tubuh


Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan
antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar yaitu :
a. Asupan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa
adalah ± 2500cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa
cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan mekanisme
keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat
pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan
adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume
cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan,
maka curah jantung menurung, menyebabakan terjadinya penurunan
tekanan darah.
b. Pengeluaran
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi
asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah
±2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi
ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500 cc per hari pada orang

8
dewasa. Hal ini juga dihubugkan dengan banyaknya asupan air
melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui
ginjal mudah diukur, dan sering dilakukakan melalui kulit (berupa
keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan
dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak
dapat diukur karena, khususnya pada pasien luka bakar atau luka
besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan)
meningkat sehingga sulit untuk diukur. Pada kasus seperti ini, bila
volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500 cc per hari,
diperlukan adanya perhatian khusus. Setiap 1 derajat celcius akan
berpengaruh pada output cairan.
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan
memerlukan pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara
khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, deman,
keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara
berlebihan adalah muntah secara terus menerus.
Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:
1) Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui
vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakanproses
pengeluaran cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal
disaring pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk
kemudian diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil ekskresi
terakhir proses ini adalah urine. Jika terjadi penurunan volume
dalam sirkulasi darah, reseptor atrium jantung kiri dan kanan
akan mengirimkan impuls kembali ke ginjal dan memproduksi
ADH sehingga mempengaruhi pengeluaran urine.
2) Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh
suhu yang panas. Keringat banyak mengandung garam, urea,
asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang
keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam plasma.

9
3) Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk
padat. Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran
cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar
melalui feses jumlahnya berlebihan,maka dapat mengakibatkan
tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan
melalui feese adalah 100 ml/hari.

6. Pengaturan Elektrolit
a. Natrium (Na+)
Natrium merupakan kation paling banyak dalam cairan
ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbanagan air, hantaran impuls
saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat dari saluran
pencernaan, makanan atau minuman masuk ke dalam cairan
ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui
ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan
konsentrasi ion di lakukan oleh ginjal. Normalnyasekitar 135-148
mEq/lt.
b. Kalium (K+)
Kalium merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi
sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan
untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion
hidrogen (H+). Kalium dapat diperoleh melalui makanan seperti
daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium dapat dikeluarkan
melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan
konsentrasi kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam
cairan ekstrasel. Nilai normalnya yaitu3,5-5,5 mEq/lt.

10
c. Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh,
berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung,
pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium
dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.
Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum melalui gastrointestinal,
sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitoni nmenghambat
penyerapan Ca+ tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan
resorpsi tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui
keringaserta di simpan dalam tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 –
10,5 mg/dl.
d. Magnesium (Mg2+)
Magnesium merupakan kation terbanyak kedua pada cairan
intrasel. Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan
muscular excibility. Sumber magnesium didapat dari makanan
seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Nilai normalnya sekita 1,5-
2,5 mEq/lt.
e. Klorida (Cl ˉ )
Klorida terdapat pada cairan ekstra sel dan intrasel, berperan
dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume darah, regulasi
asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon
dioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi
bersama natrium di ginjal dan pengaturan klorida oleh hormin
aldosteron.Normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.
f. Bikarbonat (HCO3ˉ )
Bikarbonat adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat
pada cairan ekstrasel dan intrasel dengan fungsi utama adalah
regulasi keseimbangan asam basa.

11
g. Fosfat
Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan
ekstrasel. Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular,
metabolism karbohidrat, pengaturan asam basa. Pengaturanoleh
hormone paratiroid.

NILAI-NILAI NORMAL

Jenis cairandanelektrolit Nilai normal dalamtubuh

- Natrium [Na+] 135 – 148 mEq/L


- Kalium [K+] 3.5 – 5.5 mEq/L
- Kalsium [Ca2+] 8.5 – 10.5 mg/dl
- Magnesium [Mg2+] 1.5 – 2.5 mEq/L
- Klorida [Cl-] 95 – 105 mEq/L
- Bikarbonat [HCO3] 24 – 28 mEq/L
- Fosfat [PO42-] 2.7 – 4.5 mg/dl

B. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


1. Ketidakseimbangan Cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu
gangguan keseimbangan isotonis dan osmolar. Ketidakseimbangan
isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan
dalam proporsi yang seimbang.
Sedangkan ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan
cairan tidak diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi
yang seimbang sehingga menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan
osmolalitas serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat kategori
ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a. Kehilangan cairan dan elektrolit isotonic.
b. Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang).
c. Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis.
d. Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat).

12
2. Defisit Volume Cairan
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi
seperti ini disebut juga hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali
dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan
cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan
penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini,
tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volumecairan disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula
dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari
lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.

3. Defisit Cairan
Faktor Resiko
a. Kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung)
Tanda klinis : kehilangan berat badan.
b. Ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada
cairan dan depresi konfusi)
Tanda klinis : penurunan tekanan darah

4. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiperosmolar, terjadi
akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan
elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium. Kehilangan cairan
menyebabkan peningkatan kadar natrium, peningkatan osmolalitas, serta
dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen interstitial

13
menuju ruang vascular. Kondisi ini menyebabkan gangguan fungsi sel da
kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi salah satunya
adalah individu lansia. Mereka mengalami penurunan respons haus atau
pemekatan urine. Disamping itu lansia memiliki proporsi lemak yang
lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan
air yang sedikit dalam tubuh. Klien dengan diabetes insipidus akibat
penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tipe
hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah
solute dalam aliran darah.

5. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)


Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan
dan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang
seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium
dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu
disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan
cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme
homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan.
Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain:
a. Asupan natrium yang berlebihan
b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada
klien dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan
jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom
Cushing
d. Kelebihan steroid.
e. Kelebihan Volume Cairan
Faktor resiko:
a. Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena
Tanda klinis: penambahan berat badan
b. Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan
Tanda klinis: edema perifer dan nadi kuat

14
6. Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang
berlebihan dalam kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan
osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan
penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang sering
terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau
menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat
terjadi ketika adapeningkatan produksi cairan interstisial/gangguan
perpindahan cairan interstisial. Hal ini dapat terjadi ketika:
a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis. karena luka bakar, alergi yang
menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang
interstisial).
b. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia,
obstruksisirkulasi vena) yang menyebabkan cairan dalam pembuluh
darahterdorong ke ruang interstisial.
c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada
blokade limfatik).
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau
cekungan setelah dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan
unu terjadi akibat pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju
jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan). Umumnya, edema jenis ini
adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang
disebabkan oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.

C. Variabel Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


1. Usia
Dalam hal ini, usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas
permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di
masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan
jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa.

15
2. Aktivitas
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam
tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat.
Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain
itu, kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga
mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak
terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem
melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar
umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL
pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat
metabolisme dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu
tinggi atau di dearah dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering
mengalami kehilangan cairandan elektrolit.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan
elektrolit. Jika asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah
simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan
glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit
tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler,
peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini
mengakibatkan retensi air dan natrium.
6. Penyakit
Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung
menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga
terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih
lanjut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan
dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan
elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan

16
banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH
sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan
kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan berbagi
cara.
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung
dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.
Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah
selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami
kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena
selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat
obat-obat anastesia.

17
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA Tn “K”
DENGAN GASTROENTERITIS DI ICU RSUD BANYUMAS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
No RM : 233312
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 9 Oktober 2018
Triage : Kuning
Alasan Masuk : Diare ± 12 x dari kemarin malam, mual dan muntah
sudah 5 x berupa air, serta lemas.
Diagnosa Medis : GE + Vomit

2. Initial Survey
A (alertness) :+
V (verbal) :-
P (pain) :-
U (unrespons) :-

3. Pengkajian Primer / Survey Primer dan Resusitasi


a. Airway
Keadaan Jalan Nafas
Tingkat Kesadaran : Composmentis
Pernafasan : Teratur
Benda asing di jalan Nafas : Tidak ada
Bunyi Nafas : Vesikuler

18
Hembusan Nafas : Ada

b. Breathing
Fungsi Pernafasan
Jenis Pernafasan : Eupnea (pola napas teratur)
Frekuensi Pernafasan : 16 x/menit
Retraksi Otot Bantu Nafas : Tidak ada
Kelainan Dinding Thoraks : Simetris, tidak ada lesi ataupun
jejas
Bunyi Nafas : Vesikuler
Hembusan Nafas : Ada

c. Circulation
Keadaan sirkulasi
Tingkat Kesadaran : CM
Perdarahan (internal/eksternal): Tidak ada perdarahan
Nadi Radial/carotis : Teraba
Akral Perifer : Hangat
Kapilari Refill : >2 detik
Pulse : 96x/menit
Blood Preasure : 90/70 mmHg

d. Disability
1) Pemeriksaan Neurologis
GCS : E4 V5 M6
Reflex Fisiologis :+
Reflex Patologis :-
Kekuatan Otot : 4 4
4 4
e. Exposure
Tidak ada luka dan jejas

19
4. Pengkajian Sekunder / Survey Sekunder
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien mengeluh diare ± 12 x dalam sehari
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Banyumas tanggal 9 Oktober 2018
pukul 07.22 WIB dengan keluhan diare ± 12 x dari kemarin malam,
mual dan muntah sudah 5 x berupa air, serta lemas.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat penyakit
lain seperti hipertensi atau Diabetes Melitus, dan pasien belum
pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan didalam keluarga pasien tidak ada
yang menderita penyakit keturunan.
b. AMPLE
1) A (Allergy)
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi
2) M (Medication)
Pasien mengatakan tidak dalam pengobatan apapun
3) P (Penyakit Penyerta)
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit apapun saat ini
4) L (Last meal)
Pasien mengatakan makan terakhir jam 7 pagi berupa bubur.
5) E (Event)
Pasien tinggal di daerah padat penduduk dan pasien mengatakan
sibuk bekerja sehingga sering telat makan. Dan suatu hari pasien
mengalami mual, muntah dan diare.

20
5. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala normachepalic dan simetris, rambut
dominan berwarna putih.
Palpasi : Tidak terdapat lesi atau kelainan pada tulang kepala, kulit
kepala bersih, rambut rapuh dan mudah rontok.
b. Mata
Inspeksi : Mata lengkap dan simetris antara kanan dan kiri, tidak
terdapat edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, pupil isokor dengan diameter 2-3 mm dan miosis
saat terkena cahaya. Kornea jernih dan refleks kornea baik.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
c. Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan
bentuk, ukuran sedang atau normal, pada lubang telinga
tidak terdapat perdarahan atau pengeluaran cairan,
pendengaran masih berfungsi dengan baik.
Palpasi : Tidak terdapat lesi dan nyeri tekan.
d. Hidung
Inspeksi : Pada hidung tidak ditemukan adanya kelainan, tulang
Hidung simetris kanan dan kiri, posisi septum nasi tegak di
tengah, mukosa hidung lembab, tidak ditemukan adanya
sumbatan, tidak terdapat epistaksis serta tidak ada
pernafasan cuping hidung.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
e. Mulut dan Gigi
Inspeksi : Mukosa bibir kering, tidak ada sariawan, mulut berbau.
Keadaan gusi dan gigi kurang bersih, lidah kotor dan pada
orofaring tidak terdapat peradangan dan pembesaran tonsil.

21
f. Wajah
Inspeksi : Struktur wajah simetris dan lengkap, warna kulit agak
kecoklatan tidak ikterik dan sianosis.
g. Leher
Inspeksi : Pada leher posisi trakhea berada di tengah, simetris dan
tidak ada penyimpangan. Tiroid tidak ada pembesaran.
Pasien dapat berbicara, vena jugularis tidak mengalami
pembesaran dan denyut nadi karotis. Pasien tidak
menggunakan otot bantu pernapasan.
Palpasi : Tidak teraba pemebsaran vena jugularis.
h. Dada/thoraks
- Paru-paru
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan bentuk,
tidak terdapat jejas, tidak terdapat penggunaan alat
bantu pernafasan yaitu otot sternokleidomastoid
dan otot pektoralis. Irama pernafasan normal
dengan frekuensi 20 x/menit.
Palpasi : Getaran suara atau vokal fremitus sama kiri dan
kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Terdapat suara nafas vesikuler
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea media
clavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I terdengar pada katup mitral dan
trikuspidalis di ICS IV linea sternal sinistra dan ICS
V midclavicula sinistra. Bunyi jantung II terdengar
pada katup aorta di ICS II mid sternal dextra dan
pulmonalis di ICS II mid sternal sinistra, tidak ada
bunyi jantung tambahan atau murmur

22
i. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, tidak tampak
adanya trauma, tidak terlihat adanya bendungan pembuluh
darah vena pada abdomen
Auskultasi : Terdengar bising usus 40 x/menit
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, benjolan atau massa tidak ada, tanda
ascites tidak ada
Perkusi : Suara abdomen tympani
j. Pelvis
Inspeksi : Tidak terlihat benjolan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
k. Perineum dan Rektum : Tidak dikaji
l. Genetalia : Tidak terpasang kateter
m. Ekstermitas
Status Sirkulasi : Nadi radialis teraba 90 x/menit, CRT >2 detik,
akral hangat, tidak terdapat edema.
n. Neurologis
Fungsi Sensorik : Baik
Fungsi Motorik : Baik

6. Hasil Laboratorium
Tanggal: 09-10-2018 Pukul: 13:17
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Jumlah Leukosit 18,17 103/UL 4,0-10,0
Jumlah eritrosit 3,65 106/UL 4,20-5,40
Hemoglobin 10,8 g/dL 12,0-16,0
Hematokrit 30,1 % 37,0-47,0
Neutrofil 88,8 % 50-70
Limfosit 5,3 % 20-40
IG 0,7 %
Kreatinin darah 0,9 Mg/dL 0,3-1,2

23
7. Terapi Dokter
a. Infus RL ± 1000 cc kemudian dilanjutkan RL dan PZ 1500 cc/ 24 jam
b. Tetracyclin 3x500 mg/ hari
c. Rececodotril 3x1 tab/hari
d. Paracetamol 3x1 tab/ hari

B. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem
1 Data Subyektif : Kehilangan cairan Kekurangan volume
 Pasien mengeluh aktif cairan
muntah 5 kali dan diare (00027)
12 kali
 Pasien mengeluh
lemas

Data Obyektif :
 Pasien tampak pucat
dan lemas
 Membran mukosa
tampak kering
 CVR > 2 detik
 Nadi teraba lemah
 Bising usus 40 x/menit
 TTV:
S : 37, 5oC
TD : 90/70 mmHg
N : 96 x/menit
RR : 16 x/menit
2. Data Subyektif : Kurang asupan makan Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
(00002)

24
 Pasien mengeluh
lemas dan tidak nafsu
makan

Data Obyektif :
 Pasien mengalami
diare
 Pasien tampak pucat
dan lemas
 Rambut pasien mudah
rontok
 Membran mukosa
tampak kering
 Bising usus hiperaktif:
40 x/menit
 TTV:
S : 37, 5oC
TD : 90/70 mmHg
N : 60 x/menit
RR : 16 x/menit

C. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(00027)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan (00002)

25
D. Intervensi
Diagnosa Rasional
No. Keperawat NOC NIC
an
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan – Manajemen
Kekurangan Keperawatan selama 3x24 jam 4120 Cairan
volume diharapkan kekurangan volume 1. Jaga intake/asupan 4120
cairan cairan dapat teratasi dengan kriteria yang akurat dan
berhubunga hasil : output pasien. 1. Menamb
n dengan Keseimbangan cairan – 0601 2. Monitor status h stami
kehilangan hidrasi (misalnya: tubuh
Indikator Awal Tujuan
cairan aktif membran mukosa pasien
Turgor kulit 3 4
lembab, denyut nadi 2. Mengeta
(00027) Keseimbangan 2 4
adekuat). ui
intake dan
3. Monitor tanda-tanda keadaan
output dalam
vital pasien. pasien
24 jam
4. Monitor perubahan 3. Mengeta
Kelembaban 3 4
berat badan. ui
membran
5. Berikan cairan IV keadaan
mukosa
sesuai yang umum
Keterangan:
dibutuhkan. pasien
1 : Sangat terganggu 6. Berikan diuretik 4. Mengeta
yang diresepkan. u tingk
2 : Banyak terganggu
7. Tingkatkan asupan kenaika
3 : Cukup terganggu oral. BB pasi
8. Dukung pasien dan 5. Menamb
4 : Sedikit terganggu
keluarga untuk h stami
5: Tidak terganggu membantu dalam dan

1
pemberian makan tenaga
dengan baik. pasien
9. Monitor reaksi 6. Memper
pasien terhadap epat
terapi elektrolit yang proses
diresepkan. penyem
10. Konsultasikan uhan
dengan dokter jika 7. Mening
tanda-tanda tkan B
kekurangan cairan pasien
menetap atau 8. Agar gi
memburuk pasien
tercukup
dan
asupan
makan
meningk
t
9. Mengeta
ui respo
pasien
10. Memper
epat
proses
penyem
uhan

27
2. Ketidakseim Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi – Manajemen
bangan Keperawatan selama 3x24 jam 1100 nutrisi
nutrisi diharapkan ketidakseimbangan 1. Tentukan status gizi 1100
kurang dari nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pasien dan 1. Mengeta
kebutuhan dapat teratasi dengan kriteria hasil : kemampuan pasien ui stat
tubuh Status nutrisi – 1004 untuk memenuhi gizi pasi
berhubunga kebutuhan gizi. 2. Mengeta
Indikator Awal Tujuan
n dengan 2. Identifikasi adanya ui riway
Asupan 3 5
kurang alergi atau alergi
makanan
asupan intoleransi makanan pasien
Asupan cairan 3 5
makanan yang dimiliki pasien. 3. Agar
Hidrasi 3 5
(00002) 3. Ciptakan lingkungan pasien
yang optimal pada nyaman
Keterangan :
saat mengkonsumsi 4. Untuk
1 : Sangat menyimpang dari rentang
makanan (misalnya meningk
normal
bersih, berventilasi, kan
2 : Banyak menyimpang dari
santai, dan bebas dari asupan
rentang normal
bau yang makanan
3 : Cukup menyimpang dari rentang
menyengat). pasien
normal
4. Pastikan makanan 5. Agar
4 : Sedikit menyimpang dari rentang
disajikan dengan mudah
normal
cara yang menarik dicerna
5 : Tidak menyimpang dari rentang
dan pada suhu yang 6. Mengeta
normal
paling cocok untuk ui juml
konsumsi secara kalori d
optimal. tingkat

28
5. Pastikan diet asupan
mencakup makanan pasien
tinggi kandungan
serat.
6. Monitor kalori dan
asupan makanan.

29
E. Implementasi
Tanggal Implementasi
DX
/ Jam

1. Mengecek dan memonitor TTV dan mukosa mulut .


2. Menanyakan keluhan pasien serta mengecek turgor kulit
10
pasien.
Oktober
3. Memotivasi keluarga untuk selalu membersihkan ruangan
2018
supaya bersih dan wangi.
08.00
4. Menanyakan pasien ada alergi makanan atau tidak.
5. Menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering dan banyak
minum air serta memotivasi keluarga dalam pemberian
I,II
makan pasien.
08.15
6. Menganjurkan pasien untuk memakan makanan yang cair.
7. Menganjurkan pasien menimbang berat badan 2 hari sekali.
8. Memonitor tetesan cairan IV sesuai yang dibutuhkan.
9. Memberikan obat diuretik : Furosemid melalui selang infus.
09.30
10. Mengkonsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda
12.00
kekurangan cairan menetap atau memburuk
11. Menganjurkan pasien untuk banyak istirahat.

11 1. Mengecek dan memonitor TTV dan mukosa mulut .


Oktober I, II 2. Menanyakan keluhan pasien serta mengecek turgor kulit
2018 pasien.

30
14.15 3. Memotivasi keluarga untuk selalu membersihkan ruangan
supaya bersih dan wangi.
14.35 4. Menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering dan banyak
14.45 minum air serta memotivasi keluarga dalam pemberian
15.15 makan pasien.
16.00 5. Menganjurkan pasien untuk memakan makanan yang cair.
6. Menganjurkan pasien menimbang berat badan 2 hari sekali.
17.00 7. Memonitor tetesan cairan IV sesuai yang dibutuhkan.
8. Memberikan obat diuretik : Furosemid melalui selang infus.
9. Mengkonsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda
kekurangan cairan menetap atau memburuk
Menganjurkan pasien untuk banyak istirahat.
12 1. Mengecek dan memonitor TTV dan mukosa mulut .
Oktober 2. Menanyakan keluhan pasien serta mengecek turgor kulit
2018 pasien.
08.00 3. Menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering dan banyak
minum air serta memotivasi keluarga dalam pemberian
makan pasien.
4. Menganjurkan pasien untuk memakan makanan yang cair.
08.15 5. Menganjurkan pasien menimbang berat badan 2 hari sekali.
6. Memonitor tetesan cairan IV sesuai yang dibutuhkan.
09.30 7. Memberikan obat diuretik : Furosemid melalui selang infus.
8. Mengkonsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda
12.00 kekurangan cairan menetap atau memburuk
9. Menganjurkan pasien untuk banyak istirahat.

31
F. Evaluasi
Tanggal Paraf
DX Catatan Perkembangan
/ Jam
10 S : Pasien mengatakann muntahnya berkurang jadi 3
Oktober kali dan diare 5 kali pasien masih merasa lemas
2018 O:
14.00 • Pasien tampak pucat dan lemas
• Membran mukosa tampak kering
• CVR > 2 detik
• Nadi teraba lemah
I • Bising usus 30 x/menit
• TTV:
S : 37 °C
TD : 90/70 mmHg
N : 60 x/menit
RR : 17 x/menit
A : Masalah sebagian teratasi
P: Lanjutkan intervensi
S : Pasien mengeluh lemas dan tidak nafsu makan
O:
 Pasien mengalami diare
 Pasien tampak pucat dan lemas
II  Rambut pasien mudah rontok
 Membran mukosa tampak kering
 Bising usus 30 x/menit
 TTV:
S : 37 oC

32
TD : 90/70 mmHg
N : 60 x/menit
RR : 17 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
11 S : Pasien mengatakann muntahnya sehari ini hanya
I
oktober 1 kali dan BAB sudah tidak encer, pasien masih
2018 merasa lemas
19.00 O:
• Pasien masih tampak pucat dan lemas
• CVR > 2 detik
• Nadi teraba lemah
• Bising usus 20 x/menit
• TTV:
S : 37,5 °C
TD : 100/80 mmHg
N : 65 x/menit
RR : 17 x/menit
A : Masalah sebagian teratasi
P: Lanjutkan intervensi
S : Pasien mengeluh masih tidak nafsu makan
O:
 Pasien tampak pucat dan lemas
II  Rambut pasien mudah rontok
 Bising usus 15 x/menit
 TTV:
S : 37,5 oC

33
TD : 100/80 mmHg
N : 65 x/menit
RR : 17 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
S : Pasien mengatakann sudah tidak muntah dan
BAB sudah tidak encer
O:
• CVR > 2 detik
• Bising usus 13 x/menit
• TTV:
I
S : 36,8 °C
TD : 110/80 mmHg
N : 70 x/menit
RR : 18 x/menit
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

34
S : Pasien mengeluh nafsu makan mulai membaik
O:
 Pasien masih tampak lemas
 Rambut pasien mudah rontok
 Bising usus 13 x/menit

II  TTV:
S : 36,5 oC
TD : 110/80 mmHg
N : 70 x/menit
RR : 18 x/menit
A : Masalah sebagian teratasi
P : Lanjutkan intervensi

35
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel
mengandung cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling
cocok untuk sel tersebut dan berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar
sel) yang cocok pula.

Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai


didalam cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit.
Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang
masuk dan keluar.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler
dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam
sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada
di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma),
cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut)
dan substansi terlarut (zat terlarut).

36
Air menyusun ± 50 – 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat
badan total dan total air dalam tubuh relatif konstan pada tiapindividu dan
merupakan refleksi dari lemak tubuh. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah:

1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Sel-sel lemak
4. Stres
5. Sakit
6. Temperatur lingkungan
7. Diet
B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan
makalah ini bagi para pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

37
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Sudart, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC


Noengeos, Marilyme, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan
Keseimbangan Cairan & Elektrolit”. Jakarta: ECG
http://nendapurnama.blogspot.com/2013/05/materi-cairan-dan-elektrolit.html
http://hasanah619.wordpress.com/2009/11/13/keseimbangan-cairan-dan-
elektrolit/

http://eonman95.blogspot.com/2011/11/fisiologi-cairan-dan-elektrolit-
tubuh.html

http://eckobms.blogspot.com/p/micin.html

http://perabungsu.blogspot.co.id/2013/10/askep-gangguan-keseimbangan-
cairan-dan_7329.html

38

Anda mungkin juga menyukai